NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V3 Chapter 1 Part 5

 Penerjemah: Ikaruga Jo

Proffreader: Ikaruga Jo


Chapter 1 - Bagian 5 

Janji Yukata

Liburan musim panas sudah berjalan seminggu, dan kami mulai terbiasa dengan kehidupan luar biasa di mana setiap hari adalah hari libur.


Aku turun ke ruang tamu untuk istirahat belajar dan menemukan Tsugumi sedang bersantai di sofa, berbaring sambil menonton TV yang menyala.


"Tsugumi, nonton acara 'Siang Ini' lagi ya?"


"Iya. Ini hak istimewa warga kota."


"Hak istimewa warga kota yang setiap harinya Minggu ya."


"Tapi mereka nggak pernah nayangin film horor. Kalau menurutku sih, film panik itu agak beda ya."


"Kalau film yang ada orang mati disiarkan siang-siang, pasti banyak yang protes."


"Kalau begitu, kenapa seringnya cuma film Eastwood? Itu nggak banyak yang protes ya?"


"Itu sih alasan lain lagi kayaknya."


Acara film siang yang Tsugumi tonton sebentar itu masuk iklan. Muncul tayangan deretan orang dewasa menyisir rambut mereka dengan jari.


"Gawat banget...!"


Yua masuk ke ruang tamu dengan wajah pucat pasi. Sambil memegang timbangan berat badan.


"...Ada apa? Mau main Dokter Wagner Junior ya?"


Yua itu jelas tidak sampai 100 kilo, jadi kurasa tidak masalah.


"Berat badanku!"


Mata Yua melotot.


"Naik!"


"...Ya wajar sih naik. Kan hidup."


Aku tahu bahwa perempuan itu adalah makhluk yang peduli dengan berat badan, tapi aku kira Yua bukan tipe yang terlalu pedang. Dia santai saja makan banyak di depanku.


"Soalnya aku makan di rumah Shinji~"


"Salahku ya?"


"...Mentang-mentang aku yang kebagian tugas masak di rumah Shinji, aku jadi pakai banyak bahan makanan, jadi porsi makanku bertambah..."


Yua yang gemetaran sambil memeluk timbangan berat badan itu menatapku dengan wajah pucat.


"Shinji... kamu merencanakan ini...?"


"Aku tahu kamu gelisah melihat kamu pakai kosa kata yang bukan gaya Yua, tapi tenang dulu deh."


Jangan menatapku seolah aku meracuni makanan.


Dia dengan santai mengakui penggelapan bahan makanan, tapi aku tidak berniat menyalahkannya. Lagipula, kami sudah sepakat begitu.


Karena cederaku yang membuatku tidak bisa memasak dengan baik, aku menyerahkan urusan masak-memasak di rumah Nagumo sepenuhnya pada Yua. Yua biasanya hidup sendiri dan harus berhemat dengan anggaran makan yang terbatas. Jadi, ketika dia berada di lingkungan di mana dia bisa menggunakan bahan makanan sesuka hati, wajar kalau dia jadi masak lebih banyak.


Aku mengambil teh barley dingin dari kulkas, menuangkannya ke gelas, dan memberikannya pada Yua.


Sambil Yua menyeruput teh barley pelan-pelan, aku berkata,


"Yua, kamu tidak gemuk kok."


Bahkan saat aku melihatnya memakai baju renang kemarin, aku tidak merasakan ada perubahan bentuk tubuh.


Yua memang punya dada yang besar dan pahanya sedikit berisi, tapi secara keseluruhan tubuhnya ramping. Hanya saja, karena ukuran dadanya yang menonjol, dia jarang terlihat memiliki bentuk tubuh 'ideal' bagi kebanyakan wanita.

"Shinji, aku tidak butuh pujian seperti itu."


"Kamu jadi curigaan gitu ya."


"Jujur saja. 'Yua, kamu itu ge---'?"


"Jangan menyuruhku melanjutkan suku kata terakhir untuk melengkapi hinaan."


"Yua-san, Shin nii tidak sedang memuji kok. Percaya saja."


Aku hampir menangis terharu mendengar pembelaan Tsugumi.


Tsugumi, yang adalah pendukung setia Yua, sering memihak Yua daripada aku, kakak iparnya. Tapi kali ini dia memihakku. Apa ini berarti tingkat kepercayaan kami sebagai keluarga semakin meningkat?


"Lihat tuh, Shin nii kan orang yang paling sering melihat tubuh Yua-san selain Yua-san sendiri... jadi kurasa dia mengatakan yang sebenarnya."


Tiba-tiba muncul kesalahpahaman yang sangat membuatku bingung harus bereaksi bagaimana.


Kalau saja dia tidak mengatakannya kalau memang malu...


Yah, Tsugumi mengira aku dan Yua adalah sepasang kekasih... jadi dia pasti berpikir ada 'aktivitas' antara pria dan wanita seperti itu. Padahal Yua tidur di sebelah Tsugumi setiap malam.


"Masa sih? Shinji itu lho, selalu mencubit lemak di pinggangku dari belakang dan bilang, 'Dulu nggak segini banyaknya lho yang bisa dicubit~'"


"Jangan mengarang kebohongan. Tolong sanggah!"


Kalau Yua yang bilang, Tsugumi akan benar-benar percaya lho.


"Yah, tapi jujur saja, aku sendiri tahu kalau aku kurang olahraga."


Yua berkata sambil meletakkan timbangan berat badan di lantai.


"Bukankah pekerjaan layanan pelanggan itu lumayan banyak membakar kalori?"

Aku berkata.


Aku membayangkan pekerjaan itu cukup menguras tenaga, seperti mondar-mandir di lantai, menyapa pelanggan, atau melayani pesanan sulit dari pelanggan yang rewel.


Hari itu pun, Yua pergi kerja paruh waktu dari pagi hingga menjelang sore, dan setelah pulang dia mandi sebentar.


"Bagian yang kutangani itu banyak waktu duduk dan istirahatnya."


Aku tidak pernah bekerja di restoran, jadi aku tidak tahu, tapi mungkin memang begitu.


Yua pernah bilang bahwa sebelum berhubungan dengan kami, dia sering melakukan sedikit latihan otot untuk menjaga bentuk tubuhnya.

Tapi akhir-akhir ini, karena dia sibuk dengan keluarga Nagumo, dia mungkin tidak punya waktu lagi.


Kalau dipikir-pikir, wajar kalau Yua menyalahkan aku atas kenaikan berat badannya.


"Kalau ada yang bisa kubantu, aku akan bantu kok."


Aku juga tidak bisa terus-menerus merepotkan Yua.


"Dulu kamu pernah pakai sebentar kan? Home gym kami. Boleh dipakai lagi kok."


Di halaman rumah kami, ada bangunan seukuran gudang olahraga, dan itu adalah home gym yang penuh dengan berbagai mesin latihan.


"Kalau begitu, Shinji jadi pelatihnya dong~"


Yua mendekat padaku sambil merengek.


Dulu, saat aku meminjamkan home gym kepadanya, dia pernah datang dengan pakaian olahraga yang sangat terbuka.


Aku ada di sana sebagai asisten sekaligus penasihat Yua, tapi setiap kali Yua bergerak, dadanya bergoyang, napasnya aneh, dan rasanya kerutan di otakku hampir hilang.


Tapi, Yua juga tampaknya kesulitan, jadi kali ini tidak apa-apa lah.


Sebesar apapun rasa malunya, aku tidak bisa menolak permintaan orang yang sudah banyak membantuku.


Saat aku sudah bertekad seperti itu, TV tiba-tiba menarik perhatianku.


Sepertinya Tsugumi sudah bosan karena bukan film horor yang dia inginkan, jadi dia mengganti saluran.


Sebuah acara talk show sore hari menayangkan wawancara untuk mempromosikan film yang menarik perhatian besar sebagai film liburan musim panas.


Poster film ditempatkan di tengah layar, di sebelah kanan ada pembawa acara wanita, dan di seberangnya ada orang yang sangat familiar sampai aku ingin mematikan TV.


Rambutnya hitam panjang, matanya besar, dan kulitnya segar serta putih bersih.


Meskipun sudah mendekati akhir usia tigapuluhan, dia tetap terlihat muda seperti saat dia populer sebagai idola di usia dua puluhan. Dia adalah yang disebut yokai.


Remote ada di tangan Tsugumi. Aku ingin menyuruhnya mematikan, tapi... aku tidak ingin melibatkan Tsugumi dalam perasaanku yang membenci ibuku, jadi aku hanya bisa berdoa agar dia mengganti saluran. Tapi dari yang kulihat, dia sama sekali tidak berniat menyentuh tombol remote.


Kenapa, Tsugumi?


Ini serangan mental kepadaku ya...?

Tidak, Tsugumi seharusnya tidak tahu bahwa Shinomiya Keika adalah ibuku. Orang tuaku bercerai saat aku masih sekitar lima tahun, jadi Tsugumi yang tiga tahun lebih muda dariku seharusnya tidak ingat kejadian itu, dan aku juga tidak ingat pernah membicarakan ibuku.


Tapi, ada kemungkinan 'kalau-kalau'.


Meskipun Tsugumi tidak tahu, Ayaka-san mungkin tahu.


Sebagai adik ipar Shinomiya Keika, mereka pasti saling kenal. Dan melalui Ayaka-san, Tsugumi mungkin tahu kalau Shinomiya Keika adalah ibuku---


Tapi aku tahu, semuanya hanyalah kekhawatiran yang tidak perlu.


"---Shinomiya-san, film Anda selanjutnya adalah film horor ya?"


Saat pembawa acara wanita itu mengangkat topik itu, mata Tsugumi berbinar.


Oh, ternyata. Dia hanya tertarik karena film barunya adalah film horor.


Dia sepertinya tidak menunjukkan minat khusus pada Shinomiya Keika.


Ibuku, yang sepertinya sangat sukses sebagai aktris, akan membintangi film baru lagi. Dan itu, film horor.


Pembawa acara juga mengatakan, "Ini jarang terjadi dalam karier Shinomiya-san, kan?"


"Betul sekali. Dulu waktu saya jadi idola, saya pernah jadi pemeran figuran, tapi ini pertama kalinya saya jadi pemeran utama. Tapi waktu saya membaca naskahnya, saya langsung merasa harus melakukannya, dan saya sangat bersemangat bahkan sebelum syuting dimulai~"


Shinomiya Keika menjawab dengan senyum ceria.


Shinomiya Keika, sebagai aktris populer yang memiliki banyak penggemar, tidak berarti didukung oleh semua orang.


Salah satu hal yang sering menjadi sasaran kritik oleh para anti-Shinomiya Keika adalah cara bicaranya.


Ketika memerankan sebuah peran, dia sama sekali tidak masalah. Namun, begitu dia kembali menjadi 'Shinomiya Keika', menurut para anti, cara bicaranya menjadi 'terdengar bodoh'.


Konon, sudah seperti itu sejak dia menjadi idola.


Yah, bagi penggemar, gap seperti itu justru membuat mereka tergila-gila, tapi aku tidak mengerti.


Mungkin mengejutkan, tapi aku tidak setuju dengan pendapat para penentang Shinomiya Keika.


Meskipun dia adalah objek kebencianku, mengapa aku merasa ingin membantah ketika melihat komentar kejam dari para anti? Mungkin karena aku adalah anti-Shinomiya Keika terbesar dan paling kejam. Sebagai Raja Anti, aku ingin memimpin para anti rendahan lainnya.

Aku tidak marah pada para anti. Aku tidak akan menggunakan logika 'hanya aku yang boleh menjelek-jelekkan Inoki-san' seperti Maehara Akira. Itu karena ada target yang lebih membuatku marah.


Diriku sendiri.


Aku sangat marah pada diriku sendiri yang berpendapat seolah membela Shinomiya Keika yang sangat kubenci: 'Katanya tidak suka cara bicaranya, tapi dia kan bekerja dengan baik dalam aktingnya, jadi kritikmu salah sasaran kan?'


Jadi, aku ingin para anti melancarkan kritik yang lebih logis dan masuk akal. Berusahalah keras demi aku juga.


Sementara aku berpikir begitu, rekaman wawancara terus berlanjut.


"---Genre-nya horor, tapi temanya 'cinta' ya. Cinta keluarga. Keika ini, meskipun terlihat begitu, sudah lumayan berumur lho~. Lewat akting, saya jadi mengulang kembali apa itu cinta ya~"


Dia ini, lagi-lagi mengucapkan hal yang tidak tulus.


Horor yang sesungguhnya adalah kamu, yang dengan santai bisa berlagak polos padahal punya masa lalu menelantarkan anak. Kamu itu orang yang paling jauh dari cinta keluarga!


Aku ingin berteriak begitu ke layar, tapi aku urungkan karena itu kekanak-kanakan.


Lagipula, kenapa di depan umum dia masih menggunakan namanya sendiri sebagai kata ganti orang pertama, bukan 'saya'? Aku sudah berkali-kali bilang jangan begitu karena itu hanya memberi umpan pada para anti... Oh, tidak, aku cuma berpikir dalam hati. Aku tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengannya.


"Omong-omong, akhir bulan depan ada festival musim panas lumayan besar di dekat sini ya? Yang ada kembang apinya meledak-ledak gitu."


Yua berkata, seolah mengubah topik.


Yua tahu masalah keluargaku. Dia pasti tahu keberadaan Shinomiya Keika adalah ranjau, jadi dia mencoba membantu.


"Oh, iya, benar."


Aku juga tidak ingin memperpanjang masalah ibuku, jadi aku ikut saja dengan pembicaraan Yua. Untungnya, wawancara itu juga sepertinya akan segera berakhir.


"Penduduk lokal sepertinya ikut setiap tahun. Katanya cukup ramai."


Aku menambahkan pelan, "Tapi aku belum pernah pergi."


Di kampung halamanku, setiap akhir liburan musim panas, diadakan festival musim panas untuk mendinginkan diri.


Aku mengira Yua akan menarik tanganku yang sehat dan merengek dengan gaya khasnya, "Shinji belum pernah pergi? Kalau begitu tahun ini ayo pergi bersama!" Tapi dia malah terdiam sambil berpikir.


Karena ini Yua, aku kira dia akan bilang, "Ayo pergi bersama!", jadi aku sedikit kecewa.


"Kalau begitu tahun ini, ayo kita pergi bersama-sama?"


Ternyata kejanggalan tadi cuma perasaanku saja. Ini Yua yang seperti biasa.

"Ikut!"


Karena bagian promosi film horor baru sudah selesai, Tsugumi yang kehilangan minat pada talk show itu melompat ke arah Yua. Dia menggerutu dengan dahinya di dada Yua, menggunakan hak istimewa yang hanya diizinkan sesama jenis.


"Begini lho, aku ingin pergi ke festival musim panas pakai yukata~"


"Tunggu. Kita tidak punya yukata di rumah kan?"


"Kalau tidak punya yukata, beli saja."


Tsugumi tidak menyerah.


"Berhenti mengucapkan kalimat yang seolah-olah menantang warga. Kalau begitu, aku akan balas bilang, 'Kalau begitu pakai baju biasa saja!'"


"Tapi~, ini kan festival... khusus..."


Tsugumi berjalan mendekatiku dan melilitkan dirinya di pinggangku.


"Ini kan festival pertama yang akan kudatangi bersama Yua-san dan Shin nii, jadi aku ingin tampil spesial dong~"


Tatapan lurus Tsugumi menembus ubun-ubunku, dan otakku sempat kehilangan fungsinya.


"Baiklah. Beli saja!"


Kalau sudah dibilang begitu, mau bagaimana lagi.


"Shinji lagi-lagi diperdaya adik perempuannya secara fisik."


Yua berbicara dengan nada jengkel, tapi dia tersenyum seolah menyaksikan sesuatu yang manis.


"Yah, kalau Shinji bilang boleh sih nggak apa-apa. Aku ada yukata lama yang dulu pernah kupakai, tapi ukurannya sudah tidak pas, jadi kupikir aku akan memberikannya ke Tsugumi-chan."


"Milik Yua-san!"


Kali ini Tsugumi terbang ke arah Yua. Hei, jangan terlalu terang-terangan menunjukkan sikap materialistis begitu dong.


"Kalau bekas Yua-san, aku lebih suka itu."


"Tidak perlu beli?"


"Soalnya, yang pernah dipakai Yua-san kan lebih berharga, kan?"


Adik ipar ini punya pemikiran yang agak mesum ya. Yah, aku mengerti perasaannya sih.


"Kalau begitu, nanti pas pulang kampung di Obon, akan kubawakan yukatanya ya."


"Boleh?"


Kampung halaman ya... Sepertinya Yua memang berniat kembali sebentar ke tempat orang tuanya yang tidak akur.


"Boleh kok. Demi Tsugumi-chan."


Di wajah Yua, tidak ada jejak kecemasan atau kesedihan.


"Begitu ya... Kalau begitu, dengan senang hati aku akan menerima kebaikanmu."


"Nah, gitu dong. Aku sendiri yang mau begitu kok, jadi lebih baik terima saja dengan senang hati."


Yua, yang menempel pada Tsugumi, mendekat kepadaku.


"Demi adik ipar masa depan, kita harus saling membantu kan."


Dia mengedipkan satu mata dengan gaya yang sangat menawan. Itu bagus sih, tapi cara bicara yang seolah-olah kami pacaran dengan niat menikah itu membuat mentalku tidak tahan. Tapi sepertinya ini bisa menenangkan Tsugumi.

"Wah~, nggak sabar nih~. Semoga akhir Agustus cepat datang!"


Tsugumi menggenggam tangan Yua dan tanganku, lalu mulai mengayun-ayunkannya bergantian.


Padahal hari festival musim panas datang itu artinya liburan musim panas akan berakhir, tapi Tsugumi sama sekali tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya.


Setidaknya, situasi di mana musim panas berakhir tanpa meninggalkan kenangan indah, sepertinya bisa dihindari.


Meskipun ini berarti mengakui ketidakmampuanku sendiri, tapi memang kalau ada Yua, Tsugumi tidak akan kecewa atau sedih.


Previous Chapter | Next Chapter

0

Post a Comment

close