Penerjemah: Chesky Aseka
Proffreader: Chesky Aseka
Interlude 2
Akhir dari Mimpi
──Teardrop──
Di antara lapisan tanah tebal yang memisahkan satu tingkat dengan tingkat lainnya, terdapat perangkat cahaya, pendingin ruangan khusus tiap blok bernama Floor Lagging, serta berbagai peralatan lain beserta ruang perawatannya.
Di langit-langit lantai 197 pun, tanpa pengecualian, ruang semacam itu membentang.
“Kami telah mengonfirmasi keberadaan Elwesii, juga individu normal Peri Fenomena, serta bocah itu, Murotsuki Kanae. Sepertinya mereka bergerak bersama.”
Dalam posisi tiarap di lantai, dua pria berpakaian serba hitam menyampaikan laporan melalui komunikasi.
Sebagai pengganti perangkat cahaya yang dilepas, spotting scope dan moncong senapan elektromagnetik Solenoid Rifle sesekali tampak mengintip dari balik langit-langit.
“…Tak kusangka mereka benar-benar berhasil lolos dari lantai 293 sampai 197... Bagaimana mereka bisa mengelabui mata Phonetic, aku sama sekali tak dapat membayangkannya... Sungguh peristiwa yang ganjil dan penuh misteri...”
“Mohon keputusannya, Omega.”
“…Pertama-tama, bisukan segera bocah itu, yang merupakan faktor tak terduga. X-Ray, bersama Yankee dan Zulu, yang ditempatkan di langit-langit, lakukan tembakan serentak dari tiga arah terhadap bocah itu. ...Setelah itu, kerahkan Alpha, Bravo, dan Charlie, untuk segera menyerbu dan mengamankan Elwesii. ...Serangkaian langkah itu akan diawasi oleh pasukan pengamat, dan jika terjadi sesuatu yang tak terduga, pastikan untuk mengungkap rahasia dari kemampuan mereka...”
Komunikasi terputus sejenak, lalu petugas pengamat mulai membacakan angka-angka dengan nada datar.
“Ubah spesifikasi penarget elektronik ke nomor 4. Naik 3,5 titik, ke kanan 1,7 titik...”
Di sisi pengamat, berdiri seorang Peri Fenomena berpakaian hitam, dengan peralatan berat terikat pada lehernya.
Dalam penembakan jarak jauh, di Kota Terbalik Kobe, efek percepatan gravitasi dan rotasi Bumi sangat berbeda dibanding di permukaan tanah. Karena itu, demi perhitungan lintasan peluru yang benar-benar presisi, mereka harus menggunakan dirinya, yang berkuasa atas gravitasi.
“...Naik 0,5 titik, ke kanan 0,2 titik. ...Kondisi penentu, kecepatan angin 0,0 meter.”
Dengan mengoperasikan Floor Lagging di lantai 197, mereka menciptakan kondisi tanpa angin, lingkungan paling optimal untuk penembakan.
Menerima data koreksi akurat dari pengamat, penembak melakukan penyesuaian berulang pada penarget elektronik.
Sang penembak kemudian memberi perintah.
“Isi daya.”
Peri Fenomena berbusana hitam yang duduk di sebelahnya melontarkan suara nyaring, tajam, bak instrumen gesek yang digetarkan.
Dia, yang dikhususkan untuk manipulasi muatan listrik, menggenggam konektor penghantar daya yang menjulur dari popor senapan Solenoid Rifle.
Dalam sekejap, pengisian skala besar untuk 35 peluru kristal karbon, yang akan ditembakkan dengan kecepatan awal 2.157 meter per detik, selesai dilakukan.
“Tiga, dua, satu. Tembak.”
Penembak itu menekankan jari telunjuk kanannya.
* * *
“...Umm... Kanae... Levy... Aku... Mulai dari sekarang...”
“Hentikan waktunya!”
Mendadak Levy menjerit.
Itu benar-benar tiba-tiba, sehingga Kanae sempat hendak bertanya alasannya, namun pada detik berikutnya suaranya tak lagi tersampaikan sebagai bunyi.
Penyebaran cepat Aether ke seluruh orbit Bumi.
Membangun jalur komunikasi dengan semua Peri Fenomena.
Aktivasi darurat Imperial Order, Telestial Globe.
Maaf karena mendadak, mohon diam di tempat.
Tekstur dunia berubah seketika.
Dalam dunia tempat bahkan molekul udara pun terhenti sempurna, suara, fonon, tak mungkin tersampaikan.
Sebagai gantinya, Kanae berbicara pada Levy lewat telepati melalui Strange Code.
Apa yang terjadi, Levy?
Tuan Kanae! Jangan panik, tolong melangkah sedikit ke depan lalu pelan-pelan menoleh! ...Tepat di sisi kananmu, miring ke kiri di belakang, dan tepat di belakang!
Filter pengecualian yang selalu aktif, setiap kali melepaskan kondisi berhenti pada molekul udara yang bersentuhan dengan Kanae.
Hasilnya, Kanae mampu menoleh dan menyaksikan pemandangan itu.
Mereka ada dalam jarak pandangan.
Salah satunya, sebelum waktu berhenti, sudah hampir mencapai telinga kanan Kanae.
Tiga butir peluru kaliber besar.
Peluru-peluru itu tertahan di udara, meninggalkan riak turbulensi yang mengoyak udara.
Tuan Kanae ditembak...! Seseorang mencoba membunuh Tuan Kanae! ...Hampir saja, Tuan Kanae pasti sudah mati... Uuuh... U, uwaaaahh!
Spontan Kanae mundur dari peluru-peluru yang terhenti itu.
Yuki, yang masih menggenggam tangannya, ikut terguncang.
...Kanae, maafkan aku... Untukku, tidak akan pernah ada ‘mulai dari sekarang’...
Hari-hari biasa, semu belaka, yang diperoleh dengan menunda masalah dan berpura-pura tak melihat, ‘mulai dari sekarang’, hancur begitu saja.
Tiga peluru yang sarat dengan niat membunuh jelas menegaskan akhir dari keseharian Kanae.
Meski ketahuan, tapi ini terlalu cepat! Kita sudah berjarak 96 lantai dari distrik penelitian! Padahal tiap kota berdiameter 15 kilometer, kenapa bisa ketahuan secepat ini!?
Kehilangan ketenangan, Kanae baru sadar dia berusaha berteriak dalam ruang tanpa suara.
Segera sesak nafas melanda.
Karena semua berlangsung mendadak, dia tak sempat menahan napas sebelum waktu terhenti.
Bagaimanapun kita harus kabur! Aku tidak tahu soal yang lain, tapi Yuki bisa menghentikan waktu...!
Itu pun tidak bisa! Banyak Peri Fenomena pengamat yang memantau pergerakan molekul udara! Kita sudah terkepung! Kalau kita kabur dengan menghentikan waktu, tetap akan ketahuan!
Kata-kata itu membuat kepala Kanae berputar.
Keunggulan utama mereka, satu-satunya pegangan untuk melarikan diri.
Itulah kekuatan lain yang musuh tak ketahui.
Telestial Globe milik Yuki, yang menghentikan waktu dengan menonaktifkan seluruh fenomena fisika.
Selama mereka bergerak dalam waktu yang terhenti, filter pengecualian akan bekerja di permukaan yang bersentuhan, mendorong molekul udara sesuai pergerakan mereka.
Dengan kata lain, perubahan udara itu bisa dilacak oleh para peri pengamat.
Jika melarikan diri sekarang, jalur pelarian mereka akan segera diketahui.
Satu-satunya keunggulan mereka pun dirampas.
...Kanae, apa yang harus kita lakukan...
Yuki menggenggam erat tangan yang masih terhubung.
Kecemasannya tersampaikan.
Di saat itu, Kanae teringat pada sesuatu yang harus dia lindungi.
Tolong.
Dia tak menyesal.
Dia takkan menyerah.
Dia tak tahu bagaimana kelanjutannya nanti.
Namun kini, satu-satunya jalan hanyalah melarikan diri.
Kanae memacu otaknya yang kekurangan oksigen hingga batasnya.
Yuki, berapa kali lagi kamu bisa menghentikan waktu?
...Hanya sekali... Karena Aether yang dipaksa untuk berkembang demi aktivasi darurat Imperial Order...
Levy, bisa kamu lihat dari mana tiga peluru itu ditembakkan, hingga sudut larasnya?
Sudah kuperiksa ketiganya... Semuanya membidik tepat kepala Tuan Kanae dari balik langit-langit...
Mendengar itu, Kanae melangkah mendekati peluru-peluru yang terhenti.
Yuki pun ikut melangkah.
Yuki, geser sedikit ke kiri. Levy, naiklah ke tanganku. Jangan menangis, tunjukkan senyum biasanya.
Kanae... Apa yang ingin kau lakukan...?
Tuan Kanae, apa yang sebenarnya...?
Kanae mendekatkan wajah pada peluru-peluru yang terhenti di udara, lalu menoleh.
Tiga peluru itu kini berada di sisi kanan, miring ke kiri belakang, dan tepat di belakangnya.
Sama persis dengan pemandangan sebelum waktu terhenti.
Mereka memang sedikit bergeser, tapi untuk Kanae, itu hanya sebatas selisih kecil, tak berarti.
Dengar baik-baik. Ini rencana yang mustahil dilakukan tanpa kekuatan Yuki dan ketajaman mata Levy.
Post a Comment