Penerjemah: Sena
Proffreader: Sena
Chapter 1
Ancaman yang Sunyi
“Sekarang… harus bagaimana, ya….”
Di markas besar Asosiasi Penjelajah, di ruang rapat khusus, Isaac Glow—seorang petinggi Asosiasi sekaligus penanggung jawab ujian sertifikasi Level 9—menghela napas panjang di depan tumpukan masalah yang kian menumpuk.
Asosiasi Penjelajah, sebuah organisasi yang konon memiliki sejarah lebih dari 2 ribu tahun sejak berdiri, kini tengah berada dalam kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Profesi Pemburu Harta Karun sendiri adalah salah satu yang paling aktif pada masa kini. Jumlah pemburu yang tergabung, maupun jumlah permintaan dari luar yang masuk, terus meningkat tajam.
Hanya untuk menangani pekerjaan sehari-hari pun, sudah hampir tak ada ruang bernapas. Dan sekarang, beberapa kasus besar bertumpuk bersamaan, membuat kapasitas Asosiasi benar-benar jebol.
Bantuan memang sudah dipanggil dari cabang-cabang lain, namun jam kerja para staf justru semakin panjang tanpa henti.
Namun, meski penanganan pasca-insiden Code sama sekali belum terlihat ujungnya, setidaknya hasil ujian sertifikasi Level 9 kali ini harus segera diputuskan.
Pemburu Level 9 adalah sosok yang berada di ranah “pahlawan.” Jika pemburu biasa dinilai cukup hanya dengan berhasil menyelesaikan misi dengan cara apa pun, maka di tingkat ini, yang dituntut dari para pemburu adalah hasil terbaik yang bisa membuat semua pihak mengangguk setuju tanpa cela.
Meski begitu, dalam kondisi normal, ujian Level 9 sendiri biasanya lebih berat pada tahap seleksi untuk bisa diizinkan mengikuti ujian. Begitu seseorang lolos tahap seleksi itu, besar kemungkinan ia akan lulus.
Sebab, jika sudah sampai pada titik di mana seluruh dewan setuju bahwa seorang pemburu berhak mengikuti ujian, berarti orang itu memang memiliki kemampuan yang cukup untuk selalu menghasilkan hasil terbaik di berbagai misi.
Justru karena itulah, hasil ujian kali ini benar-benar di luar dugaan markas besar Asosiasi Penjelajah.
Siapa sangka, dalam misi melindungi keluarga kerajaan Code, mereka justru menjatuhkan kota benteng bergerak Code itu sendiri dari langit.
Memang, itu adalah misi yang berbahaya. Misi yang penuh ketidakpastian.
Bahkan, menurut laporan yang disusun oleh Kaizer, permintaan misi yang diserahkan ke Asosiasi kali ini sejak awal merupakan jebakan buatan Jean Gordon dari pihak Code.
Dengan kondisi yang begitu tidak menguntungkan, bagaimana mungkin mereka bisa bukan hanya melindungi seluruh keluarga kerajaan dengan selamat, tapi juga menjatuhkan kota itu sendiri?
Isaac, meskipun sudah lama mengelola operasional Asosiasi Penjelajah, belum pernah merasakan hari di mana kekuatan pemburu kelas tinggi begitu terasa menakutkan seperti kali ini.
Padahal sama sekali tidak ada keharusan untuk menjatuhkan kota itu.
Lebih membingungkan lagi, meskipun misi itu terbukti jebakan, dan meskipun kota itu dijatuhkan, para anggota keluarga kerajaan yang selamat (terutama Alicia Code) tetap memberikan penilaian yang tidak buruk terhadap kelompok Senpen Banka. Situasi itu benar-benar di luar nalar.
Misi ujian sertifikasi Level 9 kali ini seharusnya hanya berfokus pada perlindungan keluarga kerajaan Code. Menjatuhkan kota Code jelas-jelas tindakan yang berlebihan.
Namun, hasil yang mereka raih terlalu besar untuk bisa disebut sekadar “berlebihan.”
Sebab, “perlindungan keluarga kerajaan Code” pada dasarnya berarti mengamankan dari ancaman potensial yang dimiliki pihak Code. Tetapi, penjatuhan kota Code oleh Senpen Banka meski merepotkan untuk ditangani, ternyata secara langsung membawa keuntungan besar bagi berbagai negara maupun Asosiasi Penjelajah sendiri. Sampai-sampai tidak ada satu pun negara yang berani menyebut tindakan itu sebagai kejahatan.
Peninggalan artefak yang tersisa di reruntuhan Code, sumber daya manusia berupa para penduduk kota, serta informasi berharga mengenai Code sebagai sebuah kota—semuanya memiliki nilai yang amat besar.
Lebih dari itu, kota tersebut yang konon merupakan bagian yang terpisah dari Treasure Hall Peradaban Fisik Tingkat Tinggi, memiliki sesuatu yang disebut “reproduksibilitas.” Informasi rinci mengenai hal itu kemungkinan hanya diketahui oleh keluarga kerajaan Code.
Salah satu peserta rapat menyilangkan tangan dan berkomentar dengan wajah serius:
“Selama keuntungan sebesar ini bisa diperoleh, tidak mungkin kita bisa mengeluarkan putusan ‘tidak layak Level 9’. Jika kita melakukannya, kepercayaan para pemburu maupun negara-negara terhadap Asosiasi bisa runtuh.”
“Setidaknya kita harus mengesahkan satu orang, kalau tidak, semuanya tidak akan masuk akal.”
Perkataan itu disetujui oleh peserta rapat lain. Benar adanya.
Dengan hasil tak terduga yang justru mendatangkan keuntungan besar, mustahil untuk menjatuhkan putusan tidak lulus. Jika dilakukan, pasti akan ada pihak yang kecewa dan mempertanyakan keputusan Asosiasi, terlepas dari kenyataan di baliknya.
Terlebih lagi, kasus kali ini adalah kasus dengan ikatan lama bagi Asosiasi Penjelajah sendiri.
Bahwa misi tersebut ternyata sebuah jebakan, itu masih bisa dimaklumi. Pemburu Level 8 yang unggul tentu sadar bahwa kemungkinan seperti itu memang ada. Tetapi masalahnya, dalang yang menarik benang di balik layar kali ini adalah sosok yang sangat berbahaya.
Jean Gordon—anak dari mantan sekutu dalam operasi penaklukan Code sebelumnya.
Munculnya keberadaan seperti dirinya jelas merupakan kegagalan besar bagi Asosiasi Penjelajah.
Kasus Code memang sejak lama menjadi semacam tabu bagi asosiasi. Arsip-arsip kala itu disegel, dan kini sudah hampir tak ada orang di dalam asosiasi yang masih hidup untuk mengingat masa itu.
Bahkan setelah laporan Kaizer diterima dan dokumen lama ditinjau kembali, tidak ada satu pun informasi tentang adanya anak. Kemungkinan besar, sang sekutu sengaja menyembunyikannya. Dan Asosiasi Penjelajah pun memilih pura-pura tidak tahu.
Karena sang sekutu itu memiliki berbagai persoalan pelik…
“Tak disangka ia memiliki anak, dan masih hidup… apalagi dengan usia semuda itu. Rupanya darah Noble memang bukan main.”
“Meski dia sendiri bersedia bekerja sama kala itu, tetap saja—kalau kerja sama itu justru menjadi penyebab kematian seorang Noble, tak heran Asosiasi Penjelajah waktu itu pasti sangat panik.”
Ya. Sekutu mereka kala itu bukanlah manusia murni.
Ia adalah seorang Noble. Hingga saat ini pun, hubungan antara para Noble dan manusia penuh dengan berbagai ketegangan. Apalagi 100 tahun yang lalu, perselisihan itu jauh lebih parah dibanding sekarang.
Mungkin itulah alasan mengapa sekutu tersebut meninggalkan Code yang kacau balau setelah kematian raja pertamanya, mengapa Asosiasi Penjelajah nekat melibatkannya dalam operasi penaklukan Code, dan sekaligus mengapa kasus Code kemudian menjadi tabu.
“Bagaimanapun juga, masalah ini harus segera dilaporkan kepada Putri Selene. Jika Jean memang seorang Half-Noble… sekarang jelas bukan waktunya menimbulkan konflik dengan Yggdra.”
Para Noble berbeda dengan manusia. Seluruh Noble, tanpa terkecuali, adalah bawahan yang dikasihi Sang Ratu.
Tidak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan, hal itu tidak akan berubah. Selama ia mewarisi darah Noble, meski hanya setengah, maka tidak bisa diperlakukan sembarangan layaknya kriminal biasa.
Kalau saja Jean benar-benar berbahaya, tentu itu soal lain. Namun sekarang setelah Code sudah tiada, ancaman yang ditimbulkan pria itu tidaklah sebesar itu.
Isaac menepuk tangannya, mengubah arah pembicaraan.
“Sekarang mari kita bicarakan soal ujian Level 9. Dari keterangan yang kudengar dari Kaizer, Saya, dan para bangsawan Code, dari ketiga orang itu, yang paling banyak berkontribusi dalam melindungi keluarga kerajaan tak lain adalah Krai Andrey.”
Padahal orang itu sendiri bersikeras bahwa ia tidak melakukan apa pun. Namun, karena pendapat kedua orang lainnya selaras, tidak diragukan lagi bahwa pria itu memang berjasa.
Sungguh, kalau saja ia berusaha melebih-lebihkan prestasinya, itu masih bisa dimengerti. Tapi sampai menolak mengakui pencapaian yang jelas ada, apa sebenarnya yang ada di kepalanya?
“Namun, Senpen Banka telah menolak pengakuan Level 9. Benar begitu, Kepala Cabang Gark?”
『…Benar. Sepertinya dia tidak puas dengan hasil kali ini』
Suara yang terdengar dari Batu Resonansi di atas meja itu terdengar seperti ditekan.
Benar-benar, pemburu Level 8 memang susah ditebak apa yang mereka pikirkan. Tapi tetap saja, pendapat mereka tidak bisa diabaikan begitu saja.
Seorang pemburu yang sudah mencapai Level 8 memiliki segalanya—kekayaan, ketenaran, dan kekuatan. Dan tentu saja, mereka juga punya ego yang luar biasa besar. Jika dipaksa menerima sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka bisa saja memilih keluar dari Asosiasi Penjelajah.
Dengan begitu, pilihan yang tersisa untuk naik menjadi Level 9 tinggal dua: Hagun Tenbu, Kaizer Zigrud atau Little Witch, Saya Chromis.
Lalu, Warren Cole, Kepala Cabang Galista tempat Kaizer bernaung, buka suara.
“Ah—Kaizer bilang, dia tidak sudi naik ke Level 9 hanya karena terpilih lewat cara eliminasi begitu.”
“Ah……”
Tentu saja. Ya, itu masuk akal! Kalau itu hasil dari usahanya sendiri, mungkin dia akan menerimanya. Tapi diperlakukan seolah diberi hadiah hiburan? Pria penuh percaya diri itu jelas tidak akan bisa menelan harga diri sebesar itu.
Dalam operasi kali ini, memang benar keduanya sempat terjebak dan tidak bisa bergerak sampai Code hampir jatuh.
Namun, justru merekalah yang berhasil menumpas seluruh pasukan bayaran Jean—para bandit. Dan di antara para bandit itu, ada banyak buronan, termasuk beberapa yang sangat berbahaya.
Bahkan keluarga kerajaan yang diselamatkan pun mengakui kemampuan Kaizer dan Saya.
Mereka memang tidak bisa banyak terlibat langsung dalam melindungi keluarga kerajaan sampai detik terakhir, tapi kalau bukan karena mereka menahan—atau lebih tepatnya, menumpas—para bandit, situasi pasti akan berakhir lebih buruk. Itu bisa dianggap sebagai bentuk pembagian peran juga.
Namun, Kaizer bukanlah orang yang akan menarik kembali kata-katanya.
Jika ia yang begitu berambisi pada Level 9 sampai menolak, pasti ada alasan besar di baliknya.
Dengan begitu, tersisa satu kandidat saja──
Warren menyilangkan tangan, mengerutkan alisnya, dan berkata:
“Kaizer bilang, Saya Chromis-lah yang seharusnya naik ke Level 9. Katanya, kekuatan Saya memang ‘pantas berada di Level 9’, sesuatu yang berada di luar kewajaran.”
“……Pantas berada di Level 9, ya……”
Orang seperti Kaizer, yang begitu penuh percaya diri dan jelas berambisi pada Level 9, sampai mengatakan itu sambil mengesampingkan dirinya sendiri, itu bukan hal sepele.
‘Sarasara’, yang menaklukkan dua anggota organisasi ‘Rubah’—yang bahkan melampaui para pemburu berlevel tinggi—tanpa memberi mereka kesempatan melawan. Dari segi kemampuan bertarung, memang tidak ada yang kurang untuk Level 9.
Ada beberapa hal yang mengkhawatirkan, tapi……
Isaac pun melirik Coralie, Kepala Cabang Terrace, yang telah merekomendasikan Saya Chromis ke Level 9.
Awalnya, Saya-lah yang paling jauh dari Level 9 di antara ketiganya. Jika sekarang dia berhasil naik, itu akan menjadi pencapaian besar pertama bagi cabang Terrace, yang selama ini belum pernah melahirkan pemburu Level 9.
Namun, ekspresi Coralie justru tidak seperti yang diperkirakan Isaac.
Dengan dahi berkerut, bahkan tampak lebih serius daripada Warren, Coralie berkata:
“Ini sebuah kehormatan. Sungguh, sebuah kehormatan besar. Saya tidak tahu sudah berapa kali aku bermimpi melihat Saya menjadi Level 9.”
“……Ucapanmu sepertinya mengandung sesuatu.”
“Ya…… memang begitu. Karena aku—menentangnya. Kalau ini adalah Saya sebelum ujian, tentu saja aku akan menerimanya dengan sukacita. Namun sekarang──”
“!?”
Itu adalah pernyataan yang sama sekali tak terduga. Ruangan pun langsung gempar karenanya. Kalau pemburu yang bersangkutan menolak karena masalah harga diri, itu masih bisa dimengerti.
Tapi kepala cabang yang sebelumnya merekomendasikan justru berbalik menentang? Itu sama sekali tidak masuk akal.
“……Apa maksudmu?”
Tiga orang sekaligus menjalani ujian pengakuan Level 9 sudah sangat jarang terjadi. Tapi ketiganya menolak naik level? Itu benar-benar belum pernah ada sebelumnya.
Dihadapkan pada tatapan semua orang, Coralie menghela napas, lalu berkata dengan nada ringan:
“Sesederhana ini. Situasi telah berubah—‘Sarasara’ milik gadis itu—sudah kehilangan kelemahannya. Senpen Banka itu justru menghapus satu-satunya kelemahan yang ada.”
『……Tunggu. Apa maksudmu? Bukankah lebih baik tidak punya kelemahan?』
Perkataan Kepala Cabang Gark benar adanya. Biasanya, seorang pemburu yang berhasil mengatasi kelemahan adalah hal baik. Itu tandanya mereka berkembang dan bisa menghadapi misi lebih berbahaya.
Tapi kali ini? Menolak karena kelemahannya hilang?
Isaac dan yang lainnya saling pandang dengan wajah tak tenang. Coralie pun berdeham kecil sambil tersenyum, namun matanya sama sekali tidak ikut tersenyum.
“Aku selalu berpikir—tidak, aku ingin percaya—bahwa kemampuan gadis itu sudah ‘selesai’. Aku memberi nama kemampuan dan julukan yang bisa mengurangi rasa takut, agar ia bisa hidup hanya sebagai pemburu papan atas, tanpa harus melangkah lebih jauh. Tapi kebenarannya berbeda. Justru karena ia masih punya kelemahan—karena hanya bisa memanggil ‘mereka’ di malam hari, dan karena tidak bisa melihat mereka dengan jelas—ia masih bisa diterima. Itu sebabnya Saya tetap diizinkan untuk ada.”
Little Witch. Di kota benteng Terrace, yang berdiri di tengah wilayah yang penuh dengan perebutan teritori para makhluk gaib paling kuat, Saya adalah pemburu harta Karun terkuat.
Dulu, Terrace adalah kota yang diserang tanpa henti. Namun sejak Saya mulai beraksi, frekuensi serangan itu menurun drastis.
Kekuatan yang bahkan tidak bisa ditandingi oleh para pemburu harta karun terbaik cabang Terrace maupun para prajurit veteran yang melindungi kota itu, membuat bahkan para monster pun gentar.
Berkat pencapaian yang tak tertandingi itu, Saya naik ke Level 8. Sejak itu, belum ada satu pun pemburu di cabang Terrace yang bisa menyainginya.
Coralie menghela napas panjang, lalu mengangkat kedua tangannya seolah menyerah.
“Aku percaya, ‘Sarasara’ bukan hanya kekuatan yang luar biasa, tapi juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar. Lebih tepatnya, yang dipanggil oleh ‘Sarasara’-lah yang berbahaya. Dan dalam insiden kali ini, aku kembali menyadari betapa bahayanya itu. Karena yang paling menakutkan adalah: bahkan Saya sendiri tidak tahu apa mereka itu, atau mengapa mereka mau menolongnya.”
§ § §
Di dalam kereta tahanan yang sempit, suasana tegang menguasai udara.
Kereta itu ditarik oleh enam ekor Iron Horse, kuda yang terkenal tangguh dalam ketahanan maupun kekuatan otot, sanggup menaklukkan medan seburuk apa pun.
Namun, kenyamanan sama sekali tidak bisa diharapkan. Meski begitu, Kool Saikol sama sekali tidak punya kelapangan hati untuk mengeluh tentang itu.
Alasannya sederhana—karena tepat di hadapannya duduk dua orang bandit.
Keduanya mengenakan penutup mata tebal, tubuh mereka dibelenggu borgol dan belenggu kaki, seluruh gerak ditahan rantai baja. Namun meski dalam keadaan demikian, kedua bandit itu tetap terlihat penuh percaya diri.
Mereka adalah anggota organisasi kriminal paling berbahaya yang telah menjadi musuh dunia pasca insiden Festival Kaisar Bela Diri, Nine Tail Shadow Fox.
Nama mereka: Kenbi dan Kuubi.
Dua orang itu akhirnya berhasil ditangkap setelah perjalanan panjang di Code. Mereka jelas memiliki kemampuan bertarung yang sebanding—atau bahkan melampaui—pemburu level tinggi.
Apalagi Kuubi, yang bahkan dalam kondisi terkuras setelah pertarungan melawan Senpen Banka, tetap mustahil untuk ditangkap.
Begitu pula Kenbi, yang dengan mudah menangkis serangan petir mendadak dari Krahi. Pada akhirnya, mereka baru bisa dilumpuhkan berkat kekuatan Pemburu Level 8, Little Witch, setelah pengaruh cuci otaknya menghilang.
Itu pun hanya karena mereka berhasil memanfaatkan jeda sekejap kesadaran yang terbuka akibat tipu muslihat Senpen Banka. Tanpa itu, mustahil mereka bisa ditangkap semudah itu.
Dan yang paling gawat—adalah kenyataan bahwa kelompok yang ditunjuk untuk mengawal para kriminal super berbahaya ini tidak lain adalah Strange Freak.
Di zaman keemasan pemburu harta karun, banyak pahlawan bermunculan, tapi di sisi lain kualitas para bandit juga meningkat drastis. Terlebih lagi, jika musuhnya memiliki kekuatan setara pemburu super level tinggi, maka taruhannya jelas berbeda.
Ada desas-desus gila yang beredar: mereka bisa merobek rantai baja dengan tangan kosong, meluluh-lantakkan seluruh area tanpa mantra, bahkan mengendalikan pikiran pengawal hanya dengan tatapan.
Untuk bisa membawa bandit macam itu ke penjara dengan selamat, dibutuhkan pengawal yang setidaknya setara dalam hal kemampuan bertarung. Tapi Hunter seperti itu jelas tidak mencukupi jumlahnya.
Kali ini, alasan Strange Freak menerima misi adalah karena Krahi, sang pemimpin, secara sepihak mengambil pekerjaan itu. Tapi di sisi lain, itu juga berarti Asosiasi Penjelajah tidak bisa menyediakan pengawal yang lebih kuat dari Krahi sendiri.
Memang, ada puluhan pemburu lain ikut serta dalam konvoi pengawalan dan menjaga di sekitar kereta. Namun, bagi Kool yang mengenal kemampuan asli dua bandit itu, sulit untuk percaya bahwa mereka akan berguna saat keadaan benar-benar gawat.
Tentu saja Krahi kuat. Petirnya, setelah pengalaman di Code, semakin tajam. Entah pertarungan fisik atau sihir, jarang ada yang bisa menandingi dia.
Namun, anggota lain yang harus mengikutinya jelas jauh di bawahnya. Terlebih lagi, kali ini lawannya bukan orang biasa.
Berbagai langkah pencegahan sudah dilakukan. Pedang besar milik Kenbi sudah diamankan oleh Little Witch tepat sebelum mereka dimasukkan ke kereta. Semua barang bawaan mereka pun disita.
Itu hanya bisa dilakukan karena saat itu ada Little Witch, Hagun Tenbu, dan terutama Senpen Banka. Sekarang, tidak ada satu pun dari mereka yang hadir.
Krahi duduk, satu lutut terangkat, mengawasi para bandit yang hampir tidak bisa bergerak karena belenggu.
Saat itulah, Kenbi yang ditutup matanya tertawa kecil, seperti menghembuskan napas.
“Fufu… tidak perlu setegang itu. Aku tidak sebodoh itu sampai nekat memberontak dalam keadaan begini. Lagipula pedangku juga sudah dirampas.”
“Kerendahan hatimu patut diapresiasi. Tapi, biar kuberi peringatan—kalau kalian mencoba bergerak aneh-aneh, aku tidak perlu meminjam kekuatan Little Witch. Aku punya kartu truf yang bisa menghancurkan kalian dalam waktu kurang dari satu detik.”
(Tidak, jangan dibunuh, nanti malah kena penalti…)
Bagaimanapun, para tahanan ini akan menjalani interogasi ketat di penjara. Jika kesempatan emas untuk mengorek informasi organisasi mereka terbuang karena mereka dibunuh, maka bahkan Asosiasi Penjelajah pun takkan bisa menahan protes negara-negara besar.
Namun, Krahi adalah tipe pria yang benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Sikapnya yang tanpa ragu itu justru merupakan sumber kekuatannya.
Kemudian, Krahi mengalihkan pandangan pada Kuubi. Rambutnya mulai berkilat ungu, petir kecil menari di sekitarnya—tanda ia sudah masuk mode bertarung.
“Bagaimana? Mau coba lepaskan belenggu itu sebelum aku mengeluarkan kartu trufku?”
Kuubi tersenyum tipis.
“Menarik… Di Code aku belum sempat melawanmu dengan serius.”
Seharusnya, segala bentuk sihir sudah dicegah agar tak bisa digunakan. Namun, Kuubi masih bisa tersenyum santai. Sikapnya sama sekali tidak mencerminkan orang yang dirantai.
Dan itu wajar, karena bahkan penjara Code pun tidak bisa sepenuhnya menahan dirinya. Tidak ada yang tahu sejauh mana sihir pencegah itu bisa bekerja.
Hanya satu hal yang bisa dipastikan, dengan belenggu sebanyak ini, Kuubi tetap tidak bisa mengalahkan Raitei.
“Aku juga menyesal. Sebenarnya aku ingin sekali berhadapan lagi denganmu secara langsung… tapi tampaknya tidak bisa, ya.”
Kenbi mendengus sambil berkata malas:
“Kalau kau ingin coba, silakan saja. Tapi jangan libatkan aku. Bahkan aku takkan mau melawan pemburu level tinggi tanpa pedang. Aku ini seorang Swordman. Lagipula… bisa jadi Little Witch masih mengawasi kita, bukan?”
Nama itu—Little Witch, Saya Chromis. Pemilik kemampuan Sarasara.
Kekuatan itu, bahkan meski tidak diarahkan langsung pada Kool dan yang lainnya, tetap mampu membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Kalau benar semua pemburu Level 8 adalah monster sekuat itu, maka bahkan Krahi yang penuh talenta pun akan kesulitan mencapai Level 8. Keyakinan itu begitu kuat.
Mendengar kata-kata Kenbi, Kuubi menghentikan senyumannya dan memadamkan aura bertarungnya.
“…Hmph. Memang benar.”
“Tidak kusangka Asosiasi Penjelajah sampai berani mengirim orang dengan kemampuan seberbahaya itu.”
“Orang dengan kemampuan berbahaya…?”
Krahi terkejut mendengar kata-kata penuh ancaman itu.
Ya—Kool juga merasakan hal yang sama.
Bunyi lirih “sarasara” yang entah dari mana datangnya, hingga kini masih terngiang di telinganya. Mengingatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.
Itu bukan sekadar suara—ada sesuatu di balik itu, sesuatu yang menggugah rasa takut paling mendasar dalam diri manusia.
Suara itu, juga kehadiran samar yang tiba-tiba muncul, seolah meniadakan rasa takut pada situasi terburuk di medan perang, menggantikannya dengan teror yang lebih mendalam.
Kenbi terkekeh.
“Tidak, mungkin ia hanya menyembunyikan saja. Fufufu… itu jelas kemampuan dari pihak kami. Meski aku tidak bisa melihat dengan jelas makhluk yang ia panggil, yang pasti—bahkan dia sendiri tidak bisa mengendalikannya sepenuhnya.”
“!!”
Ya—kalau dipikir dengan jernih, benar juga.
Setelah insiden, Kaizer yang bebas bersikeras bahwa serangan balik Saya adalah hasil rencana Senpen Banka. Karena itu, hal ini tidak diperhatikan lebih jauh. Namun kenyataannya, saat itu Saya sepenuhnya berada di bawah kendali topeng.
Biasanya, makhluk yang dipanggil dengan kekuatan pengendalian akan selalu patuh mutlak pada si pemanggil. Itu inti dari “kontrol”. Tapi kali ini, makhluk yang dipanggil itu justru bisa mengabaikan perintah. Kebetulan hal itu menyelamatkan Saya, tapi sekaligus berarti makhluk itu bisa saja bertindak sesuka hati melukai orang lain.
Terlebih lagi, makhluk yang muncul dari kemampuan itu—jelas bukan sekutu manusia.
Pemburu memang biasa menyembunyikan kemampuan mereka. Namun, jika fakta ini terbongkar, Asosiasi Penjelajah pasti akan terguncang hebat dari dalam.
Kuubi mendengus dingin.
“Tak kusangka ada kemampuan seaneh itu di dunia ini… tampaknya, kehancuran peradaban modern sudah tidak lama lagi.”
“…Kehancuran… peradaban?”
Kool terperanjat.
Kuubi menatapnya dengan tatapan mengejek.
“Bodoh. Munculnya kemampuan abnormal semacam itu menandakan dunia sedang memasuki masa transisi. Kekuatan yang mengalir di dunia ini, Mana Material, sudah mencapai titik jenuh. Cepat atau lambat, kalian semua akan merasakannya sendiri. Tanda bahwa akhir dari peradaban ini sudah dekat.”
“Masa… transisi?”
Kool terbelalak mendengar kata itu.
Selama ini sudah diketahui bahwa tak terhitung banyaknya peradaban telah hancur di dunia ini. Sisa-sisa dari peradaban itu, yang direkonstruksi ulang oleh Mana Material, kini hadir dalam bentuk Treasure Hall maupun Phantom.
Memang, pernah terdengar desas-desus bahwa kepadatan Mana Material terus meningkat sedikit demi sedikit. Namun, sampai sekarang tak pernah terlintas di pikiran bahwa hal itu akan membawa pada kehancuran peradaban.
Menyebut perkataan itu sebagai omong kosong dan menertawakannya jelas mudah saja.
Andaikan hal itu hanya tertulis di majalah gosip, Kool pun pasti sudah menepisnya begitu saja. Tetapi, lawan bicara kali ini bukanlah orang sembarangan.
Alasan Kenbi dan Kuubi tidak dibungkam meski sudah diberi penutup mata adalah agar sepanjang perjalanan, bila memungkinkan, bisa digali informasi dari mereka.
Sambil mencatat dalam benaknya, Kool memperhatikan saat Kenbi melengkungkan bibirnya membentuk senyum menggoda lalu berbicara pada Krahi.
“Kalau sekarang kau mau melepaskan kami dan bekerja sama, kami tak keberatan menjadikanmu sekutu, Raitei. Bagaimanapun juga, penjara yang mampu menahan kami berdua—tidaklah ada.”
Itulah masalah besar yang selalu timbul saat menangkap penjahat setingkat pemburu level tinggi.
Kali ini, memang mereka akan dijebloskan ke dalam penjara kelas tertinggi. Tingkat kemampuan para sipir di sana pun jauh di atas penjara biasa. Namun, tetap saja itu tidak berarti keamanan sepenuhnya terjamin.
Terutama Kuubi—seorang penyihir (Magi) yang tak membutuhkan senjata, dan bahkan membuat kerepotan di penjara Code. Cara menahannya jelas menjadi persoalan besar.
Namun, semua itu bukan urusan Kool dan yang lainnya.
Tugas mereka hanya sebatas pengawalan. Sesudahnya, serahkan saja pada para ahli di bidang tersebut.
Menanggapi ucapan Kenbi, Krahi tersenyum tipis dan menjawab:
“Jangan terlalu meremehkan kami. Mengenai cara untuk mengurung kalian, sudah dibicarakan oleh negara-negara dengan pimpinan Kekaisaran Zebrudia. Bahkan, bila perlu, Asosiasi Penjelajah akan mengirimkan pemburu Level tinggi ke penjara.”
Dari semua negara, Zebrudia-lah yang paling menunjukkan amarah akibat insiden Festival Kaisar Bela Diri. Baik dari segi luas wilayah maupun kekuatan nasional, ia termasuk salah satu adidaya dunia.
Ditambah lagi, ibu kotanya dikenal sebagai tanah suci para lemburu harta karun, sehingga banyak pemburu memilih tempat itu sebagai basis (meskipun Strange Freak sendiri tak pernah ke sana karena “yang asli” ada di situ).
Apabila kekaisaran itu bersungguh-sungguh, mereka bisa saja mengeluarkan permintaan dengan imbalan besar pada Asosiasi Penjelajah, lalu mengerahkan pemburu level tinggi untuk memperkuat penjagaan di penjara.
Mendengar perkataan Krahi, Kuubi mendengus dan berkata dengan nada meremehkan:
“Zebrudia, Zebrudia… hah. Betapa bodohnya. Mereka tak punya waktu untuk mengurus kami.”
“…………”
“Ibu kota Zebrudia berdiri di tanah tempat para dewa pernah bersemayam—dengan kata lain, tanah terlarang. Rodin memang berhasil mengusir dewa dan melenyapkan Treasure Hall tipe kuil itu, tapi bukan berarti dewa telah benar-benar dimusnahkan. Kaisar saat ini memang dikenal cerdik… namun dengan meningkatnya energi yang memenuhi Leyline, cepat atau lambat mereka harus membayar harga dari kejayaan panjang mereka.”
Ucapan Kuubi, seolah penuh keyakinan, membuat Kool teringat kembali pada serentetan insiden yang belakangan ini terjadi di Zebrudia.
Memang, belakangan terasa terlalu sering terjadi kekacauan. Jangan-jangan, memang benar ada sesuatu yang tengah berlangsung. Sesuatu yang bahkan tak bisa dibayangkan oleh seorang pemburu kelas biasa seperti dirinya.
“Tapi, di Zebrudia juga ada Senpen Banka yang berhasil menangkapmu, kan.”
“Kh…… Jangan sebut nama itu! Aku tak sudi mendengarnya.”
Kuubi mendesis seolah memuntahkan kebencian, lalu terdiam rapat.
§ § §
Zaman keemasan para pemburu harta karun ini.
Di dalam Kekaisaran Zebrudia yang sedang berada di puncak kejayaan, segala hal dari berbagai penjuru dunia berkumpul.
Sumber daya manusia yang unggul, harta pusaka yang berharga, dan juga para penjahat yang seakan tertarik oleh cahaya yang begitu gemerlap.
Kekaisaran memiliki banyak kota besar, tetapi di antaranya, ibu kota kekaisaran Zebrudia, tempat berdirinya istana kaisar, bisa dibilang berada di kelas yang berbeda.
Dahulu, di tanah itu pernah menjulang sebuah Treasure Hall tipe kuil—Star Shrine, yang berdiri sebagai wilayah absolut yang tak bisa disentuh.
Kisah tentang kaisar di masa itu yang menantang penaklukan bersama para pemburu, menderita kerugian besar namun akhirnya berhasil mengusir dewa, sudah terkenal luas.
Kemudian, kaisar membangun istana kekaisaran tepat di atas lokasi bekas keberadaan Star Shrine itu, dan menjadikannya sebagai ibu kota baru. Itulah awal dari kejayaan Zebuldia.
Di pusat ibu kota Zebrudia berdiri megah istana kaisar.
Di dalamnya terdapat markas khusus untuk Ksatria Divisi Nol. Di tempat itu, Franz Ergmann, sang komandan Ksatria Divisi Nol, sedang memeriksa laporan yang baru saja tiba sambil mengernyitkan keningnya.
“Tak masuk akal… bisa-bisanya terjadi ‘penghilangan misterius’ di ibu kota ini?”
“Isi detailnya sedang diperiksa secepatnya, tetapi… rumor sudah mulai menyebar. Ksatria Divisi Ketiga tengah melakukan penyelidikan, namun sepertinya mereka kekurangan orang──”
Dalam kekaisaran, ksatria dikelompokkan ke dalam beberapa divisi sesuai dengan tugasnya.
Peristiwa yang terjadi di ibu kota biasanya merupakan wewenang Divisi Ketiga, yang memang bertugas menjaga ketertiban. Suatu kasus sampai harus dibawa ke Divisi Nol hanyalah jika sifatnya sangat merepotkan, seperti ramalan beberapa waktu lalu.
Namun, situasi saat ini tidak menguntungkan.
Kedatangan Putri Kerajaan kaum Noble, Selene Yggdra Frestel, menarik banyak orang dari luar kota yang ingin sekadar melihat sosoknya, dan akibatnya jumlah insiden serta kecelakaan yang terjadi di ibu kota melonjak tajam.
Ditambah lagi beberapa kasus pelik menumpuk sekaligus, sehingga kekurangan tenaga di mana-mana.
Divisi Nol sendiri bukan berarti sedang longgar. Baru saja mereka kewalahan mengawal Selene yang polos dan bertindak semaunya, dan urusan yang ditimbulkan ramalan itu pun belum sepenuhnya beres.
Namun, setelah melihat berkas laporan yang dikirimkan, Franz sadar mereka tak bisa tinggal diam.
Ibu kota Zebrudia adalah pusat dari kekaisaran. Memang benar, di dekat tembok luar kota terdapat kawasan rawan bernama Distrik Dekadensi, tapi para ksatria pun sudah memperhitungkan itu, dan hilangnya orang di sana bukanlah sesuatu yang sering terjadi.
Namun kali ini, jumlah korban berbeda.
“Kenapa sampai sebanyak ini baru ketahuan? Dan lagi, dari antara murid Akademi Sihir Zebrudia yang menghilang, pasti banyak yang dari kalangan bangsawan, bukan?”
Franz membentak sambil membanting laporan berulang kali, menatap bawahannya.
Kalau seorang pemburu yang hilang, masih bisa dimengerti. Pekerjaan mereka berbahaya, kerap terlibat perkelahian, dan banyak musuh yang mungkin dendam. Mati di jalan pun bukan hal yang aneh.
Tapi dalam laporan kali ini, yang menghilang bukan hanya pemburu.
Yang paling mencolok justru murid-murid dari lembaga pendidikan sihir tertinggi di kekaisaran—Akademi Sihir Zebrudia. Dalam daftar saja sudah puluhan orang. Bahkan, meskipun sedikit, ada juga beberapa guru yang hilang. Jelas ini bukan kejadian biasa.
Akademi Sihir Zebuldia hanya menerima yang paling berbakat—elite di antara para Magi. Banyak di antara muridnya adalah bangsawan, ada pula mahasiswa asing dari luar negeri.
Seharusnya, hilangnya satu saja sudah cukup membuat keributan besar. Bagaimana mungkin jumlah ini membengkak sampai segini tanpa laporan sampai padanya?
“Itu karena… sampai beberapa hari lalu, tidak ada satu pun yang menyadari ada orang yang hilang. Baru secara tiba-tiba keberadaan orang hilang terungkap, lalu setelah diselidiki barulah ditemukan bahwa ternyata jumlahnya sudah sebanyak ini. Profesor Sage dari Akademi Sihir Zebrudia berpendapat ada kekuatan supranatural yang sedang bekerja.”
Sage Cluster—seorang Magi berdarah campuran (Half-Noble) yang direkrut langsung oleh kaisar sendiri. Tak hanya Magi kelas atas, ia juga punya banyak pengalaman menaklukkan Treasure Hall berlevel tinggi. Pengetahuan dan pengalamannya sudah tak diragukan lagi.
Ngomong-ngomong, Sage Cluster juga adalah guru dari Banshou Jizai, adik dari Senpen Banka.
“Kekuatan supranatural, ya… setelah artefak terkutuk beberapa waktu lalu, sekarang muncul masalah ini. Kalau sampai Profesor Sage berpendapat begitu, jelas ini bukan ulah penjahat biasa… apa ini juga pengaruh dari Leyline?”
Di sekitar ibu kota Zebrudia, tempat dulu berdirinya Treasure Hall tipe kuil, terdapat beberapa Leyline besar yang melintas. Itulah alasan kenapa Zebrudia memiliki banyak Treasure Hall dan dijuluki tanah suci para pemburu. Tapi itu juga berarti potensi kecelakaan luar biasa tak bisa diabaikan.
Aliran Mana Material dalam Leyline masih merupakan kekuatan misterius. Penelitian terbaru menunjukkan jumlah energi yang beredar semakin meningkat. Kekaisaran sudah menyiapkan langkah antisipasi, tapi jelas ada batasnya.
“Profesor Sage menduga… ini mungkin akibat efek modifikasi aturan, seperti yang dimiliki sebagian Treasure Hall berlevel tinggi.”
“Hmm… jadi maksudmu, sebuah Treasure Hall muncul di dalam ibu kota ini?”
Itulah skenario terburuk.
Dan sekaligus, sebuah kemungkinan yang sudah diperkirakan sejak awal ibu kota dipindahkan ke sini.
Karena, tempat ini memang dulu merupakan lokasi munculnya Treasure Hall tipe kuil. Memang dengan bantuan Solis Rodin, dewa berhasil diusir dan Treasure Hall itu lenyap. Namun, Leyline yang membentang di bumi ini tidak berubah. Munculnya lagi Treasure Hall bukanlah hal aneh.
Tepatnya, itulah alasan sebenarnya kaisar dulu memindahkan ibu kota ke sini.
Dengan membagi-bagikan Mana Material Leyline ke seluruh rakyat ibu kota, munculnya Treasure Hall tipe kuil baru bisa dicegah, sekaligus memperkuat kemampuan rakyatnya.
Sejauh ini, rencana itu berhasil. 1000 tahun sudah berlalu sejak perpindahan, belum pernah ada Treasure Hall yang muncul di dalam kota.
“Kenapa saat ini… meski bertanya begitu pun percuma. Tapi menurut laporan Putri Selene, Pohon Dunia seharusnya berjalan normal sekarang. Mana Material yang sempat meningkat juga seharusnya sudah stabil kembali…”
Keberhasilan menjalin kontak dengan faksi Yggdra adalah pencapaian besar. Memang benar, sang putri seenaknya datang dengan teleportasi dan membuat banyak masalah, tapi tetap saja peristiwa itu akan tercatat dalam sejarah kekaisaran.
Dan informasi yang didapat darinya pun berharga—terutama soal Pohon Dunia yang berfungsi menyeimbangkan Mana Material.
“Tapi kalau memang ini akibat Treasure Hall, jumlah korban terasa terlalu sedikit.”
“Kalau memang ada Treasure Hall, pertama-tama kita harus menemukan pintu masuknya. Jika murid Akademi Sihir Zebrudia yang paling banyak hilang, kemungkinan besar pintu itu ada di dalam akademi. Tapi Profesor Sage pasti sudah menyelidikinya.”
Artinya, negara harus menyelidiki area di luar akademi.
Namun, ibu kota ini luas. Dipenuhi orang. Dengan tenaga yang sudah minim, menyisir seluruh kota bukanlah tugas mudah.
Memang, kalau data korban dikumpulkan dengan baik, mungkin lokasi bisa dipersempit…
Franz tanpa sadar mengacak-acak rambutnya.
“Sungguh… belakangan ini hanya ada kasus-kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
“…Haruskah kita meminta bantuan pada Senpen Banka?”
Meminta bantuan pada Senpen Banka…?
Mendengar kata-kata yang begitu memalukan itu dari bawahannya, Franz langsung menatap tajam.
“Tidak. Itu mutlak kutolak! Untuk urusan pengawalan Yang Mulia atau kasus Putri Yggdra memang terpaksa kita gunakan dia, tapi ini masalah internal Zebrudia! Kalau kita terus-terusan minta tolong pada dia, wibawa kekaisaran akan runtuh.”
Selain itu, Senpen Banka adalah pria yang selalu menimbulkan masalah besar. Bahkan sekarang pun markas Asosiasi Penjelajah setengah lumpuh karena ulahnya yang kelewat batas. Tak mungkin membiarkan dia berbuat sesukanya lagi.
Franz sendiri sudah cukup dibuat repot olehnya. Meski tahu marah itu bodoh, nada suaranya otomatis turun.
“Lagipula, dia sedang dalam masa skors. Masalah ini harus diselesaikan di bawah kendali kekaisaran. Mengerti?”
“Dimengerti.”
Zebrudia adalah negara besar. Memang benar kemampuan Senpen Banka itu di luar nalar, tapi bila berbagai lembaga dan para ahli bersatu, penyelidikan serta penyelesaian masalah ini pasti bisa dicapai. Tidak boleh tidak.
Franz mengangguk mantap, lalu bawahannya dengan wajah serius berkata:
“Selain itu… ada satu laporan tambahan. Baru saja dipastikan—bahwa korban juga muncul di dalam Divisi Nol.”
“Apa? Korban di Divisi Nol? Mustahil… siapa?”
Divisi Nol berperan sebagai pengawal istana, terbentuk dari pasukan elit dengan jumlah sedikit. Franz hafal semua wajah dan nama anak buahnya. Kalau ada yang hilang, pasti langsung ketahuan.
Dengan wajah tegang, Franz menyilangkan tangan di dada. Bawahannya menarik napas dalam-dalam sebelum menyebutkan namanya.
“Hugh Legrand. Setelah insiden ramalan itu, ia sempat beristirahat untuk pemulihan, lalu kembali bertugas, tapi…”
Hugh Legrand. Lulusan terbaik akademi ksatria, masuk ke pengawal kerajaan. Ambisius, agak tinggi hati, tapi berbakat. Ia pula yang, dalam kasus ramalan, mendatangi Senpen Banka dengan sukarela, lalu diperalat dan tumbang.
Nama itu bagai sambaran petir. Sampai disebutkan, Franz sama sekali tak mengingatnya. Seakan-akan informasi itu terhapus dari kepalanya.
Sebuah perasaan asing yang belum pernah ia alami. Inikah alasan kenapa selama ini tak ada yang menyadari korban hilang?
Dan inilah juga kenapa orang menyebutnya ‘penghilangan misterius’. Begitu dialami sendiri, barulah terasa.
Membuat orang lenyap tanpa seorang pun menyadari—itulah sungguh pekerjaan ilahi.
“Menurut keterangan anggota lain, sebelum menghilang Hugh sedang menyelidiki sebuah rumor. Tapi tak seorang pun tahu rumor apa yang ia kejar…”
§ § §
Hidup dalam masa hukuman skorsing ternyata luar biasa. Tidak ada permintaan darurat yang tiba-tiba datang, tidak ada pula panggilan omelan dari Gark-san. Yang ada hanyalah waktu damai yang mengalir tenang di ruang Clan Master.
Bagi sebagian orang, larangan untuk keluar kamar mungkin akan terasa menekan. Tapi bagiku berbeda.
Lagi pula ada kompensasi finansial juga. Dalam arti tertentu, mungkin kehidupan seperti ini adalah titik akhir yang selama ini aku cari.
Satu-satunya hal yang agak membuatku merasa tidak enak adalah aku sama sekali tidak boleh meninggalkan ruangan, sehingga setiap kali makan, selalu ada seseorang yang harus repot membawakannya untukku.
Menurut cerita Eva, pihak Kekaisaran maupun orang-orang dari Asosiasi Penjelajah secara berkala datang untuk memastikan aku benar-benar berada di dalam kamar. Betul-betul kerja keras, ya.
…Kalau dipikir-pikir, bukankah ini bukan sekadar “hukuman skorsing”, tapi lebih mirip “pengurungan rumah”?
Untuk sekarang, ruang gerakku hanya terbatas pada ruang Clan Master, kamar pribadiku yang terhubung dengannya, serta… di dalam Mimic-kun. Bisa dibilang cukup kalau hanya untuk kebutuhan, nyaman kalau mau dibilang nyaman, tapi tetap saja terasa hambar.
Kamar Code dulu punya berbagai fungsi revolusioner, tapi mungkin begini juga perasaan Ohii-sama yang selalu terkurung di dalam kamarnya?
Yah, bedanya aku masih punya teman masa kecil yang lumayan sering mampir meski tanpa alasan khusus.
Eva juga selalu datang setiap pagi membawakan koran atau majalah. Kalau ingin tahu kabar luar, aku tinggal membacanya. Tapi akhir-akhir ini aku bahkan tidak terlalu berminat. Artefak-artefak pun baru saja kubersihkan.
Aku baru saja berniat untuk rebahan siang-siang, ketika sebuah majalah yang dibawa Eva menarik perhatianku.
“Lost Inn Monthly”
Itu adalah majalah gosip yang berisi urban legend dan rumor-rumor tak jelas lainnya.
Di antara majalah sejenis, majalah itu bisa dibilang yang paling besar, dan namanya cukup dikenal karena mengangkat tentang Treasure Hall Lost Inn.
(Kabarnya ada juga majalah serupa bernama Yggdra Monthly, tapi sudah berhenti terbit setelah mendapat protes keras dari kaum Noble).
Iseng kubuka dan kubalik-balik halamannya. Halaman terbanyak ternyata membahas topik yang sedang hangat: Yggdra.
Sebelum Selene datang ke ibu kota kekaisaran, Yggdra hanyalah kota legenda. Tapi kini, yang tadinya hanya sering jadi bahan diangkat majalah gosip, malah mendominasi berita di surat kabar resmi. Rasanya sungguh aneh.
Kalau dipikir lagi, mungkin rumor-rumor lain yang tampak konyol juga bisa jadi ada benarnya.
Apa pun bisa terjadi di dunia ini—dan aku sendiri adalah orang yang paling merasakannya.
Isi Lost Inn Monthly masih sama seperti terakhir kali kulihat: penuh omong kosong tak masuk akal.
Bahkan dibanding sebelumnya, kini terasa lebih ekstrem. Mungkin karena peristiwa ramalan, kedatangan putri Yggdra, dan hal-hal nyata lainnya sudah melampaui fantasi itu sendiri.
Tampaknya edisi kali ini mengangkat spesial tentang “orang hilang”.
Katanya, ada tamu asing yang tiba-tiba muncul dan membawa orang lenyap, atau ada lubang misterius di ibu kota, siapa pun yang masuk akan hilang.
…Tapi serius, ikut dengan orang asing atau masuk ke lubang gelap itu sudah salah sendiri, kan!?
Ada pula cerita tentang ditelan cermin ketika bercermin, atau kalau dikejar monster dalam mimpi lalu tertangkap, maka orangnya juga menghilang di dunia nyata.
Yang membuatku penasaran: siapa yang bisa menyaksikan semua itu?
Kasus orang tak kembali dari selokan atau distrik kumuh jelas lebih cocok disebut tindak kriminal ketimbang “penghilangan misterius”.
Mereka bahkan menulis bahwa ada siswa Akademi Sihir Zebrudia yang hilang… apa boleh-boleh saja menyebut nama lembaga nyata seperti itu?
Ada juga tips “cara menghadapi penghilangan misterius”, tapi mudah-mudahan aku tidak pernah perlu mengujinya.
Sungguh majalah konyol, tapi lumayan juga buat membunuh waktu.
Lagipula, sejauh ini, para entitas “dewa” yang pernah kutemui tidak terlihat tipe yang suka melakukan hal-hal konyol seperti “menculik orang secara misterius”…
…yah, kalau dipikir lagi, Shisui Term dan Kechakchakka yang terjebak di Lost Inn juga bisa dibilang kasus penghilangan misterius, ya?
Artikel itu ditutup dengan seruan kewaspadaan: jangan mudah menerima ajakan mencurigakan, jangan mendekati tempat berbahaya—ya, itu kan cuma akal sehat.
Ada juga artikel tentang makhluk tak kasatmata yang menyerang manusia, peti harta yang bisa menelan manusia tanpa batas, kota super-kuno yang bisa terbang di langit…
Entah kenapa aku merasa semua itu terdengar familier… gosip, katanya?
Ah, ngomong-ngomong soal Lost Inn, aku jadi ingat ada sesuatu yang ingin kulakukan.
Aku mengambil artefak pemberian Ohii-sama, smartphone, lalu membuka catatan yang kusimpan di laci meja.
Smartphone adalah artefak dengan banyak fungsi. Salah satunya: bisa mengirim suara atau gambar ke orang lain yang juga punya smartphone—mirip dengan Resonance Stone.
Bedanya, untuk bisa menelepon, harus memasukkan nomor khusus milik lawan bicara. Kalau tidak punya nomor, tidak bisa tersambung sama sekali. Tapi sebaliknya, asal tahu nomornya, bisa menelepon dari smartphone mana pun.
Aku tentu sudah mencatat nomor milik Imouto Kitsune dan Ani Kitsune.
Mereka berdua saja yang kukenal punya smartphone. Kehilangan nomor sama saja membuat salah satu fungsi smartphone tak berguna, jadi sudah pasti kucatat dengan rapi.
Smartphone sendiri macam-macam kemampuannya, tergantung unitnya.
Smartphone lama pemberian Imouto Kitsune saja belum sempat kupelajari habis. Tapi yang baru ini—pemberian Ohii-sama—sepertinya model terbaru. Mungkin punya fitur lebih banyak dari yang lama.
Kalau kutanyakan ke Imouto Kitsune, mungkin dia bisa menjelaskan.
Dengan bersenandung riang, kupencet nomor yang tercatat.
Kutempelkan smartphone ke telinga, menunggu beberapa detik… lalu sambungan terhubung. Aku langsung menyapa dengan semangat tinggi.
“Yaa yaa! Lama tak jumpa! Ini aku, aku, aku! Bagaimana, sehat-sehat saja?”
『!?……』
Suara tercekik. Lalu tiba-tiba sambungan diputus.
Aku menjauhkan smartphone dari telinga, menatap perangkat baru yang masih mengilap itu dengan mata terbelalak.
Sambungan terputus mendadak… jangan-jangan ini fenomena terkenal di kalangan pecinta smartphone, yang mereka sebut sebagai “sinyal buruk”!?
Ya, smartphone memang benda yang super praktis, tapi punya beberapa kelemahan aneh. Salah satunya: kadang muncul gangguan suara atau sambungan tiba-tiba terputus.
Konon, kelemahan ini muncul karena benda aslinya di dunia lama juga punya kekurangan yang sama. Jadi ikut terwujud ketika smartphone jadi artefak.
Itulah salah satu alasan kenapa smartphone belum begitu populer.
Memang, fenomena sambungan terputus ini dianggap lucu atau romantis oleh para maniak smartphone, tapi bagi pemburu, itu cuma risiko
Bayangkan panggilan darurat terputus di tengah jalan—seram sekali. Maka Resonance Stone lebih bisa diandalkan, meski sama-sama barang langka.
…Yah, aku sih cuma kolektor artefak, jadi tidak masalah.
Kucoba lagi menekan nomor Imouto Kitsune. Kali ini nada tunggu sedikit lebih panjang.
Sambungan terhubung, dan aku mencoba bergaya hard-boiled:
“Maaf, maaf. Sepertinya sinyal barusan jelek jadi terputus──”
『!? Aku yang memutusnya!!』
Terdengar jeritan Imouto Kitsune. Lalu sambungan kembali terputus.
………Apa aku ada salah bicara barusan?
Mungkin dia memang sedang sibuk. Memang enak sih smartphone bisa dipakai kapan saja, tapi penerimanya juga pasti punya kesibukan.
Aku menghela napas, lalu memutuskan untuk mencoba nomor Ani Kitsune.
“Yaa yaa! Lama tak jumpa. Apa kabar?”
『……Haah. Kikikan-san, sebenarnya kau menganggap kami ini apa? Adikku sampai gemetaran, tahu』
“……………Teman pena?”
『Itu istilah kuno. Dan, jadi, apa urusanmu menelepon kami? Kudengar kau dapat smartphone baru, tapi jangan lupa, kami ini… musuhmu, setidaknya secara resmi』
Aku terdiam sejenak. Kata-kataku barusan ternyata sudah ketinggalan zaman.
Jadi “teman pena” itu istilah mati di kalangan pengguna pro smartphone? Aduh, memalukan sekali. Harus kuhapus dari kosakata.
Aku berdeham kecil untuk menutupi rasa kikuk, lalu berkata:
“Bukan, bukan. Hanya ingin tahu kabar kalian… aku sih tidak pernah menganggap kalian musuh.”
『……Cukup. Aku tidak akan menanggapi lebih jauh. Lagipula, Ibu kami saja masih belum sembuh sepenuhnya dari pertarungan melawan Keller. Dan terus terang, kami sudah muak menghadapi ulahmu, Kikin-kan-san. Kuhingatkan: jangan harap lagi bisa mempengaruhi kami dengan kata-kata. Kami sudah memutuskan, kami tidak akan meladeni mu lagi. Manusia itu berumur pendek. Toh paling 300 tahun lagi, kau akan mati karena usia』
Sebenarnya aku tidak merasa pernah melakukan sesuatu yang salah, tapi omongan mereka tadi sungguh menusuk. Lagipula, umur manusia itu tidak ada yang sampai 300 tahun.
Haruskah aku merasa senang karena mereka bilang sudah muak menghadapi Phantom berbahaya dari Lost Inn?
Entahlah… tapi tetap saja, mereka itu satu-satunya teman penaku (walau istilah itu sudah mati)…
“Padahal kita sudah berkali-kali terhubung lewat smartphone, mendengar ucapan seperti itu rasanya menyedihkan.”
『Sungguh, Kikikan-san, kau sebaiknya lebih sering introspeksi. Benar-benar. Kalau urusanmu sudah selesai, aku tutup sekarang, ya? Soalnya adikku dari tadi masih gemetaran.』
Gawat, padahal aku baru bisa menelepon lagi setelah sekian lama, malah mau diputus.
Aku buru-buru mengalihkan pandangan pada majalah yang tadi masih terbuka, lalu berkata:
“B-be… begitu ya! Eh, ngomong-ngomong, kalian tahu sesuatu soal fenomena ‘penghilangan misterius’? Soalnya belakangan ini sepertinya sedang… semacam tren di sini.”
『Aku tidak tahu. Zebrudia itu bukan wilayah kekuasaan kami, dan dewa yang dulu ada di sana juga sudah diusir, kan? Sampai sekarang pun belum kembali. Kalau mereka sudah kembali, kami pasti tahu』
Jadi dewa juga punya wilayah kekuasaan, ya… dan memang, rumor itu tampaknya cuma gosip belaka. Aku sudah menduganya.
Hari ini pun ibu kota kekaisaran tetap damai. Memang, dengan jumlah manusia sebanyak ini, pasti ada kejadian aneh tiap hari. Tapi kalau benar-benar ada tren penghilangan misterius, tentu keadaan sudah jauh lebih heboh.
Ani Kitsune melanjutkan dengan nada cepat, seolah ingin segera mengakhiri pembicaraan.
『Dewa yang dulu menghuni Star Shrine hanyalah seorang penyerbu. Dia memang punya teknologi, tapi sama sekali tak paham manusia. Itu sebabnya dia diusir oleh Rodin dan kekaisaran. Tapi kalau dia kembali, yang pertama dia pelajari pasti adalah “kelemahan manusia”. Dasarnya memang berbeda dengan Ibu kami atau Keller』
Seakan-akan Ani Kitsune benar-benar mengenal pemilik Star Shrine itu.
Padahal, Zebrudia pindah ke lokasi sekarang 1000 tahun yang lalu, kan? Jangan-jangan Phantom memang tidak menua?
Yang jelas, luar biasa sekali Rodin bisa mengusir dewa. Berteman dengan Ark benar-benar salah satu dari sedikit keberuntunganku.
Dia terlalu bisa diandalkan sampai-sampai selalu dipanggil ke mana-mana, tapi kalau nanti terjadi sesuatu, aku pasti akan bergantung padanya lagi.
“Tapi, dewa itu tidak mungkin kembali, kan? Bagaimanapun, leluhur Ark sudah menaklukkannya, dan kuil itu juga lenyap.”
Umumnya, bos Treasure Hall akan bangkit lagi bila Mana Material terkumpul. Tapi hanya Treasure Hall tipe kuil yang menjadi pengecualian.
Bos di Treasure Hall kuil itu unik, satu-satunya. Kekuatannya menopang keseluruhan kuil. Jadi bila dia dikalahkan, kuilnya pun lenyap. Tidak mungkin bos itu muncul kembali.
Memang, Leyline tidak berubah, jadi tempat itu mungkin akan melahirkan Treasure Hall baru suatu hari. Tapi itu bukan kuil lama yang sama. Karena itu, menaklukkan Treasure Hall tipe kuil selalu dianggap pencapaian pahlawan.
Namun, Ani Kitsune dengan enteng membantah ucapanku.
『Salah. Karena penguasa Star Shrine itu bukan Phantom. Dia hanyalah makhluk yang datang dari luar bintang ini, jatuh cinta pada kekuatan yang mengalir di planet ini. Lalu dia mengira manusia hanyalah makhluk rendahan—sampai suatu hari, tak disangka, mendapat serangan balik mematikan. Terkejut, dia pun kabur. Sekarang, mereka tidak lagi meremehkan manusia. Kalau pun kembali, mereka pasti jauh lebih waspada.』
Bos Treasure Hall pada dasarnya memang Phantom. Tapi ada pengecualian: kadang, makhluk gaib kuat dari luar bisa menguasai sebuah Treasure Hall.
Mereka biasanya jauh lebih berbahaya daripada Phantom biasa, dan karena bukan Phantom, mereka bebas beraksi di luar Treasure Hall.
Jika memang ada penyerbu sekuat itu—sampai bisa menguasai kuil yang menampakkan dewa Phantom—apa lagi bedanya dengan “dewa”?
Sungguh, dunia ini penuh bahaya.
Ya, ini informasi langka juga. Mungkin nanti sebaiknya kuceritakan pada Franz-san atau Gark-san.
Aku menyilangkan kaki di atas meja, lalu dengan gaya hard-boiled berkata:
“Dewa dari luar bintang, huh. Yah, kalau sekarang tidak ada, berarti tidak masalah.”
『Kikikan-san, kau benar-benar tidak punya rasa waspada. Apa tidak ada hal yang membuatmu takut?』
Tentu saja ada. Aku sudah berkali-kali menghadapi bahaya maut.
Tapi toh, sejauh ini, aku selalu selamat juga. Lagipula, seperti yang mereka bilang tadi, umurku bahkan tidak sampai seratus tahun.
Saat bicara dengan Selene pun aku menyadari—makhluk supranatural semuanya berjiwa panjang.
Aku tidak sekuat atau setahan itu untuk bisa hidup sambil terus-menerus gentar menghadapi bencana masa depan. Biarlah generasi setelahku yang menanggungnya.
Baiklah, saatnya masuk ke topik utama—cara memakai smartphone.
Aku hendak bicara lagi, tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakang.
“…………Sedang membicarakan apa, Leader?”
“!? K-kalau begitu, aku tutup dulu ya. Sampai jumpa.”
Aku buru-buru memutus sambungan, lalu menoleh ke arah suara yang kukenal.
Di dekat pintu kamar, berdiri Lucia, adikku. Dengan alis berkerut, ia menatapku penuh kecurigaan.
Sejak kapan dia masuk ke kamar ini? Aku sama sekali tidak menyadarinya.
Begitulah pemburu level tinggi—bahkan seorang Magi pun bisa punya kemampuan menyelinap yang benar-benar di luar jangkauan manusia biasa.
Atau mungkin memang aku yang terlalu lengah.
Sebenarnya bukan pembicaraan yang perlu disembunyikan, tapi kalau ketahuan aku bicara dengan Phantom Lost Inn, entah komentar apa yang akan kudengar nanti.
Atau jangan-jangan sebenarnya sudah ketahuan?
Aku berdeham, lalu bertanya ketika Lucia mendekat.
“Sejak bagian mana kau mendengarnya?”
“Dari saat Nii-san bilang, ‘Kalian tahu sesuatu soal penghilangan misterius?’”
Tatapan Lucia menekan kuat. Aura khas seorang petarung berpengalaman. Hanya mereka yang benar-benar melewati banyak pertempuran yang bisa memancarkan tatapan semacam itu.
Aku saja hampir kalah hanya karena tatapannya.
Berusaha sok tenang, aku berkata:
“…………Begitu ya. Kalau begitu, aman.”
Ya, meskipun sebenarnya dari awal pun tidak masalah.
“…………Leader, kau tahu arti dari diskors, kan?”
“Aku hanya ngobrol santai, sungguh. Tidak lebih.”
Aku menutup Lost Inn Monthly yang tadi masih terbuka, lalu duduk lebih tegap.
Lagipula aku tidak benar-benar percaya pada isu orang hilang. Itu hanya sekadar bahan obrolan. Yang sebenarnya ingin kubicarakan adalah—smartphone.
Tapi yah, aku bisa menelepon Ani Kitsune kapan saja, jadi tidak masalah.
“Ngomong-ngomong, ada apa? Kan artefakku sudah kau isi energinya kemarin.”
“…………Apa kau pikir aku hanya datang kalau ada urusan isi ulang?”
Tatapan Lucia makin dingin. Pantas saja sihir es jadi keahliannya.
Memang, dulu dia manja padaku hanya beberapa tahun semasa kecil. Sisanya, beginilah—dingin.
Maafkan kakakmu yang selalu membuat repot.
“E-eh, tentu saja aku senang kalau kau datang kapan saja… tapi bukannya kau pernah bilang sedang menyelidiki sesuatu atas permintaan Sage-san?”
Seingatku, dia memang sedang menjalankan misi dari Sage-san. Kalau sampai seorang pemburu level 6 dipanggil, berarti itu misi yang sangat besar.
Dengan kesibukan itu, mustahil dia sempat datang hanya untuk menengok kakaknya yang sedang dihukum, bukan?
“…………Aku datang untuk memastikan, kalau Nii-san tidak melakukan hal-hal yang aneh! Kau resmi sedang dihukum, tahu!? Kalau melanggar lagi, akibatnya bisa sangat merepotkan!”
“Lucia ini memang terlalu khawatir. Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal aneh. Bahkan kalaupun diminta, aku tidak akan bergerak.”
Yang kulakukan hanya satu: berlari secepat mungkin ketika harus kabur.
§ § §
Ketika Hugh Legrand, salah satu anggota Kesatria Divisi Nol, membuka matanya, yang ia lihat adalah sebuah ruang nyaris tanpa cahaya—hampir menyerupai kegelapan sejati.
Pada saat pertama kali sadar, ia tak mengerti di mana dirinya berada. Hanya udara dingin yang menusuk paru-paru perlahan-lahan membuat kesadarannya kembali.
Udara pengap berbau apek, kelembaban dingin yang terasa di telapak tangannya, dan permukaan keras batu yang ia rasakan di bawah tubuhnya. Dalam kegelapan total tanpa secercah cahaya, ia bahkan tak tahu apakah kini siang atau malam.
Sambil menstabilkan napas, ia mulai mengingat apa yang terjadi sebelum ia kehilangan kesadaran.
Hampir sebulan telah berlalu sejak Hugh diizinkan keluar dari rumah sakit, setelah tubuh dan jiwanya terkuras habis akibat kasus yang berkaitan dengan ramalan.
Di Divisi Nol, yang selalu menerima misi-misi penting, setiap anggota yang terluka saat menjalankan tugas berhak atas masa cuti panjang dan tidak diizinkan kembali bertugas sebelum mendapat izin dokter.
Untuk memulihkan tubuhnya yang sempat melemah selama masa rawat inap, Hugh berusaha berjalan-jalan berkeliling ibu kota.
Sebelum ia masuk rumah sakit, ibu kota masih dipenuhi kabar tentang kasus ramalan. Namun, hanya dalam waktu singkat, topik utama sudah berganti menjadi kabar mengenai kedatangan seorang putri dari Yggdra. Dan hal itu… bagi Hugh sama sekali tidak bisa diterima.
Dalam kasus ramalan itu, ia yang bertanggung jawab menangani pertemuan dengan Senpen Banka. Ia tahu tindakannya kala itu tidaklah salah.
Namun ada satu kegagalan fatal—Hugh tidak mampu bertahan.
Pada akhirnya, kasus itu terselesaikan oleh Senpen Banka.
Walau kebenarannya tak diumumkan karena berbagai alasan, kenyataan pahitnya, Divisi Nol nyaris tak berkontribusi, sementara yang lain hanya mampu menjadi pendukung. Dan Hugh, karena tak mampu bertahan, hanya menjadi korban belaka.
Ia hanyalah pria yang mengantarkan artefak terkutuk yang diberikan oleh sosok misterius, lalu jatuh sakit dan berakhir di rumah sakit.
Seandainya saja ia sanggup berdiri di sisi Senpen Banka sampai akhir, meski tak memberi banyak bantuan, jasanya tetap akan diakui. Bahkan mungkin ia bisa ikut serta dalam perjalanan ke Yggdra setelahnya. Bila itu terjadi, namanya tentu akan disebut-sebut bersama Senpen Banka dan Strange Grief.
Seribu Ujian yang dialaminya ternyata jauh lebih keras dari yang ia dengar lewat desas-desus.
Kepercayaan dirinya sebagai lulusan terbaik akademi yang ditempatkan di Divisi Nol hancur seketika. Bahkan kini, ia ragu bisa bertahan bila harus menghadapi situasi yang sama sekali lagi.
Namun, ia tidak berniat menyerah.
Bila ada yang kurang, ia hanya perlu menutupinya. Bila ia rapuh, ia harus tumbuh lebih kuat.
Mungkin andai ia benar-benar sendirian, semangatnya sudah patah. Namun ia tahu, masih ada banyak orang yang melewati Seribu Ujian itu tanpa tumbang. Ia tidak bisa menerima jika dirinya kalah dari mereka.
Bagi Hugh, taruhan pada Senpen Banka belumlah keliru.
Meski jalan di depannya penuh penderitaan, ia yakin ujungnya pasti membawa pada kejayaan.
Yang ia butuhkan hanyalah prestasi. Dengan pencapaian besar, bahkan Komandan Franz pun tak akan ragu mengizinkannya kembali berada di sisi Senpen Banka.
Sambil menekan kening, Hugh berbisik lirih.
“Benar… setelah itu aku keluar ke kota… kalau tidak salah, aku mendengar sebuah rumor. Katanya, ada sebuah toko… tempat orang yang masuk tidak pernah kembali keluar.”
Tugas Divisi Nol memang bukan menjaga ketertiban umum.
Namun membiarkan permintaan pertolongan begitu saja bukanlah sikap yang pantas bagi seorang Ksatria Divisi Nol yang terhormat. Dan lebih dari itu—bagi Hugh, kasus itu mungkin adalah prestasi yang ia cari.
Ada aroma masalah. Ia tentu tidak sesombong itu sampai mengira bisa menyelesaikan kasus besar seorang diri.
Rencananya sederhana: menyelidiki sebentar, dan bila memang berbahaya, ia akan meminta bantuan. Tapi hanya melapor tanpa melakukan apa-apa juga tidak akan menjadi pencapaian baginya.
Karena itu, ia memilih menyelidiki secara mandiri. Dipandu seorang warga, ia menuju toko yang dimaksud.
Lama-kelamaan matanya mulai terbiasa dengan kegelapan. Ia menyadari tempat itu seperti ruang bawah tanah—lebih tepatnya sebuah penjara bawah tanah.
Dinding batu, lantai dingin, jeruji besi samar-samar terlihat. Di dinding bahkan ada borgol, meski ia tidak terikat.
Ia tidak tahu sudah berapa lama pingsan, tapi sisa kekuatannya menunjukkan belum terlalu lama. Anehnya, pedang yang selalu ia bawa tidak disita.
Itu jelas tidak wajar. Menyita senjata adalah prosedur dasar saat menangkap seseorang.
Kemungkinan besar ini masih di dalam ibu kota. Sulit dipercaya bila seorang Ksatria Divisi Nol yang pingsan bisa diselundupkan keluar melewati pemeriksaan ketat di gerbang kota.
“Penjara bawah tanah, ya? Benar-benar tempat busuk… tapi anehnya, ini malah membuatku bersemangat. Jangan-jangan lawan kali ini benar-benar besar?”
Kalau memang begitu, maka sudah cukup untuk menjadi prestasi.
Namun ada hal yang lebih meresahkan—ia tidak melihat warga yang menuntunnya ke sini.
Kalau orang itu juga ditangkap, maka ia harus menyelamatkannya.
Dan satu lagi masalah: ia sama sekali tak ingat bagaimana ia bisa kehilangan kesadaran.
Ia mengetuk pelan dinding batu. Bunyi kecilnya bergema, menandakan ruang penjara ini lebih luas dari perkiraannya.
“Apakah bala bantuan ksatria akan datang? Entahlah… lagipula itu gang kecil. Aku pun tak tahu ada toko semacam itu di sana.”
Sebuah toko dengan papan usang yang tulisannya nyaris tak terbaca. Terlihat mencurigakan, bahkan tak jelas apakah benar-benar beroperasi, sampai sulit dibayangkan ada pelanggan yang datang.
Sebelum masuk, ia bermaksud melaporkan dan berbagi informasi. Namun itu gagal, sebab warga yang menuntunnya sudah keburu masuk ke dalam toko, tanpa memberi kesempatan bagi Hugh untuk menghentikannya.
“Serakah sedikit saja, akibatnya selalu seperti ini.”
Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum kecut.
“Yah… anggap saja ini kesempatan bagus untuk mengasah kembali kemampuan.”
Meski terjebak, ia masih cukup tenang. Dibandingkan kasus ramalan dulu, hanya pingsan lalu dipenjara seperti ini bukanlah apa-apa.
Ia menarik napas dalam, lalu menghunus pedangnya.
Suara logam beradu nyaring terdengar.
Jeruji besi terbelah dan jatuh ke lantai dengan dentuman keras.
Bagi Ksatria Divisi Nol—pasukan elit di atas elit—memotong jeruji besi adalah perkara mudah. Walau tidak setingkat Senken yang konon mampu menebas besi hanya dengan pedang kayu, tapi Hugh cukup mampu untuk itu.
Ia merunduk, melangkah melewati jeruji yang jatuh. Namun seketika ia menyadari sesuatu.
Jeruji yang dipotong ada di samping sebuah pintu besi. Ia menyentuhnya perlahan.
Pintu itu berderit—dan terbuka begitu saja.
Tak ada kunci.
Seolah-olah ada yang memintanya untuk kabur.
Rasa merinding menyergap punggungnya. Ia mengangkat wajah, menatap lorong gelap di luar sel.
Meskipun matanya mulai terbiasa dengan kegelapan, lorong sempit itu tetap tak terlihat ujungnya.
Sebuah firasat buruk menyelinap. Udara asing yang menyesakkan itu… jelas bukan sesuatu yang bisa dialami di dalam ibu kota.
Apakah ia bukan sekadar ditangkap oleh bandit?
Tidak. Suasana ini… mustahil diciptakan oleh tangan manusia.
Hugh mengenalnya. Ia sudah terlalu sering menghadapi hal semacam ini dalam tugas.
Ini adalah—Treasure Hall. Lebih tepatnya, tipe yang tak seharusnya ada di dekat ibu kota.
Keringat dingin mengalir di pipinya. Ia menjilat bibir keringnya, lalu berbisik:
“Jadi… ini Treasure Hall bertipe penjara, ya? Kalau aku bisa kembali dengan laporan ini… kenaikan pangkat sudah pasti di tanganku.”
Suaranya menggema sia-sia di kegelapan. Tak ada yang menjawab.
Bila tebakannya benar, maka ini adalah salah satu tipe Treasure Hall yang paling berbahaya.
Ciri khasnya adalah struktur dalam yang rumit—dan Phantom yang berkeliaran. Beberapa jenis Phantom kuat bisa muncul, dan mereka akan terus mengejar siapapun yang berusaha melarikan diri.
Bekal Hugh untuk menaklukkan Treasure Hall hanya pengetahuan umum saja. Dengan mengandalkan insting, situasi kali ini sungguh buruk.
Perlengkapannya juga minim. Ia memang membawa pedang, tapi tidak mengenakan zirah, apalagi ramuan penyembuh. Namun ia tahu, bila hanya berdiam diri, energi akan terkuras sia-sia.
Kerongkongannya kering karena tegang. Ia mengasah kewaspadaan, memperhatikan setiap sudut, siap menghadapi serangan dari segala arah.
Desain penjara ini mirip dengan gaya lama—beberapa sel berderet dengan jeruji baja. Meski model kuno yang sudah tidak dipakai di kekaisaran, konsepnya tetap sama: menangkap, menyiksa, lalu memastikan tak seorang pun bisa lolos.
Namun, Treasure Hall tidaklah dibangun secara acak.
Bila ini benar penjara bawah tanah, maka mencari jalan ke permukaan berarti ada kemungkinan menemukan pintu keluar.
Maka, ia mulai melangkah. Sel-sel pun segera berakhir, berganti lorong gelap yang seolah menelan dirinya…
Menyembunyikan kehadiran dan melangkah hati-hati agar tak menimbulkan jejak suara. Ia menguatkan dirinya dengan kata-kata yang tak pernah diucapkan, hanya bergema di dalam benak.
Hugh Legrand adalah seorang yang kuat. Membawa artefak terkutuk dengan aura mengerikan nan legendaris—“Cursed Spirit Stone”—bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Setidaknya, seorang pemburu level 8 itu sendiri telah mengakui bahwa Hugh memiliki kemampuan yang pantas untuk menerima ujian ini.
Apa pun yang muncul dari dalam Treasure Hall tak dikenal ini, pasti tidak akan lebih mengerikan daripada “Cursed Spirit Stone.” Bagaimana mungkin? Menurut legenda, kutukan itu pernah menghancurkan banyak negara.
Saat itulah, bau busuk menyengat, mirip daging membusuk, tiba-tiba tercium dari arah depan. Udara dingin berubah hangat, dan suara besyari—seperti sesuatu yang lembap menghantam lantai—bergema.
Hugh menarik napas pendek, lalu menajamkan tatapannya ke arah sumber suara.
Bau yang menusuk hidung itu… sangat dekat. Tidak, terlalu dekat.
Ada yang janggal.
Dengan indranya, ia seharusnya mampu merasakan kehadiran sekuat ini sebelum makhluk itu mendekat sejauh itu. Namun, tak ada waktu untuk berpikir lebih lama.
Dari balik sudut lorong gelap, sebuah bayangan besar muncul.
Hugh terperanjat dan menahan napasnya. Itu… adalah sosok menyerupai manusia.
Phantom yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kalau harus disamakan, mungkin semacam goblin.
Namun jelas ini bukan goblin biasa.
Sepasang mata merah menyala, tubuh menjulang lebih dari 2 meter. Perutnya yang gendut tiga kali lipat milik Hugh, namun dagingnya meleleh, menetes jatuh, dan tiap tetesan yang menyentuh lantai batu mengeluarkan asap.
Inikah sumber bau busuk itu?
Di tangan kanannya, tergenggam kapak berlumuran darah. Dan di tangan kirinya—tergantung tak terhitung banyaknya kepala manusia yang terikat dengan rantai.
Sosok mengerikan itu menatap Hugh dengan mata bercahaya liar, bibir tebalnya menyeringai jijik seolah senang menemukan mangsa baru. Meski tubuhnya tampak membusuk, ia sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit.
“Ke…te…mu…”
“!? Bisa bicara…!?”
Makhluk itu meraung, mengangkat kapak, dan berlari menyerang. Hugh menjejakkan kaki mundur selangkah, lalu mengangkat pedangnya.
Ia memusatkan konsentrasi. Darah yang menetes dari kapak, kepala-kepala yang tergantung—mungkinkah itu sisa-sisa korban yang masuk lebih dahulu ke sini? Tidak…
Sambil bersiap menunggu, Hugh melihat mata makhluk itu tiba-tiba melebar. Tepat saat jarak tinggal 2 meter, ketika kapak hampir menghantam, Hugh melesat ke depan dengan dorongan kuat.
Makhluk itu memang cepat, tapi Hugh lebih cepat. Ia menunduk, maju, dan menebas sambil berpapasan. Dalam sekejap, pandangannya bersirobok dengan salah satu kepala yang tergantung di rantai.
Kepala itu ditembus dari ubun-ubun oleh rantai, wajahnya penuh penderitaan dengan bola mata yang sudah dicungkil. Namun pada momen singkat itu, mulut yang setengah terbuka jelas memperlihatkan senyum mengejek.
Mengikat begitu banyak kepala dengan cara itu… jelas bukan hasil dari korban baru-baru ini. Itu hanya aksesori. Darah yang menetes dari kapak pun, kemungkinan bukan darah asli.
Phantom, sebagai wujud yang digali dari masa lalu, memang sering memiliki ciri demikian.
Namun, itu tidak berarti ia tak berbahaya. Jika kapaknya menghantam, kepalamu akan terbelah. Jika darah busuk itu mengenai tubuh, pasti akan menimbulkan luka parah.
Tetapi—selama hanya sebatas ini, tidak perlu ditakuti.
Serangan cepat Hugh membuat makhluk itu tak sempat bereaksi.
Mungkin di zaman makhluk ini, pertarungan hampir tidak pernah terjadi, dan ia mungkin dianggap sebagai penguasa mutlak. Tapi di dunia sekarang, tidak.
Makhluk ini bisa dikalahkan!
Dengan keyakinan penuh akan kemenangan, senyum muncul di wajah Hugh.
Namun, tebasannya yang seharusnya menumbangkan musuh… justru tidak mengenai apa pun.
“!?”
Pedangnya menghantam kehampaan, membuatnya terhuyung. Hugh buru-buru menstabilkan diri dan menoleh ke belakang.
Tidak ada siapa pun.
Tidak ada bau busuk menusuk hidung. Tidak ada suara langkah aneh. Tidak ada tubuh mengerikan itu.
Phantom memang pada akhirnya selalu menghilang. Namun ini berbeda. Ia belum mengalahkan makhluk itu. Sama seperti saat muncul, ia menghilang dalam sekejap.
“Tidak mungkin… apa barusan itu…!?”
Rasa dingin menjalar di punggungnya. Ia memeriksa sekeliling, tetapi jejak makhluk itu sama sekali tidak ada. Bahkan daging busuk yang menetes di lantai pun lenyap.
Tak masuk akal. Ia tak bisa memahami apa yang terjadi. Namun, ia tidak bisa hanya berdiri terpaku.
Mengatur napas dan menghapus keringat dingin, Hugh kembali melangkah ke dalam kegelapan.
Penjara ini tampaknya sangat luas. Bagian dalamnya bagaikan labirin dari batu, dengan udara dingin dan kegelapan yang perlahan menggerogoti tenaganya.
Sejak Phantom pertama tadi, tidak ada lagi yang muncul. Itu pun terasa janggal. Di Treasure Hall yang pernah ia masuki, selalu ada Phantom di berbagai tempat. Kadang, ia memang mendengar suara langkah atau bunyi aneh dari jauh, namun karena gema, ia tak pernah tahu dari mana asalnya. Sepertinya ia ditahan jauh lebih dalam daripada yang ia kira.
“Lagi-lagi jebakan… merepotkan.”
Tiba-tiba lantai di bawah kakinya tertekan, dan dari belakang meluncur anak panah hitam. Hugh memutar tubuh dan berhasil menghindar.
Ia memang bukan seorang Thief yang bisa mendeteksi jebakan, tapi setidaknya ia cukup tangguh untuk menghindari panah terbang. Seandainya lebih cepat, mungkin sulit dihindari. Rupanya jebakan di Treasure Hall ini tidak sepenuhnya menyesuaikan diri dengan manusia modern.
Atau mungkin memang tidak dimaksudkan untuk mengenainya. Aneh sekali, bahkan ia merasakan semacam tangan yang menahan diri di balik jebakan-jebakan ini. Seolah-olah Treasure Hall itu sedang mengujinya.
Ia terus berjalan, tapi pemandangan tak pernah berubah. Banyak ruangan, tapi dekorasinya seragam. Dari semua itu, Hugh bahkan tidak bisa menebak peradaban mana yang menjadi asal Treasure Hall ini.
Ia mulai ragu, apakah dirinya benar-benar bergerak maju. Ia bahkan ingin mengangkat topi untuk para pemburu yang berani menjelajahi Treasure Hall tak dikenal tanpa informasi apa pun.
Saat tengah melangkah, ia sampai di area yang kembali menyerupai penjara. Dari pola yang ada, Treasure Hall ini tampaknya terdiri dari lorong gelap dan deretan sel.
Mungkin ada orang lain yang ditahan di sini.
Berhati-hati agar tak menimbulkan suara, Hugh membuka sebuah pintu logam dan memeriksa bagian dalam. Ia menyusuri sel demi sel yang terhalang jeruji.
Semua kosong.
Namun, saat mengintip salah satu sel, Hugh terbelalak.
Ia membuka pintu yang tak terkunci, lalu masuk perlahan. Di dalam, ia menemukan mayat.
Sudah menjadi tulang belulang sepenuhnya, kemungkinan besar manusia. Bersandar pada dinding, tubuhnya telah lama mati.
Dari pakaian dan benda di sekitarnya, kemungkinan besar ia seorang pemburu. Sebuah pisau yang telah berkarat total dan lentera pecah tergeletak tak jauh.
Namun, perhatian Hugh tertuju pada sesuatu lain. Tepat di depan tangan kanan kerangka yang terkulai, ada sebuah buku catatan.
Berbeda dari benda lain, buku kulit itu hampir tidak rusak. Hugh memungutnya, membuka lembar demi lembar, mencari informasi yang diinginkan.
Syukurlah, tulisan di dalamnya masih bisa dibaca. Dan anehnya… Hugh merasa pernah melihat tulisan tangan ini sebelumnya.
Tempat ini adalah medan percobaan mereka. Mereka menculik manusia, mengamati, dan bereksperimen. Semua demi menunaikan misi yang diturunkan dari dewa yang jauh.
Medan percobaan? Mereka…? Misi dari dewa yang jauh?
Hugh mengerutkan kening pada kata-kata yang penuh firasat buruk itu. Di Zebrudia, ketika mendengar kata “dewa”, yang pertama terlintas adalah sosok yang pernah bersemayam di Treasure Hall tipe kuil, tepat di lokasi ibu kota saat ini.
Namun, kuil itu sudah ditaklukkan 1000 tahun yang lalu.
Dan yang jelas—tempat ini tidak menyerupai kuil sama sekali.
Yang tertulis di dalam buku catatan itu mirip sebuah diary. Sebuah diary yang mencatat hasil penyelidikan tempat ini.
Sebenarnya ia ingin membacanya dengan saksama, tapi sekarang tidak ada waktu untuk itu. Ia melompati bagian-bagian yang tidak penting, bergegas mencari petunjuk untuk bisa keluar dari tempat ini.
Tempat ini tidak memiliki jalan keluar. Yang ada di sini hanyalah rasa takut. Penjara tersembunyi ini, yang memanggil kembali berbagai makhluk menakutkan dari ingatan masa lalu, aku namai Star Shrine's Garden. Pasti, semua orang yang sampai ke sini tidak akan berdaya, dan akhirnya kehabisan tenaga. Pertolongan tidak akan datang. Cahaya tidak ada. Dalam jurang yang gelap, mereka akan selamanya ditinggalkan.
Star Shrine's Garden.
Seperti yang diduga, apakah Treasure Hall ini ada hubungannya dengan Star Shrine?
Namun, tetap saja tidak bisa dipahami.
Di sana tertulis “aku menamainya demikian.” Mustahil kata Star Shrine muncul hanya karena sebuah kebetulan dalam penamaan.
Dengan pikiran kosong, ia terus membalik halaman.
Kalimat itu tertulis di halaman terakhir.
Begitu ia membaca tulisan dengan goresan tangan yang bergetar itu, napasnya seolah berhenti.
Mata terbuka lebar, berulang kali ia membaca ulang kalimat itu. Otaknya menolak untuk memahami.
Namaku Hugh Legrand, salah satu dari Ksatria Divisi Nol. Pada akhirnya, aku tak pernah bisa meraih kedudukan di Zebrudia, tak pernah bisa tercatat dengan Senpen Banka, dan berakhir tanpa pernah diakui oleh siapa pun. Hanya penyesalan yang tersisa.
Tulisan yang kacau, seakan ditulis dengan tangan yang gemetar.
Barulah Hugh sadar.
Tulisan dalam buku catatan ini──pantas saja terasa familier.
Ini──adalah tulisan tanganku sendiri.
“!?”
Tiba-tiba, lengan mayat yang tergeletak di tanah terangkat, dan tangannya mencengkeram pergelangan tangan Hugh. Dengan panik ia melepaskannya dan mundur ke belakang.
Tengkorak itu tergelak cekikikan. Entah sejak kapan, perlengkapan mayat itu telah berubah dari milik seorang pemburu menjadi sebuah zirah.
Zirah itu hitam, penuh goresan luka, tapi tak salah lagi.
Itulah zirah yang hanya dianugerahkan kepada Ksatria Divisi Nol yang terhormat.
Tak jauh darinya, tergeletak pula pedang yang sama-sama telah lapuk, milik Ksatria Divisi Nol.
Pusing melanda, jantungnya berdentum bagai genderang perang.
Apakah ini──wujud dirinya di masa depan?
Mustahil. Itu tidak mungkin.
Hugh Legrand hanya ada satu di dunia ini.
Dengan refleks ia berteriak:
“Buku catatan ini──adalah pengakuan diri! Pantas saja ditulis dengan bahasa resmi Zebrudia! Star Shrine's Garden………… jika aku bisa membawa informasi ini keluar, itu akan menjadi pencapaian besar!”
Sejak awal ia merasa ada yang janggal.
Perlengkapan pemburu itu hancur berantakan, tapi buku catatannya masih cukup utuh untuk dibaca. Mayat itu pun kemungkinan bukanlah mayat manusia sungguhan. Dan──isi yang tertulis di dalamnya.
Kata-kata yang bertujuan menanamkan rasa takut.
Monster-monster yang muncul di jalan tadi, yang serangan pun tak mempan.
Dan penjara yang seolah tak berujung.
“Phantom! Semuanya! Pikiran ku dibaca! Kalau dipikir begitu, semua fenomena sebelumnya bisa dijelaskan!”
Sebuah Treasure Hall yang menculik manusia dan membaca hati mereka.
Ada memang Treasure Hall yang memiliki sifat khusus, dan ini jelas salah satunya.
Memang terdengar aneh kalau sebuah Treasure Hall bisa “memperkenalkan diri.” Namun tentang Treasure Hall tipe kuil, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Bila itu berhubungan dengan mereka, apa pun bisa terjadi.
Mendadak ia merasakan ratusan tatapan menempel di seluruh tubuhnya. Ada sesuatu yang tak terlihat sedang mengamati dirinya.
Ia menempelkan punggung ke dinding dan mengangkat pedang. Tapi bahkan ia tidak yakin apakah benar-benar masih bersandar pada dinding.
Segala sesuatu yang tampak di matanya kini tak bisa dipercaya.
Mayat Hugh yang tadi ia singkirkan, entah kapan sudah lenyap, bersama semua barang-barangnya. Seakan dari awal memang tidak ada apa pun di sana.
Ia menarik napas panjang berulang kali, memaksa dirinya menenangkan guncangan hati.
Meskipun sifat Treasure Hall ini sudah bisa ditebak, situasi belum juga teratasi. Musuh yang harus dibunuh, orang yang harus diselamatkan, cara keluar─semuanya masih gelap.
Dengan napas terengah, Hugh mencari celah, mencari jalan keluar.
Saat itulah, dari balik kegelapan terdengar suara berbisik.
“Apakah ksatria di dunia ini semuanya sekuat ini?”
“……Siapa kau!!”
Ia segera mengangkat pedang, siap menebas kapan saja.
Dari dalam gelap, muncul seorang gadis berambut hitam pendek yang rata dipotong rapi. Wajahnya bak boneka, indah dan dingin. Ia mengenakan seragam dengan lambang Akademi Sihir Zebrudia, meski tidak membawa tongkat.
Begitu melihat wajah itu, ingatan Hugh kembali.
Itu adalah wajah warga yang telah memberinya informasi──yang menjadi awal dari semua kekacauan ini.
Jadi semuanya jebakan. Sejak pertama kali ia datang memohon pertolongan.
Kemampuan penyamaran yang mengerikan. Apakah dia adalah Phantom?
Walaupun kini berdiri tepat di depannya, gadis itu tak terlihat lain selain manusia.
“Tak kusangka, kau bukan hanya tidak takut melihat Monster Diggy, malah langsung menyerangnya─padahal ia adalah monster yang membantai tanpa pandang bulu, menjerumuskan kota besar ke dalam teror… tapi karena itu ia jadi minder, merasa gagal sebagai monster.”
“Hah! Bagi ku, itu cuma monster biasa! Lebih penting, kalau aku mengalahkanmu, apa aku bisa keluar dari sini!?”
Ia berteriak sekeras-kerasnya, mencoba mengintimidasi monster yang wujud aslinya masih belum jelas.
Jangan takut. Ada catatan bahwa Phantom bisa berbicara bahasa manusia. Biasanya hanya muncul di Treasure Hall level tinggi, tapi ia sudah tahu sejak awal tempat ini bukan Treasure Hall biasa.
Hugh Legrand─tidak akan gentar meski berhadapan dengan Phantom tak dikenal.
“……Sungguh, dunia ini bagaimana sih? Dan jangan ucapkan hal-hal menakutkan begitu. Bisa-bisa aku menangis, tahu? Uuh…… fufufu……”
Dari matanya mengalir setetes air mata hitam─darah.
Suasana semakin mencekam, gadis itu menunduk, bahunya bergetar.
Lalu──
“Fufufufu……Fufufu…………Ahahahahahahahahaha!”
“!!”
Lehernya tiba-tiba memanjang. Dengan air mata hitam yang terus menetes, kepala sebesar bola itu meluncur lurus ke arah Hugh.
Hugh tercekat.
Konyol. Monster menyerupai manusia, dengan leher yang memanjang.
Ia memang monster yang aneh, tapi apa yang bisa dilakukan kepala yang melayang sendiri?
Apalagi, Hugh punya pedang.
“UU……OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!”
Dengan raungan yang mengusir rasa gentar, Hugh melangkah maju. Ia menghindari serangan kepala itu dengan gerakan cepat, lalu mengayunkan pedangnya.
“Leher yang kau julurkan kosong melompong! Menunjukkan titik lemahmu sendiri, betapa bodohnya! Kalau hanya kepala yang bisa bergerak, Dullahan jauh lebih kuat darimu!”
“Dunia ini, benar-benar terlalu banyak hal aneh. Aku benci. Karena aku tidak punya tempat di dalamnya.”
Tepat sebelum leher itu tertebas, wujudnya menghilang bak kabut tipis.
Kesunyian kembali menyelimuti lorong.
Kini Hugh mengerti.
Itu semua adalah rasa takut.
Monster yang muncul dari kegelapan.
Mayat dirinya yang membusuk di dalam penjara.
Treasure Hall ini memanfaatkan ilusi untuk menakut-nakutinya. Persis seperti trik yang digunakan beberapa youma (mahkluk gaib).
“Aku bisa menang. Bisa menaklukkannya. Aku Hugh Legrand──akan menaklukkan peninggalan yang pasti ditinggalkan oleh para dewa ini!”
Saat Hugh menarik napas kasar dengan pundak yang naik-turun, terdengar suara lagi dari suatu tempat.
“Tapi, percuma. Aku sudah tahu apa yang kau takuti. Aku mungkin tak berbeda darimu──”
“Apa!?”
Hugh panik menoleh, mencari sumber suara.
Saat itu juga, sebuah kejutan dingin seolah membekukan darahnya.
Jauh lebih hebat daripada semua serangan yang dialaminya tadi. Napasnya tertahan, tenaganya menguap dari tangannya.
Pedangnya terlepas dan jatuh berdering di lantai. Tapi ia bahkan tak peduli lagi.
Matanya terbuka selebar mungkin.
Tepat di hadapannya, sebuah kotak kayu kecil melayang di udara. Kotak indah dengan ukiran rumit.
“Mu…mustahil…… mengapa ini…… ini seharusnya sudah diselesaikan──!”
Ia tak mungkin lupa. Ingatan traumatis itu.
Artefak terkutuk yang terakhir kali dilepaskan dalam kekacauan nubuat, yang pernah menghancurkan sebuah kerajaan.
Benda itu yang dulu tiba-tiba diberikan padanya─dan sudah ditangani oleh Senpen Banka.
Cursed Spirit Stone.
Aura maut yang pekat menyelimutinya. Mustahil ini hanya ilusi.
Tanpa suara, tutup kotak itu meluncur terbuka.
Dari dalamnya──keluar kembali kutukan yang dulu bahkan tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Kutukan itu mengamuk, membanjiri lorong.
Dan kesadaran Hugh Legrand pun ditelan sepenuhnya oleh kegelapan.






Post a Comment