NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 1 Chapter 3

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 3

【Kejutan】

Pasangan Pernikahan yang Ditentukan Ayah, Ternyata Sosok yang Sudah Kukenal


"Sa–Sakata-kun… adalah ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’? Eh, eeh!?"


Watanae-san mundur beberapa langkah dengan langkah terhuyung.

Melihat reaksinya yang berlebihan itu, aku memegangi kepala sambil berpikir, “Sial… aku benar-benar sudah kebablasan.”


Aku sampai terbawa suasana dan tanpa sadar mengaku, tapi seharusnya aku tidak menyebut nama pena konyol seperti ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi aku sudah mengirim surat penggemar dalam jumlah yang lumayan banyak.


Kalau ini terjadi di forum besar, pasti aku akan jadi bahan hujatan habis-habisan, dengan komentar seperti: “Ih, menjijikkan sekali woy”, “Shinigami jatuh cinta hahaha”, atau bahkan “Ini sih layak dilaporkan polisi”.


Di depanku, Watanae-san terdiam sambil menopang dagu dengan tangan. Sesekali terdengar gumamannya, “Hmm…” yang membuatku semakin gelisah di dalam hati. Lalu, tanpa peringatan, ia membungkuk dalam-dalam.


"Dengan segala keterbatasanku… aku, Watanae Yuuka, atau yang dikenal dengan nama panggung ‘Izumi Yuuna’, mulai hari ini akan berusaha keras sebagai istrimu. Jadi, mohon bimbingannya!!"


"…Hah?"

Otakku sempat membeku sejenak karena perkembangan yang sama sekali tidak kuduga.


"Hmm… tapi rasanya ada yang kurang, ya. Apa ya yang salah… Ah! Bahasa sopan! Mungkin karena aku bicara terlalu formal, jadi terasa aneh!!"


"Ah, iya… kita kan teman sekelas, jadi tidak perlu pakai bahasa formal."


"Baik, kalau begitu aku pakai bahasa santai saja! Toh kita suami-istri, seumuran pula, jadi pakai bahasa sopan itu malah terasa canggung!!"


"Eh, tunggu, Watanae-san…?"


"Ah, panggilan! Betul juga… Hmm… Bagaimana ya…"


Tanpa memberi jeda, Watanae-san kembali meluncur dengan deras.


"Kalau begitu, panggil saja aku ‘Yuuka’! Kan aneh kalau suami-istri masih saling memanggil dengan nama keluarga!!"


"U-umm…"


"Kalau begitu, aku juga akan memanggil Sakata-kun dengan sebutan ‘Yuu-kun’! Supaya lebih terdengar seperti pasangan sungguhan, kita juga harus…."


"E–ehm!"


Aku mengeluarkan suara sedikit lebih keras untuk menghentikan laju bicaranya yang tak tertahankan itu. Watanae-san sempat kaget sekejap, lalu tiba-tiba mengecil layaknya kucing jinak yang baru dipinjam, dan duduk diam di sofa.


"Maaf… aku terlalu banyak bicara, ya?"


"Eh, tidak apa-apa sih. Hanya saja… energimu luar biasa tadi."


"Sejak dulu, aku ini parah sekali dalam bersosialisasi. Kalau merasa ‘aku harus bicara sesuatu!’, malah jadi kebablasan dan omonganku tidak karuan…"


Melihat Watanae-san yang kini tampak lesu, entah mengapa dadaku jadi sedikit berdebar. Karena barusan—saat ia banyak bicara dengan penuh semangat—ia sangat mirip dengan Yuuna-chan. Seorang idola SMP yang selalu ceria, natural, dan polos: Izumi Yuuna.


Terkadang ia menyapa dengan energi yang luar biasa. Sesekali ia menggoda dengan cara yang agak nakal. Namun, bila digoda balik, wajahnya langsung memerah menahan malu. Wajahnya yang berubah-ubah secepat kaleidoskop itu—itulah sosok Yuuna-chan yang paling kusukai.


"Tadi aku benar-benar kebanyakan bicara, ya. Duh, kacau sekali aku ini…"


Sementara aku larut dalam bayangan itu, Watanae-san duduk di sampingku dengan pundak merosot kecewa.


"Di sekolah, kesanku memang sangat berbeda, ya."


"Kalau di sekolah, justru aku berusaha keras untuk tidak begitu. Aku takut dianggap aneh karena terlalu banyak bicara. Jadi sebisa mungkin aku diam. Paling hanya sebatas obrolan seperlunya. Karena itu, orang lain pun jarang mendekatiku."


"Ah… aku benar-benar bisa mengerti perasaan itu."


Tidak ada yang berlebihan mengajaknya bicara.

Ia hanya melangkah melewati hari-hari sekolah seperti angin yang nyaris tak terlihat. Tenang, tanpa masalah. Begitulah kehidupan sekolah Watanae Yuuka.


"Lalu, Sakata-kun… eh, maksudku, Yuu-kun."


Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum hangat.


"Bolehkah aku menikah denganmu?"


"Tidak boleh."


Meski merasa sedikit bersalah, aku langsung menolak tanpa ragu.


"Eh!? Kenapa!?"


Watanae-san sontak memprotes dengan suara keras.


"Aku ini Izumi Yuuna. Satu-satunya pengisi suara Yuuna. Kebetulan pasangan pernikahan yang dipilih orang tuaku ternyata adalah penggemar berat karakter itu—bukankah ini kesempatan langka? Bahkan, siapa lagi yang lebih cocok selain aku!?"


"Iya, tapi… pengisi suara tetaplah ‘manusia’."


Aku berbisik lirih.


"Aku memang penggemar nomor satu Yuuna-chan. Dan kamu adalah satu-satunya orang yang memberi suara padanya. Tapi, menyamakan kalian berdua… itu menurutku keliru."


Aku pun menertawakan diriku sendiri dengan getir.


"Perasaanmu benar-benar membuatku senang, sungguh. Ini juga pertama kalinya aku mendapat pengakuan dari seorang gadis. Tapi aku sudah memutuskan… aku tidak akan lagi menjalin cinta dengan gadis dunia nyata. Karena cinta di dunia nyata… hanya akan melukai. Dan juga… saling melukai."


Ekspresi Watanae-san perlahan meredup. Dan entah mengapa, pemandangan itu… justru mengingatkanku pada diriku sendiri di masa lalu.


Ya, inilah alasannya. Ketika perasaan dibuka secara jujur, keduanya pun bisa saling melukai.


Itulah yang disebut cinta di dunia tiga dimensi—dan aku takut akan hal itu.


"…Sungguh, maafkan aku. Tidak ada satu pun kekurangan pada dirimu. Hanya saja aku ini pengecut… itu saja. Karena itu—"


"—Aku juga, awalnya berpikir akan menolak habis-habisan pernikahan semacam ini."


Saat itu, tiba-tiba. Ekspresi Watanae-san melunak. Lalu, dengan ujung jarinya, ia menelusuri nama pengirim yang tertera pada surat penggemar—tulisan “Shinigami yang Jatuh Cinta.”


"Aku, tahu? Sejak dulu selalu menganggap ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san itu berharga bagiku."


Dengan penuh kasih sayang, Watanae-san menyebut nama itu—nama yang terkesan penuh gaya anak SMP.


"Saat aku mulai mengisi suara untuk Yuuna. Saat aku masih sangat buruk, penuh kegagalan. Saat aku dimarahi orang-orang berpengaruh, pulang ke rumah lalu menangis. ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san selalu mengirimkan banyak sekali surat penggemar padaku."


"Sampai terkesan agak menjijikkan."


"Menurutku sama sekali tidak menjijikkan. ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san tidak pernah menuliskan hal yang bisa melukaiku. Ia selalu mendukungku, selalu mendorongku dari belakang. 『Ah, ternyata ada orang yang benar-benar memperhatikanku, 』 perasaan itu… betapa besar kekuatan yang telah kau berikan kepadaku."


Ekspresi Watanae-san saat itu tenang, lembut, polos—


Seakan-akan benar-benar seperti Yuuna-chan.

"Penopang hatiku itu, muncul begitu saja di hadapanku—aku tidak pernah membayangkannya. Dan lebih dari itu, dia bukan hanya bersikap baik karena aku adalah Yuuna. Bahkan terhadap teman sekelas yang belum pernah berbicara dengannya, bila melihatku kesulitan di jalan, ia menolong dengan wajah seakan itu hal yang biasa."


"Itu… hal wajar dilakukan."


"Tidak, menurutku kau itu baik, Yuu-kun. Sosokmu benar-benar sama dengan ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ yang kubayangkan. Karena itulah… aku mulai berubah pikiran. Awalnya aku membenci pernikahan ini, menganggapnya hanya keputusan ayah. Tapi sekarang aku merasa—"


—Pertemuan ini mungkin takdir.


Kata-kata yang meluncur dari bibir tipis berwarna merah muda itu.

Melewati telingaku, membuat kepalaku berguncang hebat. Melihatku tak sanggup berkata apa-apa, Watanae-san terkekeh pelan. Lalu, dengan pipi yang memerah seperti buah persik, ia berkata:


"Tolong, bimbing aku baik-baik. Aku akan berusaha sekuat tenaga sebagai istri."


"Tadi kan sudah kubilang. Aku tidak akan menjalin cinta dengan perempuan dunia tiga dimensi lagi."


"Benar. Karena justru akulah orangnya!"


"……Apa?"


Apa sebenarnya yang ia katakan? Aku yang penuh tanda tanya hanya bisa menatapnya, sementara Watanae-san dengan semangat entah bercanda atau sungguh-sungguh berkata:

"Lihat! Karena aku ini—manusia dua setengah dimensi!!"


Itu jelas alasan yang tidak menyelesaikan apa pun. Namun melihat Watanae-san menyatakannya dengan wajah penuh kebanggaan… aku pun tak kuasa menahan tawa.


"Memang, orang di balik karakter itu bisa disebut dua setengah dimensi. Tapi kalau kita tinggal bersama, sekolah bersama, itu tetap saja dunia tiga dimensi, kan?"


"Tapi Yuuna itu dua dimensi, tahu? Berapa persen dari harimu kau habiskan untuk memikirkan Yuuna? Kalau dijumlah dan dibagi rata, pasti hasilnya dua setengah dimensi!"


"Jumlah dan bagi dari apa!? Rumusnya saja aku tidak paham—"


"Aduh, kau terlalu detail! Intinya, dibanding orang lain aku ini lebih dekat ke dunia dua dimensi daripada tiga dimensi, begitu maksudku!!"


"Kenapa kau begitu memaksa? Aku tidak akan membeli guci, tahu?"


"Aku juga tidak menjual guci, dengar dulu… Lagipula, aku sendiri tidak pernah berpikir ingin berpacaran apalagi menikah dengan laki-laki dunia tiga dimensi. Justru karena itu, masa depan menikah dengan orang selain Yuu-kun benar-benar… aku sangat tidak mau."


Begitulah, sambil saling mengungkapkan isi hati masing-masing.


Entah mengapa, aku merasa sikap keras kepalaku untuk menolak ini jadi terasa konyol.


"Hei, kenapa tertawa? Aku sedang serius berbicara ini!"


"Aku tahu, aku tahu. Hanya saja aku merasa… pendapatmu juga ada benarnya."

Aku menarik napas, lalu menatap Watanae-san dengan saksama. Ia pun membalas dengan sorot mata jernih yang lurus.


"Kalau aku menolak kali ini, ayahku yang bodoh itu mungkin akan mengirimkan calon kedua, ketiga, dan seterusnya."


"…Ya."


"Dan kemungkinan salah satu dari mereka adalah orang di balik Yuuna-chan… nyaris nol."


"Bukan sekadar rendah, tapi tidak ada! Nol persen! Satu-satunya pengisi suara Yuuna adalah aku!"


"Benar. Dan bila gadis biasa dunia tiga dimensi yang datang, aku akan menolak tanpa ragu. Lalu ayahku akan mengirim yang baru lagi. Begitu terus. Jujur saja, itu merepotkan."


"Kan? Kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi! Barang langka, lho!"


Dia mulai seperti sales mempromosikan diri.


Berbeda dengan saat di sekolah, aslinya ia cukup ceria, agak konyol…

Entah kenapa—ia terasa mirip Yuuna-chan.


"Ya sudahlah, kita coba jalani saja. Urusan ke depan… bisa dipikirkan lagi nanti."


"Betul. Lagipula kita bahkan belum cukup umur untuk menikah secara resmi. Jadi… kita mulai saja dulu sebagai tunangan!"


Sambil tersenyum malu-malu, ia mengatakannya.


Aku pun tanpa sadar ikut tersenyum.

"Jangan salahkan aku kalau nanti menyesal."


"Aku tidak akan membuatmu menyesal, jadi bersiaplah."


"Kalau begitu… untuk kehidupan bersama mulai sekarang, mohon kerja samanya, Yuuka-chan."


"Ya. Aku memang belum sempurna, tapi… mohon bimbingannya, Yuu-kun."


Begitulah, aku dan Yuuka-chan untuk sementara resmi menjadi pasangan tunangan.


Orang bilang pernikahan itu kuburan kehidupan. Tapi, setidaknya selama tidak membuatku mati beneran… aku ingin mencoba berjuang menjalaninya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close