NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V3 Chapter 3 Part 2

 Penerjemah: Ikaruga Jo

Proffreader: Ikaruga Jo


Chapter 3 - Bagian 2 

[Kafe Orkestra]


Setelah itu, aku menghabiskan waktu melayani obrolan Ousaki tentang gulat profesional.


Tiba-tiba, aku melihat jam, sudah menjelang sore.


Sepertinya aku harus pulang untuk menyiapkan makan malam.


Shift kerja paruh waktu Yua biasanya dari pagi sampai sore, jadi cukup waktu untuk menyiapkan makan malam. Tapi bagaimanapun juga, aku tidak bisa membebani dia yang sudah lelah bekerja. Jadi, pada hari-hari Yua bekerja, aku yang bertugas memasak, dibantu Tsumugi. Tsumugi bisa memasak dengan baik asalkan dia mengikuti resep dan tidak mencoba berkreasi sendiri. Dengan bantuanku, dia bisa jadi anggota tim masak yang penting. Ini lebih soal mentalitas daripada skill, dan karena dasarnya adalah niat baik, aku jadi tidak tega menegurnya.


"Yua, aku pulang sekarang, ya."


Aku memanggil Yua yang kebetulan lewat saat dia sedang melayani.


"Oh, begitu. Shinji kan yang masak makan malam hari ini, ya."


Yua juga paham jadwal keluarga Nagumo, jadi tidak perlu penjelasan tambahan.


"Tapi, tunggu sebentar lagi, ya? Sudah hampir waktunya soalnya."


"Eh? Bukannya jam kerjamu masih agak lama?"


"Sudahlah, sudah, tidak akan lama kok."


Entah Yua menahanku atau apa, dia menusuk keningku dengan jari telunjuknya. Mungkin dia berhati-hati agar tidak melukai tanganku yang cedera jika dia memegang pundakku... tapi ini benar-benar membuatku tidak bisa berdiri, lho.


Saat Yua menekan keningku, Manajer Loco mulai bertindak.


Manajer Loco, yang tadinya berjalan-jalan santai di dalam kafe tanpa sedikit pun mengganggu pelanggan, melompat ke *bar counter* yang sepertinya adalah tempatnya, menegakkan kumisnya, dan mengeong.


"Oh, itu dia, sudah waktunya."


"Apa yang akan dimulai?"


Aku hanya bisa memiringkan kepala melihat punggung Yua yang berjalan ke belakang toko.


"Nagumo-kun, kamu tidak tahu?"


Ousaki yang sedang menyeruput *smoothie* spesialnya, berkata dengan bangga.


"Toko ini, pemiliknya itu orang yang sangat berjiat seni, jadi setiap jam tertentu, dia akan meminta orang-orang yang punya bakat musik, entah amatir atau mahasiswa, untuk naik ke panggung di sana dan mengadakan konser kecil."


"Eh, begitu, ya...?"


Aku kira Yua hanya bertugas melayani saja...


"Jadi Yua juga?"


"Betul sekali. Yua-cchi kan bisa main piano."


"Kalau diingat-ingat..."


Aku tahu Yua bisa bermain piano saat aku mengunjungi apartemennya dan melihat banyak piala dipajang. Saat itu, aku bingung karena Yua yang gal (cewek modis) tidak cocok dengan citra piano yang anggun. Aku bahkan sampai berpikir jangan-jangan Yua bukan gal.


Selain Yua yang duduk di depan piano di sudut panggung, para musisi lain yang sepertinya punya bakat juga berkumpul. Mereka semua membawa instrumen masing-masing. Instrumen yang aku, sebagai orang awam musik, kenal. Selain piano Yua, ada gitar akustik, bass, dan perangkat drum kecil. Mereka semua sepertinya akan tampil dengan seragam kafe. Agak mirip suasana festival sekolah.


Kalau Yua yang tampil, aku tidak bisa pulang begitu saja.


Begitu pertunjukan dimulai, ternyata mereka tidak memakai vokal. Kombinasi suara bass yang kokoh dan dapat diandalkan, drum yang berdetak tepat dengan tempo menenangkan, gitar akustik dengan nada-nada ringan yang sedikit demi sedikit menghilangkan suasana murung, ditambah piano Yua yang membuat seluruh kafe semakin cerah dan berkilauan setiap tutsnya ditekan, berbaur tanpa canggung dan menciptakan ruang yang menenangkan di dalam kafe.


Sepertinya ada kekuatan yang mampu menarik kembali pelanggan yang tadinya sudah berdiri untuk pulang, kembali ke tempat duduk mereka. Gerakan para pelayan wanita yang tidak di panggung menjadi lebih aktif, jadi sepertinya jumlah pelanggan yang memesan minuman lagi sambil mendengarkan musik bertambah.


Aku juga hampir saja memesan tambahan, tapi sayangnya aku harus menyiapkan makan malam. Tsumugi juga menunggu, dan pertunjukannya masih berlanjut, jadi rasanya berat sekali, tapi aku harus pulang sekarang.


Yua telah mengikuti beberapa wawancara kerja paruh waktu, lolos, dan akhirnya memutuskan untuk bekerja di 'El Paso' ini. Dia bilang ini adalah pilihan pertamanya. Mungkin karena tempat ini memiliki panggung pertunjukan yang indah, Yua jadi menyukainya. Aku hanya bisa melihat punggung Yua yang menghadap piano, tapi aku yakin dia memainkannya dengan senang hati. Suaranya terdengar ceria, kok.


"...Yua-cchi, kalau dia bisa main piano sehebat itu..."


Sambil menatap punggung Yua, Ousaki bergumam.


"Sepertinya dia memang ingin melanjutkan di tempat yang semestinya, ya. Ikut banyak kompetisi atau semacamnya."


"Ada alasan kenapa dia berhenti?"


Aku tidak tahu apa-apa selain fakta bahwa dia bisa bermain piano.


"Ah, Nagumo-kun tidak tahu, ya..."


Ousaki mengerutkan kening dan membungkam mulutnya sendiri. Seolah dia menyalahkan kegagalannya sendiri.


"Kurasa aku memang tidak tahu..."


Sikap Ousaki yang seperti itu membuatku penasaran.


"Tidak, tidak apa-apa. Itu bukan hal yang boleh dikatakan Rumi."


"Eh... kok jadi rahasia?"


Aku ingin dia memberi tahu tanpa bertele-tele, tapi entah mengapa ada suasana serius yang seolah tidak boleh diselidiki. Suasana yang tidak pantas untuk kafe yang tenang dan nyaman itu hampir muncul, tapi musik Yua dan teman-temannya segera menghilangkan suasana tegang itu.


"Betul. Yua-cchi kalau mau bicara, biarkan dia bicara sendiri saat itu tiba."


Ousaki, yang sepertinya terpengaruh oleh musik, juga tidak menyalahkanku yang tidak tahu.


"Tapi Nagumo-kun, kalau begini terus, meskipun kamu sudah memanggil Yua-cchi dengan namanya, sepertinya Rumi masih lebih akrab dengan Yua-cchi, ya."


Aku kira Ousaki akan memandang rendah, tapi aku penasaran dengan ekspresinya yang langka, seolah sedang melamun.


"Ini kesalahan Rumi, jadi aku tidak bisa berkata keras, tapi jangan memaksa Yua-cchi untuk menceritakannya, ya."


Aku sempat berpikir mungkin aku sedang diuji.


Apakah aku punya keberanian untuk melangkah maju mendekati Yua meskipun harus melewati peringatan Ousaki? Apa aku sedang dinilai lagi oleh Ousaki?


Tapi, Ousaki yang biasanya selalu ceria, kini bersikap tenang dengan nuansa kesedihan dan keprihatinan yang terpancar, membuatku tahu bahwa dia mengatakannya secara harfiah.


"...Oke, aku mengerti. Aku tidak akan bertanya terus-menerus."


Setiap orang pasti punya hal yang tidak ingin atau tidak bisa mereka katakan.


Belum lama ini, Ousaki pun punya hal yang tidak bisa dia ceritakan, bahkan kepada Yua, sahabat karibnya.


Meskipun Yua punya rahasia, aku tidak merasa putus asa karena merasa tidak dipercaya. Justru karena ingin terus akrab, ada hal-hal yang mungkin sulit diungkapkan.


"Meski begini, aku merasa lebih memahami Yua daripada yang Ousaki-san bayangkan, kok."


Aku tampil berani agar tidak memengaruhi penilaian Ousaki.


"Benarkah, ya?"


Ousaki tidak mudah percaya.


"Tidak cukup hanya puas karena tinggal bersama, lho? Yua-cchi itu... orang yang lebih kompleks dari yang Nagumo-kun kira."


Aku tidak bisa membantah Ousaki yang bicara seolah-olah dia pacar Yua.


Apa yang sebenarnya aku tahu tentang Yua? Aku memikirkannya lagi.


Setidaknya, selama sekitar empat bulan sejak aku bertemu Yua, aku seharusnya sudah mengenalnya lebih dari sekadar teman sekelas.


Tapi pada akhirnya, hubunganku dengan Yua hanyalah 'pacar' demi menenangkan Tsumugi.


Mungkin, jika aku melepaskan alasan 'demi Tsumugi' dan aku sendiri yang ingin lebih mengenal Yua, aku baru bisa memahami Yua yang sebenarnya.


"Kalau sampai parah, Rumi juga akan sedikit membantu, kok."


Ousaki yang tadinya menolakku, kini menawarkan bantuan.


"Bukan demi Nagumo-kun, tapi demi Yua-cchi, dan juga... ini kewajiban sesama oshi yang sama."


Ousaki menatap Yua tanpa menatapku.


Begitu keluar dari kafe, tentu saja suara musik tidak lagi terdengar.


Aku sekarang harus menghadapi Yua di tempat di mana melodi yang menenangkan itu tidak lagi sampai.


"Ousaki-san, terima kasih. Aku terima niat baikmu saja."


Berbeda dengan lengan kiriku yang terluka, yang satu ini tidak bisa kuserahkan kepada orang lain, ya.


Previous Chapter | Next Chapter

0

Post a Comment

close