Himegi Touka's Reminiscence 3
Sudah hampir setahun sejak kakak perempuanku meninggal dunia. Di sini, aku sendirian, berdiri di depan makamnya.
“Bagaimanapun, kamu sudah tiada, ya …,” bisikku.
Sejujurnya, aku sudah mengetahui hal itu di dalam benakku, tetapi ketika menatap makamnya seperti ini, aku dibuat harus mengakui bahwa dia benar-benar sudah tidak ada lagi di dunia ini.
“Maaf, ya. Aku sudah lama tidak mengunjungimu ….”
Aku tahu itu hanyalah alasanku, tetapi aku tidak bisa datang ke sini dengan ekspresi memalukan di wajahku. Namun hari ini, aku membawakan banyak kabar gembira yang akan membuat Natsumi-Nee-san senang mendengarnya.
“Ada banyak hal yang harus kita bicarakan, tapi pertama-tama, aku harus bersih-bersih dulu.”
Kemudian, aku sendirian dengan tenang membersihkan makam kakakku. Ternyata, makamnya tidaklah sekotor yang kubayangkan. Barangkali, ibuku atau salah satu pelayan pasti sering mengunjungi dan merawat makamnya. Sebaliknya, aku telah mengabaikannya untuk waktu yang lama. Aku tahu ini adalah hal yang lancang untuk dikatakan, tetapi aku sedikit lega karena seseorang telah merawat kuburannya dengan baik. Ketika pulang nanti, aku harus berterima kasih kepada orang yang telah melakukannya. Selanjutnya, aku menaruh bunga matahari kuning, bunga favorit kakakku, di dalam wadah berisi air dan memberikan puding kesukaannya.
“Maaf, ini bunga matahari impor ….”
Kemudian aku menyalakan dupa dengan korek api, dan menyatukan tanganku ke arah makam untuk mendoakannya.
“Nee-san, semuanya sudah baik-baik saja ….”
Kata-kata ini tidak akan pernah sampai padanya, mungkin tidak lebih dari sebuah tindakan yang sia-sia. Akan tetapi, tetap saja, aku percaya bahwa tindakan menyatukan kedua tangan (berdoa) seperti ini adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh kami, yang masih hidup, kepada dirinya yang sudah tiada.
Nee-san, ada begitu banyak hal yang harus kuminta maaf padamu hari ini. Keluarga kita telah mengingkari janjinya padamu, menodai kematianmu, dan tidak belajar apa pun dari kepergianmu. Keluarga kita menggunakan kematianmu sebagai alasan dan terus mengalami kemunduran. Tahun setelah kepergianmu, amatlah sulit.
“Harta karun itu tersembunyi di dalam gua-gua yang menakutkan.”
Itulah yang sering dikatakan Natsumi-nee-san. Seperti kata-katanya, tahun itu merupakan tahun di mana kami dengan serius mempertimbangkan kembali tentang kengerian akan tanggung jawab dan apa yang penting bagi kami. Keluarga kami telah merefleksikan hal ini dan memperbaiki pola pikirnya. Meski kami telah menempuh perjalanan yang panjang, tetapi menurutku, kami telah mencapai hal yang benar-benar penting.
Oleh karena itu, mohon berikan kami kesempatan kedua. Kali ini, izinkan kami menepati janji kami kepadamu. Karena, setahun belakangan ini, aku telah belajar betapa beratnya tanggung jawab dan kewajiban itu. Lalu, di balik semua tanggung jawab itu, ada harta karun yang sesungguhnya. Itulah jawaban kami, setelah melewati semua kesulitan dan rintangan ini.
“Harune … sekarang dia benar-benar bermain biola dengan baik.”
Sejak hari ulang tahunnya, gadis yang dahulunya tidak suka melihat biola, sekarang dengan senang hati memainkannya. Ibu dan ayah kami yang hampir bercerai, sekarang mereka menjadi sangat dekat. Percaya atau tidak, mereka berdua pergi berkencan bersama beberapa hari yang lalu. Lalu, Takashi si Idiot itu, juga baik-baik saja. Dia bekerja keras dalam pekerjaan paruh waktunya demi membelikan pacarnya hadiah.
“Oh ya … Nee-san, aku … punya seseorang yang kusukai sekarang.”
Pada akhirnya, alasan Harune mulai bermain biola, alasan orang tua kami yang bertengkar bisa berdamai, alasan aku bisa berbaikan dengan teman masa kecilku setelah sekian lama berselisih ... itu semua berkat dia. Meskipun memalukan, tetapi rasanya, aku tidak akan bisa sampai sejauh ini hanya dengan kekuatanku sendiri. Namun, aku tidak keberatan dengan hal itu. Aku menemukan sesuatu yang lebih penting daripada sekadar harga diriku yang sepele. Demi hal yang penting itu, aku tidak mempedulikannya.
“Orang itu punya masalah dengan namanya, tetapi dia orang yang baik, lucu … dan mirip dengan Nee-san.”
--Itulah sebabnya, kakak tidak perlu khawatir … aku sudah baik-baik saja sekarang.
“Aku berharap Nee-san bisa bertemu dengan dia … seseorang yang aku cintai.”
--Aku yakin kalian akan langsung cocok karena memiliki banyak kesamaan.
Karena hal itu, aku sempat membayangkan khayalan yang mustahil, di mana kakakku melompat kegirangan saat aku memperkenalkan dia padanya. Aku membayangkan kakak perempuanku yang begitu gembira ketika Hakuma-kun menunjukkan trik sulap padanya. Namun, semua itu adalah impian yang mustahil, suatu keinginan yang tidak akan terwujud.
“Rupanya, aku masih saja merasa sedih, kan?” kataku lirih.
Sejak aku bertemu dengannya, aku selalu mengejar khayalan yang mustahil. Di saat yang bersamaan, aku juga ingin menjadi lebih bahagia dari sekarang.
“Aku akan kembali lagi nanti ….”
--Lain kali, aku akan membawanya juga.
Dengan itu, aku melambaikan tanganku ke arah nisan dan beranjak meninggalkannya.
TL: Zho (YouthTL)