NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yome ni Uwaki Saretara, Daigaku Jidai ni Modotte Kimashita! V1 Prolog

 Penerjemah: Randika Rabbani

Proffreader: Randika Rabbani

Jangan lupa buat join ke grup whatsapp Fanservice karena admin sana dah bersedia buat kasih hasil pesanan jasanya dari Hinagizawa Groups buat diunggah ke website Kaori Translation

Ini Linknya: https://chat.whatsapp.com/HLeZcbosBqsJWktlZvriUR


Prolog - Mengenai Kisah nyata dari Perselingkuhan Istriku


Istriku berselingkuh.

Awalnya aku tidak bisa percaya. Istriku selalu tersenyum dan baik hati. Karena itu, saat perselingkuhan itu terungkap, kupikir pasti ada suatu kesalahan. Tapi itu adalah kenyataan.

"Aku benar-benar minta maaf......"

Kalau memang sampai harus meminta maaf, aku berharap dia tidak melakukannya sejak awal. Pria selingkuhan istriku adalah mantan pacarnya semasa kuliah yang tampan dan berkelas. Dia jadi teringat kembali pada cinta lamanya yang muncul lagi, dibandingkan dengan suami norak sepertiku. Cerita yang begitu umum, yang bisa terjadi di mana saja.

"Tapi aku tidak mau berpisah...... kumohon...... tetaplah di sisiku...... aku ingin selalu berada di sampingmu......"

Istriku sama sekali tidak memberikan alasan apa pun. Dan meskipun sudah berselingkuh, dia masih bilang ingin bersamaku. Aku sama sekali tidak bisa mengerti. Apakah semua wanita memang seperti ini? Aku yang tidak populer ini tidak pernah pacaran dengan wanita selain istriku. Jadi, aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya.

"Aku akan melakukan apa saja. Kalau soal uang, aku akan berikan semuanya. Diperlakukan seperti apapun tidak masalah. Aku tidak peduli meskipun kamu bermain dengan wanita lain. Tapi biarkan aku di sisimu, biarkan aku tetap di sisimu......"

Aku tidak mengerti. Berselingkuh itu berarti dia lebih menyukai pria itu, kan? Lagipula, pria selingkuhan itu sangat berniat merebut istriku. Dia tidak peduli meskipun reputasi sosialnya akan hancur karena perselingkuhan ini. Dia bahkan menawarkan uang kompensasi berkali-kali lipat dari standar. Bukan hanya itu, dia bahkan bilang akan membantuku dalam hal karir di masa depan. Terus terang, kupikir itu tawaran yang sangat luar biasa. Orang dengan pemikiran waras pasti akan memilih berpisah dari istrinya, menerima uang kompensasi, dan memulai hidup kedua dengan kondisi sebaik itu. 

Istriku pun pasti lebih memilih pria selingkuhan yang lebih keren dan kaya daripadaku. Kenyataannya, siapapun pasti akan bilang kalau istriku yang sangat cantik akan terlihat serasi jika bersanding dengan pria selingkuhan yang tampan itu. Tidak ada yang rugi. Malah, rasanya itulah yang benar. Tapi.

"Aku mencintaimu! Aku ingin di sisimu! Aku tidak mau kalau bukan kamu! Aku ingin bersamamu! Selamanya bersama! Aku ingin bersamamu!"

Kupikir wanita ini sudah gila. Mungkin dia sedang bingung karena perselingkuhannya ketahuan. Tapi, meskipun waktu berlalu, jawabannya tidak berubah. Istriku menolak untuk berpisah dariku. Tentu saja hukum tidak mengizinkan itu. Jika aku yang mengajukan gugatan cerai, meskipun butuh waktu, pasti suatu saat akan terjadi juga. 

Tapi pembicaraan tidak maju sama sekali. Bahkan saat aku memilih untuk pisah rumah, istriku selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi. Meskipun aku pindah diam-diam, dia langsung menemukanku. Dia masuk ke kamarku seenaknya dan tidur di sebelahku. Kehidupan yang konyol. Aku sama sekali tidak bicara dengannya. Aku terus mengabaikan istriku. Tapi istriku selalu mengulang-ulang pembicaraan sepele sehari-hari. Kehidupan yang bodoh. Pria selingkuhan itu selalu datang ke tempatku, mengintimidasiku agar menyerah-kan istriku. Istriku terus mengabaikan pria itu. Kehidupan yang tegang.

"Nee, biarkan aku mendengar suaramu. Kumohon. Aku ingin mendengar suaramu."

Aku tidak punya tenaga untuk itu.

"Nee. Aku akan melakukan apa saja. Jadi... maafkan aku. Uun. Maafkan aku. Aku tidak dalam posisi untuk bisa bilang 'maafkan aku', ya. Maaf ya. Tapi. Aku ingin di sisimu. Karena hanya di sampingmu lah tempatku berada."

Kurasa aku sudah sangat lelah. Dan entah aku masih mencintainya atau tidak. Suka tapi benci. Meskipun terus diikuti, aku senang karena dibutuhkan tapi juga membencinya. Isi kepalaku kacau balau. Aku seharusnya sudah bahagia setelah menikah. Tapi masa lalu dari istriku menghancurkan kebahagiaanku. Aku tidak punya masa lalu yang hebat. Jangankan mantan pacar hebat yang bisa mengancam istriku, teman wanita saja aku tidak punya. Sementara dia, punya banyak mantan pacar. Sangat populer. Banyak yang mengi-nginkannya. 

Aku tahu, meskipun istriku meninggalkanku, aku mung-kin tidak akan pernah dicintai oleh wanita yang lebih baik darinya. Tapi istriku, meskipun pergi ke tempat pria seling-kuhan itu, dia bisa bahagia. Kupikir ini sangat tidak adil. Karena itu, aku jadi kelepasan bicara.

"Aku sudah tidak bisa melihat kebahagiaan lagi di masa depanku."

".….. Maafkan aku. Kalau ada yang bisa kulakukan, katakanlah. Aku akan melakukan apa saja."

"Kalau begitu. Kau juga relakanlah kebahagiaanmu."

"Maksudmu kamu ingin kita berpisah? ......Aku tahu ini egois, tapi aku tidak mau. Kumohon… aku ingin di sisimu. Karena bertemu denganmu, aku bisa menemukan diriku kem-bali. Karena itu aku ingin terus bersamamu mulai sekarang...."

"Ya, kalau memang kebahagiaanmu adalah berada di sisiku. Buktikanlah itu padaku. Kalau kau bisa, kurasa aku pasti bisa memaafkanmu."

Apa yang sebenarnya sudah kukatakan? Aku sendiri tidak tahu apa yang kukatakan. Pokoknya aku membencinya, muak padanya, tapi masih penuh penyesalan dan tidak bisa bahagia lagi.

"Un. Aku mengerti. Seberapa besar rasa sukaku padamu. Seberapa aku mencintaimu. Akan kubuktikan sekarang."

Pasti bukan cara yang benar. 

Paling-paling dia hanya memelukku, mencium, atau seks. Pakai tubuh wanita bisa menyelesaikan segalanya, kan? Kau pasti berpikir begitu, kan? Itulah yang kupikirkan. Ternyata berbeda.

"Lihat. Aku bisa membuktikan cintaku. Kalau kamu tidak ada di sisiku, nyawa seperti ini pun aku tak butuh lagi. Jadi lihatlah. Lihat aku. Jangan pernah lupakan aku selamanya. Aku sangat menyukaimu. Aku mencintaimu. Hanya kamu."

Istriku menusuk dadanya sendiri dengan pisau tepat di depan mataku. Dia tidak ragu sedikit pun. 

Dan dengan senyum tenang terukir di bibirnya, sambil menatapku….. dia meninggal begitu saja. 

Kematian tanpa kesan atau pertanda apa pun. Aku hanya bisa terdiam. Satu-satunya wanita yang mungkin mencintaiku telah hilang selamanya. 

Setelah kejadian itu, aku tidak punya ingatan khusus. Pria selingkuhannya itu menghajarku habis-habisan sambil menangis. Mertuaku mencaci makiku sambil menangis. Aku kehilangan semua temanku. Pekerjaan mungkin masih tersisa, tapi semangat atau apa pun sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah hari-hari membosankan tenggelam dalam alkohol. 

Dan saat aku sedang berkeliaran di kota dalam keadaan linglung.

"Kalau saja sampah sepertimu tidak ada, dia pasti bisa bahagia."

Hanya kata-kata itu yang terdengar. Saat kusadar, ada seseorang di depanku. Lalu tiba-tiba dadaku menjadi sakit. Dan semuanya menjadi merah.

"Apakah semuanya salahku...... Ini tidak adil......"

Lalu aku terjatuh, dan aku mati.


0

Post a Comment



close