NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 7 Chapter 1

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 1 

Ketika Pendekatan dari Tunangan Terlalu Ekstrem, Apa yang Dilakukan Orang Lain?


"Fuhehehehe♪ Fuhehe—♪"


Saat aku membuka pintu ruang tamu, Yuuka sedang berguling-guling di atas karpet. Mulutnya terangkat lebar, penuh dengan suara fuhefuhe yang tak henti-henti.


Ya. Itu Yuuka seperti biasanya.


"Funyanya♪ Funyanya, funyafunya—… unyaa!!"


──Ralat. Hari ini dia lebih banyak fuhe daripada biasanya.


Yuuka yang mengayun-ayunkan kakinya dengan semangat itu seperti anak kecil yang polos, sampai-sampai melihatnya saja membuatku ikut merasa senang.


Yah, penyebab dia yang super bersemangat ini… pasti karena kejadian semalam itu. Kemarin. Diadakan pertemuan keluarga antara keluargaku dan keluarga Yuuka. Kalau beberapa waktu lalu, mungkin aku akan bisa melewati acara itu tanpa terlalu gugup. Sebab aku mengira, pernikahan ini hanyalah hasil kesepakatan spontan ayah kami berdua saat minum bersama… begitu anggapanku.


Tetapi──di balik pernikahan ini. Aku baru tahu bahwa ayahku dan ayah Yuuka masing-masing punya banyak pertimbangan dan perasaan. Aku pun berusaha sekuat tenaga memikirkannya dan menghadapinya. Dengan diriku sendiri yang selama ini menjauhi cinta di dunia nyata karena trauma perceraian orang tua dan patah hati yang menyakitkan saat kelas tiga SMP. Dan aku pun menghadapi ayah Yuuka.


"Aku mohon, izinkan aku untuk menikahi Yuuka-san!!" begitu aku lontarkan perasaanku yang sesungguhnya.


Setelah melewati momen paling penting dalam hidup seorang laki-laki itu, aku bertekad untuk jujur pada hatiku sendiri. Aku berjanji akan mencintai Yuuka lebih dari sebelumnya.


──Dan sebagai hasilnya, entah bagaimana. Semalam, perasaanku yang meluap membuatku untuk pertama kalinya… mencium Yuuka dengan inisiatifku sendiri.


"…Unya, Yuu-kun! Selamat pagi!!"


Begitu menyadari keberadaanku, Yuuka langsung berdiri dan berbalik menghadapku. Lalu, dengan mata berbinar, dia melompat ke dadaku.


"Tunggu!? Yuuka, hati-hati… nanti jatuh lho."


"Unyaa? Aku nggak tahu, nyaaa?"


"Karakter kucing!?"


"Fufufu! Betul nyaa. Aku ini kucing kecilnya Yuu-kun, Yuuka nyaaa♪"


Dia bicara seolah-olah spesiesnya sendiri berbeda begitu saja…


Lalu Yuuka menempelkan pipinya ke dadaku dan menggosok-gosokkannya seperti kucing yang manja.


Uhm… apa kamu tidak mau berhenti? Itu menggelitik, dan jujur saja aku jadi malu luar biasa.


"Ya ampun… Yuuka ini sebenarnya mau apa sih?"


"Aku mau cium."


"……Hah?"


Aku merasa seperti mendengar sesuatu yang gila, tapi mungkin aku salah dengar?


Baiklah. Ulang, ulang.


"Yuuka. Kamu kenapa tiba-tiba mode kucing?"


"Aku mau cium—"


"…Mau berhenti?"


"Bukan itu!? Kalau aku tiba-tiba ngomong pakai dialek Hakata, nanti aku dikira aneh lho!!"


Tidak, menurutku kamu memang sudah cukup aneh sekarang?


Aku ingin mengatakannya, tapi──tepat sebelum terucap, kata-kataku tertelan. Karena Yuuka, yang masih menempel di dadaku dan menatapku dari bawah itu……benar-benar terlihat sangat imut.


"…Apa yang kamu tatap-tatap?"


"T-tidak… tidak ada maksud apa-apa kok?"


"Jangan lihat tanpa maksud dong. Yuu-kun Baka… suka. Baka, suka, Baka… cinta."


Dengan suara yang nyaris melelehkan otak, dia berkata begitu. Sambil mengucapkannya, Yuuka merangkul punggungku──erat.

Lebih kuat lagi daripada tadi, dia memelukku.


"Yu… Yuuka?"


"Hanya melihat saja nggak cukup… ayo, cium aku?"


"E-eh… itu…"


"…Hmm. Apa aku belum siap ya?"


Melihatku yang hampir freeze karena rentetan serangan yang luar biasa itu, entah apa yang dipikirkannya, Yuuka──perlahan menutup mata. Lalu, ia maju sedikit dan memonyongkan bibirnya.


"…………Yuu-kun."


Tidak tidak, tunggu dulu? Jangan memanggil namaku dengan wajah polos dan suara manja begitu!? Sebagai penggemar Yuuna-chan, suara ala Izumi Yuuna itu terlalu mematikan.


…Selain itu. Aku memang malu untuk mengatakannya, tapi──


Suara beningnya itu. Ekspresi polosnya itu. Tubuhnya yang mungil itu. Sifatnya yang tulus. Kesungguhannya. Kebaikannya yang berlebihan. Semuanya, jika digabungkan… sekarang aku benar-benar terlalu menyukai Watanae Yuuka.


Karena itu, meskipun hatiku senang, detak jantungku rasanya tidak karuan, dan aku belum siap secara mental.


"…Hei? Aku di sini lho? Yuuka-chan sedang menunggu lho?"


Entah dia tahu atau tidak tentang debaran hatiku, Yuuka tetap menutup mata sambil menunjuk bibirnya dengan jari. Bahkan, dia tampak berjinjit sedikit, mencoba mendekatkan wajahnya.

Ahh… sisi kekanak-kanakan seperti itu pun, benar-benar khas Yuuka dan begitu menggemaskan.


────Begitulah yang kupikirkan, ketika tiba-tiba.


"…Yuu-kun, Baaka."


Yuuka mendadak membuka mata, lalu manyun dengan wajah kesal. Dengan nada jengkel, ia berkata,


"Kalau sudah begini, aku sama sekali tidak akan menyerah… sampai Yuu-kun benar-benar ingin menciumku!!"


Ah, aku tahu. Pola ini. Kalau Yuuka sudah seperti ini──tidak akan mudah dihentikan.



Begitulah. Karena kesal tidak mendapat ciuman, Yuuka pun memaksaku duduk di sofa, lalu tiba-tiba menyalakan televisi. Ia mengoperasikan menu langganan video dan memunculkan daftar acara.


"…Kenapa drama?"


Yang tertera di layar adalah daftar "Drama Populer." Biasanya, acara yang kutonton bersama Yuuka hanyalah anime atau serial tokusatsu yang direkomendasikan oleh Nihara-san. Drama hampir tidak pernah kami pilih. Lalu, kenapa malah daftar "Drama Populer"?


Saat aku masih memikirkannya, Yuuka langsung menekan pilihan acara. Sekaligus dimulailah episode terbaru dari sebuah drama yang asing bagiku.


"Eh… ini acara apa?"


"Hmph! Itu rahasia, nikmati saja sambil menonton!"

"Hei, bilang ‘nikmati’ juga percuma. Aku sama sekali tidak tahu aktor maupun aktrisnya. Wajah orang dunia nyata yang bisa kukenal paling hanya seiyuu."


"Hmph! Katanya, pemeran utama wanitanya model terkenal lho!"


"Itu sama sekali bukan penjelasan yang menenangkan!? Justru model malah lebih tidak kukenal! Bahkan wajah Matogi Kei, idola Shinomiya Ranmu, saja aku tidak tahu──"


"Mouuu!! Diam dan tonton bareng aku!"


Dengan pipi menggembung, Yuuka berkata begitu, lalu menyelip ke ruang antara punggungku dan sandaran sofa. Ia merangkulku dari belakang──posisi back hug sambil duduk, yang jelas sangat rapat.


"…Fuheheh… aku suka bau Yuu-kun…"


Bersandar di punggungku, Yuuka bergumam pelan. Padahal dia yang bilang harus diam menonton, tapi justru dia sendiri yang tidak fokus.


Ya, aku pun tidak bisa fokus, karena terganggu oleh sesuatu yang lembut menekan punggungku.


"…Suka… hhh… ah…"


──Saat itulah. Tiba-tiba di layar muncul adegan seorang pria dan wanita saling berciuman mesra, disertai desahan menggoda.


Sang wanita lalu mendorong pria itu ke atas ranjang, dan mereka berciuman panas selama puluhan detik. Pria itu pun makin terengah-engah. Hingga, saat ia mengangkat baju sang wanita. Tangannya meraih kait bra──.


"…Hei Yuuka, ini berbahaya! Ini kan R18!?"

"T-tidak! Ini bukan! Harusnya semua umur… soalnya ini drama romantis yang lagi tren di kalangan siswi SMA, cuma agak sedikit berani saja!!"


"Sedikit!? Lihat itu! Mereka berdua sudah buka baju total… kalau ini anime, pasti sudah penuh cahaya putih sensor!!"


"U-uhh… memang lebih mesum dari perkiraanku… tapi ini benar-benar tren di kalangan siswi SMA lho!"


Meski Yuuka menekankan soal tren siswi SMA, tetap saja. Karena di atas ranjang mereka saling berpelukan, saling berciuman, sambil menempelkan tubuh satu sama lain.


Kalau beginian yang populer, dunia siswi SMA… apa-apaan itu. Aku jadi takut lagi pada perempuan tiga dimensi.


"Hei, Yuu-kun… sekarang kamu jadi ingin ciuman, kan?"


Di telingaku yang sedang kalang kabut, Yuuka berbisik manja. 


Zrrt──seperti aliran listrik menjalar ke seluruh tubuhku.


Sementara dari TV hanya terdengar desahan napas pria dan wanita itu.


"Y-Yuu-kun yang salah, tahu!? Ka-karena kamu tidak segera menciumku… jadi aku berusaha menciptakan suasana, lho!?"


"Ini malah jadi canggung banget!!"


"A-aku juga sama! Aku juga tidak tahu kalau ini drama yang mesum banget… jadi rasanya malu sekali…"


Suara Yuuka kian mengecil, seolah menciut.

Ketika aku menoleh, kulihat Yuuka masih menyandarkan dagu di bahuku, wajahnya sampai merah padam. Matanya sedikit basah, bibirnya memerah. Melihat penampilan Yuuka yang menggoda itu, aku merasakan detak jantungku makin cepat.


…Ya, aku ini juga laki-laki, kan?


Kalau dipaksa menonton adegan begitu, bukan hanya ingin berciuman ──jujur saja, aku juga jadi ingin melakukan banyak hal lainnya. Tapi justru karena setelah pertemuan keluarga kemarin aku semakin mencintai Yuuka lebih dari sebelumnya. Aku ingin benar-benar menghargai perasaan Yuuka.


────Karena aku. Baik Izumi Yuuna, maupun Watanae Yuuka di sekolah, juga Yuuka di rumah. Dari lubuk hati terdalam──aku mencintainya.


"…Uhm. Waktu pertama kita bertemu di ruang tamu tadi, aku malu sekali, jadi tidak bisa langsung menciummu… maaf ya, Yuuka."


"…A-uuuu…"


Yuuka menundukkan kepala dengan wajah memerah. Aku pun mengusap kepalanya pelan.


"Yuuka juga… bukan ciuman yang terlalu vulgar seperti di TV itu yang kamu inginkan, kan? Jadi, bagaimana kalau TV kita matikan dulu? Aku janji, lain kali… aku akan benar-benar menyiapkan hati ini agar bisa membalas perasaanmu dengan tepat."


Ucapanku sendiri terasa begitu memalukan, sampai rasanya ingin berguling karena tidak tahan. Tapi aku sungguh ingin menghargai perasaan Yuuka. Maka, demi mengakhiri suasana canggung ini… aku sampaikan perasaan jujurku.


"…B-bukan berarti aku tidak mau, lho?"


────Namun. Yuuka tiba-tiba menjatuhkan sebuah “bom” pernyataan yang mengejutkan.


"…Eh?"


Sementara aku kehilangan kata-kata, Yuuka beringsut mendekat ke sisiku. Ia menggenggam ujung bajuku erat-erat, lalu dengan mata yang berkilat lembap, ia berkata,


"…Kalau terlalu mesum sih, memang memalukan. Tapi sejak semalam, sejak Yuu-kun menciumku──kepalaku terus dipenuhi oleh Yuu-kun. Jadi… tolong, ya?"


Setelah itu, Yuuka menyandarkan tubuhnya ke bahuku.

Perlahan──ia menutup mata.


"Tolong ya, Yuu-kun… cium aku berkali-kali?"


April di tahun kedua SMA.


Secara tak terduga, Watanae Yuuka menjadi tunanganku. Meski ia lemah dalam komunikasi dan terlihat kaku di sekolah, belakangan ini ia semakin akrab dengan teman-teman kelas.


Sebagai seorang seiyuu pun, ia terus berusaha keras. Sampai-sampai aku menantikan hasil pengumuman putaran kedua “Hachinin no Alice,” karena perkembangan kariernya tak terbendung. 


Dan ketika di rumah, Yuuka benar-benar… hanya bisa disebut menggemaskan. Ia merenggut hatiku, dan tidak pernah melepaskannya.


──Karena itu. Meski kami berdua belum siap untuk melangkah lebih jauh dari ciuman. Ciuman saja──sudah kami lakukan.


………Berkali-kali, sampai terasa tak pernah bosan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close