Penerjemah: Tensa
Proffreader: Tensa
Masih Terlalu Cepat untuk Mandiri
"Senpai, ayo beli kasur yang lebih besar."
Shinohara yang sering nongkrong di kamarku tiba-tiba berkata begitu.
Aku yang sedang bersandar di kasur menoleh ke belakang.
Wajah cantik Shinohara yang sedang berbaring ada tepat di depan mataku.
"Boo!"
"Jangan deket-deket."
"Kok reaksinya gitu sih~"
Shinohara yang gagal mengagetkanku menunjukkan ekspresi tidak puas lalu berbaring telentang.
Biasanya pemilik rumah yang duduk dan tamu yang berbaring di kasur itu kebalik, tapi ya sudahlah.
"Tapi kan memang, kalau kasurnya lebih lebar, senpai juga bisa ikut berbaring?"
"Padahal tinggal kamu minggir dari kasur masalah selesai."
"Selamat tidur~"
"Dengerin orang ngomong!!"
Shinohara tidak peduli dan malah membungkus dirinya dengan selimut, hanya memperlihatkan wajahnya.
Melihat kouhai yang seperti ulat itu, aku menghela nafas kecil lalu berjalan pelan ke arah rak buku.
Terlihat beberapa buku yang dibeli Shinohara untuk dibaca di rumahku, sepertinya sudah waktunya menambah rak buku.
"Boleh beli sih, tapi bawa pulang dong kalau udah dibaca."
"Eeh. Kan kadang-kadang pengen baca ulang."
"Di rumahmu sendiri kan lebih banyak waktu luangnya."
Semakin banyak waktu luang, harusnya semakin banyak kesempatan untuk membaca ulang.
Tapi Shinohara mengerucutkan bibirnya mendengar kata-kataku.
"Kalau di kamar sendiri, rasanya nggak ada semangat ngapa-ngapain. Justru karena ada orang lain di ruangan yang sama, jadi pengen melakukan sesuatu gitu."
"...Yah, aku ngerti sih perasaanmu."
Meski kata-kata itu tidak cocok dengan penampilannya yang seperti ulat, aku mengangguk.
Aku suka waktu sendirian. Tapi mau tidak mau, aku juga tidak bisa membantah bahwa belakangan ini aku jadi lebih aktif saat Shinohara nongkrong di kamarku.
Memang itu hanya karena aku terlalu santai saat sendirian, tapi aku bisa memahami jawaban Shinohara.
"Ya udah deh. Sebagai gantinya, aku juga bakal baca buku yang kamu beli ya."
"Tentu saja! Senpai mulai bisa diajak ngomong nih!"
"Aku cuma udah pasrah!"
"Ih bohong, senpai malu-malu. Good job deh~"
"Nggak malu-malu!"
Meski aku membantah, Shinohara tetap tertawa cekikikan.
Merasa dipermainkan, aku mengambil sebuah buku.
『Kelas Cinta untuk Orang Dewasa』
Judul yang tidak familiar. Tidak, mana mungkin familiar.
"Ah."
Shinohara mengeluarkan suara kecil.
Sepertinya ini milik kouhai yang terus-terusan santai di kasur orang.
"Apaan nih?"
Saat aku bertanya, Shinohara perlahan bangun lalu membuka mulut.
"Apaan gimana, itu buku yang mau aku baca di rumah senpai."
"Eh, langsung jawab gitu?"
"Kan nggak ada yang perlu dimaluin. Yang begini menarik kan?"
"Oh iya, dulu kamu juga nonton acara TV soal cinta ya. Suka ya?"
"Bukan suka, cuma tertarik aja."
Shinohara berkata santai sambil mencondongkan badan dari kasur, mengulurkan tangan.
Jelas tidak sampai, jadi wajar kalau diartikan dia menunggu aku memberikan bukunya.
Meski mengerti maksud Shinohara, aku pura-pura tidak sadar dan membalik-balik halamannya.
Font pink yang mencolok di sampul tidak menggambarkan isinya yang cukup serius, membuatku sedikit pusing.
"Lumayan serius ya..."
"Itu baru bagian awal lho. Di bagian akhir jadi satu halaman satu kalimat."
"Apa nggak ketipu?"
"Bukaaan, justru bagian akhir lebih banyak pesannya!"
Saat Shinohara terlihat akan turun dari kasur, mataku tertuju pada satu halaman.
Di halaman yang ditandai sticky note itu tertulis dengan font gothic besar:
『Yang dicari orang dewasa dari lawan jenis adalah kemandirian』
Kata-kata yang cukup terus terang.
"Kebalikan dari aku ya."
Aku mencoba bercanda dan terkekeh.
Tapi Shinohara malah berkata "Eh?" dengan nada terkejut.
"Senpai memang payah dalam hal masak dan bersih-bersih, tapi secara mental bukannya udah mandiri?"
"Ini aku dipuji? Dihina?"
"Dipuji!"
"Kalau gitu bagian awalnya nggak perlu kan!?"
"Saling melengkapi kekurangan itu yang bikin hubungan jadi indah. Nah senpai, mau makan malam apa?"
Shinohara dengan bangga menambahkan, "Aku akan melengkapi kekurangan senpai."
Tepat saat itu, perutku berbunyi keroncongan.
Shinohara terlihat sedikit terkejut, lalu tersenyum lebar menatapku.
Setelah diam sejenak, aku menjawab "...Babi jahe."
"Ternyata beneran laper ya. Siap laksanakan!"
Shinohara berkata begitu sambil tertawa kecil, lalu berjalan ke dapur masih dengan baju rumahnya.
Dia dengan cekatan mengambil celemek dan mulai menyiapkan masakan.
Sambil memandangi punggung kouhai-ku itu, aku merasa tidak keberatan dengan situasi ini.
—Kata-kata Shinohara memang tepat sasaran.
Pikiran itu melintas di kepalaku, membuatku tanpa sadar mengangkat bahu.
Post a Comment