NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 7 Chapter 11 - 15

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 11

Soal “Delapan Alice” Putaran Kedua yang Terus Terbayang Hingga Aku Tak Bisa Tidur Semalaman


『Sebentar lagi hasilnya akan diumumkan… Tapi aku rasa, kemungkinan besar kamu juga akan terpilih menjadi salah satu dari ‘Delapan Alice’, Yuuna.』


"Be-begitu ya…? Kalau dari diriku sendiri sih, aku tidak terlalu percaya diri…"


『Rasa percaya diri itu bukan sesuatu yang datang begitu saja. Itu harus dibangun dengan tanganmu sendiri. Dan ketika sudah terbentuk, kepercayaan diri itu akan meningkatkan performa, terhubung dengan hasil, lalu melahirkan kepercayaan diri yang lebih besar lagi. Bukankah begitu?』


──Sabtu, di ruang tamu. Yuuka duduk bersila, meletakkan ponselnya di meja dengan mode pengeras suara, lalu mendengarkan suara Shinomiya Ranmu. Seperti biasa, Shinomiya Ranmu memang sangat disiplin dan keras pada dirinya.


Wajar saja, ia adalah seorang pengisi suara berbakat yang pada Pemilihan Delapan Alice Pertama berhasil terpilih menjadi Alice ke-6.


Saat aku sedang berpikir begitu, Ranmu menghela napas pelan.


『Bagaimanapun juga… aku yakin kamu akan terpilih sebagai salah satu ‘Delapan Alice’. Jadi, kubilang saja dari sekarang──aku menantikan saat kita bisa tampil bersama di acara perkenalan nanti.』


"Ba-baik! Aku akan berdoa semoga bisa terwujud, dan kalau benar kita bisa tampil bersama, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk meramaikan panggung!!"


Setelah menutup telepon, Yuuka bergumam pelan, "Funyaah…" lalu berguling di atas karpet.


"Yuu-kun… menurutmu bagaimana? Apa Yuuna akan terpilih jadi salah satu dari ‘Delapan Alice’?"


"Tentu saja, pasti terpilih. Karena Yuuna-chan… Izumi Yuuna, sudah berusaha begitu keras selama ini."


Aku menjawab tanpa sedikit pun keraguan. Karena bagiku, pertanyaan itu terlalu jelas jawabannya.


"…Ahaha, jangan bilang dengan wajah percaya diri begitu dong. Jadi bikin aku malu sendiri, tahu nggak."


Sambil tertawa, Yuuka mengangkat tangan kanannya ke atas dan menatap cincin yang berkilau di jari manisnya.


"Iya ya, pasti hasilnya akan baik. Karena aku punya──‘Shinigami yang jatuh cinta’ di sisiku!"


────Ada sebuah social game agung ciptaan para dewa. Namanya Love Idol Dream! Alice Stage☆, atau disingkat Arisute.


Aku tak akan pernah lupa, musim dingin saat kelas tiga SMP. Baru saja dirilis saat itu, game ini menyelamatkan hatiku yang hancur karena kasus Raimu.


Hampir seratus Alice Idol di dalamnya sudah dilengkapi suara penuh. Ada event rutin yang terus diadakan, radio internet yang dipandu secara bergantian oleh para pengisi suara, juga siaran langsung yang sering dibawakan para pemeran. Pokoknya──acara-acara yang membuat pemain puas selalu tersedia.


Beberapa Alice Idol juga membentuk unit khusus. Salah satunya adalah Yurayura★Kakumei with Yuuyu. Lalu, menurut pengumuman terbaru──akan ada Audisi Idol Alice Baru☆ untuk menambahkan karakter baru. Dunia Arisute terus meluas semakin besar.


Ah… aku benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan Arisute.


Dan tentu saja, Arisute juga memiliki sistem popular vote. Dulu disebut sebagai Voting Sebelas Dewa, lalu sejak periode sebelumnya diubah besar-besaran menjadi Voting Delapan Alice.


Pada Voting Delapan Alice Pertama, peringkat enam──atau Alice ke-6──jatuh pada Ranmu-chan yang diperankan oleh Shinomiya Ranmu.


Sebagai tambahan, saat itu Deru-chan menempati peringkat ke-18. Sementara Yuuna-chan berada di posisi ke-39.


…Yah, sebenarnya berapa pun peringkat Yuuna-chan, aku tidak masalah. Karena bagiku, apa pun hasil resminya──Yuuna-chan tetap yang nomor satu di seluruh jagat raya.


────Namun, karena aku melihat sendiri dari dekat betapa kerasnya Izumi Yuuna, alias Yuuka, berusaha selama ini…maka aku hanya bisa berharap semoga kerja kerasnya berbuah hasil di Voting Delapan Alice Putaran Kedua.



"Uooooohhh! Sebentar lagi diumumkan nih, hasil Delapan Alice putaran kedua!!"


"Aduh… Kurai, berisik banget! Rasanya gendang telingaku mau pecah!"

Nihara-san langsung menyikut keras perut Masa yang berteriak tadi. 


Kemarin, aku sudah janjian dengan mereka berdua untuk menonton pengumuman hasil bersama di rumahku. Selain itu, ada juga dua orang lain di balik layar monitor.


『Ya ampun, bisa nggak sih agak tenang sedikit. Serius.』


『Nayu-chan sepertinya tidak terlalu suka laki-laki berisik ya? Heh, kalau begitu, apa kamu tidak apa-apa jadi anak kucingku saja?』


『Berisik, Isami. Mau kutonjok pakai cat punch nih.』


Mereka adalah adikku, Sakata Nayu, dan adik Yuuka, Watanae Isami. Dua adik ribut yang sama-sama penasaran dengan hasil Delapan Alice Putaran Kedua.


"Ngomong-ngomong… anak itu kan, waktu festival budaya bareng Nayu-chan, pakai setelan pelayan gitu ya? Nggak nyangka ternyata adik perempuannya Watanae-san."


"Hah? Kurai, kamu belum kenal sama Isami-kun ya?"


『Iya, benar. Senang berkenalan denganmu. Aku Watanae Isami, adik Yuuka. Nama kamu sering kudengar, Kuramasa-san.』


"──Hei, jangan panggil aku Kuramasa! Itu gabungan dari ‘Kurai’ dan ‘Masa’, aku nggak suka banget dengan julukan itu!! Oi, Yuuichi! Kenapa kamu ngajarin adiknya Watanae-san panggilan aneh begitu, hah!?"


"Aku nggak ngajarin apa-apa! Lagipula, aku kan memang nggak pernah manggilmu Kuramasa!"


"Aku juga sama."

"A-aku juga! Aku tidak pernah sekalipun membicarakan soal Kurai-kun pada Isami!!"


Ucapan Yuuka terdengar agak kejam, meski itu mungkin tanpa maksud. Tapi terlepas dari itu, pelakunya cuma ada satu orang.


『…Aku? Eh, apa aku pernah bilang, ya? 』


『Iya. Aku dengarnya dari Nayu-chan. Katanya namamu Kuramasa-san. 』


Dia bahkan tidak sadar. Dan pelaku yang tidak sadar dengan perbuatannya justru yang paling berbahaya.


Yah, sudahlah. Walaupun Masa masih kelihatan kesal…


──Karena waktunya sudah tiba. Aku pun dengan hati-hati memperbarui halaman di peramban internet. Dan muncul di situs resmi Arisute──video pengumuman hasil Delapan Alice Putaran Kedua.


"…Baiklah, kalau begitu… ayo kita putar, ya?"


Aku menelan ludah keras-keras. 


Dengan berbagi layar melalui ZUUM bersama Nayu dan Isami, aku pun menekan tombol play pada video takdir itu.


────Pengumuman Hasil Delapan Alice Putaran Kedua!


Diiringi BGM megah, teks-teks besar yang membangkitkan rasa tegang terpampang di layar. Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat.


"…Tuhan, sungguh, kumohon kali ini…"

Nihara-san bergumam seperti sedang berdoa.


──Layar tiba-tiba menjadi gelap.


"Uooooohhh! Akhirnya datang juga, datang sekarang, Yuuichi!!"


『Berisik, Kuramasa! Nggak kedengaran, diamlah!! 』


『…Tenang saja, Nayu-chan. Kurasa suaranya tidak akan berpengaruh. 』


Masa berteriak-teriak gelisah, sementara kedua adikku malah ribut sendiri.


Di tengah suasana gaduh itu──teks besar muncul di layar.


──Alice ke-8.


"……!"


Refleks, Yuuka langsung memejamkan mata. Aku menggenggam erat tangan kanannya. Lalu kuucapkan perasaan tulusku──


"Tenang saja. Aku ada di sisimu. ‘Shinigami yang jatuh cinta’ ini── sudah melihat semua usaha Izumi Yuuna. Jadi, pasti… semuanya akan baik-baik saja."


────Sekejap. Layar kembali gelap. Dan yang berikutnya terpampang adalah──


Alice ke-8: Yuuna (CV: Izumi Yuuna)


"……Ah."


"…B-bohong? A-aku…?"

Kami semua sempat terdiam, tak bisa langsung memahami apa yang terjadi. Namun sedetik kemudian──ruang tamu keluarga Sakata dipenuhi sorak sorai.


『Serius!? Hebat! Yuuka-chan terpilih, Isami!! 』


『…Iya. Syukurlah… hebat sekali, Yuuka…』


"──Akhirnya Yuuna-chan juga berdiri di atas panggung Delapan Alice. Gila, ceritanya sampai ngalahin drama… inilah kenapa Arisute nggak pernah membosankan."


Mereka bertiga mengungkapkan pendapat masing-masing. Sementara itu, Nihara-san malah benar-benar menangis sesenggukan.


Suasana penuh kehangatan. Ruangan dipenuhi dengan rasa syukur dan kegembiraan. Dalam benakku, kilas balik perjalanan Yuuna-chan pun berkelebat seperti film kehidupan.


──Saat Voting Sebelas Dewa dulu, peringkatnya masih jauh di bawah. Hampir tidak ada merchandise. Sampai-sampai aku pernah membuat barang buatan sendiri dengan gambar yang kupetik dari internet.


──Di Voting Delapan Alice Pertama, ia berada di peringkat ke-39. Itu sudah hasil kerja keras, tapi posisinya masih jauh dari kata populer.


──Lalu, mulai ramai dibicarakan lewat AriRaji. Topik berbahaya soal “adik laki-laki” jadi viral di internet, dan duetnya dengan Shinomiya Ranmu mulai menarik perhatian.


──Kemudian, terbentuklah unit Yurayura★Kakumei. Duet antara Shinomiya Ranmu yang super disiplin dengan Izumi Yuuna yang polos dan alami. Walau terlihat bertolak belakang, justru harmonis. Bahkan di live show kecil, cukup banyak penggemar yang hadir.

──Dalam Audisi Idol Alice Baru☆, karakter adik perempuan Nanami-chan yang sebelumnya hanya ada di konsep akhirnya diumumkan ikut serta.


Unit Yurayura★Kakumei with Yuuyu juga sedang dipersiapkan untuk ekspansi berikutnya.


Dalam kurun waktu kurang dari setahun, sungguh banyak hal yang terjadi. Tak berlebihan bila menyebutnya sebagai tahun lompatan besar. Dan hasil nyata dari kerja keras Izumi Yuuna──alias Yuuka── itulah yang kini terwujud.


────Yaitu, gelar Alice ke-8.


"Uooooohhhhhh! Ranmu-samaaa, hebat bangetttt!!"


Masa menjerit lantang, seolah menarikku kembali dari pusaran kilas balik itu. Aku cepat-cepat mengalihkan pandangan ke layar monitor.


Alice ke-2: Ranmu (CV: Shinomiya Ranmu)


"Astaga… luar biasa sekali, Ranmu-chan."


Sebuah lompatan besar yang luar biasa, membuatku terpaksa berdecak kagum. Izumi Yuuna memang sudah meraih hasil yang sangat baik, tetapi Shinomiya Ranmu bahkan mampu melampauinya dengan mudah. Dan akhirnya──pengumuman Alice Pertama alias Top Alice pun ditayangkan, lalu video berakhir.


Begitu kututup videonya, di situs resmi langsung terpampang daftar peringkat dari posisi pertama hingga kelima puluh.


"…Oh. Deru-chan ada di peringkat sepuluh, ya. Sayang sekali, padahal sudah naik peringkat."


"Hiiih… tidak mungkin, mana mungkin aku bisa berada di atas Hotta-san…"


Yuuka mengibaskan kedua tangannya kuat-kuat, sambil mengerutkan alis dengan wajah bingung. Perasaannya terus berubah, senang lalu panik, bolak-balik, sungguh sibuk sekali.


──── Piriririririi♪


Tiba-tiba, ponselku yang tergeletak di meja berdering nyaring.


"Siapa sih, telepon di saat seperti ini…? Hm? Hachikawa-san?"


Aku menyalakan mode pengeras suara, lalu menjawab panggilan itu.


『Halo! Yuuichi-kun, Yuuna ada di situ!? Aku sudah coba menelepon berkali-kali tapi dia tidak mengangkat!!』


Dengan nada lebih cepat dari biasanya, Hachikawa-san menumpahkan kata-katanya. Mendengar suara itu, Yuuka langsung menepuk dahinya sambil bergumam, "Aduh…"


"Maaf, Kurumi-san. Aku terlalu fokus melihat pengumuman hasil, jadi tidak sadar ada panggilan—"


『Tak apa itu! Yang lebih penting, kamu sudah lihat hasilnya, kan!? Yuuna, kau terpilih! Kamu sudah menjadi… ‘Alice kedelapan’!!』


Begitu mengatakannya dengan penuh semangat, suara Hachikawa-san pun mulai bercampur dengan isak tangis.


『Selamat… kerja kerasmu terbayar… menyenangkan sekali ya, Yuuna…』


"Kurumi-san… terima kasih banyak. Aku merasa bisa berusaha sejauh ini karena selalu ada dukunganmu!"


Yuuka membalas suara penuh emosi itu dengan keceriaan khasnya.Lalu ia berbalik menghadap kami, dan membungkukkan badan dalam-dalam.


"Umm… semua juga! Terima kasih sudah banyak mendukungku. Terima kasih sudah banyak menopangku. Aku sungguh percaya, aku bisa sampai sejauh ini karena ada semua orang yang kusayang! Kali ini, aku yang akan berusaha lebih keras, supaya bisa membuat semua orang tersenyum!!"


Setelah itu, Yuuka menarik napas dalam-dalam──dan berubah menjadi Izumi Yuuna. Dengan senyum yang merekah sepenuhnya, ia pun berkata:


"Aku akan selalu ada di sisimu! Jadi… ayo kita tertawa bersama-sama!"




★Ayo, sudahi saja semua rahasia ini★


"──Baik. Terima kasih banyak, Hachikawa-san. Pada acara perkenalan bulan depan, aku akan memberikan segalanya. Bersama Yuuna."


Setelah mengatakan itu, aku menutup telepon dari manajerku, Hachikawa-san. Kamar sederhanaku yang berada di lantai dua kafe Limelight. Di sana aku duduk di kursi, menengadah ke langit-langit. Lalu aku menarik napas panjang, dalam… sangat dalam.


Di dunia nyata, aku mengenakan topeng bernama "Raimu".

Di atas panggung sebagai seorang pengisi suara, aku menjelma menjadi sosok Shinomiya Ranmu.


Aku mempertaruhkan segalanya untuk menghadapi "akting."


──Seperti sosok yang sangat kuhormati, Matogi Kei. Hasilnya, gadis bernama Ranmu yang kuperankan berhasil meraih gelar──"Alice Kedua." Dari lebih dari seratus Alice Idol, ia menempati posisi kedua dalam hal popularitas.


Ya...peringkat dua. Kali ini pun, aku belum berhasil meraih "Top Alice."


"…Orang sering bilang aku terlalu keras pada diri sendiri. Kalau saja aku bisa lebih menikmati hasil sebagai 'Alice Kedua,' mungkin akan lebih baik."


Aku tak bisa menahan diri untuk mencibir diri sendiri. Terhadap hasil "Alice Kedua" ini, yang muncul lebih besar daripada rasa gembira justru rasa frustrasi yang begitu menyesakkan… begitulah diriku.


Saat aku larut dalam pikiran itu seorang diri, sebuah pesan RINE masuk. Pengirimnya──Izumi Yuuna.


『Ranmu-senpai! Selamat atas 'Alice Kedua'!! Bisa meraih posisi kedua itu benar-benar hebat sekali, Ranmu-senpai!』


Hanya dengan membaca tulisannya saja, aku tahu betapa bersemangatnya Yuuna saat menulis pesan itu. Ia tetap sama seperti biasanya──lugas, polos, dan bersinar layaknya matahari.


Berbanding terbalik denganku, yang bagaikan bulan yang sunyi.


『Kalau dibandingkan dengan Ranmu-chan, aku masih jauh sekali… tapi Yuuna juga terpilih menjadi 'Alice Kedelapan.' Seperti kata Ranmu-senpai, aku akan berusaha lebih percaya diri! Jadi… di acara perkenalan nanti, mohon bimbingannya!!』


Kata-kata yang ia rangkai selalu terasa tulus. Setiap kalimat darinya… tampak begitu menyilaukan bagiku.


『Selamat, Yuuna. Tapi… aku dan kau masih punya yang berada di atas kita. Jadi jangan lengah. Aku menantikan penampilan kita di acara perkenalan nanti.』


Setelah mengirim balasan pada Yuuna, aku mematikan ponselku. Lalu menatap layar yang gelap itu dalam diam.


Sejak terpilih sebagai "Alice Kedelapan," perhatian publik pada Yuuna pasti akan semakin besar. Dan itu berarti──risiko keberadaan "Shinigami yang sedang jatuh cinta" juga makin nyata.


Aku tahu, aku dan Yuuna bersinar dengan cara yang berbeda. Aku sama sekali tidak berniat menyangkal jalan hidup Yuuna. Namun, perasaan ingin melindunginya dari luka… tetap saja tak bisa kuhentikan.


Baik Yuuna──maupun Yuuichi.


Beberapa hari yang lalu──seorang pengisi suara wanita terkena skandal besar. Ia adalah seorang seiyuu populer yang memerankan karakter utama dalam sebuah gim sosial bergenre idola, berbeda dari Arisute. Pemicu skandalnya──sebuah video dari MeTuber bertema bocoran gosip bernama Kamagami.


Kamagami baru aktif belum lama ini. Ia biasa mengunggah gosip tentang seiyuu wanita ke MeTube tanpa izin, menghujat mereka dengan kata-kata pedas. Gayanya yang buruk itu membuatnya dianggap sebagai sosok berbahaya di kalangan industri pengisi suara.


Kali ini, bocoran yang diungkap adalah tentang seiyuu tersebut yang ternyata sudah lama memiliki kekasih. Yang lebih buruk──kekasihnya adalah manajernya sendiri.


Akibatnya, jagat maya pun benar-benar gempar. Bahkan ada orang yang menyerbu akun SNS-nya dan menuliskan kata-kata keji.


Kemarin, agensi yang menaunginya akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka mengumumkan──ia akan menghentikan aktivitas seiyuu-nya untuk sementara.



"──Menggali rahasia orang lain dan menjadikannya hiburan. Itu permainan yang benar-benar rendahan."


Aku tak bisa menahan diri untuk mengumpat. Apa yang mereka kira? Mengolok-olok seseorang yang setiap hari berjuang keras sebagai seiyuu?


…Ngomong-ngomong, aku juga pernah merasa diawasi sebelumnya. Entah hanya orang mencurigakan, ataukah seseorang yang mengincar skandal, aku tidak tahu. Namun, semakin terkenal dirimu, semakin besar pula risiko yang selalu mengintai. Dan tentu saja──itu juga berlaku bagi Yuuna.


"…Kau memang selalu murni, tapi dunia ini tidak selalu sebaik itu── Yuuna."


────Aku selalu lemah dalam berbicara tentang mimpi. Aku takut membuka isi hatiku yang sebenarnya. Itulah mengapa aku memilih jalan mengejar mimpi seorang diri. Dan akibatnya──aku pernah melukai hati Yuuichi dengan sangat dalam.


Aku masih menyesalinya sampai sekarang. Karena itu. Meski aku tahu ini egois. Aku tidak ingin Yuuichi terluka lagi. Dan aku juga tidak ingin junior yang sangat berharga, Yuuna──menjadi santapan orang-orang rendah itu.


Karena itulah──aku… aku menatap perlahan ke arah cermin yang terletak di sudut meja. Yang terlihat di sana──adalah Nonohana Raimu. Seorang gadis SMA biasa, yang tak punya sisi menonjol. Namun, bila ia mengenakan "topeng senyum" dalam hatinya── ia bisa akrab dengan siapa pun, bisa menyesuaikan diri dengan suasana apa pun──itulah senyum seorang "Raimu."


…Lalu aku mengambil wig yang ada di samping cermin, dan memakainya di kepala. Aku tidak menggunakan lensa kontak warna, tidak pula memakai riasan, jadi memang agak aneh. Tapi jika dalam hatiku aku mengenakan "mimpi"──aku bisa segera berubah menjadi Shinomiya Ranmu. Dingin dan tenang, namun penuh keyakinan──itulah sosoknya.


Nonohana Raimu. 

"Raimu." 

Shinomiya Ranmu.


Aku memiliki banyak wajah. Dan dengan menganggap kenyataan sebagai sebuah panggung── lama-kelamaan, berakting pun menjadi hal yang biasa bagiku.


Hingga akhirnya──aku tak pernah lagi memperlihatkan Nonohana Raimu kepada siapa pun. Namun, sekarang──semua itu harus diakhiri.


Karena akulah yang sudah mengatakannya… bahwa rahasia ini berakhir di sini.




Chapter 12 

【Sakata Yuuichi】

Mari Kuceritakan Kisah Saat Aku Pertama Kali Bertemu dengan ‘Dia’ 

【Nonohana Raimu】


“Naa, Yuuichi… kau tahu ‘Kamigami’?”


Sambil masih berbaring di atas meja, Masa berbicara dengan nada kasar.


“Aku tidak tahu secara detail, tapi kemarin aku sempat melihat namanya di berita internet.”


“Youtuber tipe pengungkap skandal, ‘Kamigami’ — belakangan ini dia terus menargetkan para pengisi suara dan membuat keributan. Orang gila. Benar-benar tidak bisa dimaafkan…”


Masa berkata dengan nada penuh amarah, tapi itu bisa dimaklumi. Gara-gara video si ‘Kamigami’ itulah, seorang seiyuu perempuan sampai terpaksa menghentikan kegiatannya. Itu menjadi tren di berita internet kemarin.


Memang bukan seiyuu favorit kami, juga bukan pengisi suara dari game idola yang kami ikuti. Tapi meski begitu, melihat berita mengenaskan seperti ini jelas membuat marah.


Aku memang menyebut diriku sebagai “Shinigami yang sedang jatuh cinta,” tapi yang kulakukan hanyalah mendoakan kebahagiaan idolaku dan mendukungnya sepenuh hati. Sedangkan ‘Kamigami’ benar-benar… shinigami yang nyata bagi para seiyuu.


“Sakata-ku… Yuu-kun.”


Tiba-tiba, seakan ingin mengusir topik suram itu, Yuuka berlari mendekat dengan senyum manis yang nyaris meleleh. Ia memakai kacamata, rambutnya diikat dengan gaya kuda—versi sekolah dari Yuuka.


“...Tidak usah dipaksakan panggil begitu juga tidak apa-apa, kan? Watanae-sa—”


“Yuuka desu!”


“...Ya, aku tahu itu. Tapi ini di sekolah, jadi—”


“Yuuka desu!!”


…Entah kenapa kepalaku mulai sakit.


Ya, memang sih. Dengan keberanian, aku dan Yuuka mencoba lebih dekat dengan teman-teman kelas, bahkan mengaku bahwa kami berpacaran. Jadi tidak perlu menjaga jarak sejauh dulu.


“Tapi, Yuu-kun… meskipun tidak ada urusan, aku ingin ngobrol denganmu.”


Tetap saja… bukankah terlalu menempel seperti ini agak berlebihan? Menjadi pusat perhatian satu kelas juga cukup memalukan. Dan kalau Yuuka versi sekolah mendekat begitu, entah kenapa aku lebih mudah gugup dibanding biasanya.


“—Reaksi romcom terdeteksi! Musnah! Musnahlah!!”


“Uwah!? Hei, berhenti Masa! Jangan tiba-tiba menyerangku!!”


“Diam! Walaupun kalian sudah jadi pasangan resmi, tapi mesra-

mesraan di depan mata begini… kubuat kalian jadi bom pasangan mesra!!”


Tidak enak rasanya kalau disebut bom pasangan mesra.


Bukan cuma dibilang ‘pasangan mesra meledak saja’, tapi malah seolah mau dijadikan bom betulan—itu lebih menyeramkan.


“Sudah cukup, Kurai! Berhenti! Yuu-chan akhirnya berani jujur pada perasaannya, jangan ganggu!”


Nihara-san menarik tangan Masa yang sedang mode berulah sambil menegurnya, lalu menjauhkan dia dariku. Masa pun langsung lemas seperti boneka kain.


“Oh? Akhirnya sadar, Kurai? Nah, coba ucapkan kata penyesalanmu.”


“……..Dada Nihara sempat sedikit menyentuhku.”


“Mati!!”


Tamparan kilat itu menghantam pipi Masa.


Hebat, aku bahkan tidak bisa melihat gerakannya…mungkin memang Nihara-san berlatih teknik pukulan rahasia ala Kamen Runner setiap hari. Turut berduka cita, Masa. Walau terasa pantas juga sih.


“Umm… Yuu-kun. Apa aku boleh juga menempel padamu?”


“Sudah jelas tidak boleh!? Kita ini di sekolah! Kau pikir apa tugas utama seorang siswa, Yuuka!?”


Sejak aku dan Yuuka mengaku pacaran ke seluruh kelas, sisi ceroboh Yuuka versi sekolah jadi semakin parah. Untungnya, setidaknya di sekolah dia masih tahu malu, jadi tidak sampai melompat padaku dengan gaya “unyaaa” seperti di rumah. Tapi kupikir… itu hanya soal waktu saja.


“…Gawat. Imut banget…”


“Ya ampun, kenapa ya? Kalau terkesan dibuat-buat biasanya bikin kesal, tapi kalau Watanae-san… rasanya lebih kayak hewan kecil?”


“Ah, iya itu! Kayak anak anjing yang manja! Jadi terasa menggemaskan!”


Para gadis di dekat sana bercakap dengan suasana hangat.


…Memang luar biasa, Yuuka. Sifat alaminya yang kelewat polos malah jadi kelebihan, hingga sekarang dia dianggap sebagai sosok yang menenteramkan. Walau… diperlakukan seperti hewan kecil itu anehnya sama persis dengan cara Isami memperlakukannya.


Begitulah, setelah diakui kelas sebagai pasangan, kami jadi bisa berbicara bebas di ruang kelas, makan siang bersama, dan interaksi di sekolah jadi jauh lebih banyak. Tentu saja, soal sudah bertunangan atau tinggal bersama… itu tetap rahasia.


“Kalau begitu, sampai jumpa besok, Yuuka.”


“Ah… iya. Sampai jumpa besok, Yuu-kun.”


Sebelum keluar kelas, aku menyapanya, dan Yuuka memandangku dengan wajah sangat berat melepas. Aku sebenarnya juga merasa berat hati, tapi harus tega meninggalkan kelas.


Memang, pulang bersama sepulang sekolah adalah hal umum bagi pasangan. Tapi dalam kasus kami berdua… agak sulit. Sebab, kalau sampai ada yang melihat kami pulang bersama, lalu ketahuan kami tinggal serumah… bisa jadi masalah besar.

“Oh, Sakata. Hati-hati di jalan! Sampai jumpa besok!”


“Ah… baik. Sampai jumpa, Gousaki-sensei.”


Aku menyapa Gousaki-sensei yang berpapasan di tangga, lalu menuruni anak tangga. Aku mengganti sepatu di loker dan sendirian ──memulai perjalanan pulang.


Matahari sudah mulai condong ke barat, menjelang sore. Tapi entah mengapa, hari ini langit benar-benar bersih tanpa sehelai awan pun.


“Jalan agak pelan saja, ah.”


Aku bergumam dan memperlambat langkah. Biasanya aku janjian dengan Yuuka di tempat yang sudah ditentukan. Tapi tadi kulihat dia masih dikerubungi teman-teman perempuannya, jadi sepertinya ia akan tertahan cukup lama.


Karena itu, kupikir lebih baik berjalan santai sambil menghabiskan waktu. Begitulah, aku melewati gerbang sekolah────.


“Heee, jadi seragam sekolahmu model blazer, ya. Baru pertama kali aku lihat, tapi lumayan cocok juga. Bagus kelihatannya.”


──Sebuah suara santai, yang terasa familiar. Aku tidak pernah menduga akan mendengarnya di tempat seperti ini. Suara itu membuatku kehilangan kata-kata.


Dengan ragu, aku menoleh ke samping. Di depan gerbang sekolah. Bersandar pada dinding blok, sambil tersenyum santai.


“…Kenapa kau ada di sini?”


“Ahaha, bikin kaget ya? Maaf ya, Yuuichi. Aku ada perlu denganmu, jadi aku menunggu di sini.”

Dia adalah──Nonohana Raimu. Orang yang dulu──pernah aku sukai.



Tak pernah terbayangkan bahwa Raimu akan menungguku di depan gerbang sekolah. Ternyata kalau manusia terlalu terkejut, pikirannya memang benar-benar bisa macet.


Saat melihat Raimu, aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Sungguh. Tapi──aku berusaha memaksa otakku bekerja. Aku membuat janji tempat bertemu dengan Raimu, lalu untuk sementara berpisah darinya.


Menurutku, itu langkah yang cukup tepat. Kalau sampai ada yang melihatku bicara dengan Raimu di depan gerbang sekolah, bisa repot urusannya.


“Yahho, Yuuichi.”


Ketika aku tiba di tempat yang sudah ditentukan, Raimu sudah lebih dulu menunggu. Sebuah jalan kecil setelah berjalan agak jauh dari sekolah, lalu berbelok ke kanan di persimpangan. Tempat yang sepi ini memang biasanya kugunakan untuk janjian dengan Yuuka.


“…Raimu, sekolahmu bagaimana?”


“Ahaha, anggap saja aku ambil cuti khusus.”


Raimu tertawa ringan sambil mengibaskan long sweat panjangnya yang sampai ke lutut.


“Bolos sekolah lalu datang ke sekolah orang lain, cukup nekat juga… Jadi? Ada apa kau sampai datang ke sekolahku?”


“Maaf ya. Aku tahu ini bukan ide bagus karena terlalu banyak orang. 

Tapi, Yuuichi dulu kan tidak pakai RINE, kan? Terus, setelah masuk SMA kau ganti ponsel, nomor teleponmu juga berubah. Jadi aku tidak bisa menghubungimu.”


Benar juga, kalau dipikir-pikir.


Waktu SMP aku memang tidak pakai RINE. Dan setelah masuk SMA aku ganti ponsel, sekaligus ganti nomor. Kalau begitu, Raimu memang tidak punya cara lain untuk menghubungiku, selain datang langsung ke sekolah atau rumah.


Kalau pilihannya hanya dua itu, ya… lebih baik ke sekolah daripada tiba-tiba muncul di rumah.


“…Tapi tunggu dulu. Aku hampir saja bisa menerima alasanmu, tapi tidak benar juga, kan? Kau bisa saja minta bantuan Nihara-san untuk menghubungiku, selesai masalah.”


“Ahaha, tentu saja aku sempat memikirkan itu. Tapi, menurutmu Momono akan mau mendengar permintaan semacam, ‘tolong biarkan aku bertemu Yuuichi tanpa sepengetahuan Yuuka-san’?”


“…Ya, memang tidak akan mau. Itu Nihara-san, soalnya.”


Penampilannya memang seperti gyaru ceria. Tapi dalamnya, ia orang yang sangat setia kawan dan penuh rasa tanggung jawab. Kalau itu bisa merugikan Yuuka, dia pasti menolaknya mentah-mentah.


──Aku hampir saja merasa bisa menerima alasannya. Tapi tetap ada yang janggal.


“Tidak, itu pun masih aneh. Kenapa harus rahasia dari Yuuka? Kalau hanya sekadar ada perlu, tidak masalah kan kalau Yuuka atau Nihara-san tahu lebih dulu?”


“Ahaha, kalau kau sudah bilang begitu, aku jadi susah menjawabnya.”


Raimu terkekeh santai, lalu menepuk kedua tangannya di depan dada. Dengan mata hitam pekat yang seakan dalam tak berujung──ia menatap lurus ke arahku.


“…Mungkin karena ini sesuatu yang tidak ingin kudengar orang lain.”


────Apa-apaan itu barusan?


Dulu, Raimu sering nongkrong bersama kami saat SMP. Dia ramah, santai, selalu tampak hangat. Tapi Raimu di depanku sekarang… memancarkan aura sedingin es, sampai membuatku merinding.


“Ah, iya. Sebelum lupa, harus kujelaskan dulu.”


Mungkin Raimu menyadari kebingunganku. Dengan nada biasa, ia tertawa, “Ahaha.”


“Kalau kubilang ini hal yang tidak ingin orang lain dengar, bukan berarti aku tiba-tiba mau menyatakan cinta ke Yuuichi! Aku memang gadis yang agak buruk sih, tapi tidak sebodoh itu. Jadi kalau kau khawatir soal Yuuka-san… itu bisa kau tenangkan.”


──Dia sengaja menyinggung hal yang paling mungkin kupikirkan, bahkan sebelum aku mengatakannya.


Raimu memang selalu begitu, sejak dulu. Peka terhadap situasi, bisa menyesuaikan diri, menjaga suasana agar tetap ceria. Dia selalu membuat semua orang merasa nyaman dengan senyumannya.


Sifat Nonohana Raimu yang seperti itu. Saat SMP, akulah yang menyukainya. Karena itu…


“Aku paham pasti ada alasan, tapi… maaf, Raimu! Tetap saja, aku ingin 

pembicaraan ini dilakukan lain waktu, saat ada Nihara-san atau Masa di sana.”


“...Eh?”


Sepertinya jawabanku di luar dugaan, Raimu sedikit terbelalak.


“Apakah aku menyinggungmu? Kalau iya, maaf ya?”


“Bukan begitu…”


Meski merasa agak bersalah, aku memberanikan diri untuk melanjutkan.


“Selama ini aku dan Yuuka merahasiakan hubungan kami dari teman sekelas. Tapi sejak Valentine, kami memutuskan untuk terbuka.”


“Begitu, ya?”


“Dan reaksinya… jujur aku kaget. Tidak ada yang mengganggu atau mengejek. Malah mereka mendukung Yuuka yang polos itu. Lebih baik dari yang kubayangkan. Mereka… baik.”


“...Syukurlah. Itu benar-benar bagus.”


Aku pun menambahkan, bahwa sekarang aku bisa benar-benar menjaga Yuuka dengan bangga.


Dulu, memang aku menyukai Nonohana Raimu. Tapi kini berbeda. Orang yang benar-benar kucintai hanyalah—Watanae Yuuka.


“...Mungkin kau anggap aku terlalu berlebihan, tapi berbicara berdua dengan orang yang dulu kusukai bisa membuat Yuuka resah. Jadi, maaf. Aku ingin bicaranya lain waktu, saat ada Nihara-san.”


Aku menunduk, lalu berbalik.


“Kalau begitu, sampai lain kali.”


Namun, sebuah teriakan menghentikanku.


Aku menoleh—dan melihat Raimu dengan wajah berbeda, tegas dan tanpa ekspresi.


“...Kalau benar ingin melindungi Yuuka, beranikah kau berhenti menjadi ‘Shinigami yang jatuh cinta’?”


“…Berhenti menjadi ‘Shinigami yang jatuh cinta’…?”


Aku mulai menyadari sesuatu.


“Raimu… kau sebenarnya Shinomiya Ranmu, bukan?”


Ia pun menjawab datar, menyibakkan rambutnya.


“Ya. Aku adalah Shinomiya Ranmu. Lama tidak berjumpa, ‘adik’ Yuuna.”




☆Mewarnai Geranium Itu dengan Merah☆


...Waa!!


Karena tadi sempat ditahan teman-teman, aku jadi terlambat keluar kelas!! Sambil berteriak begitu dalam hati, aku terburu-buru mengganti sepatu di loker.


“Yuu-chan, kamu nggak apa-apa?”


“A-a, aku baik-baik saja, Momo-chan! ...Eh, waa! Sepatuku kebalik kanan-kiri!!”


Aku sampai membuat Momo-chan yang ada di sampingku khawatir, saking paniknya. Meski begitu, aku akhirnya berhasil mengganti sepatu dengan benar. Lalu sambil membawa tas, aku melambaikan tangan pada Momo-chan.


“Kalau begitu, sampai besok ya, Momo-chan! Dadah!!”


“Ya, sampai besok!”


Aku melewati gerbang sekolah, keluar ke trotoar, lalu mempercepat langkah pulang.


Uunyaah... jadi lebih lambat dari waktu yang dijanjikan. Belum ada RINE juga, semoga nggak apa-apa ya?


Yuu-kun... maaf ya.


──Alasan aku begitu terburu-buru sekarang ini, adalah karena tadi saat mau pulang, teman-teman memanggilku.

Katanya mereka sedang merencanakan pergi makan crepes bareng. Dan, luar biasa! Aku pun ikut diajak!! Rasanya seru sekali—aku ingin ikut! Tapi bagaimana kalau aku jadi terlalu malu dan nggak bisa ngobrol...?


Untungnya, Momo-chan bilang dia juga ikut. Jadilah aku memutuskan ikut ke acara crepes itu. Hehehe, terima kasih selalu ya, Momo-chan! Aku sayang sekali padamu!!


Begitulah, aku terlalu asyik ikut ngobrol di kelas sampai tidak sadar waktu sudah berjalan cukup lama. Sebelumnya, aku hampir tidak pernah ikut ngobrol santai sepulang sekolah di kelas, jadi aku benar-benar tidak punya perasaan waktu.


...Iya, ini memang cuma alasan saja. Maaf, Yuu-kun. Tolong maafkan aku ya?


“...Fufufu.”


Meskipun dalam situasi seperti ini, mungkin agak tidak pantas, tapi... entah kenapa aku malah merasa senang, sampai tertawa kecil.


Akhir-akhir ini, aku bisa banyak berbicara dengan Yuu-kun di sekolah. Aku juga punya banyak teman di kelas yang bisa kuajak ngobrol. Belum lama ini, hubungan kami juga sudah diakui orang tua! Beberapa waktu belakangan ini, hidupku benar-benar hanya berisi kesenangan.


“Yuu-kuun♪ Yuu-kuun♪”


Sambil bersenandung, aku bergegas ke tempat janjian. Aku ingin cepat-cepat bertemu Yuu-kun. Lalu ingin menempel erat padanya. Sambil memikirkan itu, aku sampai di dekat persimpangan jalan.


“...Ah. Geranium.”


Di depan toko bunga yang kulewati, terpajang geranium putih.

“...Hmm.”


Aku berhenti, lalu jongkok di depan toko, menatap geranium putih itu lekat-lekat.


“Waktu lihat geranium kuning dulu, aku bertemu dengan Raimu-san ‘tanpa sengaja’ kan.”


Aku pernah membaca di manga, bunga geranium kuning memiliki makna “pertemuan yang tak terduga.” Dan memang, setelah itu aku benar-benar bertemu Raimu-san secara tak terduga—seakan ramalan itu tepat sekali. Karena itu, setiap kali melihat geranium, aku jadi teringat hal-hal seperti itu.


“Kalau geranium putih artinya... Eh!? ‘Aku tidak percaya pada cintamu’!?”


Saat kucari di ponsel, malah keluar arti bunga yang sangat buruk!! Aduh, dasar ponsel... ditunjukkan arti begitu, aku jadi merasa tidak tenang! Ah... tapi, kalau diperhatikan, di bagian dalam ada juga geranium merah.


“Kalau geranium merah... ‘Bahagia karena ada dirimu’! Heheh, syukurlah. Ini baru arti yang bagus!”


Ternyata bisa juga ya, ponsel!


Merasa senang, aku langsung berdiri. Lalu berlari menuju tempat Yuu-kun menunggu.


‘Aku tidak percaya pada cintamu’—itulah mungkin yang dulu menggambarkanku saat SMP. Aku bisa melihat semua orang, tapi begitu mencoba mendekat, selalu ada dinding yang menghalangi. Aku terkurung sendirian di dalam ruangan kaca itu, hanya bisa menangis.


Tapi sekarang berbeda. Aku sudah menghancurkan dinding kaca itu, dan bisa tertawa bersama semua orang. Dunia terlihat sangat indah dan berkilau bagiku.


Sejak aku bertemu Yuu-kun... duniaku berubah warna. Geranium putihku menjadi merah. “Bahagia karena ada dirimu”—aku bisa menjadi bunga kebahagiaan itu.


Karena itu, sekarang giliranku. Kalau ada geranium putih, aku yang akan mewarnainya merah. Seperti Yuu-kun yang membawakan kebahagiaan padaku, aku pun ingin menumbuhkan bunga kebahagiaan di hati semua orang.


Itulah yang aku pikirkan.



“...Eh, Raimu-san?”


Saat melewati persimpangan dan hendak masuk ke jalan kecil, aku tiba-tiba berhenti. Karena entah kenapa... Yuu-kun dan Raimu-san sedang berbicara berdua.


“Jangan-jangan... selingkuh!?”


Sempat terpikir begitu, aku hampir saja menerobos.


“Tapi... sepertinya bukan, ya. Suasananya berat...”


Rasanya seperti percakapan serius, bukan obrolan ringan. Lagipula, Yuu-kun tidak mungkin selingkuh. Meski kadang suka terpana pada dada besar Momo-chan atau Isami......itu pun tidak bisa kuterima, sih!


“──Eh?”


Saat aku berpikir begitu, pandanganku tertuju pada sebuah tiang listrik, agak jauh dari mereka. Di sana berdiri seseorang dengan hoodie hitam, menutupi kepalanya dengan tudung.


Dari posisi Yuu-kun dan Raimu-san, sosok itu memang tidak terlihat.


...Sedang apa dia? Di dekat kakinya ada tas, dan dia terus memainkan ponselnya tanpa henti... aneh sekali. Biasanya jalan kecil itu sepi dan tenang. Tapi hari ini rasanya ada sesuatu yang berbeda. Dadaku jadi sedikit... gelisah.




Episode 13 

【Pertunjukan Dimulai】

Kisah tentang 'Dia' yang Tidak Kuketahui

【Lampu Padam】


────Ya, benar. Aku adalah… Shinomiya Ranmu.


Aku berdiri di jalan kecil yang sepi, tak bisa melepaskan pandangan dari Raimu di depanku. Rambut bob pendek berwarna cokelat yang bergoyang diterpa angin. Alis yang agak tebal, mata bulat besar yang jernih. Penampilannya jelas—tidak salah lagi, dia adalah Nonohana Raimu. Namun ekspresi yang terpancar dari wajah itu, sepenuhnya milik Shinomiya Ranmu.


“Tak kusangka kau menyadarinya sebelum aku sempat memperkenalkan diri. Sepertinya aktingku masih harus banyak belajar.”


Dengan nada rendah, Raimu berkata datar. Lalu ia menampilkan senyum yang berbeda dari biasanya.


“Sepertinya kau tidak terlalu terkejut, Yuuichi. Apa jangan-jangan aku saja yang tertipu, dan sebenarnya kau sudah lama menyadarinya?”


“...Mana mungkin. Aku tidak cukup pintar untuk pura-pura tidak tahu.”


“Itu benar. Sejak dulu wajahmu memang selalu mudah dibaca.”


──Perasaan yang aneh. 


Aku sedang berbicara dengan Raimu. Tapi cara bicaranya, kesan dari suaranya... sama sekali tidak terasa seperti Raimu.


“Raimu... kau benar-benar tidak menunjukkan ekspresi apa-apa ya. Waktu pentas di Okinawa, kau bertemu denganku sebagai Shinomiya Ranmu, kan? Saat itu pun kau sama sekali tidak terlihat kaget.”


“Aku terkejut, tentu saja. Tidak pernah terbayang kalau ‘adiknya Yuuna’ ternyata adalah Yuuichi. Tapi aku tidak membiarkan aktingku runtuh. Bahkan kalau terjadi sesuatu yang di luar dugaan, aku tetap harus bisa tampil tenang—itulah seorang aktor.”


“...Kau sadar kan, kalau itu terdengar gila?”


Hasrat luar biasa terhadap akting. Keteguhan hati yang tetap dingin bahkan saat menghadapi hal yang tak terduga.


Mendengar itu, aku semakin yakin. Raimu memang benar-benar—Shinomiya Ranmu.


“Lagian... kalau Masa sampai tahu, bisa pingsan, tahu? Kalau ternyata Shinomiya Ranmu sebenarnya adalah Raimu.”


“Memang, mungkin begitu. Karena Raimu yang dikenal Masaharu dan Ranmu... adalah sosok yang benar-benar berbeda.”


Ia menanggapi ucapanku dengan datar, lalu menutup mata.


“──Yuuichi. Menurutmu, Nonohana Raimu hanyalah aku yang sedang memerankan Shinomiya Ranmu, begitu kan?”


“...Hah? Ya, tentu saja. Kenapa kau menanyakan hal yang jelas seperti itu──”


“Bukan begitu. Itu bukan satu-satunya ‘peran’ku.”

Dengan nada yang sedikit lebih kuat, ia membuka mata. Dan dengan senyum yang sedikit sendu... ia mengatakannya.


“Yang kuperankan bukan hanya Shinomiya Ranmu. ‘Raimu’ yang kalian kenal... itu pun adalah salah satu peranku.”



Kalau begitu—marilah kita mulai kisah tentang seorang gadis bernama Nonohana Raimu.


Sejak kecil, Raimu adalah anak yang sangat menyukai nyanyian dan tarian, gadis biasa seperti kebanyakan lainnya. Ia bermimpi suatu hari bisa menjadi idola, menirukan artis yang dilihatnya di TV berulang kali. Perubahan mulai datang saat Raimu menginjak kelas atas di SD.


Ayahnya, yang saat itu sedang meniti karier gemilang sebagai pegawai bank, jatuh sakit akibat kelelahan kerja. Tak lama kemudian, ayahnya berhenti bekerja. Setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka memutuskan pindah ke rumah yang sekarang, lalu membuka kedai kopi “Limelight.”


Daripada terus bekerja sampai mengorbankan nyawa, lebih baik mewujudkan impian lama dan hidup dengan itu. Itulah keputusan kedua orang tuanya—dan hingga kini, Raimu masih menghormati mereka.


Namun—dunia tidaklah sebaik itu. Keluarga besar mereka mencibir jatuhnya sang ayah, yang dulu dianggap elit. Mereka memang tidak mengatakannya langsung, tetapi Raimu berkali-kali melihat bagaimana orang-orang itu merendahkan ayahnya secara diam-diam.


Saat itulah Raimu sadar—ada orang-orang yang dengan mudahnya menginjak-injak impian dan keyakinan orang lain.


Sejak itu, ia mulai menutup hatinya. Ia berhenti bercerita tentang mimpinya pada siapa pun. Ia memilih tersenyum, mengikuti arus, dan menyembunyikan dirinya.


Di atas panggung yang bernama realitas, ia mengenakan topeng bernama “Raimu”—dan terus memerankannya. Begitulah lahirnya peran “Raimu” yang dikenal Yuuichi dan teman-temannya: Nonohana Raimu. Mimpi sejatinya—adalah “membawa kebahagiaan melalui akting dan nyanyian.”


Dan suatu hari, kesempatan itu datang. Raimu, yang sama sekali masih amatir, terpilih memerankan Ranmu dalam “Love Idol Dream! Alice Stage☆.” Setelah itu, ia pun bergabung dengan “60P Production,” yang juga melibatkan mantan top model, Matogi Kei-san. Sebagai pengisi suara Shinomiya Ranmu—ia melangkahkan kaki menuju mimpinya.

────────────────────────────

Seperti sedang membaca sebuah kisah, Raimu menceritakan masa lalunya dengan tenang. Yang ia ceritakan hanyalah kenyataan yang sama sekali tidak kuketahui.


Aku benar-benar sadar—aku sama sekali tidak mengenal Raimu.


“...Dengan ini, semua ‘rahasia’ sudah berakhir. Maaf, sudah lama kusembunyikan.”


Raimu membungkuk kecil. Bagaikan salam penutup setelah tirai panggung turun.


“Cerita tadi adalah seluruh diriku. Dan sekarang, orang yang ada tepat di depanmu—itulah Nonohana Raimu yang sebenarnya.”


"Begitu ya…… terima kasih, Raimu. Karena sudah memberitahuku yang sebenarnya."


"……Aku tidak pantas menerima ucapan terima kasih. Kata-kata dari seseorang yang tidak menunjukkan ketulusan hati, tidak akan memiliki bobot, bukan? Karena itu aku hanya ingin mengungkapkannya lebih dulu."


Dengan wajah tanpa ekspresi. Menyibakkan rambut cokelat kastanye miliknya──Raimu berkata.


"Yuuichi. ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ sebaiknya kau hentikan saja. Buang nama itu, dan hapus dirimu sebagai penggemar Izumi Yuuna…… dari dunia ini."


Ucapannya terdengar datar, tapi terasa kuat dan berat.


"……Sekarang ini kalau aku berhenti jadi ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’, apa ada artinya?"


"Berbeda dengan kami, kau hanyalah orang biasa. Kalau dihapus sebelum sesuatu terjadi──kemungkinan besar fakta bahwa kau adalah ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ tidak akan terungkap."


"Kalau pun aku tidak ketahuan sebagai ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’, tetap saja ada risiko gosip tentang Izumi Yuuna yang punya pacar, bukan? Kalau begitu, tidak ada artinya juga secara sengaja menghapus ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’──"


"Apakah kau tahu berita internet tempo hari? Dalam kasus itu, yang menjadi pemicu keributan bukan hanya karena dia berpacaran── tetapi karena pasangannya adalah manajernya sendiri. Manajernya memang sudah dikenal fans lewat berbagai acara…… dan itu justru menjadi faktor buruk."


──Benar juga, aku ingat ada komentar seperti itu di internet. Karena semakin populer sebagai seiyuu idol, ia sering mengikuti acara dengan kedekatan tinggi bersama fans. Dan manajernya selalu berada di sisinya, mendampingi.


Itulah sebabnya sang manajer pun dikenal luas oleh fans…… dan begitu terungkap dialah pacarnya, muncul orang-orang yang langsung mencapnya "pengkhianat."


Sang seiyuu, dan juga pacarnya. Keduanya sama-sama diserang── hingga menjadi situasi yang menyedihkan.


"Memang benar, siapa pun yang dia pacari, tetap saja fakta bahwa dia berpacaran itu ada. Namun──jika terungkap ia menjalin cinta dengan pria biasa, atau dengan fans terkenal bernama ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’. Menurutmu──manakah yang lebih berisiko bagi Yuuna?"


Aku ingin menyangkal, tapi tidak ada kata-kata yang bisa kuucapkan.


Jika kelak terbongkar bahwa Izumi Yuuna sebenarnya punya pacar── dan pacarnya adalah sosok yang dikenal masyarakat, risiko untuk mengundang kebencian yang tidak perlu akan jauh lebih besar.


‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ pernah berkali-kali dibacakan pesannya di radio…… dan cukup dikenal di kalangan fans sebagai penggemar fanatik Izumi Yuuna.


Memang benar, sebagai pasangan Izumi Yuuna──aku membawa risiko tersendiri. Justru karena itu, sebelum masalah besar benar-benar terjadi. Raimu menyarankan aku untuk berhenti menjadi ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’.


"Aku mengerti maksudmu…… tapi kenapa Raimu begitu peduli dengan urusan kami? Bahkan kalaupun ada sesuatu yang terjadi, bukankah itu tidak akan berdampak pada Shinomiya Ranmu?"


Saat kami bertemu di kuil pun begitu.


Begitu Raimu tahu aku adalah ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’, ia jelas── terlihat terguncang. Itulah pertama kalinya. 


Selama ini Raimu selalu mampu menjaga akting sempurna, tapi saat itu ia goyah. Kalau bukan karena itu, aku mungkin tidak akan pernah terpikir bahwa Raimu sebenarnya adalah Shinomiya Ranmu.


"──Izumi Yuuna memiliki cahaya yang berbeda dariku."


Masih menatapku lekat-lekat. Raimu melantunkan kata-katanya seperti bernyanyi.


"……Yuuna itu, sungguh gadis yang aneh. Sering ceroboh, sering melakukan hal-hal berbahaya, banyak sisi yang bikin khawatir── namun entah kenapa, pandangan selalu tertuju padanya. Aku merasakan ada cahaya yang hanya dimiliki olehnya…… yang sama sekali berbeda denganku."


Raimu tersenyum tipis, seperti menahan tawa getir.


Ekspresi itu berbeda dari Raimu yang kukenal. Tapi menurutku── itulah senyuman paling lembut yang pernah kulihat darinya.


"Aku tahu aku hanya ikut campur. Tidak masalah meskipun kau membenciku. Namun tetap saja──aku tidak ingin Yuuna ataupun Yuuichi terluka. Karena itu, aku harus menyampaikannya. Bukan sebagai ‘Raimu’, bukan sebagai Shinomiya Ranmu──tetapi sebagai Nonohana Raimu."


"…………Tunggu sebentar!!"


Saat itu juga. Dari arah belakang Raimu yang sedang berdiri di depanku, terdengar sebuah suara lantang. Seorang gadis berkacamata──menyibakkan rambut kuda ekornya dengan kuat, sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Sekilas terlihat sederhana, tapi. Sepasang mata besarnya berkilau bening dengan luar biasa.


Itulah tunanganku──Watanawa Yuuka. Sekali lagi, ia bersuara lantang.


"Tolong biarkan saya ikut mendengarkan…… Anda di sana!"



Di jalan kecil yang suram, nyaris tanpa orang lewat. Calon "suami" sedang berduaan dengan gadis yang dulu pernah ia sukai.


…………Ya, ini benar-benar gawat. Sulit untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman.


"I-ini salah paham, Yuuka? Ini ada alasannya kok, maksudku, ini tipe situasi yang bisa dijelaskan kalau aku ceritakan baik-baik!?"


"……Tenanglah, Yuuichi. Justru makin mencurigakan kalau kau panik begitu. Toh tidak ada hal yang memalukan di sini."


Melihatku yang panik luar biasa, Raimu menghela napas. Dan di tengah situasi itu, Yuuka──


"Tidak, saya tidak akan membiarkan Anda kabur! Sampai saya dengar penjelasan semuanya dengan jelas!!"


Entah kenapa──arah yang dituju Yuuka berbeda dari kami berdua.


"U-umm…… apa yang kau lakukan, Yuuka? Tidak ada siapa pun di sana……"


"Ada kok!? Kalian berdua saja yang tidak sadar! Aku yang menemukannya! Orang yang sedang memotret secara diam-diam──hubungan Yuu-kun dengan Raimu-san!!"

…………Memotret diam-diam?


Frasa yang sangat mencurigakan itu membuatku refleks siaga. Dan kemudian──dari balik tiang listrik, perlahan. Muncul seorang pria mencurigakan memakai hoodie hitam dengan tudung menutupi wajahnya.


"……Haaah. Sebenarnya apa maumu, hah? Ini mengganggu bisnis, tahu nggak, mengganggu bisnis."


Sambil menghela napas, pria itu mengeluarkan kata-kata kotor. Lalu ia jongkok, menyelipkan tangan ke dalam tas. Dan yang ia keluarkan ──sebuah kamera video.


"Padahal aku belum banyak merekam…… yah, tidak apa-apa. Kalau begitu…… langsung saja kudapatkan komentarnya."


Lalu pria itu mengarahkan kamera videonya──kepada Raimu.


"Baik, Shinomiya Ranmu-chan? Kau baru saja ketahuan sedang berkencan dengan pacarmu. Bagaimana perasaanmu sekarang, coba jawab dengan satu kata."


"…………Apa katamu?"


Alis Raimu langsung bergerak.


──Siapa orang ini? Kenapa dia bisa langsung tahu bahwa Raimu, dalam penampilan seperti ini──adalah Shinomiya Ranmu?


"……Begitu. Aku mengerti sekarang, kau──‘Kamagami’, bukan?"


Berlawanan dengan kebingunganku. Raimu menatap tajam dan berkata dingin kepada pria itu.


Pria itu menyeringai. Dan menatap kami bertiga──sambil menyebutkan namanya.


"Benar sekali. Perkenalkan…… aku ‘Kamagami’, seorang MeTuber spesialis bongkar rahasia."




Chapter 14 

【Ketegangan】

Mengenai Shinigami, tunanganku dan teman lamaku……


Dalam perjalanan pulang dari sekolah. Saat aku berbicara dengan Raimu, yang menungguku di depan gerbang sekolah, aku mengetahui "rahasia" yang selama ini ia pendam.


Dan tepat pada saat itu. Yuuka tiba-tiba muncul dan berhasil membongkar aksi seorang pria mencurigakan yang sedang melakukan pengambilan gambar secara diam-diam.


Nama pria itu adalah—Kamagami.


Seorang MeTuber yang mengaku sebagai pengungkap fakta, yang selama ini mengincar para Seiyuu wanita, lalu mengunggah video gosip hingga memicu banyak kontroversi.


Namanya memang "Shinigami yang Jatuh Cinta", tapi sama sekali berbeda denganku, yang hanyalah penggemar murni Yuuna-chan. Ia bagaikan malaikat maut sejati—membawa sabit untuk memangkas habis karier seorang seiyuu.


"Ada apa, Ranmu-chan? Boleh ceritakan soal pacar di sampingmu itu? Videonya sih sudah terekam, tapi jaraknya terlalu jauh, jadi aku tidak bisa dengar isi percakapannya. Jadi… ayo. Coba ceritakan langsung ke kamera ini?"


"…Hmm? Sepertinya Anda salah orang, deh?"


Ketika Kamagami mengarahkan kamera video ke arahnya, Raimu langsung mengubah ekspresinya. 

Dengan senyum lembut, ia sedikit memiringkan kepala.


"Shinomiya Ranmu… kalau tidak salah, itu seorang pengisi suara, bukan? Rasanya pernah dengar. Bisa disangka sebagai orang itu saja, sudah sebuah kehormatan, tapi… ahaha. Saya bukan orang yang Anda maksud, kok."


Sikap Raimu benar-benar berbeda dari Shinomiya Ranmu, penuh keluwesan dan tampak santai.


—"Aku tidak bisa mendengar isi percakapannya."


Mungkin itulah alasan Raimu memilih berpura-pura, untuk mengelak dari tuduhan.


Bagus. Kalau begini, kita bisa membuat Kamagami kebingungan lalu pergi…


"Tidak perlu sandiwara seperti itu. Bukti bahwa kamu adalah Ranmu-chan… sudah kupegang sejak lama."


"────!!"


Raimu langsung menggigit bibirnya begitu melihat foto yang dikeluarkan Kamagami sambil tertawa remeh. 


Foto pertama memperlihatkan Shinomiya Ranmu yang mengenakan mantel, sedang masuk ke sebuah gang sepi sambil mengawasi sekeliling.


Foto kedua memperlihatkan Nonohana Raimu keluar dari gang itu. Wajahnya jelas berbeda dari Shinomiya Ranmu, tetapi mantel yang ia kenakan adalah mantel yang sama persis.


Ya. Kamagami sudah memiliki bukti tak terbantahkan bahwa Nonohana Raimu di hadapannya ini adalah Shinomiya Ranmu itu sendiri.


"……Begitu. Jadi, beberapa waktu belakangan saat aku merasa ada yang mengawasi, itu ulahmu rupanya."


"Mengetahui rahasia orang itu bukan hal mudah, tahu?"


"Benar-benar menjijikkan. Orang sepertimu… paling kubenci."


Raimu menghentikan aktingnya dan menatap Kamagami dengan pandangan jijik, seakan melihat kotoran. Namun Kamagami tetap saja tidak gentar.


"Sebaiknya kamu menyerah saja, Ranmu-chan. Aku punya tiga skandal besar tentangmu. Pertama, wajah asli Shinomiya Ranmu. Kedua, kisah cintanya. Dan yang terakhir… pasangannya adalah Shinigami yang Jatuh Cinta."


────Mendengar namaku disebut tiba-tiba, pikiranku seketika menjadi kosong. Kenapa orang ini… bisa tahu tentangku? Padahal dia sendiri bilang tidak bisa mendengar percakapan kami tadi…


"Ya ampun, benar-benar tak kusangka bisa mendapatkan informasi semanis ini. Kupikir sudah cukup beruntung kalau bisa merekam Ranmu-chan bersama pacarnya… tapi ternyata yang muncul adalah Shinigami yang Jatuh Cinta."


"…Diamlah."


"Dia kan penggemar Izumi Yuuna, bukan? Bagus sekali. Jadi, seorang pengisi suara senior merebut penggemar juniornya sendiri. Bahan gosip yang luar biasa, bukan?"


"Diam kau!!"


Raimu yang kehilangan ketenangannya berteriak lantang. Di tengah suasana itu—aku memberanikan diri bertanya pada Kamagami.


"Hei kau… kenapa bisa tahu tentang aku?"


"Hah? Oh, jadi itu masalahnya. Shinigami yang Jatuh Cinta. Rupanya kau tidak ingat aku, ya."


Kamagami menyeringai dengan tawa rendah. Dari balik tudungnya, ia menatapku dengan mata keruh itu.


"────Dulu, di acara Arisute offline meeting. Kita memang hanya bertegur sapa sebentar, jadi kau mungkin sudah lupa… tapi aku pernah bertemu denganmu. Wajah orang lain sudah kulupakan, tapi hanya kau yang masih kuingat. Soalnya kau terkenal sebagai penggemar fanatik Izumi Yuuna. Sayang sekali nasibmu buruk, ya… hah, Shinigami yang Jatuh Cinta?"


────Akhirnya aku bisa memahami situasinya.


Orang ini dulunya memang penggemar, sampai ikut menghadiri acara Arisute offline meeting. Ia pernah bertemu denganku sekali. Lalu saat ia mencoba membongkar rahasia Shinomiya Ranmu dengan menguntit, ia kebetulan melihatku bersama Raimu.


Dari situlah ia menyimpulkan seenaknya bahwa Shinomiya Ranmu menjalin hubungan dengan seorang penggemar junior—yakni aku.


────Hubungan asmara dengan pria biasa. Atau, hubungan asmara dengan penggemar terkenal Shinigami yang Jatuh Cinta.


────Menurutmu, mana yang lebih berisiko?


Kata-kata Raimu yang sempat menanyakannya padaku, kini terasa begitu berat menindih dada.


"…Kenapa kau melakukan semua ini?"


Rasa muak itu membuat dadaku hampir mual.


"Kalau kau pernah datang ke acara Arisute offline meeting, berarti kau juga penggemar Alice Idol dan para pengisi suara yang memberi mereka nyawa, bukan!? Lalu kenapa kau bisa dengan mudah melakukan hal sekeji ini!?"


"…Aku bukannya pernah mendukung mereka. Aku masih mendukung sampai sekarang. ‘Arisute’ maupun gim idol sosial lainnya, aku sangat menyukainya. Dan para pengisi suara yang memerankannya—aku mencintai mereka lebih dari siapa pun."


Kepada ucapanku itu, Kamagami menajamkan nada suaranya dan mengaum.


"—Justru karena itu! Karena itu aku tak bisa memaafkan kalau diam-diam mereka punya pacar!! Di depan kami senyum-senyum menebar kasih sayang, tapi di balik layar meremehkan kami sambil mesra-mesraan dengan pacar… itu penghinaan bagi kami para penggemar!! Kami ini bukan sekadar mesin uang!"


Setelah melontarkan logika ngawur itu dengan teriakan, Kamagami perlahan mengarahkan telunjuknya ke Raimu.


"Seorang pengisi suara yang berkhianat, bersembunyi dari penggemar lalu menjilat-jilat pria… layak ditebas dengan sabit keadilan! Seorang pengisi suara yang mempermainkan hati tulus penggemar, layak menerima hukuman dewa! Itulah misiku—Kamagami!!"


────Punya pacar itu disebut penghinaan terhadap penggemar?

Jangan bercanda. Pengisi suara juga manusia. Kalau mereka tetap berusaha keras demi para penggemar, dan tulus menghargai penggemar mereka… bukankah itu justru sikap terbaik?


────Mengatakan hati murni penggemar disakiti? Sebenarnya, siapa yang menyakiti siapa di sini?


Mereka telah menghidupkan karakter kesayangan kita dengan suara terbaik. Mereka bernyanyi, membuat kita tertawa lewat radio, memberi kita penampilan penuh semangat di acara. Kita sudah menerima begitu banyak senyum bahagia—jadi siapa sebenarnya yang berbuat kejam?


"…Sebenarnya, apa yang kau anggap seorang pengisi suara itu, hah!? Orang memang sering menyebut mereka malaikat atau dewi… tapi kenyataannya mereka manusia, sama seperti kita!!"


Dengan emosi yang membara di dadaku, aku berteriak lantang.


"Kalau manusia, wajar saja punya rahasia. Wajar saja menyimpan sesuatu di dalam hati, wajar punya mimpi yang berharga. Mereka pasti punya keluarga, teman, atau pasangan—orang-orang yang penting bagi mereka! Dan tidak seorang pun punya hak untuk melukai itu semua dengan gosip dan kata-kata kejam!!"


────Sakata Yuuichi.

Ia terluka oleh gosip yang disebarkan teman sekelas, sampai sempat tidak masuk sekolah. Sejak itu, ia jadi takut mencintai perempuan di dunia nyata.


────Watanae Yuuka.

Ia terus-menerus mendapat perlakuan buruk dari teman sekelas tanpa alasan. Meski akhirnya bisa keluar rumah, dalam komunikasi dengan orang lain, ia tetap menyimpan sedikit dinding.


────Nonohana Raimu.

Ia menyaksikan orang dewasa meremehkan kedua orang tuanya yang berusaha mewujudkan mimpi. Karena itu, ia berhenti berbicara tentang mimpi, lalu memilih menyembunyikan jati diri yang sebenarnya. 


Mereka semua—telah terluka oleh gosip dan kata-kata yang kejam.


"…Sudahlah, hentikan. Tertawalah bersama-sama. Kalau untuk membuat seseorang tertawa, orang lain harus menangis—itu cuma kesia-siaan, bukan?"


Dengan tangan terkepal erat, aku memohon. Namun Kamagami, tanpa mengubah ekspresi sedikit pun, hanya meludah kata-kata dingin.


"Itu cuma beda pandangan. Aku tidak akan pernah memaafkan sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman."


Lalu Kamagami perlahan mengarahkan kamera videonya kepadaku—


"Permisi—!! Hei, Kamagami-san!!"


"…Hah?"


Dengan wajah heran, Kamagami menoleh.


Di sana berdiri—Watanae Yuuka.


"Kau… masih ada di sini rupanya. Orang tak ada sangkut pautnya, minggir saja. Yang kubutuhkan hanya Shinomiya Ranmu dan ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’—"


"Baik, itu dia! Kamagami-san… scoop-mu itu salah, tahu!!"


"…Apa?"

"‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san itu penggemarnya Izumi Yuuna, lho? Tadi kau bilang Shinomiya Ranmu merebut penggemar juniornya… tapi itu kan cuma pendapatmu, bukan? Ada bukti nyatanya nggak, hah!?"


"Berisik! Apa urusannya denganmu!? Ini bukan masalahmu!!"


"Tentu saja ada hubungannya. Karena aku adalah—Izumi Yuuna."


────Apa? Yuuka, barusan… apa yang kau katakan?


Di depan kami yang tertegun, Yuuka melepas kacamatanya, lalu melepaskan ikatan kuda pada rambutnya. Rambut panjang hitam itu pun berkibar tertiup angin. Matanya yang tanpa kacamata kini terlihat sedikit sayu.


Begitu kembali ke penampilan biasanya, Yuuka menarik napas dalam-dalam. Lalu melafalkan kalimat yang sangat familiar—


"Yuuna akan selalu ada di sisimu! Jadi… ayo tertawa bersama!"


"────A-apaaa!? Su-suara barusan… itu—"


‘Alice ke-8’—Yuuna-chan.


Mendengar kalimat itu dengan suara asli Yuuna, Kamagami jelas terlihat terguncang. Kepada Kamagami yang kehilangan ketenangan itu—Watanae Yuuka, Izumi Yuuna, melanjutkan tanpa gentar.


"Kaget ya? Eheh. Sebenarnya aku ini—pengisi suara Izumi Yuuna, pemeran Yuuna di ‘Arisute’!!"



"…Izumi… Yuuna? Tidak mungkin…"


"…Aduh, kenapa kalau Ranmu-senpai langsung dipercaya, tapi giliran aku malah diragukan! Padahal aku sudah memperkenalkan diri, bahkan mengeluarkan suara Yuuna, lho!!"


Tidak, bukan begitu maksudnya. Sebaliknya, justru gaya dirinya yang terang-terangan membuka rahasia itu, menjadi penyebab ia dicurigai. Namun entah mengapa, Yuuna terus saja menegaskan keberadaannya di hadapan "Kamagami."


"Pokoknya, saya ini Izumi Yuuna! Junior di agensi yang sama dengan Ranmu-senpai!! Karena berita skandal 'Kamagami'-san salah, saya ingin meluruskannya!!"


"…Apa maksudmu, salah?"


"Pertama-tama ya… soal dugaan cinta Ranmu-senpai! Aduh, itu sama sekali tidak benar! Itu perlu diluruskan, perlu diluruskan!!"


"Yuuna! Apa yang sebenarnya kau lakukan sejak tadi!?"


Raimu berseru panik. Namun Yuuna tetap tersenyum sambil melanjutkan.


"Ranmu-senpai itu… bukan hanya di depan para penggemar, tapi sehari-hari juga sangat disiplin. Dia benar-benar fokus pada akting, tidak pernah terdistraksi oleh urusan cinta. Aduh, kalian seharusnya bisa lihat sendiri kesehariannya. Senpai itu sangat keras pada dirinya sendiri, tahu!?"


"…Apa itu, omong kosong."


Pidato penuh semangat Yuuna mungkin dianggap sekadar alasan yang dipaksakan. Kamagami menjawab dengan nada kesal.


"Jangan kira bisa menutupinya dengan kebohongan murahan. 

Kalau begitu, kenapa Ranmu-chan bersama 'Shinigami yang jatuh cinta'? Dia bertemu diam-diam dengan penggemar dalam pakaian santai di luar panggung. Kalau itu bukan pacarnya, lalu apa──"


"'Shinigami yang jatuh cinta' itu──adalah penggemar sekaligus pacar saya!!"


────Ucapan yang sangat mengejutkan, menggema di bawah langit musim dingin bulan Februari.


"…Apa? Barusan kau bilang apa?"


"Sudah kubilang! 'Shinigami yang jatuh cinta' itu pacar saya! Dia adalah penggemar nomor satu saya, tahu!? Lalu dibilang pacarnya Ranmu-senpai… itu berita palsu yang benar-benar tidak sopan! Jadi harus diluruskan, diluruskan!!"


"Kau gila ya, Yuuna!? Diamlah──"


"Ranmu-senpai justru harus diam dulu! Oh iya, sebagai tambahan, saya yang menyatakan perasaan lebih dulu! Karena saya terlalu menyukai 'Shinigami yang jatuh cinta'!! Jadi…"


Lalu Yuuna, dengan senyum biasanya──menyatakan:


"──'Shinigami yang jatuh cinta' maupun Ranmu-senpai, tidak bersalah. Saya yang secara sepihak jatuh cinta pada 'Shinigami yang jatuh cinta'──dan saya sudah menceritakan hal itu pada Ranmu-senpai. Jadi wajar kalau Ranmu-senpai dan dia saling mengenal… hanya itu saja. Kamagami-san, pastikan video ini benar-benar digunakan ya? Yaaay, peace!"


"Yu… Yuuna-chan!!"


Aku langsung menubruk dan menutup mulut Yuuka.

Yuuka berusaha bicara dengan suara "mogoo mogoo!!" sambil meronta, tapi aku menahannya erat sambil hampir menangis… dan menariknya ke dalam pelukan.


"…Kenapa kau datang hanya untuk mengakhiri kariermu sebagai seiyuu?"


Melihat itu, Kamagami menunjukkan kemarahan terbuka.


"Mau pamer punya pacar dan menghina penggemar? Cemburu karena Ranmu-chan terlihat bersama pacarnya? Entahlah, tapi──itu jelas pengkhianatan pada fans. Tidak akan kuampuni…!"


Ia kemudian menyimpan kamera video ke dalam tas. Sambil membalikkan badan dan melangkah pergi, Kamagami mengeluarkan suara decakan keras.


"Akan kulakukan sesuai keinginanmu. Kali ini targetnya bukan Ranmu-chan… tapi kau, Izumi Yuuna. Kau yang sudah mengkhianati penggemar──akan kuakhiri sendiri kariermu sebagai seiyuu."


──Di gang tempat Kamagami pergi meninggalkan kami. Rasa lelah mendadak menyerang, aku melepaskan Yuuna dan jatuh terduduk di tanah. Yuuna pun ikut berjongkok sambil berkata, "Puhaaa—."


"…Apa maksudmu dengan semua ini, Yuuna?"


Menatapnya dari atas, Ranmu menahan air mata dan bertanya. Yuuka menatap balik ke arahnya, lalu tersenyum lebar.


"…Ehehe. Jadi Raimu-san itu ternyata Ranmu-senpai, ya? Aku benar-benar tidak menyadarinya… ternyata aktingmu memang luar biasa, Ranmu-senpai."


"Itu tidak penting! Kau ini bodoh sekali!? Dia tadi belum tahu kalau kau adalah Izumi Yuuna! Lalu kenapa kau malah mengatakannya sendiri──"


"Soalnya, yang berpacaran dengan Yuu-kun itu aku. Kalau berita bohong menyebar, semua orang pasti tidak suka, kan? Dan yang lebih penting… aku sendiri tidak mau. Apalagi kalau Ranmu-senpai ternyata Raimu-san, rasanya jadi makin rumit!"


"Pikirkan dulu waktu dan tempatnya! Kalau kau tidak puas padaku, seharusnya menunggu sampai si bajingan itu pergi, baru bicara! Kalau kau diam saja… setidaknya hanya dirimu sendiri yang tidak akan kena masalah…!"


"Tapi, kalau begitu──Yuu-kun dan Ranmu-senpai yang akan mendapat masalah, kan?"


Dengan tenang, ia menjawab seperti itu. Yuuka lalu berdiri. Dengan senyum rapuh, lembut, dan indah──ia berkata:


"Maaf. Tapi aku tidak ingin melihat dua orang yang sangat kusayangi terluka."




Chapter 15

Bahkan di Malam Saat Hampir Menangis, Jika Kita Saling Menggenggam Tangan, Pasti Akan Terbentang Pelangi Senyuman


Aku masih terduduk di gang gelap itu.


Sambil menengadah, aku memandang Yuuka dan Raimu. Dengan rambut hitam tergerai yang diterpa angin, dan senyuman cerah bak sinar matahari—di sanalah Watanae Yuuka, atau lebih tepatnya, Izumi Yuuna. 


Dengan rambut bob pendek berwarna cokelat yang digenggam erat,

dan sikap rapuh yang berdiri bak cahaya bulan—di sanalah Nonohana Raimu, atau lebih tepatnya, Shinomiya Ranmu.


"…Jadi begitu. Karena tahu kalau aku dan ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ sedang dikabarkan berpacaran, kau berusaha agar kami tidak diserang, ya. Hehehe, Ranmu-senpai memang baik hati!"


"…Jangan bercanda. Aku sama sekali bukan orang baik."


Kepada Yuuka yang tersenyum lebar, Raimu menjawab dengan nada tajam.


"Kepadamu—kepada Izumi Yuuna—aku menaruh harapan sepihak. Aku ikut campur agar gosip murahan itu tidak menimpamu. Akhirnya, orang-orang yang semula hanya mengikutiku malah menjadikanmu sasaran. Terlalu bodoh sampai aku sendiri muak."


"Tuh kan. Sebenarnya Senpai sangat berusaha melindungiku! Terima kasih banyak, Ranmu-senpai!!"

"Aku tidak pantas menerima ucapan terima kasih. Hasilnya adalah segalanya. Karena aku, kau dan Yuuichi jadi dirugikan──aku ini tak lebih dari dewi pembawa sial."


"Tidak seperti itu, lho. Bukan soal hasilnya, tapi karena Senpai sudah banyak memikirkan aku. Itu saja sudah membuatku merasa senang dan hangat."


"Makanya kubilang, perasaan tidak penting. Hasil adalah segalanya! Memikirkan saja, monyet pun bisa!"


"Senpai keras kepala sekali."


"Itu seharusnya aku yang bilang!"


Masih dengan wujud Watanae Yuuka dan Nonohana Raimu, Izumi Yuuna dan Shinomiya Ranmu saling bersitegang. Keduanya saling menatap tanpa melepaskan pandangan──


"…Yuuna. Kenapa kau tidak pernah menempatkan dirimu sendiri di urutan pertama?"


"Eh, bukan begitu, kok? Aku terlalu sayang pada Yuu-kun sampai selalu manja padanya. Waktu bilang ingin menjalani sekaligus study tour dan konser, aku juga sudah merepotkan Kurumi-san. Kalau dipikir-pikir… aku justru lebih egois."


"──Kalau itu disebut egois, lalu bagaimana denganku? Selama ini aku hanya memikirkan mimpiku sendiri. Cara hidupku jauh lebih… egois, bukan?"


"Hmm… Ranmu-senpai itu keras kepala. Sangat keras kepala! Super keras kepala!!"


"…Apa kau sedang mengejekku?"

"Aku sedang marah, tahu! Aku ingin Senpai lebih banyak bergantung padaku!!"


Itu terdengar seperti keluhan anak kecil. Mau tak mau aku hampir terperangah, tapi… mungkin ada benarnya juga.


Nonohana Raimu──dalam keseharian selalu memerankan “Raimu,” dan di pekerjaan selalu memerankan “Shinomiya Ranmu.” Demi meraih mimpinya, ia rela mengorbankan segalanya dan terus berjuang keras, tanpa pernah berbicara jujur pada siapa pun.


Cara hidup dengan keyakinan sekeras itu tidak bisa disebut sekadar egois. Karena faktanya, Raimu telah mengikis dirinya sendiri demi terus bertahan.


Namun, memang benar… mungkin bisa dibilang keras kepala.


"…Kenapa aku harus bergantung pada orang lain?"


Ucap Raimu dengan nada yang bercampur desahan.


"Orang tuaku, yang membangun kebahagiaan mereka dengan cara sendiri, ditertawakan sebagai 'orang bodoh' oleh sekeliling. Begitu mereka keluar dari apa yang dianggap jalur elite oleh kebanyakan orang, ayahku dipandang tak lebih dari seorang pecundang. Dunia yang dingin seperti itu… aku tidak akan pernah percaya. Yang bisa mewujudkan mimpiku hanyalah diriku sendiri. Yang bisa menggenggam masa depan yang kuinginkan pun hanya diriku sendiri. Aku… hanya akan percaya pada diriku sendiri."


"…Jadi selama ini Raimu-san hidup sambil terus meyakinkan diri sendiri, ya."


Tanpa gentar menghadapi kata-kata keras kepala Raimu, Yuuka menanggapinya. Perkataan itu membuat alis Raimu terangkat tajam.


"…Apa maksudmu dengan itu?"


"Aku hanya merasa begitu saja. Seperti Raimu-san terus meyakinkan diri, ‘Dunia memang dingin, aku tidak akan percaya pada siapa pun,’ lalu memilih untuk menutup diri di dalam ruang kaca."


──Udara yang terasa sesak, sampai membuatku sulit bernapas hanya dengan menyaksikannya. Tapi, begitulah Yuuka. Kalau sudah seperti ini, ia justru keras kepala. Aku tahu, ia tidak akan lari sampai benar-benar menatap Raimu sampai akhir.


"…Meyakinkan diri sendiri, katamu? Seolah-olah aku sebenarnya tidak berpikir begitu, ya?"


"Iya. Aku yakin Raimu-san sebenarnya, jauh di dalam hati, selalu ingin mempercayai seseorang."


"Jangan sembarangan menuduh. Aku hanya percaya pada diriku sendiri──"


"──Kalau benar Raimu-san tidak pernah percaya siapa pun. Lalu kenapa Raimu-san bisa jatuh cinta pada Yuu-kun?"


Dengan nada yang lancar tanpa keraguan, Yuuka menanyakan hal itu pada Raimu. Tanpa sadar, aku pun mengalihkan pandanganku ke arah Raimu.


Yang berdiri di sana──bukan lagi 'Raimu' atau pun Shinomiya Ranmu. Mata yang terbelalak, bergetar tak menentu. Bibir yang terkatup rapat, terdistorsi menahan sakit. Sosok yang berdiri sendirian dalam kesepian──itulah Nonohana Raimu.


"…Memang benar, Yuuka-san luar biasa. Biasanya tampak ceroboh dan lembek, tapi saat begini──kau selalu menekan di titik paling menyakitkan."


"Eh? Tadi itu sindiran, ya?"


"Bukan. Aku hanya mengatakan fakta, bahwa kau memang lembek."


"Aduh, menyebalkan sekali… Raimu-san ini!"


Melihat Yuuka yang menggembungkan pipi dengan cemberut, Raimu sempat tertawa tipis. Lalu, ia menengadah… menatap langit senja yang mulai memerah.


"Alasan aku jatuh cinta pada Yuuichi──karena dia sangat mirip denganku."


"…Mirip? Aku dan Raimu?"


Terus terang, alasannya terasa tidak masuk akal bagiku.


Saat SMP, aku memang banyak bergaul dan bercanda dengan orang lain, lebih mudah berkomunikasi dibanding sekarang. Tapi dengan Raimu, yang bisa berbicara lancar dengan siapa pun dan mudah berbaur dalam situasi apa saja… jujur saja, aku tidak merasa kami tipe yang sama.


"…Ahaha. Yuuichi tidak merasa, ya."


Melihat wajahku yang kebingungan, Raimu tersenyum getir, nyaris menangis. 


Lalu──pop. Ia menempelkan tangan kanannya ke dadanya sendiri.


"…Saat pertama kali bertemu waktu kelas satu SMP, Yuuichi terlihat seperti, ‘Aku ini keren, kan!’ Kau ramah menyapa baik laki-laki maupun perempuan, dengan energi yang tinggi. Bukankah begitu?"


"Uh… aku tahu ini mungkin penting, tapi tolong jangan terlalu jelas, ya? Itu terlalu memalukan. Rasanya ingin mati kalau diingat-ingat lagi…"


"Bagiku itu bukan aib. Meski Yuuichi selalu tampak ceria begitu── tapi aku sering melihat matamu, seolah-olah sedang menangis di dalam. Itulah… alasan aku jatuh cinta pada Yuuichi."


──Mendengar kata-kata Raimu. Aku tiba-tiba teringat diriku di masa SMP.


Di sekolah, aku memang tertawa dan bersenang-senang. Tapi suasana rumah saat itu… penuh kekacauan dan terasa tidak nyaman. Sejak aku masuk SMP, ibuku mendadak sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Aku merasakan jelas bagaimana ayah dan ibu makin renggang, dan perlahan rumah tidak lagi terasa seperti rumah. Lalu, saat itu juga, Nayu yang pernah disakiti saat SD, sempat tidak mau bersekolah sebentar. Melihat adikku kehilangan semangat, aku berpikir, aku harus kuat.


Kemudian, di akhir tahun pertamaku SMP. Ibu akhirnya meninggalkan rumah. Sejak saat itu, aku dan Nayu tidak pernah bertemu dengannya lagi.


──Ibu lebih memilih pekerjaannya, dan meninggalkan aku serta Nayu.

──Ia lebih mementingkan apa yang ia inginkan, dibanding anak-anaknya.


Pernah, aku benar-benar berpikir begitu. Pernah juga aku meyakinkan diriku, bahwa aku membencinya. Namun──sebenarnya aku masih ingat. Saat kami masih tinggal bersama, ibu selalu tersenyum hangat.

Ia selalu sayang padaku dan Nayu. Maka jujur saja… ada kalanya aku ingin menangis ketika mengingat itu. Tapi agar tidak memperlihatkan diriku yang lemah──aku mencoba selalu ceria di depan orang lain, berusaha menikmati keseharian.


──Kalau itu yang dimaksud Raimu, bahwa aku mirip dengannya yang hidup memakai “topeng senyuman”…memang benar… mungkin memang begitu.


"Yuu-kun dan Raimu-san, memang mirip ya," menanggapi perkataan Raimu, Yuuka tidak menunjukkan ekspresi terkejut sedikit pun.


"Kamu ingat, Raimu-san? Waktu itu aku bilang, aku merasa ada 'anak kecil yang kesepian' di dalam hati Yuu-kun. Kita pernah membicarakan itu."


"…Iya. Aku ingat. Karena aku memang berpikir begitu."


“Anak kecil yang kesepian?”


Aku tidak mengerti maksudnya, sementara Yuuka melanjutkan.


"Yuu-kun selalu berusaha keras dan terlihat keren, tapi… aku merasa ada Yuu-kun kecil yang, di suatu sudut hati, kadang-kadang menangis. Menahan rasa sepi, meringkuk sendirian. Dan Yuu-kun kecil itu… aku ingin membuatnya banyak tersenyum."


"…Benar. Aku juga bisa merasakannya. Karena itu jugalah, aku… jatuh cinta pada Yuuichi," ujar Raimu sambil menggigit bibir dan menunduk.


Kepada Raimu yang begitu, Yuuka menatap lembut sambil tersenyum.


"Kamu ingin percaya pada Yuu-kun yang mirip dengan dirimu sendiri, bukan begitu, Raimu-san?"


"Bukan ingin percaya. Aku memang percaya. Bahwa Yuuichi juga menyembunyikan dirinya di dalam hati, sama sepertiku. Tetapi meski begitu, dia tetap lembut pada semua orang. Aku percaya, Yuuichi tidak akan pernah meremehkan mimpi seseorang, atau menginjak-injak perasaan seseorang. Karena aku percaya itulah… aku menyukainya."


Lalu Raimu menarik napas panjang dan dalam.


"Benar. Seperti yang kamu katakan. Aku terluka melihat orang-orang menghina orang tuaku. Karena itu… dengan meyakinkan diri bahwa aku tidak akan pernah percaya pada siapa pun, aku melindungi diriku. Dan hanya menjadikan perkataan Matogi Kei-san sebagai penuntunku… sampai sejauh ini."


Mata Raimu bergetar. Menampung butiran besar air mata yang seakan siap jatuh kapan saja. Dengan suara bergetar, ia menuangkan isi hatinya.

"Waktu Yuuichi menyatakan perasaan padaku… aku benar-benar senang. Aku merasa, mungkin dengan orang ini, aku bisa menunjukkan diriku yang sebenarnya. Mungkin aku bisa tertawa dengan wajah asliku. Justru karena itu… aku merasa takut."


"Takut? Takut akan apa?"


Aku sempat ragu menanyakan pada Raimu yang tampak begitu rapuh. Namun dengan memberanikan diri, aku bertanya. Raimu pun tersenyum tipis dengan wajah sendu.


"Kalau aku melepaskan topeng sekali saja, aku merasa tidak akan bisa kembali lagi… menjadi 'Raimu' atau Shinomiya Ranmu. Karena itu… aku tidak bisa memperlihatkan diriku yang sebenarnya pada Yuuichi."


"…Kalau hanya menjadi wajah aslimu, Nonohana Raimu, apa itu tidak cukup?"


"Iya. Karena itu… adalah mimpiku."


────Membawa kebahagiaan lewat akting dan nyanyian. Itu adalah mimpi Raimu, kan.


Begitu ya, jadi topeng bagi Raimu bukan hanya alat untuk bersembunyi. Melainkan juga senjata untuk mewujudkan mimpinya.


Sambil aku termenung memikirkan itu, Raimu merentangkan kedua tangannya, berbicara dengan gaya teatrikal.


"…Ahaha. Bagaimana menurut kalian, berdua? Menjadikan keyakinan untuk mengorbankan segalanya demi mimpi hanya sebagai alasan semu. Padahal sebenarnya, aku hanya menyembunyikan kelemahanku. Kisah seorang gadis bodoh yang hanya begitu. Lalu, karena ikut campur urusan orang lain secara tidak pantas, malah menyakiti kalian berdua. Kisah seorang gadis yang menyedihkan… tak lebih dari sebuah karya gagal, bukan?"


"Itu… sama sekali tidak benar!!"


Menanggapi Raimu, Yuuka dengan tegas menjawab demikian. Lalu ia memeluk Raimu erat-erat.


"…Apa maksudmu, Yuuka-san?"


"Tolong jangan pernah lagi… berbicara buruk tentang senpai yang sangat aku sukai. Raimu-san," ucap Yuuka, masih memeluk Raimu.


"Aku… sangat menyukai Ranmu-senpai, dan selalu menghormati beliau. Ranmu-senpai yang seperti itu, berusaha menolongku… meski hasilnya bagaimana pun, mana mungkin aku bisa membencinya atau marah padanya…"


Di bagian akhir suaranya bergetar hebat hingga sulit didengar jelas. Namun itu adalah kata-kata hangat yang penuh dengan perasaan tulus. Melihat Yuuka dan Raimu seperti itu, aku merasa… aku juga tidak boleh diam.


"Naa, Raimu. Orang yang merendahkan temannya Yuuka, walaupun itu orang yang dulu pernah kusukai… tetap tidak akan aku maafkan."


Raimu, yang menahan tangis, menatapku dengan mata membulat kaget.


"Hidup tanpa pernah melukai siapa pun, atau tanpa pernah terluka siapa pun… itu tidak mungkin di dunia nyata. Jadi, jangan terlalu memikul semuanya sendirian."


────Aku teringat akan peristiwa Natal tahun lalu. Karena aku sudah bertunangan dengan Yuuka, aku tidak bisa merayakannya bersama 

Nayu… sehingga membuatnya merasa kesepian.


────Dan lebih jauh ke belakang. Aku teringat masa ketika Ibu pergi.……Beliau orang yang baik hati. Dan juga orang yang serius. Karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang semakin sibuk, akhirnya beliau berselisih dengan Ayah. Akibatnya, aku dan Nayu… harus merasakan kesepian.


"Berhubungan dengan orang lain memang kadang bisa saling melukai. Tapi bersama orang lain juga bisa membuat kita tersenyum. Aku belajar itu… dari Yuuka."


Karena ada Yuuka. Aku tidak lagi merasa kesepian di malam hari. Saat makan bersama, atau saat mengobrol, waktu berlalu begitu cepat. Tertawa. Berdebar. Merasa hangat. Bersama Yuuka… hal-hal membahagiakan jauh lebih banyak daripada hal-hal menyedihkan. Karena itu────


"Aku sudah bersumpah untuk mendukung Yuuka seumur hidup. Yuuka yang seperti matahari, yang membawa senyum pada semua orang. Karena itu, orang-orang yang Yuuka anggap penting… juga akan aku anggap penting. Keluarga, Nihara-san, Masa, dan Hachikawa-san. Para penggemar… meski mungkin aneh kalau aku ikut campur, aku pun menganggap mereka berharga. Dan tentu saja──Raimu. Kamu juga."


"…Aku juga?"


"Tentu saja begitu!"


Kepada Raimu yang terlihat bingung oleh ucapanku, Yuuka menyeka air matanya lalu berkata dengan tegas.


"Jangan dipendam sendirian lagi, Raimu-san! Mungkin aku junior yang tidak bisa diandalkan, tapi aku ingin kamu bisa mengandalkanku. Lalu bersama-sama… mari kita tersenyum, ya?"

Kemudian Yuuka mengelus kepala Raimu dengan lembut. Seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya.


"…Jangan bersikap baik begitu padaku."


"Tidak mau. Karena… Raimu-san sudah berjuang sendirian selama ini. Setidaknya, tolong biarkan dirimu dimanja sedikit saja."


"…Aku juga ingin dimanja oleh Yuuichi, sebenarnya."


"Ugh! A-aah, maafkan aku!! T-tapi… kalau soal Yuu-kun, itu benar-benar tidak bisa aku serahkan pada siapa pun…"


"…Ahaha. Kena, ya. Aku hanya bercanda. Aku pun bukan perempuan seburuk itu… dasar bodoh."


Di pipi Raimu, setetes air mata mengalir.


Itu jelas bukan akting—melainkan air mata sungguhan yang keluar dari Raimu.


"──Terima kasih, Yuuka-san."


"Sama-sama, Raimu-san."



"…Kalian sudah bertunangan? Sudah hampir satu tahun tinggal serumah? Apa kalian serius?"


Setelah aku dan Yuuka menceritakan semuanya, Raimu menatap kami dengan penuh keraguan. Kemudian, ia menarik napas panjang dan menghela dengan dalam.


"Dengan kondisi seperti itu, kalian masih bisa berkata di radio soal 'adik' dan semacamnya… bagaimana sebenarnya manajemen risiko kalian?"


"Fuh… maafkan aku…"


"Sungguh… kupikir kamu punya pendirian yang kuat, tapi kadang polosnya kebangetan. Junior yang benar-benar bikin repot, ya, Yuuka-san."


Dengan nada menggerutu, Raimu pun tersenyum lembut. Senyuman itu bukan milik 'Raimu' ataupun Shinomiya Ranmu—melainkan senyum tenang, setenang cahaya bulan.


"Untuk soal perilaku di radio, kita kesampingkan dulu. Yuuichi, aku benar-benar senang. Karena di sisimu ada seseorang yang mencintaimu lebih dari siapa pun. Jadi, kumohon… jadilah bahagia."


"Ya. Aku berjanji akan bahagia. Jadi, Raimu… jangan menyalahkan dirimu lagi."


"…Iya, baiklah. Aku akan berusaha."


Jawaban itu terdengar berbeda dari akting biasanya. Aku merasa, mungkin perasaan kami sedikit banyak sampai juga pada Raimu.


"Meski begitu──tentang masalah 'Kamigami', kita harus melakukan sesuatu."


Ucapnya dengan ekspresi tegas, seperti Shinomiya Ranmu yang dulu. Raimu lalu menyampaikan dengan datar.


"Melihat kasus heboh beberapa waktu lalu, tidak mungkin 'Kamigami' menunjukkan belas kasihan."


"…Benar juga, ya."


"Iya. Karena itu, dalam waktu yang tidak lama──skandal antara Izumi Yuuna dan 'Shinigami yang jatuh cinta' pasti akan dibocorkan di internet. Itu nyaris tak terhindarkan."


Mendengar pernyataan realistis dari Raimu, wajah Yuuka sedikit meredup. Namun Raimu menepuk pundaknya, lalu tersenyum hangat.


"Kita hanya bisa mengandalkan '60P Production'. Kalau perlu merendahkan kepala, aku pun akan ikut melakukannya. Asal kamu── Izumi Yuuna──tidak sampai turun dari panggung sebagai pengisi suara. Jadi… tersenyumlah. Itu bukan dirimu, Yuuna."


"…Iya!! Ranmu-senpai!!"


──Kekhawatiran terhadap MeTuber pembongkar skandal, 'Kamigami', memang sangat besar. Namun, seperti halnya sekarang aku bisa saling memahami dengan Raimu. Kekuatan senyuman Yuuka bisa menciptakan keajaiban.


Aku yakin, ia tidak akan kalah oleh niat jahat semacam itu. Karena keyakinan itulah, aku pun bertekad sampai akhir──akan berjuang sekuat tenaga bersama Yuuka. Kalau tidak begitu, aku tidak akan bisa menyebut diriku──sebagai 'suami' di masa depan dengan penuh keyakinan.




★Meskipun itu bukan diriku yang biasa★


『──Baiklah. Tentang hubungan Ranmu dan Yuuichi-kun. Tentang “Kamigami”. Semuanya benar-benar membuatku kebingungan── tapi kalau aku tidak tegar di sini, aku gagal sebagai manajer.』


"…Maafkan aku, Hachikawa-san. Sudah merepotkanmu."


『Tidak apa-apa. Aku ini manajermu, jadi kalau sedang kesulitan, kapan pun boleh mengandalkanku. Ranmu itu kan punya kebiasaan memendam segalanya sendiri, kan? Jadi, meski mungkin kedengarannya tidak pantas… aku senang kamu mau bergantung padaku seperti ini.』


──Setelah menutup telepon dengan Hachikawa-san. Di dalam kamar yang remang-remang karena lampu belum dinyalakan, aku duduk di tepi tempat tidur. Langit-langit yang kulihat perlahan menghilang ditelan gelap… rasanya agak sunyi.


Izumi Yuuna──Watanae Yuuka, ternyata jauh lebih kuat daripada yang selama ini aku bayangkan. Dia polos, apa adanya, sering bertindak di luar dugaan. Tapi jauh di dalam hatinya… ia memiliki keberanian yang tak tertandingi. Dia persis seperti Yuuna di “Arisute”, pikirku──entah mengapa aku merasa begitu.


"Yuuichi… aku senang kamu bisa bertemu dengan Yuuka-san."


Saat kuucapkan kata-kata itu, dadaku terasa sedikit… perih. Maafkan aku. Yuuichi, Yuuka-san. Aku pernah bilang tidak akan ada ‘rahasia’ lagi. Tapi tolong, biarkan rasa sakit ini… tetap tertidur di dalam diriku.


"…Aku tidak punya waktu untuk larut dalam kesedihan."

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan rasa sakit di dada. Lalu, aku memejamkan mata──dan membayangkan api yang menyala di dalam hatiku. 


Aku sudah melaporkan semua yang terjadi dengan “Kamigami” pada Hachikawa-san. Karena masalah ini cukup serius, kemungkinan besar──laporan itu akan sampai juga ke telinga Direktur Rokujou dan Matogi-san. Bukan sebagai masalahku pribadi, tetapi sebagai masalah Izumi Yuuna. Aku hampir terhimpit rasa bersalah. Namun sekarang, aku belum boleh hancur.


"…‘Setiap orang punya keyakinannya masing-masing, punya cahayanya masing-masing. Karena itu, jawabannya tidak hanya satu’… Matogi-san, terima kasih untuk petunjuk baru ini."


Menyampaikan kebahagiaan lewat akting dan nyanyian──itulah mimpi yang selalu kujalani.


Dulu, Nonohana Raimu bersumpah akan terus bersinar, bahkan jika harus mengorbankan segalanya, demi meraih puncak. Karena tanpa mengejar satu mimpi itu dengan sekuat tenaga… Nonohana Raimu tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri. Namun kini, aku sadar── jawabannya tidak hanya itu saja.


…Semua ini karena Yuuka-san.


Mungkin ini bukan “diriku” sebagai Shinomiya Ranmu. Mungkin ini juga bukan “diriku” sebagai Nonohana Raimu. Meski begitu, aku──demi Yuuichi, demi Yuuka-san. Aku akan bertarung sampai akhir melawan “Kamigami”. Dan aku akan menyelamatkan mereka berdua, apa pun yang terjadi. Karena itu────ini adalah hal yang ingin kulakukan… sekarang.




☆Mou, Aku Selalu...… Bahagia Kok☆


『Sebagian besar sudah kudengar dari Ranmu. Tapi kenapa… kenapa kamu melakukan itu, Yuuna…』


Saat Yuu-kun sedang mandi, aku menelepon Kurumi-san dari kamarku. Lalu, suara Kurumi-san di seberang sana terdengar bergetar, seperti ingin menangis… membuat dadaku ikut terasa perih.


Meski begitu, aku tetap menyampaikan perasaanku yang sebenarnya.


"Maafkan aku, Kurumi-san. Tapi meskipun begitu, aku benar-benar… tidak ingin melihat wajah sedih Ranmu-senpai."


『…Bodoh… sungguh, Yuuna ini…』


Dengan suara yang bergetar, Kurumi-san berkata begitu. Aku merasa, ia sedikit──tersenyum padaku.


『Justru karena kamu begitu baiklah──aku ingin terus mendukungmu. Jangan lupa itu. Apa pun yang terjadi, Hachikawa Kurumi akan selalu… menjadi manajermu, Yuuna.』


"…Iya! Terima kasih banyak, Kurumi-san."


Aku selalu merepotkanmu, maafkan aku. Namun──di saat yang sama, aku juga berpikir. Kurumi-san. Momo-chan, Raimu-san. Hotta-san… semua, semua. Orang-orang di sekelilingku begitu baik──rasanya benar-benar hangat.


──Kurumi-san menyampaikan dua hal penting padaku. Yang pertama, “60P Production” sedang mencari tahu apakah ada langkah hukum yang bisa diambil.


Yang kedua, demi memikirkan langkah ke depan, besok aku akan diajak bicara langsung dengan orang-orang penting.


"Hiiiih… berbicara dengan orang penting, rasanya tegang sekali…"


Begitu telepon kututup, aku tak bisa menahan diri untuk tidak menggumamkan itu. Walau Kurumi-san akan ikut menemani, tetap saja aku gemetar.


Salah satu orang penting itu adalah Direktur Utama “60P Production”, orang paling tinggi di agensi ini──Direktur Rokujou Reika.


Yang satunya lagi adalah orang dengan jabatan rumit: Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Divisi Pelatihan Aktor, orang kedua paling berpengaruh di agensi──Matogi Kei-san.


"…Rasanya jadi urusan yang besar sekali ya…"


Begitu aku mengucapkannya, rasa lelah yang kupendam langsung menyeruak──dan aku pun rebah di atas futon.


Saat kulitku menyentuh futon yang baru saja kubentangkan, rasa dingin itu membuat dadaku terasa dingin juga. Aku benar-benar tidak ingin melihat Raimu-san yang sudah berjuang begitu keras kehilangan mimpinya karena “Kamigami”. Aku lebih benci lagi kalau Yuu-kun, yang sudah banyak terluka oleh masalah dengan Raimu-san maupun dengan ibu mertuanya, kembali harus disakiti oleh orang lain.


Karena itu, tanpa sadar, aku memilih untuk menghadapi “Kamigami” dan menjadikan diriku sendiri sebagai sasaran.


──Daripada mereka berdua yang terluka, lebih baik aku saja yang terluka. Perasaan itu tidak berubah, jadi aku tidak menyesal. Tapi tetap saja, sedikit… aku takut, Yuu-kun…

──Kapan terakhir kali aku merasa seperti ini?


Dulu aku sering menangis sendirian. Waktu aku menutup diri di rumah, bersembunyi di bawah selimut juga seperti itu. Waktu baru debut sebagai pengisi suara dan kena semprot habis-habisan dari sutradara suara pun, aku begitu.


Tapi sejak aku bertemu dengan “Shinigami yang Jatuh Cinta”, aku mulai berusaha maju sambil tersenyum. Dan sejak aku bertemu Yuu-kun, dunia di hadapanku jadi penuh dengan kesenangan setiap hari── seperti itu rasanya.


"Mouu, aku… selalu bahagia. Sampai semua rasa sakit yang dulu terasa begitu berat jadi terasa seperti masa lalu yang jauh."


Terima kasih sungguh-sungguh──Yuu-kun yang kusayangi. Kamu telah memberiku begitu banyak senyuman.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close