Penerjemah: Chesky Aseka
Proffreader: Chesky Aseka
Finale Chapter
“Sang Pencerita Dongeng ── Fairy Tale’r ──”
“Masih hidup rupanya. Tolong, Kasane, obati mereka di tempat tadi.”
Di lantai pertama.
Sambil menunjuk para pria berpakaian hitam yang tertancap tombak es Yuki dan tergeletak di tanah, Kanae berkata, “Mereka itu pengejar dari Asgard, musuhmu, kan?”
“Aku tidak ingin Yuki sampai harus membunuh seseorang.”
Menerima itu, Kasane melantunkan mantra seperti bisikan, dan sosok para pria berpakaian hitam itu pun lenyap.
“...Namun, selain mereka, tidak ada siapa pun lagi."
“Sepertinya mereka berada di bagian paling bawah.”
“Bawah?”
“Dari tempat ini, serangan bongkahan es sebesar tadi tidak mungkin dilancarkan. Jadi pasti mereka ada di ruang terbuka.”
“...Di mana?”
“Akan segera terlihat.”
Kasane menggenggam tangan Kanae, lalu menatap keluar pagar, dan seketika melakukan berpindah ruang menuju langit.
Dia menatap langit di bawah lantai pertama, menembus batas pembalikan gravitasi, lalu tanpa ragu kembali melakukan Perpindahan Ruang.
Melintasi bidang itu, hukum gravitasi kembali normal.
“...Tidak ada apa-apa...?”
Di bawah mata Kanae, terbentang tanah kosong berbentuk lingkaran berdiameter lebih dari 15 kilometer.
Itulah sisi balik kota bertingkat, Kota Terbalik Kobe.
Tanah dasar kota itu menempel pada batas pembalikan gravitasi.
Di tengahnya menjulang elevator yang menembus kota bertingkat itu sebagai penopang.
Selain itu, tidak ada bangunan lain.
Hanya hamparan kosong yang luar biasa luas, putih seluruhnya, hingga skala ruang seolah membuat kewarasan goyah.
“Ketemu.”
Kanae dan Kasane mendarat di salah satu sudut tanah dasar kota.
Di ruang hampa itu, hanya angin yang menderu kencang.
Suhu asli di ketinggian 20 kilometer mestinya sekitar -70 derajat, namun karena fenomena pembalikan gravitasi, tanah dasar kota tetap berada di sekitar 0 derajat.
Meski begitu, Kanae tetap merasa dingin. Beberapa puluh meter di depannya, berdiri Nozomi, ditemani Yuki dan Levy di sisi kanan kirinya.
“Halo, Kanae. Kamu datang lagi rupanya? Aku menyuruh Levy mencarimu, tapi kalau sampai kamu lari ke sisi lain Bumi, serangan Yuki memang takkan bisa menjangkaumu. ...Jadi, lumayanlah, kamu menghemat usahaku untuk mengejarmu.”
“Yuki dan Levy seharusnya tidak mungkin bisa melakukan hal itu... Bagaimana caranya...!”
“Oh, mereka bisa. Kamu tanpa sadar selalu menahan kekuatan Yuki. Memang, kalau terlalu jauh batasnya, beban besar akan jatuh padanya. ...Sedangkan Levy, dia menerima arus balik kekuatan Yuki melalui Original FT. Kini, setelah kekuatan Levy ditarik hingga batasnya, dia telah menjadi Peri Fenomena fungsi gelombang Everett yang sempurna, mampu mengamati seluruh Bumi. Levy sudah bukan lagi kegagalan ataupun sampah.”
“...Aku sendiri tidak bisa banyak bicara soal orang lain, tapi kamu benar-benar menyimpang. Kudengar kamu juga menipu Kanae. Aku pun, tidak bisa membiarkannya begitu saja.”
“Oh, ini rupanya Laurus yang terkenal itu? Waktu itu aku belum jadi penasihat Egenfried, tapi aku pernah dengar namamu. Dan sekarang kamu adalah Kasane... Apa kamu jadi wanita baru bagi Kanae?”
“Hanya hubungan sekali ini! Setelah mengalahkanmu dan merebut kembali Yuki serta Levy, semuanya selesai.”
“Namun, ini merepotkan. Sepertinya kamu terikat kontrak dengan Kanae, karena satu lagi kontrakmu dengan FT Eksklusif milik Tatsumi jadinya tidak bisa aku rebut kendalinya. Jadi, sebaiknya memang kubunuh kalian di sini.”
“Jangan seenaknya bicara begitu!”
Di samping Kasane yang dipenuhi amarah, Kanae memanggil Yuki dan Levy yang berdiri di sisi Nozomi.
“Yuki, Levy, kalian dengar? ...Kembalilah. Bukannya aku tuan kalian...?”
Namun Yuki dan Levy tak memberi reaksi.
Mereka tidak bergerak sedikit pun, mata mereka kosong tanpa fokus, menatap hampa ke depan.
“Tak ada gunanya lagi. Tanpa perintahku, Yuki dan Levy tidak bisa berbicara. Kendali atas mereka sepenuhnya sudah kugenggam. Tak ada lagi ikatan antara mereka dan dirimu.”
“Masih ada. ...Lihatlah, pada rambut peraknya.”
Yuki masih berambut pendek.
Kanae teringat kenangan di Hide Lab, ketika mereka berbincang dan dia sendiri memangkas rambut Yuki.
“...Apa maksudmu? Aku tak paham. Dua orang itu bukan lagi milikmu.”
“Sejak awal mereka bukan milikku. Yuki dan Levy hanya pernah berada di sisiku, sebagai dua gadis biasa. Dan aku tidak mau menjadikan itu sebagai masa lalu. Aku tidak ingin kehilangan mereka. ...Karena itu, aku ingin kamu mengembalikan mereka padaku.”
“Lalu apa bedanya itu dengan memperlakukan mereka sebagai milikku? Terdengar sama saja bagiku.”
“Untuk hidup, mereka butuh lingkungan kontrak khusus. Jika suatu saat masalah itu terselesaikan, mungkin mereka akan meninggalkanku. ...Tapi saat ini berbeda. Tempat di mana mereka bisa bertahan hidup hanya ada di sisiku atau di sisimu, Nozomi-sensei. Dan meski terdengar angkuh, tempat di mana mereka bisa hidup demi dirinya sendiri bukanlah di sisimu, tapi di sisiku. Karena itu, kembalikan mereka.”
“Tidak bisa. Aku butuh mereka tetap berada di sisiku, demi diriku. Untuk itu, kamu yang tak berguna lagi harus mati. Demi mengembalikan hasil penelitian Haitani Gien yang hilang tujuh tahun lalu. Kehadiranmu jelas menjadi variabel tak pasti yang berbahaya.”
“Jadi semua ini demi itu...”
Kanae menahan tangannya yang bergetar, memaksa diri untuk menyingkirkan kekaguman yang masih tersisa pada Nozomi.
“Aku tidak akan mengejarmu lagi, Nozomi-sensei. Akan kuhancurkan Original FT itu.”
“...Oh. Kalau begitu, Yuki. Kubur Kanae dengan tanganmu sendiri.”
Yuki melangkah pasti, perlahan menuju ke arahnya.
“...Kanae, tetaplah di situ.”
Kasane, dengan gaun merah berumbai, melangkah ke depan. Mata kanannya merah, mata kirinya hitam, hanya sekejap melirik Kanae.
Yuki dan Kasane saling mendekat, lalu berhenti berhadapan.
Dan pertarungan pun dimulai.
Seakan-akan reinkarnasi pertempuran dalam mitologi.
Yuki mengulurkan tangan kanannya, lalu mendinginkan ruang sepanjang hampir satu kilometer di depan mereka hingga ke titik nol mutlak.
Sesaat sebelumnya, Kasane menciptakan Wormhole dan membawa Kanae menjauh ke zona aman.
Yuki menyentuh kubus kristal es raksasa yang menjulang.
Dari es itu, tombak-tombak berukuran puluhan meter terus bermunculan dan melesat.
Dari gaun rumbai Kasane, muncul Void Gravity tak terhitung jumlahnya, yang membelokkan pemandangan bagai fatamorgana.
Kekosongan itu bergerak melindungi Kasane dari tombak-tombak es.
Gravitasi yang muncul dari segala arah memaksa jalur tombak berubah ke samping, menghantam tanah, atau saling bertubrukan.
Kasane berhasil menahan semua tombak es yang melesat, namun serangan Yuki tak juga berhenti.
Dari kubus kristal es raksasa yang disentuh tangan kanan Yuki, tombak-tombak es terus-menerus tercipta, tanpa habis, dan ditembakkan.
“Tak ada habisnya, ya... Mendeteksi garis geodesik gravitasi.
“Selesai, memasukkan Affine Parameter dengan nilai maksimum.
“Ambang batas tercapai. Menetapkan radius Schwarzschild.
“Mengembangkan microdomain.
“Konvergensi Singularitas: Parameterize Zero.”
Di hadapan Kasane, lahir sebuah bola hitam sebesar bola sepak, sebuah Black Hole.
Lalu ia melesat deras, menukik ke arah objek kubus kristal es raksasa.
Yuki menembakkan tombak-tombak es berturut-turut untuk menghadang Black Hole yang datang mendekat.
Namun, Black Hole yang memiliki sifat menelan segala sesuatu yang disentuhnya itu, setiap kali bersentuhan dengan tombak es yang ukurannya seratus kali lebih besar, memaksa menyerapnya sambil mengguncang udara.
Black Hole itu menubruk kubus kristal es tanpa sedikit pun melambat.
Ruang berputar membentuk pusaran, dan bongkahan es raksasa itu ditelan tanpa meninggalkan bekas.
...Menyusul kemudian, Black Hole pun kehilangan tenaga dan hancur.
“Seperti yang kuduga, sebesar itu, benda itu pun akhirnya lenyap juga,”
Yuki kembali mengarahkan tangannya ke arah Kasane. Dia melepaskan hawa nol mutlak, berusaha membekukan ruang itu sendiri.
“Pelepasan Repulsion, lima jari kanan dan lima jari kiri.”
Dari tiap jari Kasane, terbentuklah sepuluh benang cahaya merah yang muncul dan menyebar.
Dalam sekejap, benang-benang itu memanjang ratusan meter ke depan, melingkar rapat tanpa celah, membentuk sebuah perisai bundar yang menolak kontak fisik.
Gelombang hawa dingin yang terpancar dari tangan kanan Yuki tertahan oleh perisai cahaya merah itu, lalu menyebar ke ruang sekitar.
Di permukaan kota, duri-duri es yang menjulang bagaikan menara raksasa bermekaran, seolah-olah bumi dipenuhi bunga mawar es raksasa.
“...Kasane, apa kamu memang sekuat itu...?”
“Barusan aku makan banyak kue.”
Kasane menjawab seakan hal itu tak berarti apa-apa.
Kanae tidak tahu.
Selama ini, karena takut melukai Yuki, Kasane secara tak sadar menahan kekuatannya.
Lebih dari itu, selama empat tahun Kasane tak pernah memperoleh nutrisi yang cukup, sehingga kekuatan aslinya tak pernah keluar.
Namun kini, setelah batas kekuatan Yuki terlepas, Kasane pun akhirnya merebut kembali daya sejatinya.
Pertarungan itu benar-benar layak disebut bencana.
Kanae kini merasakan sendiri arti sesungguhnya dari pertarungan sungguhan para makhluk Tujuh Bencana Besar, eksistensi di luar batas nalar.
Yuki dan Kasane telah melangkah masuk ke ranah para dewa dalam mitos.
“Ambang batas tercapai.”
Kasane melafalkan mantra singkat lalu berpindah dengan Perpindahan Ruang.
Bukan ke arah Yuki, melainkan tepat di depan Nozomi.
Dia mengayunkan benang cahaya merah untuk menghancurkan Original FT yang dimiliki Nozomi.
Namun, hantaman tombak es dari belakang mengenai dirinya telak.
Kasane terhempas ratusan meter, menghantam tanah keras.
“Kasane!”
Sebelum Kanae sempat berlari, Kasane muncul di hadapannya dari dalam Wormhole yang terbuka.
“...Kenapa kamu selalu bisa menghadangku lebih dulu...!”
Kasane meringis pahit, sembari memuntahkan gumpalan darah pekat.
Luka menganga di pinggangnya perlahan mulai pulih, dan pakaian yang robek pun terjahit kembali dengan sendirinya.
Dengan daya regenerasi yang dimiliki Tujuh Bencana, luka itu memang sembuh.
Namun rasa sakitnya tetap ada.
Walau mereka makhluk yang di luar nalar, Yuki dan Kasane tetaplah dua gadis remaja.
Kasane yang berdiri kembali, sekali lagi diliputi Wormhole.
Menjawab itu, Yuki menembakkan tombak es ke ruang kosong.
Tombak es itu segera meluncur ke titik teleportasi Kasane.
Kasane pada saat genting menciptakan Void Gravity yang lebih besar dari sebelumnya, memelintir lintasan tombak es dengan gaya gravitasi yang ditimbulkan ke arah kanan.
Serangan mendadak itu kembali digagalkan, dan Kasane memilih mundur ke arah Kanae melalui Perpindahan Ruang.
Dari sana, dia menciptakan sepuluh Wormhole dan menusukkan sepuluh benang cahaya merah untuk melancarkan serangan jarak jauh.
Sepuluh benang itu muncul tersebar di sekitar Nozomi, menyerbu hendak menghancurkan Original FT yang ada di tangannya.
Namun, seolah telah diduga, pada jalur setiap benang itu sudah dipasang kubus kristal es seukuran Rubik.
Sepuluh kubus kristal es itu mengandung inti dari kemampuan Yuki, yaitu manipulasi percepatan dan perlambatan partikel.
Kristal-kristal itu langsung mengintervensi partikel virtual Repulsion yang menjadi bahan benang cahaya, menghancurkan wujud benang dari akarnya hingga lenyap.
Dan Yuki tak berhenti di situ. Dia segera menembakkan sepuluh tombak es lagi, lalu melemparkannya ke dalam Wormhole Kasane yang mulai memudar.
Melewati sirkuit lompatan di dalam dimensi itu,tombak-tombak es tiba-tiba muncul mengurung Kasane, yang sedang fokus mengendalikan Repulsion.
“Ugh.
“Affine Parameter yang optimal.”
Serangan mendadak itu datang terlalu cepat, hingga Kasane tak sempat menghindar dengan Perpindahan Ruang.
Ledakan beruntun bergemuruh, mengguncang tanah. Dasar kota pun hancur berkeping-keping, dengan debu tebal yang membumbung.
Di dalam kabut debu, Kanae berlari.
“Ada apa? Apa yang terjadi!?”
“...Sambungan teleportasiku sepenuhnya sudah terbaca...!”
Kasane menjawab dengan napas terputus-putus, tubuhnya porak-poranda.
Meski tubuhnya tetap berangsur pulih berkat daya regenerasi Tujuh Bencana, kali ini penyembuhannya jauh lebih lambat.
Jika pertarungan timpang semacam ini terus berlanjut, cepat atau lambat Kasane akan kalah.
“Dengan kemampuan observasi yang diperoleh dari Levy, parameter distorsi ruangmu bisa dihitung balik. ...Baiklah, mari kita akhiri ini. Yuki, aktifkan Telestial Globe.”
Kasane mencoba melawan dengan membacakan proses aktivasi Apple Eater untuk berpindah ke sisi lain Bumi, namun Yuki, dengan koordinat akurat dari Levy, menembakkan tombak es sambil terus melafalkan mantranya tanpa terputus.
Kasane terpaksa menghentikan mantranya di tengah jalan.
“Tidak! Tidak sempat!”
“...Tak apa. Waktu tidak akan berhenti, untukmu dan untukku.”
Memulai penyebaran Aether di lingkup orbit Bumi.
“Kanae, kamu bukan lagi tuannya Yuki. Karena itu, kalian akan berhenti bersama dunia ini.”
Penyebaran selesai, seluruh jalur komunikasi dengan Peri Fenomena terhubung.
“Aku masih terhubung dengan Yuki. Karena rambut Yuki masih...”
Dia memandang rambut perak Yuki.
Padahal Nozomi seharusnya sudah mengatur ulang Yuki ke kondisi standar.
Namun, mengapa Yuki masih berambut pendek seperti saat Kanae memangkasnya, bukan dengan rambut panjang asli yang menjuntai hingga pinggang?
Kala itu, Yuki pernah berkata.
...Aku tidak ingin menyamar. Aku hanya ingin berubah. Kanae sudah memberiku alasan. Dengan tanganmu, kamu sudah mengubahku.
...Aku tidak ingin menganggap semua itu tidak pernah ada...
Tidak seperti mata kiri Kasane yang cacat permanen karena waktu, sehingga kondisi standar dirinya ikut berubah.
Kalau begitu, alasan mengapa rambut Yuki tetap pendek hingga kini...
Mengaktifkan Imperial Order, Telestial Globe.
...Kanae, tolong...!
Karena ikatan kontrak antara mereka berdua masih belum terputus.
Pada saat itu juga, seluruh Peri Fenomena yang ada di orbit Bumi berhenti berfungsi.
Di ruang ini, satu-satunya yang dapat bergerak hanyalah Nozomi, Yuki, Levy... Serta Kanae dan Kasane.
Nozomi menatap Kanae dan Kasane dengan ekspresi terkejut.
Suara tadi, Yuki...
Melalui jalur komunikasi Aether yang telah Yuki sebarkan ke seluruh orbit Bumi, Kanae dan yang lain dapat berkomunikasi lewat pikiran.
Kali ini, Kasane yang terikat kontrak dengan Kanae pun ikut terhubung.
...Sekarang aku hanya bisa berbicara. Levy sudah sepenuhnya dikuasai...
Wajah Yuki yang mendekat tidak menunjukkan bayangan dari suara yang bergema di dalam kepala mereka.
Meskipun Nozomi telah menyegel seluruh gerakan Yuki, sisa kontrak dengan Kanae sedikit menghalangi perintahnya, sehingga dia tidak bisa menghentikan pikirannya.
Dan pikiran Yuki hanya bisa keluar masuk melalui Aether, selama Telestial Globe dalam kondisi aktif.
Tidak seperti Kanae yang menggunakan otak, Nozomi mengendalikannya melalui perangkat bernama Original FT, sehingga dia tidak dapat ikut masuk dalam komunikasi ini.
Kasane, bawalah Kanae denganmu, larilah ke tempat lain dengan Perpindahan Ruang...
Mustahil! Tidak sepertimu, aku harus melafalkan mantra aktivasi secara lisan!
Dunia yang telah menghentikan fonon, partikel pembawa suara, dipenuhi oleh keheningan yang menegangkan.
Kalau begitu, Kasane... Bunuh aku segera...
Bukannya waktu itu kamu bilang tidak akan berkata soal mati lagi!?
Apa yang kamu bicarakan... Kali ini, seperti dulu saat kamu melakukannya, aku akan menang tanpa harus membunuhmu.
Tapi, tapi, dalam keadaan ini tidak ada jalan lain...!
Cerewet sekali! Diam dan biarkan aku menyelamatkanmu!
Yuki meluncurkan tombak-tombak es tanpa ampun ke arah Kanae.
Kasane menciptakan Void Gravity untuk membelokkan jalur tombak es itu.
Peri Fenomena adalah fenomena fisika itu sendiri.
Karena Yuki dan Kasane termasuk dalam filter pengecualian yang mendefinisikan luar dari jangkauan Telestial Globe, mereka bisa menggunakan kekuatan bahkan di ruang yang terhenti.
Yuki dan Kasane bertempur dengan saling menyegel Imperial Order satu sama lain.
Yuki belum menunjukkan tanda-tanda kelelahan, sementara Kasane terus menumpuk rasa letih dan luka.
Bukan hanya Kasane yang menerima kerusakan.
Kanae yang napasnya ikut disegel pun mulai merasakan sesak.
Namun, seharusnya Nozomi pun sama...
Kenapa Nozomi-sensei tidak terlihat kesulitan bernapas?
...Alasan Kanae tidak bisa bernapas hingga sekarang, adalah bug dari filter pengecualian yang lama tidak digunakan. Original FT telah menanggulangi bug itu...
Nozomi berjalan perlahan bersama Levy dengan wajah tenang.
Bagi Nozomi, meski Telestial Globe tak memengaruhi Kanae, itu bukan masalah.
Bahkan bila bertarung biasa, Yuki dan Kasane tetap kalah dalam hal kekuatan menghadapi Nozomi.
Ditambah lagi, Nozomi memberi Kanae batas waktu berupa kebutuhan bernapas.
Kasane hanya bisa bertahan, menjadi tameng bagi Kanae.
Sementara kesadarannya mulai memudar, Kanae berbicara pada Yuki.
Yuki... Kamu ingat pedang es itu?
...Ya. Pedang yang aku ayunkan di Tokyo. Setelah itu terjadi Tokyo Absolute Zero. Sejak saat itu, pedang es itu tak pernah lagi kutemukan dalam diriku. Sebenarnya aku pun tak berniat menggunakannya...
Bohong! Di hutan buna, tiba-tiba kanu menciptakan pedang es itu! ...Rasa tak terduga yang begitu dalam, jujur saja, aku benar-benar merasa akan kalah. Apa sebenarnya itu...?
Kasane, baik Yuki maupun aku tidak punya ingatan tentang itu. Tapi hanya Levy yang melihatnya dengan jelas.
Levy, yang merupakan Peri Fenomena dari fungsi gelombang, telah mengamati struktur pedang es yang Yuki ciptakan, dan keberadaannya.
Dia memang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkannya seperti yang dibayangkan oleh Haitani Gien, tapi dia memahami spesifikasinya.
“—Hanya pada Tuan Kanae saja, nanti aku akan ceritakan. Jadi sekarang, tolong...”
Aku mendengar dari Levy tentang pedang es itu. Aku tahu Yuki takut akan pedang itu. Tapi selain itu, tidak ada cara lain untuk keluar dari keadaan ini.
Yuki bertanya dengan suara yang terdengar penuh ketakutan.
...Jika sesuatu seperti tujuh tahun lalu di Tokyo terjadi lagi pada orang-orang di kota ini...!
Tidak apa-apa. Sekarang Yuki punya aku sebagai tuan. Aku pasti bisa mengendalikanmu sepenuhnya.
...Kalau begitu, Kanae, kumohon... Hentikan aku...!
Serahkan padaku. ...Berdasarkan kontrak, aku akan memberimu perintah resmi.
Lepaskan Master Key.
Bukan tombak es yang ditujukan untuk menyerang Kanae, melainkan sebilah es lain yang terbentuk tepat di depan matanya.
Kristal es nitrogen yang diekstrak dari ruang membentuk spiral, lalu menyatu menjadi wujud sebilah pedang panjang.
Sebuah longsword es dengan ukiran pola rumit nan padat selesai terbentuk, dan saat memancarkan kilau biru yang indah, dunia pun retak.
Di dalam fluida tak kasat mata, Aether, yang disebarkan Yuki, celah-celah retakan menjalar kacau dengan pedang es itu sebagai pusatnya.
Retakan itu menembus materi, dan seketika menyebar ke seluruh orbit Bumi.
Deru keras bagaikan kaca yang hancur beruntun menggema, dan waktu yang sempat berhenti kini kembali mengalir.
“...Apa ini...?”
Nozomi menatap retakan yang menutupi langit, perlahan menghilang.
Untuk pertama kalinya, dia memperlihatkan ekspresi yang kehilangan ketenangan.
“Apa yang sudah kamu lakukan?”
Kanae, sambil terengah-engah karena kekurangan oksigen, mengatur napasnya dan berbalik ke arah Nozomi.
“...Aku baru saja memaksanya untuk membatalkan Telestial Globe.”
“Tak mungkin... Seperti namanya, Imperial Order yang dijalankan para ‘ujuh Bencana seharusnya memiliki prioritas di atas segalanya.”
“Nozomi-sensei sendiri yang pernah bilang, ingin mengembalikan hasil riset Haitani Gien yang hilang tujuh tahun lalu. Pedang es yang disebut Master Key ini, kurasa adalah bagian dari hasil riset itu.”
“...Hmmm, informasi yang sangat bagus. Terima kasih banyak. Tapi sesuatu yang dipulihkan dengan tanganmu bisa jadi unsur tak terduga. Kalau begitu, sebaiknya aku hancurkan dulu, lalu mengembalikannya dengan tanganku sendiri.”
Nozomi memerintahkan Yuki.
Yuki menciptakan beberapa tombak es, lalu mengayunkan tangan kanannya, menembakkannya ke arah pedang es itu.
Pedang es yang tertancap di depan mata Kanae disentuh oleh tombak es milik Yuki, dan seketika lenyap begitu saja.
“...Itulah yang dikatakan Levy. Master Key ini memiliki kekuatan untuk mengembalikan segala sesuatu yang disentuhnya ke bentuk asalnya. Membuat es, menghentikan waktu, hal-hal mustahil semacam itu... Semuanya akan dihapus oleh Master Key ini.”
Saat Kanae mengucapkan kata-kata itu, fondasi kota berguncang.
Seluruh kota berlapis itu diguncang oleh getaran hebat.
Kanae! Ini gawat! Fenomena pembalikan gravitasi di Kobe sedang kembali ke kondisi semula!
“Tidak apa-apa, Kasane. Ada cara yang tepat untuk mengendalikan Master Key ini.”
Kanae mengingat tulisan tangan Haitani Gien yang dia baca di Hide Lab.
“...Kita harus membuat Laurus menghasilkan sebuah Stabilizer untuk menghadapi Master Key. Stabilizer diprogram menggunakan partikel virtual Repulsion. Cara menggunakannya cukup dengan melilitkannya.”
Kanae juga telah mencari tahu arti kata Stabilizer ketika dia keluar berbelanja tadi malam.
Makna Master Key masih samar dan tidak jelas, tetapi makna yang satu ini cukup gamblang.
“Kasane, dengar baik-baik! Repulsion yang diprogram oleh Haitani Gien melalui dirimu bukanlah sesuatu yang bisa berdiri sendiri! Pada dasarnya itu adalah alat penyeimbang untuk Master Key yang dimiliki Yuki! Karena itu, untuk mengendalikan Master Key, lilitkanlah Repulsion itu pada pedang es ini!”
“Apa yang kamu katakan sama sekali tidak masuk akal! Bukannya pedang es ini seharusnya meniadakan fenomena abnormal apa pun yang bersentuhan dengannya?”
Meski berkata demikian, Kasane tetap mengulurkan lima benang cahaya merah dari jari-jemari kanannya ke arah pedang es itu.
Benang-benang cahaya merah itu lepas dari jemarinya, melilit sendiri ke bagian pelindung pedang es, lalu menjerat erat seolah mengikat.
Namun, benang cahaya merah itu tidak lenyap.
Kilau biru cemerlang yang terpancar dari pedang es, warna yang sama dengan mata Yuki, berubah menjadi cahaya biru muda yang lembut.
...Pada saat yang sama, getaran yang mengguncang kota berlapis itu pun mereda.
“Kasane, Repulsion-mu punya kemampuan menolak kontak fisik dalam radius lima sentimeter, bukan? Pedang es ini mengembalikan fenomena abnormal yang bersentuhan langsung ke bentuk asalnya. ...Mungkin karena tidak menyentuh langsung, jadi masih aman?”
Kode kendali yang diprogram ke dalam tiap-tiap partikel virtual Repulsion mengatur kekuatan Master Key yang mengembalikan segala sesuatu ke bentuk asalnya agar tidak aktif secara acak.
Tanpa harus menyentuh, dia bisa mengganggu benda, memberi pengaruh, satu-satunya Stabilizer yang bisa digunakan melawan Master Key.
Itulah hakikat dari Repulsion milik Kasane.
“Seperti akal-akalan anak kecil saja...!”
Kanae menggenggam gagang pedang es yang tertancap di tanah dengan kedua tangannya.
Pedang es yang panjangnya hampir setengah dari tinggi tubuhnya itu dia cabut dengan ringan.
Seluruh bilah pedang memancarkan cahaya biru muda, bagian pelindungnya tampak seperti dihiasi benang merah bercahaya Repulsion. Pedang itu seakan sudah menyatu dengan genggaman Kanae.
Dia mengarahkannya ke depan dengan gerakan mantap.
“Kuberitahu dulu, tenagaku hampir habis. Kalau ini berlarut sedikit lagi, tidak ada lagi peluang menang.”
Kasane sudah menghabiskan seluruh jatah kuenya.
Empat tahun tanpa asupan nutrisi membuatnya tidak punya tenaga cadangan.
“...Kasane, sekarang aku harus mendekati Yuki. Bisa kamu bantu aku bergerak dengan sisa kekuatanmu? Dalam keadaan Master Key yang sudah distabilkan dengan Repulsion, aku yang terikat kontrak dengan Yuki bisa memilih sendiri, apa yang akan kuhapus dan apa yang tidak. Jadi kemampuanmu tidak akan terbatalkan.”
Bagi Kanae yang memahami Strange Code, semua itu sudah jelas tanpa perlu ada yang menjelaskannya.
“Jadi kamu, seorang manusia biasa, berniat melawan Tujuh Bencana?”
“Kenapa baru sekarang kamu nanya ini? Bukannya sebelumnya aku juga menang melawanmu dengan cara ini?”
“Tak ada pilihan lain rupanya... Hanya tiga hal yang bisa kulakukan untukmu, Kanae.”
Kasane menarik napas panjang, namun terdengar seperti sebuah helaan lega.
Void Gravity yang menembakkan gravitasi ke arah manapun, Wormhole yang memelintir ruang dengan gravitasi untuk berpindah, dan singularitas gravitasi Black Hole yang menelan segalanya.
Hanya satu kali kesempatan tersisa untuk masing-masing.
“Nozomi-sensei, aku akan merebut kembali mereka, Yuki dan Levy! Dan sekalian juga nasib dunia ini!”
“Jangan seenaknya bicara! Tahukah kamu berapa banyak waktu yang telah kuhabiskan untuk persiapan ini!? Semuanya demi mengembalikan hasil penelitian itu! Sampai-sampai aku harus rela menyebarkan keramahan menjijikkan untuk berpura-pura!”
“Aku justru diselamatkan oleh kepura-puraanmu itu!”
Kanae mengaum dan berlari.
Di hadapannya, sebuah Wormhole terbentuk.
Namun tujuan teleportasi itu terbaca jelas oleh kemampuan observasi Levy.
“Jangan menyerang dengan titik, serang areanya!”
Sekalipun pedang es itu menghapus serangan yang mengenainya, bila menyerang dengan areanya, maka, Kanae juga akan terkena serangan pada saat yang sama.
Fenomenanya bisa dinegasikan, tapi hasil dari fenomena yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan.
Yuki mengangkat tangan kanannya, seolah sudah menduga gerakan Kanae, lalu hendak melepaskan gelombang nol mutlak yang membekukan ruang dalam skala kilometer.
Begitu gelombang nol mutlak itu menyentuh Kanae, fenomena itu memang akan dihapus oleh pedang es, namun Kanae akan mati pada saat yang sama.
Suasana tegang mengiris udara, ruang yang dilalui oleh teleportasi Wormhole mulai membeku...
...Namun sesaat sebelumnya, sesuatu yang keluar dari dalam Wormhole berputar deras membentuk pusaran.
“Konvergensi Singularitas: Parameterize Zero.”
Saat Kasane melafalkan mantra, bola hitam pemangsa segalanya, Black Hole, pun aktif.
Mendahului Kanae, sebuah Black Hole mikro muncul dan menelan gelombang nol mutlak yang dilepaskan Yuki sebelum hawa dingin pemusnah itu sempat menyebar.
Namun segera setelah memakan gelombang itu, Black Hole pun kehilangan kekuatannya dan saling meniadakan...
...hingga yang tersisa hanyalah Kanae, berdiri di ruang hampa.
“Aku juga sudah memperhitungkannya! Meski hanya dengan firasat belaka!”
Jika dalam sepersekian detik itu mereka tidak bisa menumpangkan serangan terkuat masing-masing, mustahil Kanae dapat selamat.
Yuki, yang melihat Kanae muncul beberapa meter di hadapannya, spontan mengayunkan tangan kanan, melepaskan rentetan tombak es.
Kanae berlari sekuat tenaga.
Menyusul dari belakang, kekuatan Void Gravity milik Kasane muncul, mendorong langkah Kanae.
Dengan alat percepatan gravitasi yang terbentuk di depannya, larinya melonjak dalam sekejap hingga mencapai kecepatan puncak.
“Selebihnya terserah pada Kanae.”
Kasane tak lagi punya sesuatu untuk menolongnya.
Tapi itu sudah cukup.
“Uoooooohhh!!”
Kanae menangkis hujan tombak es dengan sisi pedang beku di tangannya.
Tombak-tombak yang mengincar kepala dan jantung lenyap seketika begitu menyentuh bilah pedang.
Namun, ada yang masih menembus, menancap di bahu kirinya, menggores perut, dan merobek pahanya.
Meski begitu, langkah Kanae tak pernah melambat.
Dia akhirnya sampai tepat di hadapan Yuki.
Kanae membalik pedang, menggenggam sisi tajamnya dengan telapak yang terbelah, memegangnya erat, erat sekali.
Agar pedang itu tak pernah lepas lagi.
Suara tumpul terdengar. Gagang pedang yang dia dorong menghantam bahu kanan Yuki.
Kanae tidak menghapus Yuki, sosok yang sejatinya tidak pernah seharusnya ada. Dia hanya menghapus sesuatu yang dipaksakan Nozomi padanya, kontrak palsu itu.
“Yuki, kembalilah pada wujudmu yang seharusnya. Tuanmu adalah aku.”
“...Ka...nae... Teri...ma kasih...”
Tatapan kosong di mata biru Yuki perlahan memulihkan cahaya kristal salju biru.
Kala tubuh Yuki terkulai, Kanae yang penuh luka dan darah segera merangkulnya.
Dia melepaskan pedang es itu, membiarkannya jatuh. Pedang itu retak dan pecah menjadi berkeping-keping.
Krash.
Dua benda pecah sekaligus.
Kasane yang datang terlambat mencabut pisau belati dari gaun frill-nya dan menancapkannya pada perangkat Original FT di tangan Nozomi, menghantamkannya ke tanah.
Kilau bintang kembali di mata Levy yang sempat kosong.
Nozomi, dengan ambisinya yang hancur, sejenak menunjukkan wajah putus asa.
Lalu dia tersenyum getir.
“...Haitani Gien... Inikah yang kamu sebut Fairy Tale’r? Ah, sungguh... Sungguh memuaskan...! Mulailah merajut lagi sesuka hatimu! Cerita milikmu, untukmu, olehmu seorang!”
Tubuh Nozomi tergulung oleh Wormhole, sambil terkekeh lirih.
“Masih kusisakan satu. Anggap saja hadiah. Tujuan transfernya ke kantor Interpol Osaka, penjara internasional untuk kriminal kelas berat, jalur langsung ke sel babi.”
“...Nozomi-sensei. Aku... Aku...”
“Masih ingin menggantungkan dirimu padaku? Hah... Kamu tak pernah berubah, Kanae...”
Dia mengatakannya dengan senyum akrab.
Dengan itu, Nozomi menghilang.
Meninggalkan hanya Kanae dan yang lain, berdiri di atas fondasi kota yang penuh bekas pertarungan sengit.
“...Maafkan aku. Aku hampir, membunuh Kanae, juga Kasane...”
“Kami tidak akan mati, Yuki.”
“Tak usah dipikirkan. Semuanya sudah berakhir.”
“T-T-T-Tidak, Tuan Kanae! Belum selesai!”
Levy, yang baru benar-benar sadar dari pengaruh, berseru panik.
Dan seketika.
Grrrrrrrrrr!
Guncangan menggila di kota bertingkat Kobe, lebih dahsyat dari saat pedang es tadi.
“Mengapa Kobe lagi-lagi kacau!?”
“Master Key-nya sudah lenyap!”
“Sepertinya karena Yuki dan Kasane mengerahkan terlalu banyak tenaga, kerusakan besar telah terjadi!”
Pertarungan antara Yuki yang melepas seluruh batasannya dan Kasane yang mengerahkan segalanya memperluas luka dunia yang sudah lama terhenti.
“Tunggu... Koefisien gravitasi Kobe meningkat tak terkendali. Kalau begini terus...”
Ledakan suara memekakkan telinga mengguncang langit.
Gravitasi mendadak menghantam seperti dinding tak kasat mata, menekan Kanae dan lainnya ke tanah.
“Ini... sudah berbahaya, kan?”
Yuki, masih dalam pelukan Kanae, menunjuk langit.
“Elevatornya terbelah dua!!”
Bukan langit yang berguncang. Fondasi kota yang miring.
Elevator buatan Asgard, pilar penopang kota bertingkat, dikenal sebagai objek yang tak bisa dihancurkan.
Namun kini, elevator itu terputus di tengah udara.
Andai hanya kerusakan dari Tujuh Bencana Besar, mungkin masih bisa diperbaiki.
Tapi lonjakan gravitasi yang muncul akibat kerusakan lokal yang terjadi menambah beban fatal.
Kota bertingkat itu, perlahan dihancurkan oleh bobotnya sendiri.
“Kobe akan runtuh! Kita semua akan mati!”
Seluruh lantai kota ke-298, bersama jalanan dan bangunan, mengikuti fenomena gravitasi terbalik, terhempas menuju langit.
Memulai penyebaran Aether di lingkup orbit Bumi.
Membangun jalur komunikasi dengan semua Peri Fenomena.
Mengaktifkan Imperial Order, Telestial Globe.
Berhenti...!
Yuki menghentikan kehancuran Kobe dengan Penghentian Waktu.
Namun itu hanyalah penangguhan sesaat.
...Tidak...! Tidak...! Aku tidak mau lagi membunuh siapa pun!
Aku juga tidak ingin berakhir seperti ini! Tapi...!
Kalau begitu, apa yang harus kulakukan? Bagaimana caranya agar Kobe tidak hancur? Es milikmu tidak bisa berbuat apa-apa! Dan aku bahkan sudah tidak punya tenaga untuk mengaktifkan Apple Eater! Apa kamu berniat terus menghentikan waktu sampai Kanae berhenti bernapas?
Mata Yuki terbelalak.
Jika ada tenaga, kamu bisa mengaktifkan Apple Eater, bukan...?
Benar, memang begitu! Karena itulah sekarang...
Kalau begitu, Kasane, gunakan kekuatanku...!
Kanae menyadari maksud yang hendak disampaikan Yuki.
Nozomi-sensei bilang kalau dia membalikkan kekuatan Yuki lewat Original FT ke Levy, kan? Kalau begitu, melalui aku, kita pasti bisa melakukan hal yang sama!
Apa maksud kalian, ingin aku mengevakuasi seluruh penduduk Kobe dengan Perpindahan Ruang? Untuk menggunakan Apple Eater ke luar dari jangkauan penglihatanku, aku harus melihat tempat satu itu kali agar bisa menetapkannya sebagai lingkup pandangan! Mana mungkin sekarang aku bisa melihat seluruh sudut kota Kobe!
Menyusul Yuki dan Kanae, Levy pun mengerti maksud sebenarnya dari Yuki.
Kasane tidak perlu melihatnya. Aku, sebagai Peri Fenomena dari fungsi gelombang Everett, akan mengamati semuanya! Lalu pemandangan itu akan kusalurkan lewat Tuan Kanae kepada Kasane!
Nozomi pernah berkata.
Levy, yang membalikkan kekuatan Yuki, bisa mengamati seluruh permukaan Bumi.
Bukan berarti mustahil...! Betul-betul ide yang gila! Tapi itu akan menguras tenaga yang belum pernah kupakai sebelumnya. Tidak hanya Levy, aku juga akan menggunakan kekuatanmu. Yuki, tidak ada jaminan kamu bisa selamat.
Tidak apa-apa denganku. Tapi, napas Kanae...!
Kota Kobe sudah berada di ambang kehancuran.
Tak ada waktu tersisa untuk menonaktifkan dan mengulang Telestial Globe.
Tenang saja. Hanya dalam tiga hari ini saja, aku sudah bisa menahan napas jauh lebih lama.
Kanae berkata dengan senyum yang dipaksakan.
Tubuhnya sudah penuh luka akibat pertarungan, bahkan tanpa melakukan apa-apa pun dia sudah kesulitan bernapas.
Namun dia tak boleh menyerah di sini, apalagi mati karena kekurangan oksigen.
Kalau begitu, Yuki! Aku akan mengambil kekuatanmu!
Levy berdiri, menatap kota Kobe yang terhenti, menembus fondasi kota berlapis.
Mata zamrudnya bersama bintang-bintang di sekitarnya mulai bersinar cemerlang.
Kini dalam pandangan Levy, seluruh 298 lantai dari kota bertingkat Kobe, dengan diameter dan tinggi melebihi 15 kilometer, terlihat tanpa ada yang terlewat.
Gambarnya sudah masuk padaku juga! Sekarang aku akan memprosesnya menjadi lingkup pandangan!
Mata kanan Kasane yang memendam merah, Luna Maria, bersinar terang.
Dengan dorongan sementara dari kekuatan Yuki, Levy dan Kasane memproses informasi yang melampaui kapasitas mereka.
Sakit kepala yang luar biasa membuat wajah mereka mengerut, gigi mereka terkatup rapat untuk menahan kesadaran.
Tubuh yang goyah mereka tahan dengan saling menopang satu sama lain.
Berbeda dengan Levy dan Kasane, mata biru kristal salju Yuki perlahan kehilangan warnanya.
Dialah yang paling banyak terkuras, karena kekuatannya terus diberikan pada Levy dan Kasane.
Ggah...!
Disangga Kanae, Yuki memuntahkan darah dari mulutnya.
Gaun putih pendeknya ternodai merah, lebih menyala daripada fril gaun Kasane.
Sumber kekuatan Yuki sebagai Tujuh Bencana Besar, Aether, tergerus sedikit demi sedikit.
Bagi Peri Fenomena, yang sejatinya hukum fisika berbentuk manusia, hilangnya kekuatan sama dengan mengikis nyawa.
Wujudnya terkonsumsi, dan jaringan tubuhnya hancur.
Dalam kondisi terdistorsi ini, Yuki tak lagi punya kekuatan untuk memperbaiki kerusakan pada tubuhnya.
Yuki, bertahanlah!
Kanae pun sudah tidak sanggup...!
Pemrosesan informasi raksasa oleh Levy dan Kasane belum berakhir.
Wajah Kanae pucat pasi, kehilangan seluruh vitalitasnya.
Kondisi sesak napas akibat Telestial Globe sudah dialaminya berkali-kali selama tiga hari ini.
Setiap kali, dia berhasil lolos tipis-tipis dari jurang kematian.
Namun kali ini, batas paru-parunya benar-benar tercapai.
Tubuhnya menjerit minta bernapas, hatinya menuntut udara.
Kalau aku mati, Yuki, Levy, dan Kasane juga akan mati! Aku tak boleh mati begitu saja...!
Levy dan Kasane menyadari keadaan Kanae.
Namun mereka berpura-pura tak melihatnya.
Uuh...
Tsk...!
Mereka tak punya pilihan lain.
Jika mereka berhenti sekarang dan melakukan hal lain, seluruh prosesnya akan sia-sia.
Tak mungkin bisa diulang dari awal lagi.
Inilah satu-satunya kesempatan untuk menghindari tragedi tanpa harus membunuh siapa pun.
Kesadaran Kanae mulai memudar.
Sakitnya telah melampaui batas, digantikan kantuk yang menuntunnya pada kematian.
Kenapa manusia tidak bisa hidup tanpa bernapas? Benar-benar merepotkan...
Pada ucapan Kanae itu, ekspresi datar Yuki tampak sedikit melunak.
...Begitulah, Kanae. Berbeda dari manusia, Peri Fenomena adalah makhluk yang tidak membutuhkan napas... Tapi, Kanae, meskipun Peri Fenomena tidak membutuhkannya, mereka tetaplah makhluk yang bernapas.
Seperti malam ketika mereka menatap bintang bersama.
Saat di Hide Lab, Yuki tak mampu mengungkapkan kebenaran dan terjebak dalam gejala mirip hiperventilasi.
Yuki mengusap mulutnya dengan ujung gaun putih yang belum ternoda darah.
Nn...!!
Dalam pelukan Kanae, Yuki bangkit, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Kanae.
Napas milikku, tak berbeda sedikit pun dengan udara yang Kanae butuhkan...
Tanpa celah, bibir bertemu bibir.
Yuki menghembuskan udara yang tersimpan di organ dalamnya, seperti paru-paru, langsung ke paru-paru Kanae.
Peri Fenomena memang tak perlu bernapas.
Namun mereka terkadang tetap melakukannya.
Dan udara yang pernah terhirup akan tersisa dalam tubuh tanpa pernah terpakai.
Udara yang terkumpul sejak dua malam lalu, ketika Yuki mengalami gejala seperti hiperventilasi, kini akhirnya berpindah ke paru-paru Kanae.
Karena itu, Kanae, mulai sekarang dan seterusnya, bernapaslah bersamaku,
Hiduplah selalu, bersama-sama denganku!
Kanae, karena mendapatkan oksigen, ditambah dengan kejutan dari ciuman dengan Yuki, serta kata-kata Yuki yang penuh makna.
Ah, ya? ...Eh!!
Rasa kantuk menuju kematian itu tersapu pergi.
Kesadarannya yang sempat kabur kembali jernih, rona wajahnya pun sedikit pulih.
Waktu terbatas yang fia miliki seakan diperpanjang.
Tindakan Yuki memberikan Levy dan Kasane bukan hanya kelonggaran berharga untuk memproses informasi yang tak tergantikan, melainkan juga sebuah kegelisahan emosional yang amat rumit.
Yuki! Itu terlalu curang! Aku sudah setengah tahun hidup makan dan tidur bersama Tuan Kanae, tapi aku sekalipun belum pernah...! Kamu mendahuluiku! Uwaaah!
Kita lagi serius di sini, jadi kenapa kalian malah mesra-mesraan! Hal seperti itu bisa kalian lakukan di tempat lain! ...Tidak, kalau dilakukan di tempat lain pun aku tetap tak bisa terima! Dilarang! Kalau kalian berani melakukannya lagi, akan kupukul kalian!
Levy, yang semula menunjukkan ekspresi terkejut, kemudian berlutut, menengadah ke langit, lalu menangis tersedu-sedu.
Kasane, dengan urat menonjol di pelipis, bibir bergetar menahan emosi, mengarahkan ujung pisau bush knife miliknya.
Hei hei, kenapa justru kalian yang marah!? Dan lagi, tolong fokus ke proses itu dulu!
Semua rekaman pengamatan sudah kuatur sepenuhnya ke dalam lingkup pandangan milik Kasane... Uwaaah!!
Gara-gara kamu melakukan hal yang gila barusan, aku jadi punya kelonggaran untuk memasukkan sedikit hal lain ke dalam lingkup pandanganku. Yuki, kamu ini seorang penganut cinta kasih universal, ya? ...Kamu juga ingin menyelamatkan yang bukan manusia?
Iya...! Tolong, kumohon, aku mohon!
Nah, begitu dong!
Mendapatkan kekuatan Yuki, Kasane melafalkan kata-kata doa yang menggerakkan dunia, bukan dengan suara, melainkan dengan hatinya.
Memulai penyebaran Aether dalam lingkup pandangan.
Memembangun jalur komunikasi dengan Peri Fenomena lokal.
Selanjutnya, mendeteksi garis geodesik gravitasi.
Selesai, memasukkan Affine Parameter yang optimal.
Ambang batas tercapai.
Mengaktifkan Imperial Order, Apple Eater.
Selamat tinggal, semuanya!
Dan begitu, kota bertingkat Kobe runtuh menuju langit.
Post a Comment