NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kanojo no Ane wa... Kawatte Shimatta Hatsukoi no Hito V1 Epilog

Penerjemah: Chesky Aseka 

Proffreader: Chesky Aseka 


Epilog:

Hati yang Dicuri


Pada akhirnya─sambil menggendong Tsuyu di punggungnya, Kamome berhasil mengantarnya pulang, tepat ketika matahari sepenuhnya terbenam. 

Namun, bagaimanapun juga, mereka tiba di rumah. 

Rumah Tsuyu, dan juga rumah Himawari─kediaman keluarga Shishido, tempat Kamome pernah datang beberapa kali sebelumnya. 

“Dengan izinmu.” 

Tampaknya anggota keluarga lain belum pulang, dan lampu-lampu masih padam. 

Setelah Tsuyu membuka kunci pintu, Kamome masuk ke dalam rumah, lalu menggendongnya hingga ke kamar di lantai dua. 

“Huh... Oke, kita sampai.” 

“Terima kasih.” 

Dia menurunkan Tsuyu di tempat tidurnya, dan Kamome mengambil napas dalam-dalam. 

“Kamu pasti capek juga, Kamome. Kenapa nggak duduk sebentar?” 

Dengan itu, Tsuyu menepuk ruang di sampingnya di tempat tidur. 

“Ah, baiklah.” 

Kamome duduk di sampingnya, sedikit bingung. 

‘...Aku sudah membawamu sejauh ini tanpa berhenti, tapi aku benar-benar bertanya-tanya apakah ini keputusan yang tepat.” 

Tanpa benar-benar memastikan perasaan Tsuyu, dia telah mengambil tindakan yang akan berdampak besar pada hidupnya. 

Menyadari hal itu membuat Kamome merasa cemas. 

“Tidak apa-apa. Jangan khawatir.” 

Tsuyu berkata kepada Kamome. 

Sementara wajah Kamome terlihat suram, wajah Tsuyu─sejak di tepi sungai tadi─terlihat cerah. 

“Kamome, kamu sudah menyelamatkanku. Dan juga...” 

Saat itu. 

Tsuyu menggenggam tangan Kamome yang duduk di sampingnya. 

“Saat aku berlari bersama Kamome... untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku bisa berlari dengan sepenuh hati. Entah kenapa, rasanya menyenangkan. Terima kasih, sungguh.” 

“Tsuyu...” 

Mendengar kata-kata Tsuyu, Kamome merasa lega. 

Bahwa keputusannya tidaklah salah. 

“Tsuyu. Aku yakin ada kemungkinan kamu akan diganggu atau disakiti oleh orang itu lagi di masa depan. Jika dia melakukan sesuatu padamu lagi, aku ingin kamu menghubungiku kapan saja. Aku akan melindungimu, Tsuyu.” 

“...Iya.” 

...Keduanya terdiam. 

Di dalam rumah yang penuh keheningan─di dalam kamar Tsuyu yang dipenuhi kesunyian. 

Dalam keheningan yang nyaris menghimpit, mereka saling memandang. 

Yang terdengar hanya napas satu sama lain. 

Kamome merasakan tatapan Tsuyu yang hampir membara. 

Tsuyu menaruh tangannya di dada Kamome. 

Begitu saja, dia mendekatkan wajahnya. 

“...Tsuyu.” 

Sambil memegang tangan Tsuyu yang ada di dadanya, Kamome berkata. 

“...Aku menyelamatkanmu karena aku ingin. Dan aku ingin melindungimu mulai sekarang. Aku menganggap Tsuyu sebagai orang yang penting bagiku...” 

Perasaannya pada Tsuyu belum hilang. 

Dia paham itu dengan baik. 

Namun saat ini, dia merasa belum pantas untuk mengungkapkannya dengan jelas. 

“Tapi kita nggak bisa melangkah lebih jauh.” 

Mendengar kata-kata itu, sinar hangat di wajah Tsuyu pun memudar. 

Wajahnya berubah menjadi ekspresi terkejut, seolah baru saja didorong dari tebing. 

“...Kamome, aku...” 

Niat Tsuyu terlihat jelas. 

Bahkan Kamome, yang kadang kurang peka, dapat merasakan dari kehangatan tubuhnya, ekspresinya, semua itu, bahwa Tsuyu menginginkannya. 

“...Sekali ini saja.” 

Tsuyu memohon, seolah-olah menggantungkan harapannya pada Kamome. 

“Tolong, cium aku sekali lagi.” 

“...Maaf. Aku nggak bisa... mengkhianati Himawari... Aku tidak bisa mengkhianatinya lagi.” 

“......”

Dalam cahaya remang-remang, Tsuyu menundukkan wajah. 

Kamome tak bisa melihat ekspresi seperti apa yang terpancar di wajahnya saat ini. 

Saat itulah. 

“Aku pulang." 

Terdengar suara pintu depan terbuka. 

Kemudian, sebuah suara yang jernih seperti lonceng menggema di rumah itu. 

“Hah? Nggak ada orang di sini?” 

─Itu suara Himawari. 

Dia sudah pulang. 

Benar, Kamome harus menjelaskan pada Himawari. 

Mengapa dia ada di rumah bersama Tsuyu. 

Kamome bangkit berdiri. 

Dalam sekejap─Tsuyu menarik lengan Kamome saat dia hendak menuju Himawari. 

Dia menarik Kamome hingga jatuh di atas tempat tidurnya─

Sebuah ciuman. 

Lidahnya masuk, menyelinap ke dalam mulutnya. 

Kehangatan, sentuhan, aroma, detak jantung, perasaan, semuanya terpancar dari dirinya. 

Bibir mereka tak terpisah. 

Air liur mereka bercampur. 

Kamome terpaksa menelan racun manis yang memenuhi mulutnya.


“Hei... Kamome.” 

Tsuyu berbisik dengan bibirnya yang masih menempel pada bibirnya. 

Bicara sambil berciuman. 

Suara dan napasnya seperti menghantam langsung ke otak Kamome, membuatnya tertegun. 

“Jika kamu bilang aku nggak berubah sejak saat itu, bukankah itu berarti kamu masih mencintaiku?” 

Rasa getaran manis menyusup hingga ke pangkal otaknya. 

“Aku mencintai Kamome. Aku nggak bisa menahannya lagi.” 

“Tsu, yu...” 

“Aku mencintai Kamome. Aku mencintai Kamome. Aku mencintai Kamome... Meskipun seharusnya aku mendukung hubunganmu dengan Himawari, tapi aku nggak bisa melakukannya lagi. Apa yang harus kulakukan, Kamome?” 

Kulit menempel pada kulit. 

Tubuh saling merapat. 

Napas menyatu. 

Suara Tsuyu bergema, meresap ke dalam tubuh Kamome. 

“Aku nggak tahu harus bagaimana. Rasanya benar-benar salah untuk merebutmu dari Himawari... tapi aku ingin melakukannya. Kamome, kamu benci aku yang seperti ini?” 

Suaranya terdengar pilu. 

Air mata yang mengalir dari sudut matanya membasahi pipi Kamome. 

Dengan cinta yang begitu berat hingga terasa menyakitkan, Tsuyu bertanya. 

“Apakah aku pantas disukai oleh Kamome, meski aku seperti ini?”


“Tsuyu tidak perlu memaksakan diri berubah demi mereka yang menyiksamu.” 

“Kamu hanya perlu bertahan pada apa yang sudah kamu tetapkan untuk dirimu sendiri.”


...... 

Ahh, benar. 

Aku ingat. 

Aku benar-benar mengatakan itu padanya. 

Kepada pria yang membuatnya menanggung keinginan yang tidak seharusnya dia miliki, yang menyiksanya. 

Tsuyu sedang berusaha untuk tetap teguh pada apa yang telah ia tetapkan tanpa harus membengkokkan dirinya. 

Ya, ini semua... 

Sebuah kutukan yang kutimpakan padanya. 

Mulai sekarang, Ooshima Kamome akan mulai menyadari. 

Apa artinya mencuri hati seseorang, dan seberapa besar tanggung jawab yang datang bersamanya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close