NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 7 Chapter 6 - 10

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 6 

Saat aku pergi berdua dengan seorang gal, tunanganku justru melakukan hal yang tak terduga……


12 Februari, hari Sabtu.


Hanya tersisa dua hari lagi menuju tanggal 14, yaitu Hari Valentine sekaligus hari ulang tahun Yuuka. Pada saat yang penting ini, aku berdiri sendirian di dekat pintu masuk pusat perbelanjaan.


Karena hari Sabtu, tentu saja pusat perbelanjaan penuh sesak.

Sambil melihat keluarga dengan anak-anak maupun pasangan yang tampak seperti kekasih berlalu-lalang di sampingku, aku bersandar pada dinding dan memainkan ponselku.


『Ngomong-ngomong, Nii-san, sudah beli hadiah ulang tahun untuk Yuuka-chan belum?』

『Aku sedang di sini untuk membelinya sekarang.』

『Oh gitu. Jadi? Mau beli apa?』

『Masih dipikirkan. Ngomong-ngomong, Nayu, menurutmu apa yang bagus?』

『Uang. Tapi hanya dalam jumlah yang cukup buat hidup bermewah-mewah selamanya.』

『……Selain itu?』

『Hah? Kalau begitu, anjing mungkin. Anjing yang patuh…… tentu saja maksudku Nii-san yang jadi anjingnya.』


Sama sekali tidak membantu.


Ya, tidak apa-apa…… sejak awal pun aku tidak berharap Nayu akan memberi saran yang masuk akal. 


Sudah sepuluh bulan sejak aku mulai tinggal bersama Yuuka. Selama itu, aku sudah beberapa kali memberi hadiah, dan setiap kali berusaha memilih sesuai kemampuanku. Namun──setelah berbicara langsung dengan ayah Yuuka tentang pernikahan kami, hubungan kami jadi semakin dekat. Ulang tahun kali ini datang tepat di momen penting itu. Apakah aku, yang minim pengalaman dengan perempuan, bisa memilih hadiah yang tepat? Rasanya meragukan.


Karena itu, hari ini──aku meminta seorang penasihat untuk menemaniku. Kurasa sudah waktunya dia datang……


“──Yahho! Sakataaa!!”


Ketika namaku dipanggil, aku refleks mendongak. Seseorang berlari ke arahku sambil melambaikan kedua tangan──dialah gyaru ceria itu, Nihara Momono. Meski udara dingin, dia memakai rok mini di atas lutut. Sebagai kontras, ia mengenakan mantel tebal berlapis bulu di bagian atas. Perbedaan suhu antara atas dan bawah tubuhnya benar-benar ekstrem.


Saat aku memperhatikan Nihara-san yang berlari mendekat, aku menyadari ada logo besar di tas selempang hitamnya: “dB Deshiberu.”


“Maaf lama ya. Tapi kok kamu menatapku begitu? Apa kamu sampai terpesona dengan fashion JK ala Momono-sama ini?”


“Lebih tepatnya itu fashion dB, kan……? Tasmu jelas ada logo Kamen Runner Voice dB.”


“Oh, Sakata paham juga ya! Betul, tas ini aku beli waktu ke kafe kolaborasi. Dan pakaianku ini──terinspirasi dari karakter baru, JK yang bisa berubah menjadi Kamen Runner Concert! Masih misterius, bahkan namanya pun belum diketahui!!”


Ah, begitu rupanya. 

Memang benar, karakter siswi SMA yang jadi Kamen Runner adalah tipe yang pasti akan ditiru Nihara-san. Seperti biasa, dia benar-benar seorang penggemar berat tokusatsu.


“Tapi ya, itu nanti aja…… hari ini aku, istri kedua, akan kencan mesra sama kamu, kan?”


“Bukan begitu!? Aku tidak mengundangmu dengan maksud seperti itu!!”


“Eeh, kok dingin sekali…… nih, lihat. Ada dada yang bagus, loh?”


Sambil berkata begitu, Nihara-san memegangi dadanya dan menekannya agar lebih menonjol.


Munyuuhh…… suatu pemandangan yang luar biasa.


Aku yakin beberapa sinaps di otakku baru saja meledak──betapa berbahayanya serangan ini!


“……Sudahlah, hentikan. Kalau ada yang melihat, hidupku bisa hancur gara-gara lelucon seperti itu……”


“Ahahaha! Sakata lucu banget. Maaf, maaf, aku akan serius kok…… tugasku hanya membantu memilih hadiah ulang tahun Yuu-chan, kan?”


Sejujurnya, aku sudah menduga kalau suasananya akan begini kalau mengajak Nihara-san. Tapi──aku tidak punya orang lain yang bisa diandalkan.


Nayu → jelas tidak bisa.

Isami → juga tidak bisa.

Hachikawa-san → pasti akan cemburu dan marah.

Masa → sama sekali tidak tahu apa yang diinginkan perempuan.


……pada akhirnya, hanya Nihara-san yang tersisa. Meski memang terpaksa karena tidak ada pilihan lain.


“Pokoknya, tolong jaga jarak sedikit, bersikaplah seolah-olah kita orang asing yang baru bertemu, lalu beri aku saran tentang hadiah, oke?”


“Itu mustahil, tahu!? Seram banget kan, orang asing tiba-tiba kasih saran belanja!”


“Kalau begitu, bagaimana kalau dari jarak agak jauh, lalu kamu telepon aku untuk memberi saran……”


“Aduh, Sakata ini maksudnya cuma satu kan? Kamu takut kalau nanti ketahuan sedang kencan rahasia berdua sama aku, terus Yuu-chan salah paham, iya kan?”


“……Yah, memang begitu. Di manga klise, biasanya ada adegan pacar tiba-tiba muncul, atau orang ketiga salah paham dan menyebarkan kabar, kan? Aku tidak mau Yuuka merasa tidak enak karena itu……”


“Kalau begitu, kenapa tidak dari awal saja kamu bilang yang sebenarnya ke Yuu-chan?”


…………Benar juga. Karena terlalu terpaku pada ide bahwa hadiah ulang tahun harus berupa kejutan, aku tidak terpikir sejauh itu. Aku merasa sedikit kecewa pada diriku sendiri yang tidak peka.


“──Fufufufu. Kamu kelihatan sedang kesulitan, ya?”


Melihatku begitu, entah kenapa…… Nihara-san tersenyum penuh percaya diri.


“Eh…… kenapa tiba-tiba tertawa?”


“Soalnya, aku sudah memperhitungkan kalau akan ada situasi seperti ini! Superhero Momono-sama…… sudah menyiapkan langkah cadangan!”


Dengan bangga, Nihara-san berkata begitu, lalu merentangkan tangan ke arah bayangan pohon di belakangnya. Dan di sana──


Seorang gadis dengan topi rajut, kacamata hitam, dan mantel panjang yang menutupi hingga lututnya…… berdiri. Itu adalah──Yuuka.


………Hah? Yuuka!?


“Supaya nanti Yuu-chan tidak sampai cemburu…… alur hari ini sudah aku jelaskan ke dia! Jadi, meskipun kita belanja bersama, tetap aman! Karena Yuu-chan, dari tadi mengawasi kita dari belakang!!”


“Tidak, tidak! Itu sudah beda dari maksud awal, kan!? Ini sama sekali bukan lagi kejutan!?”


Pada saat itu, ponselku bergetar. Ketika kulihat, ada pesan dari Yuuka di RINE.


『Yuuka-chan tidak tahu apa-apa, loh. Hmm, hari ini Yuu-kun pergi ke mana ya? Apa ke pusat perbelanjaan, atau bukan ya. Aku nggak tahu dehー』


────Begitulah. Aku, Yuuka, dan Nihara-san pun memulai belanja biasa dengan nama samaran “kejutan.”


Sungguh sandiwara yang konyol.



“Hei, hei, Sakata! Bagaimana kalau ini, ‘DX Hanasaka Bazooka’!!”


“Itu kan hanya barang yang kamu sendiri inginkan!”


“Bukan, sumpah! Aku sudah punya ‘DX Hanasaka Bazooka’, kok!!”


Setelah sampai di pusat perbelanjaan, aku dan Nihara-san mulai mencari hadiah untuk Yuuka. Namun, ketika melihat toko mainan, Nihara-san tidak bisa menahan diri untuk mampir…… dan begitulah sampai sekarang.


────Brrr♪


Ponselku bergetar lagi menerima pesan RINE.


『Yuuka-chan tidak tahu apa-apa sih, tapiー…… terlalu lama di toko mainan sepertinya tidak bagus! Aku merasakan aura “muー”!』


…………Apa-apaan itu, aura “muー”?


Saat aku menoleh ke belakang, Yuuka yang sedang menyamar seadanya berdiri di dekat rak agak jauh. Pipinya menggembung sambil memasang wajah “muー.” Jadi itu maksudnya aura “muー.”


“Lihat, Nihara-san. Kurasa di sini tidak ada yang Yuuka inginkan…… malah terlihat seperti kita berdua sedang bersenang-senang. Jadi, lebih baik kita pindah ke toko lain, ya?”


“Ah, oke! Sudah cukup dapat asupan tokusatsu──sekarang saatnya wujud form yang lebih kuat, Momono-sama!!”


Dengan wajah ceria, Nihara-san meraih tanganku dan mulai melangkah.


“Kalau begitu…… bagaimana kalau toko aksesori yang tadi kita lihat?”


“Ah, iya, ayo kita lihat──”


“Okeee! Kalau begitu, ayo semangat belanja!!”

Sambil aku ditarik oleh Nihara-san, pesan RINE dari Yuuka terus berdatangan.


『Aku kan tidak tahu apa-apa, ya!? Tapi aku rasa, menjaga jarak dengan orang lain itu penting banget loh!!』


Setelah itu──keadaan kami benar-benar kacau. 


Misalnya, di toko aksesori.


“Tunggu sebentar, Sakata! Ini lucu banget, kan!?”


Untuk menghentikanku, Nihara-san dengan santai melingkarkan lengannya di tanganku.


“Nihara-san, terlalu dekat! Jaraknya terlalu dekat!!”


“Eh, masa sih? Pokoknya, coba lihat kalung ini deh. Nih, seperti ini kalau dipakai!”


Dia menempelkan kalung di dadanya, seolah ingin memperlihatkan bayangan kalau sedang dipakai. Tapi justru karena itu…… pandanganku otomatis mengarah ke dadanya, jadi kumohon hentikan.


“Unyaa! Dada…… munyaa!!”


Dari arah agak jauh di dalam toko, terdengar teriakan Yuuka seperti suara kucing. Dendam Yuuka soal dada itu menakutkan…… jadi aku buru-buru menarik Nihara-san keluar dari toko itu.


Misalnya, di toko pakaian.


“Kalau ini sih, Yuu-chan pasti cocok banget! Ah, tapi ini juga pasti cocok…… ya ampun, Sakata, menurutmu yang mana lebih bagus?”


“Eh!? U-uh, bagaimana ya? Aku kan nggak punya selera fashion, jadi cuma lihat bajunya aja susah buat menilai──”


“Oke! Kalau begitu, serahkan padaku!!”


Begitu selesai bicara, Nihara-san langsung mengambil baju yang diincarnya dan masuk ke ruang ganti.


Beberapa saat kemudian, tirai terbuka. Yang ia kenakan──blus putih. Namun──benar-benar ketat luar biasa.


“Pfft!? Itu pakaian macam apa yang kamu kenakan!?”


“Soalnya, dadanya lebih sempit dari yang kukira…… kalau tidak cepat dilepas, kancingnya bisa lepas semua.”


Seperti yang ia bilang, kancing blus yang terdorong oleh dadanya sudah berada di ambang putus. Lebih parah lagi, dari kain yang menempel ketat di tubuhnya…… terlihat samar bra hitam yang ia kenakan.


“……Uhuk. Uhuk uhuk!! Uhuk uhuk uhuk!! Uhuk uhuk uhuk!!”


Dari arah sedikit jauh di dalam toko, terdengar suara berdeham yang terlalu ritmis. Dendam Yuuka soal dada memang menakutkan……jadi aku dengan paksa mendorong Niharasan kembali ke ruang ganti. Dan puncaknya adalah──toko lingerie.


"…Eh, kenapa malah toko lingerie!? Aku tahu sekarang! Nihara-san sebenarnya adalah mata-mata organisasi jahat yang ingin membunuhku secara sosial, kan!?"


"Bukan begitu~. Karena Yuu-chan itu sangat menyukai Sakata, kan… jadi kalau membeli pakaian dalam yang disukai Sakata, dia pasti senang, bukan? Bukan, bukan? ♪"


Dengan semangat tinggi begitu, Nihara-san mendorong punggungku ──berusaha memasukkanku ke dalam toko lingerie.


Hentikan!? Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!!


"──T, tidak boleeeeh!!"


Di depan toko lingerie, meskipun terlihat sangat mencurigakan, aku tetap meronta-ronta menolak. Lalu, seorang yang mencurigakan dengan kacamata hitam dan topi rajut berlari mendekat dengan cepat. Kemudian──begitu kacamata hitamnya dilepas dan topi rajutnya ditanggalkan.


Yuuka, masih dengan wajah cemberut, langsung memelukku erat.


"Surprisenya batal! Tidak boleh mesra-mesraan dengan Momo-chan!! Yuu-kun harus belanja denganku, mesra-mesraan denganku! Aduh… Yuu-kun baka!!"



Sabtu, 12 Februari.


Menjelang hari ulang tahun Yuuka sekaligus Hari Valentine pada tanggal 14, aku yang berencana menyiapkan hadiah kejutan, entah bagaimana akhirnya──berjalan berdua dengan Yuuka di pusat perbelanjaan.


"Ehm, Yuuka… apa kita sudah bisa lepasin sekarang?"


Sejak Nihara-san pulang, kurasa sudah lewat sekitar tiga puluh menit. Namun Yuuka masih saja menempel erat di lenganku, sama sekali tidak mau melepaskannya.


"Heh! Tadi dengan Momo-chan bisa sedekat itu, ya? Tapi sama aku, sudah mau lepas? Apa bedanya, hm? Perbedaan lingkar dada, ya?"


"Jadi kamu benar-benar dendam, ya… makanya, soal tadi itu, kan? Itu hanya hasil dari bug aneh dalam cara gadis gyaru menjaga jarak, bukan karena aku menikmatinya."


Kepada Yuuka yang sudah masuk mode ngambek, aku menjelaskan panjang lebar. Tapi Yuuka, dengan bibirnya yang jelas-jelas manyun penuh ketidakpuasan, menjawab:


"Heeeh… kalau begitu, aku kasih pertanyaan. Yuu-kun, apa sedikit pun tidak punya pikiran nakal terhadap dada Momo-chan? Bisa bersumpah di hadapan Tuhan?"


"………Aku bisa bersumpah."


"Tadi ada jeda! Itu pasti bohong!! Yuu-kun Baka! Dasar mesum penyuka dada!!"


Setelah berteriak seperti anak kecil yang sedang merajuk, Yuuka kemudian sedikit berjinjit──mendekatkan wajahnya ke telingaku. Lalu, dengan suara berbisik, ia berkata.


"…Sebentar lagi, ulang tahunku, kan. Aku pasti akan bertumbuh.Jadi… emm. Sampai ukuran yang Yuu-kun sukai… tunggu sebentar saja, ya?"


…Itu curang sekali. Saat aku sedang menyiapkan kejutan, kenapa kamu malah melancarkan serangan manis semacam itu.


Sungguhlah, Yuuka ini. Padahal, bahkan sekarang pun──aku sudah merasa Yuuka jauh lebih menarik dibanding siapa pun.




Chapter 7 

Entah Kenapa, Tunanganku Sama Sekali Tidak Mau Membiarkanku Masuk ke Dapur


Minggu, 13 Februari. Waktu hampir menunjukkan pukul 21.00.


Besok adalah Hari Valentine sekaligus ulang tahun Yuuka. Rencana persiapan hadiah kejutan untuk Yuuka… yah, berakhir dengan hasil yang berantakan. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya aku merayakan ulang tahun Yuuka──jadi aku harus berusaha agar dia benar-benar senang.


Baiklah. Untuk bersiap menghadapi besok, lebih baik aku tidur lebih awal hari ini──dan karena itu. Aku menuju dapur untuk sekadar mengambil segelas air sebelum tidur.


"Kyaaa!! Yuu-kun mesum!!"


……Padahal, hanya itu saja.


Tepat sebelum aku masuk dapur, tiba-tiba aku dituduh dengan tuduhan yang sama sekali tidak berdasar. Dan orang yang menuduhku dengan pakaian serba salah seperti itu, tentu saja Yuuka.


Entah kenapa, dia bahkan mencoba mendorong bahuku untuk menjauhkanku dari dapur.


"……Kurasa ini sudah keterlaluan sampai level tuduhan, deh. Menurutmu bagaimana, Yuuka?"


"Mesum! Ayo cepat menyingkir dengan patuh!!"


"Aku cuma mau minum air, tahu…"


"Kalau begitu, biar aku yang bawakan ke lorong! Yuu-kun, ayo segera ke lorong, silakan pergi~~"


Sambil terus mendorong bahuku, Yuuka bersikeras begitu.


……Hari ini dia anehnya keras kepala, ya. Aku benar-benar tidak mengerti, tapi ya… karena ini Yuuka, pasti ada maksud tersembunyi di baliknya. Mungkin saja dia hanya ingin mencari cara untuk manja padaku. Untuk sementara, aku memilih mengikuti alurnya dan patuh keluar ke lorong.


"Kalau begitu, aku ambilkan airnya, ya. Tunggu di sini, Yuu-kun!"


Seolah puas karena aku keluar ke lorong, Yuuka bersuara riang, lalu kembali sendirian ke arah dapur.


Nah… kali ini, Yuuka sebenarnya mau berbuat apa, sih. Sambil berpikir begitu, aku menatap punggung Yuuka dengan kosong──dan saat itulah aku baru menyadari kalau Yuuka sedang memakai celemek.


"Celemek…?"


Aku bergumam tanpa sadar. Bersamaan dengan itu, otakku yang akhirnya sadar pun langsung menarik satu kesimpulan.


Sehari sebelum Valentine. Seorang gadis sedang di dapur membuat sesuatu. Rahasia bagi seorang laki-laki.


"Kalau begini… jelas sekali, pasti cokelat buatan tangan, kan…"


Saking bersemangatnya, aku sampai menirukan gaya bicara Yuuka. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.


────Jadi begini. Yuuka diam-diam membuat cokelat buatan tangan untukku. Lalu aku yang sama sekali tidak tahu apa-apa, nyaris masuk ke dapur. Kalau aku sampai masuk, pasti rahasianya terbongkar.


"Itu tidak boleh terjadi!"──pasti Yuuka panik dan buru-buru mengusirku dari dapur.


Misteri terpecahkan. Dan…………gawat, aku benar-benar senang banget!! Selama ini, sudah banyak sekali momen di mana Yuuka membuat jantungku berdebar. Tapi Valentine──bagi seorang laki-laki, tetap saja terasa istimewa.


Tidak ada laki-laki yang tidak senang mendapat cokelat istimewa dari gadis yang disukai. Apalagi kalau itu buatan tangan.


──Bagi laki-laki yang tidak laku, itu hanya hari menyiksa?

──Event iblis yang lahir karena strategi perusahaan?


Ya. Aku ingat pernah bilang begitu dulu.


Sayangnya, itu hanya alasan kekalahan. Terus terang saja, aku belum pernah sekalipun mendapat cokelat istimewa seumur hidupku. Karena itu──rasanya aku benar-benar tidak bisa tenang.


"Yuu-kun! Aku bawa airnya!!"


Saat aku masih tenggelam dalam kegelisahan itu, Yuuka muncul kembali dengan celemek, sambil membawa segelas air di tangannya. Ia tersenyum ceria dan menyodorkan gelas itu padaku.


…………Hah? Saat itu aku baru sadar sesuatu.


"Hei, Yuuka."


"Haaai! Dipanggil, hadir! Ini Yuuka!! Ada apa, Yuu-kun?"

"Itu lho, di ujung hidungmu ada sesuatu…"


"Uwaaah!?"


Begitu aku memberitahu, Yuuka langsung menutupi hidungnya dengan kedua tangan.


"…Ehm, begini ya, Yuu-kun? Ini tuh, bukan apa-apa kok. Tadi di dapur ada sesuatu yang muncrat, terus kebetulan kena hidungku aja…"


Dengan mata sedikit berkaca-kaca, Yuuka terbata-bata membela diri.


Ah… sial. Aku hanya berniat memberitahu, tapi ternyata bagi seorang gadis, hal semacam ini mungkin cukup sensitif.


Aku harus segera menutupinya dengan kata-kata yang menenangkan. Aku tahu kok, Yuuka. Kamu lagi bikin cokelat, terus tanpa sengaja ada yang nempel di hidungmu, kan?


"Tidak apa-apa kok, Yuuka. Aku paham. Itu tadi pasti cho──"


"──Cho, chooo- menyeramkan sekaliii!! Cokelat!? S-sebenarnya apa sih yang tadi muncrat!? Aku punya firasat buruk sekaliii!!"


……Hmm? Respons Yuuka barusan agak aneh, ya……?


"Uhm, ini sedikit di luar perkiraan sih……tapi Yuuka, sebenarnya kamu lagi ngomong apa?"


"Eh, e-ehm……a, aku tahu! Yuu-kun, ini──kutukan! Sesuatu yang muncrat ke hidungku tadi, itu gara-gara kutukan!!"


"Apa-apaan sih yang kamu omongin!?"


──Kupikir tunanganku sedang membuat cokelat buatan tangan, 

ternyata dia malah mengaku sedang kena kutukan.


Apa-apaan itu. Skrip murahan pun tidak sebegini parahnya.


"……Jangan-jangan……"


Di sana aku sampai pada sebuah pemikiran. Mungkinkah Yuuka…… masih merasa aku belum sadar kalau dia sedang membuat cokelat, dan demi kejutan besok, dia mati-matian mencoba menutupi hal itu……?


"Yuu-kun, ini kutukan! Rumah ini……bukan, lebih tepatnya di sekitar dapur──ada hantu jahat yang menempel di sana!!"


Caranya mengalihkan topik……tidak hanya sedikit, tapi benar-benar melenceng jauh sekali.



Yuuka meletakkan ponselnya di meja, lalu menyalakan mode pengeras suara.


『……Halo, Nii-san. Aku merasakan aura iblis.』


Kalimat pembuka yang sama sekali tidak masuk akal. Aku refleks ingin memegangi kepalaku. Suara itu tentu saja milik adik perempuanku── Sakata Nayu. Seorang tsundere aneh, yang biasanya dingin tapi berubah manis kalau pakai wig.


"Nayu……sejak kapan kamu jadi siluman?"


『Hah? Jangan keterlaluan deh? Nii-san jauh lebih mirip siluman. Siluman DT──yang berwujud manusia, tapi langsung ciut kalau di depan perempuan.』


"Jangan masukkan perjaka ke dalam daftar siluman! Bisa-bisa semua perjaka di dunia marah sama kamu!!"

『Cih.』


──Oh ya, untuk saat ini aku dan Yuuka sedang duduk di lorong.


Udara luar biasa dingin. Tapi Yuuka……dengan alasan "ada hantu", sama sekali tidak membiarkanku masuk ke dapur, bahkan ke ruang tamu pun tidak.


Pada titik ini, situasi aneh ini malah lebih mengejutkan daripada cokelat buatan tangannya.


『Yang jelas, memang ada siluman dengan aura berbahaya di sana. Bahkan dari luar negeri saja aku masih bisa merasakannya, serius.』


"Kalau sampai segitu parahnya, bukankah harus dipanggil orang buat mengusirnya?"


『Pokoknya, asal bisa bertahan sampai malam ini lewat, pasti hilang sendiri kok. Nggak tahu juga sih.』


"Dasar logika yang bolong banget!? Jujur saja, Nayu. Yuuka kan sudah minta tolong kamu buat pura-pura, iya kan?"


『……Cih, nyebelin……sial, nyebelin……』


Hei, aku masih dengar, tahu!? Bisa nggak, jangan mendadak ngomel beneran dengan suara lirih begitu.


"N-Nayu-chan!! Jadi artinya……malam ini Yuu-kun sama sekali tidak boleh masuk ruang tamu, kan!? Hanya Yuu-kun saja!!"


"Kenapa cuma aku!? Kalau memang ada siluman seganas itu sampai auranya terasa ke luar negeri, bukankah kamu juga nggak boleh masuk, Yuuka!?"

"A-a-aku sih aman! Entah kenapa, tapi pasti begitu!! Ya kan, Nayu-chan!?"


『………………Kurasa begitu, deh.』


Jawabannya baru keluar setelah jeda panjang, dengan nada malas. Kayaknya dia sudah mulai bosan, nih.


『……Oke, ngerti. Aku tahu satu orang yang bisa mengusir siluman itu. Aku suruh dia telepon balik.』


"Eh!? Nayu-chan, jangan! Tidak boleh ada pengusiran! Soalnya── sampai besok pagi Yuu-kun memang tidak boleh masuk dapur! Yuu-kun, anggap saja ucapan Nayu tadi batal, ya? Jangan sampai diusir, pokoknya!!"


Yuuka, Yuuka……Aku tahu kamu gugup karena improvisasi Nayu barusan, tapi kalau kamu sampai bilang begitu, habis sudah semua sandiwara ini.


『Santai saja, aku nggak akan berbuat jahat kok. Jadi tenanglah, Yuuka-chan. Lalu untuk Nii-sam……biar overdosis gula sampai meninggal saja.』


Setelah menenangkan Yuuka, Nayu malah mengirimiku hinaan panjang yang berputar-putar. Lalu──sambungan telepon terputus.


"Apa yang harus kita lakukan, Yuu-kun……kalau begini terus, kamu bisa masuk dapur!"


"……Hmm. Selain alasan 'ada siluman', memang ada alasan lain kenapa aku nggak boleh masuk?"


“────っ!! T-tentu tidak!? Sama sekali tidak ada, tapi……kurasa lebih baik kamu jangan masuk deh? Kalau masuk, bisa gawat banget soalnya──”

Kamu payah banget, Yuuka.


Sudah begitu putus asanya mencoba menutupi, tapi celemeknya saja masih dipakai. Benar-benar tidak cocok menyimpan rahasia. Sampai-sampai malah jadi konyool.


Ya sudahlah. Sepertinya aku tidak punya pilihan selain menuruti permainannya──sampai Yuuka sendiri merasa puas.


"……Ah, ada telepon dari Isami."


Saat ponselnya kembali berdering, Yuuka langsung mengaktifkan pengeras suara. Yang terdengar kali ini adalah suara adik ipar yang hobi crossplay jadi pria──Watanae Isami.


『Fufu……sepertinya kamu sedang kesulitan ya, Yuuka? Kamu ibarat anak domba yang tersesat……biar aku, sang pemandu, menuntunmu kembali.』


"Ya ya, baiklah. Kalau begitu, sampai sini saja ya, Isami."


『Tunggu dulu, Yuuka!? Kalau kalimat pembuka tadi bikin kamu kesal, aku minta maaf! Jadi tolong dengarkan dulu penjelasanku!』


……Sebenarnya, apa sih maunya anak ini. Pembukaan langsung meledek Yuuka, lalu buru-buru bikin dia marah──Isami memang seperti biasa.


"Haa……lalu? Ada apa, Isami?"


『Aku sudah dengar dari Nayu-chan. Katanya di dapur ada siluman berbahaya, ya? Fufu, tenang saja. Biar aku──yang mengusirnya.』


"Jadi maksudnya……yang dimaksud Nayu dengan orang yang bisa mengusir itu, ternyata kamu, hah!?"

Dasar Nayu. Seenaknya saja melempar tanggung jawab ke orang yang paling gampang diperalat. Namun di situlah terlihat kehebatan Isami. Karena sudah terbiasa melancarkan sandiwara kepada Yuuka, dia pun melanjutkan cerita dengan begitu lancar.


『Dengan kekuatanku, aku akan mengusir siluman yang menempel di dapur keluarga Sakata. Tapi, karena lawannya sangat kuat, mungkin butuh waktu seharian penuh. Jadi, Yuu nii-san? Tolong jangan sekali pun masuk dapur hari ini, ya?』


"Kalau Yuuka bagaimana?"


『……Tidak masalah. Soalnya siluman ini──hanya berbahaya bagi Yuu nii-san saja!!』


"Apa-apaan itu, siluman dengan kemampuan yang sangat spesifik begitu!?"


Benar-benar tambahan setting yang aneh. Tapi Yuuka malah senang sambil berkata, "Iya, itu dia!"


Ya sudah, untuk hari ini……aku ikut saja alurnya. Astaga.



──Demi menghargai perasaan Yuuka, yang ingin membuat cokelat buatan tangan untukku sebagai kejutan. Aku akhirnya menerima setting konyol "di dapur rumahku ada siluman yang hanya berbahaya bagi diriku".


Sepertinya itu sudah cukup membuatnya puas, karena Yuuka kembali ke arah dapur. Tinggallah aku seorang diri di lorong, menatap pintu ruang tamu yang sudah tertutup.


"Yah, sebenarnya……aku juga sangat senang dengan cokelat buatan Yuuka, sih."

Terima kasih, Yuuka. Aku benar-benar menantikan besok.


Sambil menumbuhkan rasa tak sabar untuk hari yang akan tiba, aku berbalik hendak naik ke lantai dua.


────Saat itulah. Dari arah dapur, terdengar suara Yuuka bersenandung.


"Fufuun♪ Cokelat buatan tangan untuk Yuu-kun♪ Penuh dengan cinta, cokelat♪"


…………Uhm. Kamu benar-benar berniat menyembunyikannya, kan?




Chapter 8 

【14 Februari】

 Gadis Pendiam di Sekolah, Yuuka, Mengungkapkan Pengakuan Sekali Seumur Hidup 

【Valentine】


──Aku terbangun oleh cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui celah tirai.


Yuuka, yang seharusnya tidur di sampingku, sudah tidak ada di sana. Hari ini dia bangun lebih pagi dari biasanya. 


Sambil berpikir begitu, aku keluar ke lorong……dan tepat saat itu, Yuuka yang sudah selesai bersiap sedang menaiki tangga.


“Selamat pagi, Yuuka.”


“Ah, selamat pagi, Yuu-kun!”


Dengan kacamata dan rambut diikat ekor kuda──penampilan khasnya saat sekolah. Tapi di rumah, tidak seperti di sekolah yang terkesan kaku──ia tersenyum ceria seperti biasanya.


Ah. Tapi belakangan ini……di sekolah pun, dia tidak terlihat sekaku dulu. Dulu, Yuuka sering dianggap “menyeramkan” atau “dingin”. Tapi belakangan, rasanya dia lebih dipandang sebagai──anak pendiam tapi polos. Karena Yuuka mulai bisa menunjukkan sisi aslinya sedikit demi sedikit. Orang-orang pun perlahan mulai berkumpul di sekelilingnya.

Perubahan itu……membuatku merasa bahagia seolah-olah itu adalah hal tentang diriku sendiri.


“Yuuka. Selamat ulang tahun.”


“Ehehe……aku lahir, terima kasih ya! Kalau dirayakan sama Yuu-kun, rasanya jadi malu banget……eheheh.”


Ya──hari ini tanggal 14 Februari.


Hari Valentine, yang membuat orang-orang gelisah dan berdebar-debar. Dan sekaligus──hari ulang tahun Yuuka yang ke-17.


“Kalau diucapkan pertama kali di pagi hari, seharian ini aku bakal terus senyam-senyum, deh……ih, Yuu-kun sih.”


“Harusnya aku nggak usah bilang gitu, kah?”


“Bukan begitu. Aku bahagia. Suka. Terima kasih……suka banget.”


……Jangan bikin aku ikutan malu juga, Yuuka. Sejak pagi begini, pipiku rasanya panas sekali.


“Po-pokoknya……sepulang sekolah nanti, sesuai rencana kita akan adakan pesta ulang tahun. Jadi tunggu saja, Yuuka.”


“Ya! Aku sangat menantikannya!! ……Ah iya. Yuu-kun, soal hari ini ya?”


Dengan suara riang, Yuuka berkata begitu. Lalu dengan tatapan dari bawah, ia menatapku lekat-lekat.


“Aku akan berangkat duluan! Yuu-kun menyusul ke sekolah belakangan, ya?”


“Eh? Ya boleh saja……tapi kenapa?”


“…………Rahasia.”


Ia menjulurkan lidah sedikit sambil tersenyum penuh percaya diri. Dengan pipi yang memerah, Yuuka berkata penuh semangat:


“Pokoknya hari ini……kita buat jadi hari yang sangat indah, ya, Yuu-kun!”



Karena Yuuka berangkat lebih dulu, aku menyempatkan diri mengecek pesan RINE yang belum kubaca.


Pertama──dari Nayu.


『Sedang makan cokelat sekarang』


Pesan singkat yang terlalu asal-asalan. Bersamaan dengan itu, ada foto Nayu dan Ayah sedang makan cokelat yang terlihat mahal.


Jangan serang aku dengan cokelat sejak pagi, oi……dan Ayah, jangan sampai wajahmu jadi sumringah begitu hanya karena dapat cokelat dari putri SMP-mu. Malu-maluin, tahu!


Pesan berikutnya──dari Isami.


『Selamat Hari Valentine, Yuu nii-san. Sebenarnya, aku ingin memberikan cokelat berisi rasa terima kasihku. Tapi sayangnya aku sedang jauh di luar kota. Sebagai gantinya, nikmatilah fotoku yang keren──biarlah itu membuatmu merasa manis.』


Apa-apaan sih pesan aneh ini. 


Bersamaan dengannya, ia mengirim foto dirinya bergaya ala lelaki dengan tatapan menggoda. Kalau dipikir-pikir, bukannya manis, aku malah jadi merasa pahit.


Diserang dengan cokelat memang bikin repot, tapi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Valentine.


Sungguh──kedua adik perempuanku itu memang selalu bebas seenaknya.


“Baiklah. Saatnya berangkat.”


Kumasukkan ponsel ke saku, lalu kuambil tas. Aku pun mulai berjalan sendirian di jalan menuju sekolah seperti biasa. Padahal jalannya sama, tapi entah kenapa hari ini terasa seakan tanah di bawah kakiku begitu ringan.


……Tunangan yang berangkat lebih awal di hari Valentine. Ini jelas, kan──entah ada cokelat di loker sepatu, atau cokelat di mejaku.

Semacam kejutan seperti itu.


…………Gawat. Aku jadi semakin bersemangat. Rasanya ingin menari di tempat saking semringahnya. Tapi kucoba menahan diri, dan akhirnya aku sampai di sekolah. 


Lalu. Saat tiba di loker sepatu. Aku berpapasan──dengan Yuuka, yang berdiri termenung dengan wajah sulit.


“──Ah! Sa-Sakata-kun!?”


Mata di balik kacamata membelalak, suara aneh pun keluar dari mulut Yuuka di sekolah. Lalu, setelah menutup pintu loker sepatuku yang dibiarkan terbuka, Yuuka menatapku tajam.


"...Ap-apa? Menatapku seperti sedang menjilat habis di depan umum begini... Sakata-kun ternyata penyimpang abnormal ya."


"Apa-apaan itu!? Tuduhan nggak berdasar! Perempuan yang membuka pintu loker sepatu orang lain sambil gelisah itu justru jauh lebih mencurigakan, tahu!!"


"Jangan salah paham. Aku bukan membuka pintu loker ini karena itu loker milik Sakata-kun."


Yuuka menggigit bibirnya erat-erat, lalu dengan nada suara lebih rendah dari biasanya, dia berkata:


"Aku hanya... keliru mengira kalau ini adalah tempat sampah saja!"


"Mana ada salah paham kayak gitu!? Kalau ada yang menaruh sampah di loker sepatu, hal pertama yang kupikirkan jelas perundungan, tahu!!"


...Mungkin saja. Dia sebenarnya ingin membuat kejutan, tapi ketika saatnya tiba, dia malah gugup. Bukan hanya gagal menaruh cokelat, tapi juga meninggalkan ucapan yang terdengar seperti perundungan konyol──rencana Valentine Yuuka di loker sepatu pun berakhir dengan kegagalan. Dan... berlanjut ke rencana Valentine di meja.



"Yahho, Sakata! Nih, cokelat yang penuh cinta dari aku♪"


Di koridor saat jam istirahat. Nihara-san mendekat dengan wajah ceria, lalu menyerahkan cokelat yang sudah dibungkus rapi padaku.


"Terima kasih, Nihara-san."


"Nggak usah sungkan. Nah, anggap aja cokelat ini aku, dan makan ya?"


"Nggak bakal kuanggap... Kalau sampai nggak bisa bedain mana cokelat mana teman, berarti hidup manusia udah tamat."


"H-Hei, Nihara! Aku... aku nggak dapat juga kah!?"


Tiba-tiba Masa mendorongku ke samping sambil berteriak keras. 


Melihat sikap Masa yang kelewat serius itu, Nihara-san malah tertawa terbahak-bahak.


"Ahaha! Kurai, kamu kelihatan super putus asa, sumpah konyol banget!"


"He, hehe... Tertawalah sesukamu... Asal! Tolong!! Taruh cokelat itu──di tanganku ini!!"


...Kau segitunya menginginkan cokelat, Masa?


Padahal kalau pun dapat, itu seratus persen cuma cokelat pertemanan. Demi cokelat, dia bisa buang jauh-jauh harga dirinya. Hebat juga sih, Masa.


"Nih, nih. Nggak usah khawatir, aku juga sudah siapkan untuk Kurai. Kalau aku kasih cokelat cuma ke Sakata, bisa-bisa nyawaku melayang, kan?"


Dengan santai, Nihara-san menaruh cokelat di telapak tangan Masa. 


Saking terharu, Masa sampai menitikkan air mata sambil memeluk cokelat itu erat-erat... Hei, itu bakal hancur, tahu.


──Dan setelah drama itu selesai, aku kembali ke kelas. Di sana, terlihat seorang gadis yang tangannya sedang mengobrak-abrik isi mejaku sambil pura-pura melihat ke arah lain.


Tentu saja... itu Watanae Yuuka.


"──Eh! S-Sakata-kun!? K-Kenapa kamu ada di sini?"


"Soalnya ini tempat dudukku."


"B-Bukan begitu... Aku sama sekali tidak tertarik dengan isi meja Sakata-kun, kok?"


Ya jelas saja. Siapa sih yang mau punya ketertarikan sama isi meja orang lain?


"Ah, Yuu-chan."


"Hei, lihat nih Watanae-san! Aku dapat cokelat, loh!! Dengan ini, aku resmi jadi laki-laki populer!!"


Di tengah situasi itu, Nihara-san dan Masa juga kembali ke kelas. Melihat mereka, Yuuka langsung panik, matanya gelisah ke sana kemari.


"Pokoknya bukan begitu! Aku cuma... ingin menaruh bunga di atas meja Sakata-kun, itu saja!!"


Hei, itu kan salah satu bentuk perundungan yang lumayan kejam!?


Dia kembali melontarkan ucapan aneh, tapi jelas sekali Yuuka sedang super gugup. Dia bahkan sepertinya tidak sadar apa yang barusan dia katakan.


"J-Jadi... Sakata-kun? Semoga sehat selalu!"

Dengan canggung, Yuuka mundur menjauh dari mejaku.


────Saat itulah.


"Stop! Watanae-san, jangan menyerah!!"


"Benar! Masih ada kesempatanmu!!"


Dari belakang, para siswi yang memperhatikan mulai memberi dukungan pada Yuuka. Baik aku maupun Yuuka terkejut, lalu sama-sama menoleh ke arah mereka.


"Kamu kan mau menyatakan perasaanmu pada Sakata-kun? Jangan kalah!"


"Iya betul! Kami senang banget waktu Watanae-san cerita pada kami, jadi... kami bakal dukung sampai akhir! Ya kan, Momo?"


Eh... Nihara-san?


Aku yang semakin bingung dengan semua kejadian tak terduga dari para siswi itu, refleks hendak menoleh ke arah Nihara-san. Tapi saat itu juga. Dari belakang, Nihara-san mendadak memelukku erat-erat. Punggungku langsung merasakan sensasi lembut yang menempel.


"Tunggu!? Nihara-san, kamu ngapain!? Ini di depan orang banyak, tahu!! D-dan dadamu! Dadamu nempel ke punggungku!!"


"...Maaf ya, Sakata. Tapi sekarang, aku nggak bisa ikut-ikutan bahas soal dada."


Tunggu dulu. Aku nggak pernah, seingatku, jadi orang yang suka ngajak bicara soal dada, kan?


Tolong hentikan penyebaran informasi palsu di depan umum. 

Nanti aku beneran bisa diperlakukan kayak loker tempat sampah atau meja yang dikasih sesajen bunga.


"Biasanya sih iya, tapi kali ini aku nggak sengaja nempelin dada, tahu. Sekarang aku bukan Momono-sama si istri kedua yang genit──aku Momono-sama sang pahlawan, yang berjuang demi Yuu-chan!"


Suara Nihara-san dari belakangku terdengar begitu riang. Seolah tersulut semangatnya, siswi-siswi lain di kelas pun ikut bersorak: 


"Semangat ya!" "Kami dukung kamu!"


…Sebenarnya apa sih, situasi ini?


Sejak tadi pikiranku cuma tertuju pada satu hal: aku akan menerima cokelat buatan tangan dari Yuuka. Tapi siapa sangka, malah jadi begini──benar-benar sebuah kejutan.


"Te… terima kasih, semuanya. Aku──akan berusaha."


Tepat di depanku yang masih dipeluk erat oleh Nihara-san, berdirilah Yuuka dalam versi sekolahnya──berkacamata, rambut diikat ekor kuda. Namun ekspresinya… bukanlah ekspresi kaku. Bukan pula dingin. Dengan pipi yang memerah──dia memperlihatkan senyum lembut.


"Sakata-kun. Pasti kaget ya? Momo-chan dan yang lain banyak sekali bicara barusan, tapi ini bukan karena mereka mengejek atau menggangguku. Sebenarnya, aku sendiri yang meminta saran dari mereka. Karena itu, sekarang mereka semua──mendukungku."


"Minta saran… soal apa?"


"…Soal bagaimana caranya menyatakan perasaan, di hari Valentine."


Kata-kata yang tak terduga itu membuat otakku sempat berhenti 

sejenak. Sambil tersenyum tipis padaku, Yuuka melanjutkan.


"Aku… belum pernah menyukai siapa pun sebelumnya. Jadi, aku tidak tahu harus berbuat apa saat Valentine. Karena itu, aku memberanikan diri… bertanya pada Momo-chan dan yang lain. Mereka semua sangat baik. Mereka bilang, mungkin lebih berkesan kalau cokelatnya buatan tangan, atau kalau aku menaruh cokelat di loker atau meja, bisa bikin orangnya terkejut──mereka mengajariku banyak hal."


──Menaruh cokelat di loker atau meja belum tentu jawaban yang benar. Ada juga orang yang lebih suka bukan cokelat buatan tangan. 


Dilihat dari sisi itu, mungkin ini hanyalah salah satu obrolan ringan tentang cinta. Tapi──untuk Watanae Yuuka. Fakta bahwa ia bisa berbagi hal remeh semacam itu dengan orang lain, baginya… adalah sebuah langkah besar.


"…Keren juga, Watanae-san. Kalau sudah begini, Yuuchi──kau juga harus siap ambil keputusan."


Masa, yang sedari tadi mengamati dari dekat, menyelutuk memberi dorongan.


"Berisik… tanpa kau bilang pun aku tahu."


Aku menjawab ketus begitu. Tapi, sama seperti para gadis yang mendukung Yuuka saat ini…kau juga, Masa, selalu jadi orang yang mendorongku dari belakang. 


Terima kasih, Masa.


────Watanae Yuuka. 


Saat SMP, dia pernah mendapat perlakuan buruk dari teman sekelasnya, hingga lama tak masuk sekolah. Walaupun masuk SMA dan lingkungannya berubah, kesulitan berkomunikasi yang pernah membekas tak mudah hilang. Dia hampir tak punya teman sampai sekarang.


────Sakata Yuuchi.


Di musim dingin kelas 3 SMP, gosip tentang ditolak oleh Raimu menyebar ke seluruh kelas. Itu membuatku sedikit menarik diri dari sekolah. Sebelumnya pun, aku sudah menyaksikan perceraian orang tuaku. 


Sejak itu aku merasa, cinta di dunia nyata hanya saling melukai saja. Aku pun menjalani hari-hari dengan menghindari mencintai siapa pun. Namun──sekarang. Kegaduhan kelas ini, suasana yang hidup ini… jelas berbeda dari kelas di musim dingin saat SMP.


Kehangatan yang kurasakan dari teman-teman, kelembutan suara yang terdengar…semua itu sama sekali berbeda. Benar-benar, hanya terasa──ramah dan hangat.


"…Kalian berdua, Yuu-chan dan Sakata, sudah berani melangkah, sudah berusaha keras, kan?"


Nihara-san mendadak melepas pelukannya dariku.


"Jadi, sekarang… sudah aman. Tidak akan ada yang terjadi seperti masa SMP dulu."


Saat aku menoleh, Nihara-san tersenyum cerah tanpa sedikit pun keraguan. Aku pun membalas dengan senyum.


"Benar juga… ternyata dunia nyata tidak seburuk yang kupikirkan."


Aku melangkah selangkah ke arah Yuuka. Yuuka juga melangkah selangkah ke arahku. Kami saling menatap lekat-lekat. Jantungku berdetak kencang. Lalu, setelah sedikit jeda. Yuuka tersenyum──dan mengulurkan cokelat buatan tangan yang sudah dibungkus rapi.


"Sakata-kun. Ini cokelat pertama yang kubuat dalam hidupku… tolong terimalah."


────Aku dan Yuuka memang memiliki hubungan sebagai tunangan. Tapi selama ini, kami berusaha menjaga jarak di sekolah. Takut kalau kedekatan kami ketahuan, kami akan jadi bahan ejekan atau olok-olok. Namun, saat Yuuka memberikan cokelat ini secara terbuka di kelas…Kelas ini tetap terasa hangat.


Kenangan pahit akan kelas di SMP dulu──perlahan mencair dan menghilang. Dan aku yakin, Yuuka pun merasakan hal yang sama. Fakta bahwa Yuuka sebenarnya seorang pengisi suara, atau bahwa kami berdua sudah bertunangan. Masih banyak hal yang belum kami ungkapkan.


Kalau ditanya apakah semuanya perlu diumumkan, mungkin jawabannya tidak. Tapi, pada hari Valentine ini, kami menyadari──


Dunia ini jauh lebih ramah daripada yang kami bayangkan.




Chapter 9 

【14 Februari】

Tunangan-ku Yuuka Lahir ke Dunia 

【Ulang Tahun】


“Nee nee, Yuu-kun! Setelah dapat cokelat buatan tangan dariku, bagaimana perasaanmu? Kaget, ya?”


Didorong oleh semangat teman-temannya, Yuuka memberikan cokelat buatan tangan di kelas, di depan semua orang, tepat pada Hari Valentine.


Bagiku, itu tidak lain adalah pengakuan cinta secara terbuka. Tapi Yuuka sepertinya ingin mendengar tanggapanku, matanya berbinar di balik kacamata. Dalam perjalanan pulang, aku menyampaikan perasaanku yang sebenarnya.


“Ya, jelas aku kaget. Sama sekali tidak menyangka kalau Yuuka sampai berkonsultasi dengan teman-teman perempuan di kelas.”


“Eh, yang bikin kaget justru itu!? Bukannya lebih kaget karena aku membuat cokelat sendiri?”


“Itu? Sama sekali tidak. Masa sih Yuuka pikir kalau dengan insiden hantu dapur itu, semuanya berhasil kamu tutupi?”


“...Hmph. Jadi tetap ketahuan, ya...”


Yuuka merengut, tampak tidak puas. Memang, dia suka sekali bicara seenaknya.


“Nah, nggak apa-apa kok, Yuu-chan. Di kelas saja, waktu kamu kasih cokelat ke Sakata, dia sampai kelabakan dan kaget banget. 

Itu sudah cukup jadi kejutan, percaya deh!”


Dengan nada santai seperti biasa, Nihara-san yang berjalan di samping Yuuka tersenyum lebar.


“...Dari tadi aku penasaran. Kenapa Nihara-san ikut? Rumahmu kan tidak searah dengan jalan ini, kan?”


Aku melontarkan pertanyaan yang wajar. Biasanya, saat aku pulang bersama Yuuka, kami berpura-pura pulang terpisah lalu bertemu lagi setelah jalanan sepi. Itu sudah menjadi kebiasaan kami.


Hari ini pun sama, tapi entah kenapa, Nihara-san ikut bergabung.


“Ohh, apa gara-gara aku ikut, jadi kalian nggak bisa mesra-mesraan, makanya frustrasi? Santai aja! Mau romantis-romantisan gimana juga, aku nggak masalah, kok!!”


“Aku sama sekali tidak berpikir begitu! Jangan asal menggambarkan aku seperti orang yang penuh nafsu—”


“—Te, terima kasih ya, Momo-chan! Nih, ayo~ peluk!!”


Ketika aku hendak membantah ucapan ngawur Nihara-san, Yuuka malah tersenyum lebar lalu langsung memeluk lenganku.


...Ternyata yang penuh nafsu itu ada di sini.


“Ahaha! Memang deh, Yuu-chan itu imut banget! Aku suka sisi Yuu-chan yang polos dan tulus begitu.”


“Eh? Ada apa, Momo-chan?”


Sepertinya menyadari perubahan sikap Nihara-san, Yuuka buru-buru melepas lenganku dan berbalik menghadapnya.

“...Maaf, pasti sebentar lagi kamu ada acara pesta ulang tahun keluarga, kan? Aku akan segera pulang. Tapi sebelum itu... ada sesuatu yang ingin sekali aku sampaikan.”


“Ya, apa itu, Momo-chan?”


Yuuka menatapnya lembut sambil tersenyum. Mendapat tatapan itu, Nihara-san pun ikut tersenyum.


“Selamat ulang tahun, Yuu-chan. Aku ini memang suka bicara seenaknya, jadi mungkin tidak pernah benar-benar tersampaikan. Tapi sejak masuk kelas dua SMA, bisa berteman dekat denganmu... aku benar-benar merasa setiap hari jadi menyenangkan.”


“Perasaanku juga sama, lho. Bisa berteman akrab dengan Momo-chan, aku sangat senang. Aku sayang Momo-chan.”


“...Ih, malu banget! Aku bisa nangis, tahu... Aaaah, udah deh! Yuu-chan, aku sayang banget sama kamu!! Kalau aku lahir sebagai laki-laki, pasti aku nggak bakal mau kalah dari Sakata!!”


“Kenapa tiba-tiba menyalakan api persaingan denganku, sih? Nihara-san ini, ya...”


Setelah suasana yang hangat itu, Nihara-san mengambil sesuatu dari dalam tasnya—sebuah cokelat buatan tangan. Sambil menyerahkannya pada Yuuka, dia tersenyum malu.


“Memang aku juga kasih cokelat persahabatan ke teman-teman yang lain. Tapi khusus untuk Yuu-chan, ini... cokelat buatan tangan spesial ala Momono-sama! Memang disebut ‘cokelat persahabatan’ itu untuk teman, kan? Tapi buatku, Yuu-chan itu bukan sekadar teman... aku menganggapmu sebagai sahabat sejati!”



“Fufufu~ Yuu-kun, lihat ini! Bukan cokelat persahabatan, tapi cokelat sahabat sejati!! Kelihatannya enak sekali~ tapi rasanya sayang untuk dimakan~ uwaaah~”


Sementara aku sedang mengatur pengaturan ZUUM, Yuuka sibuk heboh sendiri sambil memegang cokelat buatan tangan dari Nihara-san. Melihat Yuuka sebahagia itu, aku sendiri ikut merasa bahagia.


Terima kasih banyak, Nihara-san.


『...Kenapa Yuuka-chan tiba-tiba berubah jadi kucing? Apa kalau naik level tujuh belas, dia bakal berevolusi jadi Yuuka-nyan?』


Ras apa itu. Anak ini mengira Yuuka monster atau yokai, apa.


Bersamaan dengan komentar asal-asalan itu, di layar ZUUM muncul keluargaku: adikku yang pedas mulutnya, Nayu, dan ayahku yang selalu bercanda.


“Oh, e-ehm... Ayah mertua! Lama tidak berjumpa!! Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu hari ini!!”


『Ah, tidak apa-apa. Ini ulang tahun menantu kesayangan keluarga kami, tentu saja harus ikut merayakan. Maaf kalau harus lewat daring, ya.』

『Tidak usah segan begitu, Yuuka-chan. Dia itu cuma penipu. Serius.』


“Nayu. Jangan bilang penipu ke ayah sendiri. Bilang saja bapak rubah tua, itu lebih pas.”


『...Ehm. Anak-anak kandung sendiri, kok bisa sedingin ini ke ayahnya? 』


Ketika keluarga Sakata sibuk dengan dinamika dingin mereka, 

keluarga Watanae pun tersambung ke ZUUM. Tampak ruang tamu keluarga Watanae di layar.


Di sana ada Isami, dengan gaya khasnya mengenakan seragam pelayan pria, dan ibu mertua yang mengenakan kimono, tampak gugup.


『Maaf terlambat, semuanya. Ayah sebenarnya ingin ikut juga, tapi... tetap saja pekerjaannya tidak bisa diatur.』


“Begitu ya... Ayah memang selalu sibuk, ya.”


『”Selamat ulang tahun, semoga jadi tahun yang baik.”──Ayah bilang begitu, ingin kusampaikan pada Yuuka. Juga menyampaikan salam untuk Yuuichi-san.』


“Ah, terima kasih banyak. Tolong sampaikan salam hormat saya juga untuk Ayah Mertua.”


──begitulah akhirnya. Meski lewat daring, keluarga Sakata dan keluarga Watanae akhirnya saling bertatap muka, dan pesta ulang tahun Yuuka pun resmi dimulai.


“Selamat ulang tahun, Yuuka.”


“Ehehe~ terima kasih. Aku sekarang tujuh belas tahun!”


『...Yuuka. Kamu itu baru tujuh belas, lho. Masih di bawah umur. Jangan sampai kelewatan, ya!?』


“Apa maksudnya itu!? Aku nggak tahu, tapi kurasa aku nggak akan melakukan hal aneh, kok!”


『Ibu, tolong tenang dulu. Jangan memalukan begitu, apalagi di depan Ayah Mertua.』


『Ahaha, tak usah dipikirkan. Lagipula, rasanya mustahil Yūichi punya nyali sejauh itu. Ya kan, Yuuichi? Kamu sendiri bahkan belum menaiki satu anak tangga ke dunia orang dewasa,kan?』


“Baik, aku mengerti. Jadi ulang tahun Yuuka ini adalah hari peringatan aku putus hubungan dengan Ayah, ya!”


『Hahaha, lucu. Namamu artinya ‘orang yang paling suka bermain’, tapi ternyata sama sekali tidak punya nyali.』


“Siapa yang paling suka bermain!? Kamu selalu saja begitu... ya sudahlah. Aku sudah hafal sifatmu, Nayu. Biasanya galak, tapi begitu pakai wig langsung jadi manis──benar-benar adik tsundere!”


『A-apa!? Siapa yang tsundere!? Aku ini seperti kulit bulu landak laut, cuma penuh duri!!』


Keluarga Sakata dan keluarga Watanae saling bicara sesuka hati, seperti biasa. Yuuka dan Isami berusaha keras menahan tingkah Ibu, sementara aku dan Nayu malah larut dalam adu mulut tak berguna.


『Kamu sok sekali. Menyebalkan. Dari dulu aku sudah bilang, aku selalu menang dari Nii-san, kalau soal nama.』


“Lagi-lagi ‘pertarungan nama’... setiap bertengkar dari kecil, kamu pasti bilang begitu. Hanya karena namaku ada ‘ichi’ (satu), sedangkan namamu ‘Nayu’, jadi angka yang lebih besar membuatmu menang. Padahal itu tidak ada artinya sama sekali, tahu!”


『Bukan tidak ada artinya! Lihat, setelah oku, chō, kei, gai... naik terus sampai nayu, fukashigi, muryōtaisū... artinya aku sepuluh pangkat enam puluh kali lebih kuat dari Nii-san.』


Mana aku tahu. Sepuluh pangkat enam puluh itu bahkan tidak terbayang di kepalaku.

Saat kami masih sibuk dengan “pertarungan nama” khas kakak-adik sejak kecil itu...


『...Aku adalah! Mahou Shoujo, Yuuka-chan!! Chakiin, baan! Ayo terima ini, iblis jahat Isamin! Rasakan Yuuka-chan Flash! Bibabibaa~!』


『Onee-chan! Isami juga mau jadi gadis ajaib!! Hiks, aku sudah tidak mau lagi kena ‘bibabibaa’!!』


“Gyaaaaaaaa!?”

『Uwaaaaaaaa!?』


Dari layar ZUUM keluarga Watanae, terdengar suara dua anak kecil perempuan. Yuuka dan Isami, kakak-beradik itu, menjerit keras-keras bersama-sama.


“Ibu!! Kenapa diputar!? Hentikan, malu banget!!”


『Ufufu... kaget, ya? Itu video waktu Yuuka dan Isami masih kecil. Ibu ingin memperlihatkan, betapa besar kalian sekarang dibanding waktu itu. Jadi sengaja menyiapkan ini sebagai kejutan.』


Tak peduli kedua anaknya menjerit, Ibu hanya tersenyum puas. Rupanya kegemaran Yuuka membuat kejutan memang diwarisi dari Ibunya.


『Itu bukan kejutan, tapi teror! Ibu, cepat musnahkan videonya!! Atau paling tidak, hapus bagianku saja dan sisakan bagian Yuuka!!』


“Kenapa begitu!? Kamu pasti mau memanfaatkan aibku untuk hal-hal aneh, kan, Isami!!”


『Kamu pikir aku ini apa, Yuuka!? Aku hanya ingin suara polos Mini-Yuuka dijadikan pengantar tidur, supaya aku bisa bermimpi tentang Yuuka... fufu, chakiiin... bibabibaa~』


“Lihat tuh!! Kamu mengejekku, kan!! Pasti mengejek!! Sudah ya, aku marah beneran, Isami!!”


Perselisihan konyol kakak-beradik Watanae itu, tidak kalah sengit dengan adu mulutku dan Nayu.


Sepertinya di keluarga mana pun, pertengkaran bodoh antar saudara memang hal yang wajar.


────ya, begitulah. Pesta ulang tahun, pada akhirnya, tidak jauh berbeda dengan keributan sehari-hari seperti biasa.


『Yuuka-san. Sekali lagi, selamat ulang tahun. Maaf anakku tidak bisa diandalkan... tapi tolong, teruslah jaga Yuuichi selamanya.』


『Yuuka. Selamat ulang tahun... Meski kita jauh, Ayah dan Ibu selalu menyayangimu. Tolong jaga kesehatanmu baik-baik, ya?』


『Yuuka-chan. Selamat ya, sungguh. Aku bakal main ke rumah lagi kok. Dan kalau kakakku bikin hal bodoh, pasti akan aku hukum seberat-beratnya. Jadi, teruslah jadi kakak ipar hebatku yang kusayangi, ya.』


『Yuuka, selamat ulang tahun. Aku yakin kamu baik-baik saja karena ada Yuu nii-san. Tapi kalau ada masalah, kapan pun bilang saja. Aku akan selalu jadi pihakmu. Semoga kamu dan Yuu nii-san melewati tahun yang bahagia──Onee-chan.』


Saat menerima ucapan selamat dari semua orang itu... wajah Yuuka dipenuhi senyum bahagia.


“Ehm... terima kasih banyak! Hari ini benar-benar hari yang paling membahagiakan, jadi──mulai besok pun aku ingin terus bersemangat, menikmati banyak hal menyenangkan!!”


Hari ini sungguh──menjadi pesta ulang tahun yang indah.



Sambil masih larut dalam sisa-sisa suasana, setelah melalui hari Valentine yang penuh gejolak dan pesta ulang tahun Yuuka yang meriah, aku dan Yuuka kembali ke kamar, lalu menggelar futon.


“Ehehe. Hari ini makasih banyak ya, Yuu-kun! Hari ini benar-benar hari paling menyenangkan sepanjang sejarah tanggal 14 Februari!”


Setelah futon selesai digelar, Yuuka duduk bersila ala gadis, sambil menggoyang-goyangkan tubuh ke kanan dan kiri dengan wajah gembira. Rambut hitamnya yang halus ikut bergoyang lembut. Aroma citrus yang samar ikut tercium. Di tengah suasana itu, aku── membalikkan badan membelakangi Yuuka.


“...Eh? Yuu-kun, lagi ngapain, sih?”


Sepertinya gerak-gerikku tidak berkenan di hatinya. 


Yuuka bersuara dari belakang, terdengar agak kesal. Namun, aku sengaja mengabaikan Yuuka begitu saja... lalu melangkah ke arah meja, dan membuka laci.


“Heiih~ Yuu-kun, hari ini kan ulang tahunku, lho~. Anak yang ulang tahun itu seharusnya lebih diperhatikan, tahu~? Hmph~”


Dengan menjadikan ulang tahun sebagai alasan, Yuuka bicara manja berlebihan. Sambil merasa gemas pada tunangan yang tak ada kata selain “imut” untuk menggambarkannya────aku pun berlutut tepat di depan Yuuka. Lalu mengulurkan sebuah kotak cincin berwarna merah muda.


“...Eh? A, apa... eh? Eh? I-ini... apa...?”


“...Hadiah kejutan. Kaget, kan?”


Yuuka tampak begitu terkejut hingga kehilangan kata-kata, hanya bisa mengangguk cepat-cepat berulang kali. Melihat itu, aku tanpa sadar ikut tersenyum... lalu perlahan membuka kotak cincin itu.


Di atas bantalan, terletak sebuah cincin berkilau perak.


“Waktu aku minta saran pada Nihara-san, malah jadi berantakan... jadi akhirnya kupikirkan sendiri. Karena kita ini tunangan... kupikir cincin mungkin cocok. Aku memang sama sekali tidak sanggup membeli yang mahal, sih.”


“............”


“...Uhm. Kalau kamu tidak suka, kamu boleh menolak, kok. Memang agak aneh juga, ya. Setelah kupikir lagi, hadiah ini terlalu berat untuk ulang tahun yang ketujuh belas...”


“...Baka. Jelas saja aku... senang sekali...”


Dari mata Yuuka, air mata jatuh menetes. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, lalu terisak sambil terisak menahan tangis.


“...Tidak pernah ada ulang tahun yang sebahagia ini. Yuu-kun... aku sangat menyayangimu. Aku suka... aku bahagia...”


Beberapa saat kemudian. Yuuka menurunkan kedua tangannya── dengan pipi yang masih basah oleh air mata, ia tersenyum lebar.


“Makasih, Yuu-kun. Nee, tolong pakaikan, ya... cincin pertunangan dari Yuu-kun.”


“Y-ya...”


Aku meraih tangan kanan yang diulurkan Yuuka, lalu menyematkan cincin perak itu pada jari manisnya yang ramping.


“...Aku ya. Aku rasa, aku takkan pernah bisa melupakan hari ini. Ke depannya mungkin akan ada banyak hal menyenangkan lagi──tapi hari ini, aku pasti takkan melupakannya.”


Sambil berbisik begitu, Yuuka menatap jari manis kanannya dengan penuh kasih. Dirinya saat itu──benar-benar hanya bisa disebut imut.


────Selamat ulang tahun, Yuuka. Terima kasih sudah terlahir ke dunia ini. Aku pun, pasti... takkan pernah melupakan hari ini.




Chapter 10

Dunia Ternyata Lebih Baik dari yang Kuduga, dan Aku Merasa Ingin Sedikit Lebih Mempercayainya


Setelah Hari Valentine dan ulang tahun Yuuka, malam pun berganti.


Seperti biasa, aku sudah menyelesaikan sarapan dan bersiap-siap. Yuuka yang juga sudah selesai bersiap, kini dengan gaya khas sekolahnya—berkuncir kuda dan berkacamata—dan aku sedang sedikit berselisih dengannya di atas sofa ruang tamu.


"Yuuka… ini benar-benar tidak baik. Kalau terus-terusan begini, tidak bisa."


"Tidak mau! Karena aku ingin terus begini. Aku ingin terus-terusan!!"


"Tidak boleh… dengar, sebentar lagi kita harus berangkat sekolah. Mana bisa begitu ketika mau ke sekolah? Nanti sepulang sekolah, kita bisa melakukannya lagi, kan?"


"Tidak mau, aku ingin terus begini. Aku tidak mau melepasnya. Huuuh, jahat!!"


"Meski kau pura-pura menangis, tetap saja tidak bisa. Sudahlah, ayo aku lepas, ya?"


"Uuuuh, jangan… yaa… jangan dilepas… aku ingin terus terhubung denganmu, Yuu-kun. Jadi… ya? Jangan dilepas, Yuu-kun?"


──Uhm. Kita sedang membicarakan cincin, kan?


Karena Yuuka menolak dengan cara aneh, dengan merengek, berpura-pura menangis, dan berusaha meluluhkan hati, otakku jadi error dan tubuhku malah terasa geli tidak karuan.


"Itulah sebabnya, Yuuka… memakai cincin ke sekolah itu tidak boleh. Pulang nanti boleh kau pakai lagi. Untuk sekarang, ayo lepaskan dulu dari jarimu."


"Nyyaaaah!? Yuu-kun! Mau melepas cincin dari tanganku!! Jangan dilepas, jangan dilepas! Ini adalah ikatan cintaku dengan Yuu-kun!!"


Sambil menahan Yuuka yang meronta, aku memaksa melepas cincin itu. Lalu aku menyimpannya kembali ke dalam kotak cincin berwarna merah muda. Sementara itu, Yuuka menatapku dengan wajah sangat penuh dendam.


"…Sudah terlepas, deh. Rasanya Yuu-kun sudah tidak ada di sini lagi…"


"Uhm… dari tadi, kau memang sengaja membuatku salah tingkah, atau memang kau bodoh?"


"Bodoh apanya!? Cincinku diambil, lalu aku malah dihina… padahal kemarin Yuu-kun begitu lembut. Jadi selama ini kau hanya mempermainkanku, ya!!"


Apa-apaan sih pilihan katanya?


Kalau soal Yuuka… kadang terasa murni alami, tapi kadang seperti sengaja menggoda dengan kalimat yang ia dapat dari manga atau semacamnya.


Yah, terserah lah──sekarang tidak penting apakah dia polos atau licik.


"Dengar, Yuuka? Kemarin, kau memberikan cokelat Valentine padaku di depan teman sekelas, kan?"


"…Apa kamu marah? Karena aku melakukan hal mencolok di depan semua orang?"


"Enggak. Sama sekali aku tidak mempermasalahkannya."


Aku menjawab dengan suara senyap agar Yuuka, yang tampak sedikit cemas, bisa tenang.


"Selama ini, memang kita merahasiakan kalau kita dekat. Supaya tidak jadi bahan ejekan. Tapi──setelah melihat reaksi kelas kemarin, aku jadi sadar. Ternyata mereka cukup baik, ya."


──Musim dingin di tahun ketiga SMP.


Saat merasakan udara yang sedingin membeku, aku selalu menghindari hubungan cinta di dunia nyata… dan juga menghindari berbagi rahasia dengan siapa pun. Tapi ternyata, dunia ini lebih baik daripada yang kukira. Mungkin, tidak ada salahnya sedikit lebih mempercayai orang-orang di sekitarku.


"Itulah kenapa. Mulai sekarang… misalnya kita ngobrol di kelas, atau makan bersama. Maksudku──hal-hal biasa yang dilakukan pasangan remaja, kurasa tidak perlu lagi kita sembunyi-sembunyi."


"Eh, sungguhan!? Jadi aku boleh ngobrol dengan Yuu-kun di jam istirahat seperti Momo-chan atau Kurai-kun!? Boleh juga makan sambil memandang wajah Yuu-kun? A-apa hal seindah surga seperti itu sungguh bisa terjadi!?"


"──Tapi ada syaratnya."


Aku menahan Yuuka yang begitu semangat menerima idenya.

Dengan tenang, aku berkata:


"Untuk urusan tunangan atau tinggal bersama, itu terlalu berat kalau sampai diumumkan. Jadi… cincin tetap tidak boleh. Kalau tidak bisa menjaga itu, risikonya terlalu besar──dan berarti semuanya batal."


"Uuh… Yuu-kun benar-benar licik… kalau sudah begitu aku tidak punya pilihan selain mengiyakan…"


Sambil menggerutu, Yuuka akhirnya kembali tersenyum cerah.


"Baiklah~. Aku akan bersikap wajar di sekolah~. Jadi… maafkan aku ya? Yuu-kun… chu."


──Hei. Tolong hentikan tiba-tiba melempar ciuman begitu.


Sepertinya, akhir-akhir ini sisi ‘gadis licik’ Yuuka makin menonjol ketimbang sisi ‘alami’-nya.



Waktu istirahat siang. Seperti biasa, aku mendorong mejaku hingga menempel dengan meja Masa, dan bersiap makan siang.


"Hei, Yuuichi. Menurutmu siapa yang akan terpilih jadi ‘Top Alice’ kali ini?"


Meskipun sehari setelah Valentine, Masa tetap seperti biasa. Ia mengangkat topik tentang masa muda kami──pengumuman Delapan Alice kedua yang akan segera berlangsung dalam beberapa hari.


"Kalau aku sih, tetap percaya kalau Ranmu-sama yang akan bersinar di puncak. Aku sudah lama melihat bagaimana dia terus berusaha dengan gigih. Aku ingin usahanya itu berbuah… Heh. Mungkin terdengar kekanak-kanakan, tapi aku benar-benar merasakannya."


"Ya, aku mengerti. Tapi, aku tidak suka dengan gaya sokmu itu."


"Kenapa!? Boleh dong, sekali-kali bikin suasana dramatis ketika bicara tentang Ranmu-sama yang kucintai!!"


──Sambil mengobrol remeh-temeh, kami larut dalam obrolan ringan seperti biasa.


Dengan langkah agak tergesa, Watanae Yuuka datang menghampiri.


"Hah? Ada apa, Watanae-san?"


Tanya Masa dengan wajah bingung ketika melihat Yuuka. Namun, Yuuka tak menghiraukannya sedikit pun. Ia hanya menatapku, lalu dengan senyum penuh kebahagiaan berkata:


"Sakata-kun, ayo makan siang bareng~."


"Buh!?"


Hampir saja aku menyemburkan teh yang sedang kuminum.


Apa-apaan ini? Tadi… Yuuka dengan kacamata itu, bicara padaku dengan nada yang sama persis seperti di rumah, kan?


"Ah, kau tidak apa-apa, Sakata-kun? Perlu aku tepuk-tepuk punggungmu?"


"Nggak, nggak! Nggak usah!!"


"Ada apa sih, Watanae-san? Rasanya berbeda dengan biasanya di sekolah, deh?"


"──Tidak ada yang berbeda, kok?"


Sambil melirik sekilas ke arah Masa, Yuuka yang biasanya kaku dan serius menjawab datar. Lalu ia kembali menatapku dan berkata:


"Ehehe. Aku ingin makan siang bersama, Sakata-kun. Tidak boleh, ya?"


"Seram banget!? Kok bisa beda kepribadian gitu kalau sama aku dan Masa!?"


"B-bukan… aku ini Watanae-san yang dua kali lebih seru, tahu?"


"…Hah? Maksudnya apa?"


"Kalau ada satu Watanae Yuuka, berarti kau bisa menikmati berbagai macam tipe Watanae Yuuka. Gimana? Untung banget, kan? ──Itu maksudnya."


──Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan…


Ini berbeda dengan Yuuka di rumah yang polos dan manja. Tapi juga bukan Yuuka di sekolah yang kaku dan pendiam. Dan tentu saja, juga bukan sosok penyanyi suara Izumi Yuuna.


──“Hal-hal yang biasa dilakukan anak laki-laki dan perempuan SMA, tidak perlu lagi kita sembunyikan.”


Benar. Mungkin karena perkataanku itu, Yuuka yang ada di depanku ini muncul. Bisa dibilang──versi hybrid Yuuka.


"Ah iya. Boleh nggak kalau aku nyuapinmu pakai bekalku?"


"──!?!? Kuhuk, kuhuk…"


"Eh, kamu baik-baik saja? Mau rebahan di pangkuanku?"


Berhenti. Hentikan itu, Yuuka. Selama ini, Yuuka di sekolah selalu tampil dengan kacamata, sebagai gadis keren nan dingin.


Kalau tiba-tiba sosok ‘Yuuka berkacamata’ itu jadi ekspresif, manja, dan lengket begini…perbedaan ekstremnya bisa bikin jantungku langsung berhenti.


"Hei, hei! Sakata-kun, sini sebentar!!"


"──Gweh!?"


Saat itu juga, seseorang menarik lenganku dengan kuat dan menyeretku ke bangku yang agak jauh.


"Sakata-kun… dari tadi, sebenarnya sedang apa sih?"


Dengan hati-hati aku menoleh, dan ternyata…aku sudah dikepung oleh beberapa siswi di kelasku. 


Apa ini? Neraka zaman baru?


"Padahal Watanae-san sudah berusaha keras banget mendekatimu! Kenapa kau sama sekali nggak merespons, Sakata-kun!?"


"Hah? Respons? Maksudnya apa? Aku ini lagi dipalak, ya?"


"Tidak, dong!? Lagian, Sakata-kun, jawabanmu soal cokelat kemarin itu gimana!?"


"Eeeh, tunggu-tunggu! Aku tahu kalian semangat, tapi Sakata lagi bingung. Jadi tolong, tenang dulu, oke?"


Di neraka para siswi SMA──semacam dunia bawah baru. Seorang pahlawan ceria pun berdiri dengan gagah berani. Namanya, Nihara Momono. 

Dalam situasi kacau seperti ini, dialah teman yang paling bisa diandalkan.


"Terima kasih banyak, Nihara-san… tapi ini sebenarnya situasi apa, sih?"


"Ya gampang aja. Kemarin, Yuu-chan kasih Sakata cokelat buatan sendiri, kan? Kalau dipikir pakai logika normal… artinya apa coba?"


"Eh… cokelat utama, gitu?"


"Ya, tepat sekali. Terus, hari ini kan Yuu-chan bersikap beda kalau sama Sakata aja, kan? Itu artinya──dia benar-benar suka sama Sakata, dong?"


"…Jadi begitu, ya."


Akhirnya aku bisa sedikit memahami. Dengan kata lain, alasan kenapa para siswi ini heboh sekali adalah karena mereka punya anggapan seperti ini:


Kemarin Yuuka memberikan cokelat utama padaku, sekaligus menyatakan perasaannya.

Hari ini, Yuuka bersikap berbeda dari biasanya, dan mendekatiku terang-terangan.

Lalu… apa jawabanku?


"Semua orang di sini mendukung Yuu-chan, tahu. Memang agak heboh sampai bikin pusing, tapi──Yuu-chan yang dulu kaku dan sulit didekati, sekarang mulai bisa dipahami sedikit demi sedikit. Jadi sebagai ‘teman’ dan ‘sahabat’… mereka benar-benar ingin mendukungnya."


Kemudian Nihara-san mengedipkan mata wink, lalu mengacungkan jempol ke arahku.

"Jadi, Sakata──sekarang ini bagian puncaknya, lho? Terserah kau mau jawabnya bagaimana… tapi pastikan, kau benar-benar merespons pengakuan cintanya Yuu-chan, ya!"


──Tak lama kemudian. Sepertinya tidak tahan lagi, Yuuka mulai berjalan ke arahku.


"Sakata-kun… kenapa pergi ke sana? Kau tidak mau makan siang denganku?"


"Waah!! Maaf, Watanae-san! Sakata-kun, cepat kembali!!"


"Ayo, Sakata-kun! Bergerak secepat kilat!!"


Karena ucapan Yuuka yang terdengar sedih, para siswi panik dan langsung mendorongku kembali ke hadapannya.


"Ah, kau kembali juga."


Sambil berbisik begitu, ia menyipitkan mata di balik kacamatanya. Lalu dengan senyum secerah matahari──Yuuka tertawa.


──Selama ini, Yuuka seakan berada di balik dinding kaca yang tak terlihat. Selalu dihantui kekhawatiran kalau orang-orang di sekitarnya akan membencinya, atau menjauhinya. Mungkin, karena pengalaman masa lalu yang pernah melukainya… tanpa sadar ia terus memikirkan hal-hal seperti itu. Namun, Yuuka memutuskan untuk mengubah dirinya. Ia ingin bisa lebih akrab dengan semua orang, ingin bisa berteman lebih baik. Maka ia pun menghancurkan dinding kaca itu──dan melangkah keluar menuju semua orang. Dan ketika melangkah keluar, dunia yang ditemuinya ternyata jauh lebih ramah dari yang ia bayangkan.


Itulah sebabnya, kini Yuuka bisa tertawa bahagia bersama semua orang seperti ini. Karena itu, pasti──sekarang giliran diriku.

Memang, kalau soal tunangan atau tinggal bersama, aku masih merasa belum pantas untuk diungkapkan. Tapi setidaknya──aku harus berani sedikit lebih mempercayai orang-orang di sekitarku.


"…Selama ini aku diam saja, tapi sebenarnya, aku dan Watanae-san ──sudah cukup lama berpacaran."


Begitu aku memberanikan diri mengungkapkannya, ruangan kelas langsung riuh dengan suara teriakan terkejut, seolah-olah akan pecah. Namun, itu bukanlah teriakan untuk mengejek, melainkan suara-suara hangat seperti:


"Kenapa nggak bilang dari dulu, Watanae-saaan!", "Memang agak telat sih, tapi selamat ya!!", atau "Sakata-kun, keren juga kamu!"


"Eh… eeh? Yuu-kun? Benar-benar boleh bilang itu!?"


Karena tak menyangka aku akan melakukan hal seperti itu, Yuuka langsung membelalakkan mata dan jadi gugup tak karuan. Melihat tingkahnya, para siswi hanya tersenyum hangat.


"Maaf ya, aku ngomong duluan tanpa izin… Yuuka."


"Auuuh… t-tidak apa-apa, kok. Hanya saja… rasanya malu sekali…"


Lalu Yuuka merapikan kacamatanya yang agak melorot. Dengan wajah semerah apel, ia pun berkata:


"…Iya. Aku memang sedang berpacaran dengan Sakata Yuuichi-kun. Jadi, semuanya… mulai sekarang, mohon kerja samanya, ya."


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close