Penerjemah: Miru-chan
Proffreader: Miru-chan
Chapter 2
【Berita Terkini】
Begitu memasuki Februari, suasana kelas jadi aneh
Di kelas saat jam istirahat siang. Aku duduk berhadapan dengan Masa, bersiap memulai makan siang.
"Yuuichi, mulai hari ini sudah Februari, lho? Gila banget nggak sih, sebentar lagi pengumuman putaran kedua Delapan Alice bakal keluar!?"
Sambil membuka bungkus roti yang dibelinya di koperasi sekolah, Masa berseru dengan nada bersemangat.
"Ah… iya ya. Nggak terasa sudah sejauh itu."
Sambil membuka tutup bekal, aku menjawab dengan perasaan mendalam. Tahun baru sudah lewat, dan ternyata sudah sebulan berlalu. Kalau dipikir-pikir, bulan Januari tahun ini… benar-benar terasa terlalu padat.
Waktu SMP kelas tiga, aku tahu bahwa yang menyebarkan kabar aku ditolak bukanlah Raimu sendiri. Aku juga tahu kalau cerita pernikahan kami yang kukira hanya keputusan iseng, ternyata ada rasa kasih sayang seorang ayah di baliknya. Lalu, aku juga menghadapi ayahnya Yuuka… dengan kesungguhan sebagai 'calon suami.'
Benar-benar Januari yang penuh gejolak.
Jujur saja, mungkin itu adalah bulan paling berat dalam hidupku. Ya, tentu saja aku sadar, semua itu adalah waktu yang penting demi masa depanku bersama Yuuka.
Tapi coba pikir. Sebelum aku bertemu Yuuka, aku ini pria yang rekornya adalah "tidak punya pacar seumur hidup." Dan tiba-tiba harus melalui event minta restu pernikahan pada calon mertua… tingkat kesulitannya naik gila-gilaan.
Karena terlalu terkuras itulah, aku merasa… bulan Februari ini semoga bisa kujalani dengan tenang.
"Naa, Yuuichi. Kalau Ranmu-sama jadi Top Alice, aku akan menikah."
"……Hah?"
Ketika aku sedang melamun, Masa tiba-tiba melontarkan perkataan absurd. Aku benar-benar nggak ngerti apa maksudnya.
"Ah, maksudmu kayak death flag gitu? Mau mati, nih?"
"Bukan, bodoh! Maksudku ini jelas-jelas flag menuju happy ending!!"
"Siapa sama siapa?"
"Ya jelaslah… aku sama Ranmu-sama. Jangan bikin aku ngomong, malu tau! Begitu Ranmu-sama jadi Top Alice, kami akan bersumpah pada cinta abadi!!"
"Jangan kasih aku dengar imajinasi aneh gitu, malu banget."
Rasa malu karena mendengarkan orang lain mengkhayal parah ini benar-benar menyiksa.
…Ya, meskipun, aku paham sih? Aku sendiri kalau mulai membayangkan pernikahan dengan Yuuna-chan, bisa menghabiskan tiga jam tanpa sadar. Jadi aku lumayan ngerti perasaannya.
"……Hei, Yuuichi. Barusan… kamu ketawa, ya?"
"……Hah?"
Masa yang tadi bicara penuh semangat, entah kenapa sekarang wajahnya berubah seolah jatuh ke sisi gelap.
"Hah… enak banget ya jadi kamu. Dalam hatimu pasti kamu mikir, 'Aku sih beneran akan nikah sama Yuuna-chan, kok,' ya kan……?"
"Aku nggak ngomong gitu, kan!? Aneh banget, dituduh pamer sesuatu yang bahkan nggak aku lakuin!"
"Nggak, aku yakin kamu lagi pamer! Aku yang memutuskan begitu!!"
Apa-apaan sih ini orang. Emosi Masa naik-turun kayak roller coaster, sampai bikin aku agak takut.
"Hee, sepertinya kalian lagi asyik, ya, berdua?"
Tepat saat kami ngobrol tanpa isi begitu, seorang gadis gyaru menepukkan tangannya ke meja kami sambil tersenyum nakal.
Itu Nihara Momono. Seorang gadis yang sekilas terlihat gyaru ceria, tapi sebenarnya adalah siswi kelas dua SMA yang fanatik tokusatsu.
"Aduh, aduh~. Hei, Sakata~. Lagi lihat ke mana tuh matanya?"
Sambil berkata begitu, Nihara-san dengan sengaja menarik bagian dada blazer-nya sedikit ke bawah. Akibatnya, belahan dadanya yang jelas terlihat pun tampak menonjol.
Otomatis, pandanganku juga… tersedot ke arah situ.
"Kyaah~. Sakata ngelihatin dadaku. Nakal banget~."
"Tunggu dulu!? Barusan kamu sendiri yang sengaja nunjukin, kan!?"
"Aku nunjukin, tapi mau lihat atau nggak itu kan tergantung Sakata sendiri?"
"Itu mustahil!? Mana ada fungsi tubuh laki-laki yang bisa bikin mereka tidak lihat dada perempuan!?"
Sengaja memamerkan dada, lalu menjebak lawan yang melihat. Benar-benar penyihir jurang dada.
"……Kalau kamu suka jurang belahan dada seperti itu, kenapa nggak jadi singa saja?"
Saat itulah. Sebuah suara sedingin es menembus gendang telingaku. Seketika suhu tubuhku turun. Kepalaku jadi kosong. Karena aku langsung tahu suara siapa itu…
"Singa memang suka menjatuhkan anaknya ke jurang seribu meter. Jadi, Sakata-kun, kamu ingin terjun ke jurang dada, kan? Sakata-kun… ternyata kamu memang binatang."
Dengan rasa takut, aku menoleh perlahan. Dan tentu saja, di sana berdiri… Watanae Yuuka.
Dengan rambut hitam panjang terikat kuncir kuda, mata besar yang terlihat tajam karena kacamata, Yuuka dalam penampilan khas sekolahnya menatapku tajam dengan wajah serius.
"Wa-Watanae-san? I-ini kan, yang namanya tidak bisa dihindari…"
"Melihat dada disebut tidak bisa dihindari… semua binatang juga bilang begitu."
"Binatang kan nggak bisa ngomong, sebenarnya."
"Kalau kamu membantah, berarti benar kamu memang suka lihat dada.
Menyebalkan sekali."
"Ya, ya, tenang dulu deh, Watanae-san. Memang sih Sakata mesum, tapi percayalah… dia lebih tertarik sama kamu kok, daripada sama aku!"
"Bisakah jangan seenaknya merendahkan martabatku?
Lagipula, yang membuat suasana jadi kacau itu kan Nihara-san sendiri, tahu?"
Sambil aku memikirkan itu──tiba-tiba munyu. Nihara-san dari belakang langsung meremas dada Yuuka.
"……Nya!? T-tunggu, Momo…… Nihara-san!?"
Memang kancing seragamnya terpasang rapi, jadi kulitnya tidak terlihat. Tapi bahkan dari luar seragam pun, lekuk dadanya tampak jelas sekali.
"Tuh kan, Watanae-san? Lihat deh wajah Sakata…… dia benar-benar terpaku ke kamu, kan?"
"Ah…… betul. Sakata-kun beneran melihatku……"
"Kenapa malah kamu yang wajahnya jadi merah!? Watanae-san, cepat tegur saja tuh gyaru konyol!!"
"Heeeh… enak banget ya Yuuichi…… bisa melakukan seenaknya begitu……?"
"Berisik, kau! Aku nggak seenaknya begitu, tahu!!"
……Ya, begitulah. Meski Januari yang penuh gejolak sudah berlalu. Hari-hari kami tetap──seperti biasanya.
◆
"Eh? Momo dan Watanae-san, kenapa makan siang bareng Sakata juga?"
Setelah sedikit keributan tadi, entah bagaimana akhirnya kami berempat makan siang bersama. Seorang teman Nihara-san yang lewat kemudian menyapa. Menanggapi itu, Nihara-san menjawab sambil masih memegang sumpit.
"Nggak ada alasan khusus sih. Kadang-kadang begini juga seru, kan!"
"Yah, kalau Momo sih wajar aja. Tapi Watanae-san, ini jarang banget ya? Kayak gini."
"……Begitukah?"
Karena tiba-tiba diajak bicara, bahu Yuuka langsung menegang.
Memang sih, dibanding dulu dia sudah lebih akrab dengan teman-teman sekelas. Tapi dalam situasi mendadak begini, Yuuka masih agak lemah.
"Heeey, lagi apa tuh kalian?"
"Eh? Watanae-san? Jarang banget ya, makan bareng Sakata gitu."
Sementara begitu, beberapa siswi lain juga ikut berkumpul di dekat kami.
"Hei, Watanae-san. Lain kali makan siang bareng kami juga, ya?"
"……Mohon kerja samanya."
"Ahaha! Memang ya, pilihan kata Watanae-san selalu bikin tertawa.
Terus, kalau sama Kurai-kun biasanya ngomongin apa?"
"Kurai-kun…… tidak ada yang khusus. Dengan Nihara-san dan Sakata-kun…… yah, begitulah."
"Kenapa kesannya aku doang yang dikecualikan!? Bukannya kita tadi ngobrol berempat!?"
"……Hmm?"
Entah karena gugup atau sekadar lelucon khas Watanae, aku kurang yakin. Tapi teman-teman perempuan yang berkumpul malah tertawa senang melihat reaksi konyol Yuuka.
Tawa itu bukan dalam arti mengejek. Mereka menerima sosok Watanae Yuuka sebagai teman──dengan suasana hangat. Dan aku merasa…… inilah suasana yang selama ini Yuuka cari, sebagai seseorang yang kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.
"Eh iya, ngomong-ngomong, dengar deh Momo! Anak ini katanya pas Valentine tahun ini……"
"Eh!? Stop!! Jangan ngomong gitu di depan laki-laki! Nanti malah tersebar gimana!?"
"Eh, kenapa reaksinya gitu? Jangan-jangan, cokelat spesial buat seseorang ya!?"
Nihara-san langsung menyambar dengan mata berbinar.
Ah, iya. Sudah Februari ya…… wajar kalau topiknya ke arah sana.
──Hari Valentine. Sebuah acara yang, bagi laki-laki nggak laku, tak lebih dari siksaan yang lahir dari strategi licik perusahaan.
"……Hei, Yuuichi. Kalau kita mukulin laki-laki tampan pakai cokelat batangan terus-terusan, kira-kira dia bisa mati nggak?"
"Yang pecah duluan ya… cokelat batangannya, lah."
Di sebelahku, Masa tiba-tiba mengucapkan hal absurd dengan wajah serius. Aku paham perasaannya sih. Aku pun sampai tahun lalu, kalau soal Valentine nyata, rasanya cuma menyebalkan.……Sampai tahun lalu, itu saja.
"Oh iya, ngomong-ngomong──Watanae-san, kamu bakal kasih cokelat ke seseorang nggak?"
"Heh!? T-tentu tidak!?"
Saat itulah. Ketika ditanya soal Valentine, Yuuka malah bereaksi mencurigakan secara berlebihan.
"Ah! Lihat tuh reaksinya! Jelas-jelas itu cokelat spesial! Cokelat spesial!!"
"T-t-t-tentu tidak!? C-c-c-cokelat? Apa itu!?"
Yuuka sampai berdiri terburu-buru, tangannya melambai-lambai tak karuan. Berlagak seakan tidak tahu apa itu cokelat jelas-jelas terlalu mencurigakan. Melihat tingkahnya, wajar saja kalau teman-teman perempuannya makin penasaran.
"Ya ampun… Watanae-san imut banget, deh!"
"Ayo, bilang! Siapa sih penerimanya!?"
"S-s-s-siapa ya!? A-a-aku adalah Watanae Yuuka……"
"Eits, stop dulu. Kalian perhatikan sekitar deh."
Menghentikan hiruk pikuk percakapan itu, Nihara-san berdiri. Meski biasanya dia suka bercanda dan menggoda aku maupun Yuuka… Tapi saat benar-benar dibutuhkan, dia bisa bertindak layaknya seorang pahlawan──itulah Nihara Momono, gyaru pencinta tokusatsu.
"Di sini ada laki-laki, jadi obrolan begitu sebaiknya not good, kan? Apalagi kalau memang cokelat spesial, Watanae-san pasti makin canggung."
"Uuh… iya juga."
"Maaf ya, Watanae-san, kami jadi heboh sendiri."
"T-tidak perlu minta maaf! Itu bukan sesuatu yang perlu disesali… malah, aku sedikit senang, kok."
Karena satu kalimat Nihara-san, suasana jadi reda. Lalu dengan sedikit gugup──Yuuka menyampaikan kata-katanya.
"Aku, selama ini... belum pernah membicarakan hal seperti ini dengan siapa pun. Jadi, memang memalukan, tapi... aku sangat senang."
Meskipun masih terbata-bata, Yuuka berusaha keras untuk merangkai perasaannya dengan jujur. Terpengaruh oleh kata-kata itu, para gadis pun serentak tersenyum.
"Tak perlu terlalu formal begitu, Watanae-san."
"Iya betul! Kami juga ingin ngobrol sama Watanae-san, kok!!"
"Te-terima kasih banyak..."
"Lagi pula, tanggal 14 Februari itu, sebenarnya juga hari ulang tahunnya Watanae-san! Iya kan, Watanae-san?"
Entah sebagai penyelamat untuk Yuuka yang masih kaku, Nihara-san mengangkat topik itu.
"Eh, keren banget! Ulang tahun pas Hari Valentine, terdengar imut sekali!!"
"Eh? Jadi kalau misalnya kamu kasih cokelat Valentine dan jadi pacaran... berarti pacarnya sekaligus jadi hadiah ulang tahun!?"
"Maaf... aku nggak ngerti maksudmu apa."
"Kalau begitu, kita harus bawa cokelat persahabatan, ya. Bisa sekalian jadi hadiah ulang tahun juga!"
"Ah... ehehe. Terima kasih banyak... aku benar-benar senang."
──Dikelilingi suasana yang hangat, melihat wajah Yuuka yang sedang tersenyum begitu, entah kenapa, dadaku juga ikut terasa hangat.
14 Februari tinggal sebentar lagi. Valentine sekaligus ulang tahun... agar Yuuka bisa menikmati keduanya, aku juga harus menyiapkan berbagai hal.
"Ngomong-ngomong, Momo itu kelihatannya lumayan sering ngobrol sama Watanae-san, ya. Bahkan tahu ulang tahunnya."
"Ya jelas lah. Soalnya aku dan Watanae-san itu, super dekat banget! Betul kan, Watanae-san!!"
"Uh-uhm! Nihara-sa... Momo-chan adalah... sahabatku yang paling dekat."
──Kata 'Nihara-san' yang nyaris terucap itu sengaja ia telan. Yuuka dengan jelas menyebutnya 'Momo-chan'... sama seperti biasanya di luar sekolah.
"......Yuu-chan."
Tak disangka, dengan satu kata dari Yuuka itu, Nihara-san mulai menitikkan air mata di sudut matanya. Lalu, seakan tak kuasa menahannya lagi, ia langsung memeluk Yuuka erat-erat.
"......Iya. Aku juga menganggapmu sebagai sahabatku yang paling dekat."
Melihat interaksi hangat antara Yuuka dan Nihara-san itu, gadis-gadis lain pun ikut tersenyum ramah. Sementara aku menatap pemandangan itu dengan melamun, Masa berucap pelan.
"...Watanae-san, sudah banyak berubah ya. Dalam arti yang baik."
Mendengar itu, aku mengangguk mantap, lalu menjawab tanpa ragu.
"Tanpa diberi tahu pun... aku yang paling tahu soal itu."
────Ngomong-ngomong, setelah itu.
"Jadi, Watanae-san. Sebenarnya cokelat Valentine yang utama mau kamu kasih ke siapa?"
"Itu... masih terlalu malu untuk aku katakan, tapi..."
Dengan wajah merona merah, Yuuka beberapa kali melirik ke arahku di sela-sela percakapan. Untung saja Nihara-san cepat tanggap dan mengalihkan suasana... tapi serius deh, tolong hentikan itu? Itu sudah terlalu jelas dan mencolok.
Meskipun, tentu saja──aku sangat senang.
☆Aku Melihat Sisi Imut dari Senpai☆
"Yuuna. Gerakanmu barusan agak terlambat."
"Y-ya! Maaf, Ranmu-senpai!!"
Aku sedang terengah-engah sambil bertumpu pada lutut ketika Ranmu-senpai menegurku dengan tegas.
Haaah... Ranmu-senpai memang luar biasa. Padahal kami latihan dengan porsi yang sama, tapi napasnya sama sekali tidak tersengal.
──Ini adalah studio tari di kantor "60P Production".
Hari ini kami menyewa studio ini seharian penuh, bersemangat untuk berlatih lagu baru!
Aku, Izumi Yuuna, mengenakan wig berwarna cokelat yang diikat dua kuncir, dengan setelan training serba pink.
Di sampingku ada Ranmu-senpai, Shinomiya Ranmu, yang tampak anggun dengan pakaian olahraga ungu.
Lalu ada juga Hotta Deru-san, mengenakan T-shirt off-shoulder dan celana pendek merah, kini tergeletak lemas.
Ya... kami bertiga inilah yang membentuk "Yurayura★Kakumei with Yuuyu"!
"Ra-Ranmu... ayo istirahat sebentar... aku bisa mati..."
"Barusan juga sudah istirahat, bukan, Hotta-san?"
"Aku tidak semuda kalian... maafkan aku, ya...!"
Begitu menggerutu, Hotta-san langsung rebah dengan posisi tidur terbuka lebar di lantai. Pipinya merah padam karena kelelahan setelah latihan....Ka-kawaiii!
Hotta-san sebenarnya tubuhnya lebih mungil dariku, matanya juga besar dan bulat. Meskipun beliau senpai, jujur aku jadi ingin memeluknya erat-erat dan mengelusnya.
"...Hei, Yuuna-chan. Kau barusan tidak sedang memikirkan sesuatu yang kurang sopan, kan?"
"Eh!? Ti-tidak mungkin! Aku sama sekali tidak berpikir kalau Hotta-san itu terlalu moe sampai rasanya ingin mengelus dan memeluk erat-erat!!"
"Baiklah, ini perang! Kutantang kau dengan harga satu barel minyak!!"
"…Ehem. Kalau sudah segar kembali, sebaiknya kita segera melanjutkan latihan."
Saat kami bercanda seperti itu, pintu studio tiba-tiba terbuka.
"Kalian bertiga, semangat sekali berlatih."
Yang muncul adalah manajerku sekaligus manajer Ranmu-senpai, Kurumi-san! Setiap kali melihatnya, perpaduan rambut cokelat pendek bergaya bob dan rok ketatnya membuatnya tampak begitu dewasa. Kalau aku mendekati Yuu-kun dengan pesona dewasa seperti itu... mungkinkah ia juga akan berdebar?
"Ada apa, Kurumin? Membawakan kami camilan, ya?"
"Ya, aku bawakan. Ini, kue sus."
"Waah, terima kasih banyak! Kue sus dari toko ini enak sekali!!"
"Habis makan, segera kembali berlatih. Waktu itu terbatas. Tidak ada ruang untuk bermalas-malasan."
"Ranmu itu terlalu spartan! Baiklah, aku akan serius berlatih!!"
"...Pfft. Ahahaha! Memang kalian ini menyenangkan sekali, tidak pernah membosankan melihatnya."
──Begitu mendengar suara itu. Kami bertiga langsung berdiri tegak.
Karena, di balik Kurumi-san, yang menunjukkan wajahnya adalah...
"Ah. Tidak perlu terlalu tegang. Aku kebetulan datang ke kantor, lalu mendengar bahwa kalian sedang berlatih. Jadi hanya mampir sebentar untuk melihat."
Jas abu-abu yang tampak mahal. Rambut cokelat terang nyaris keemasan, bergelombang rapi. Tahi lalat kecil di dekat mata kanannya justru menambah kesan menawan. Sosok yang memancarkan aura luar biasa itu adalah orang nomor satu di perusahaan ini.
Direktur Utama "60P Production"──Rokujou Reika-san.
"Oh iya. Shinomiya, Izumi... siaran langsung 'AriRaji' tempo hari mendapat tanggapan yang sangat baik. Semoga kalian bertiga bisa terpilih untuk 'Hachinin no Alice (Delapan Alice)' edisi kedua."
"Y-ya! Terima kasih banyak, kami akan berusaha sekuat tenaga!!"
"Terima kasih banyak, Direktur Rokujou. Karena aku diberi kesempatan untuk bergabung dengan unit mereka, aku akan berusaha keras agar bisa memberikan hasil yang nyata."
Aku dan Hotta-san menjawab dengan penuh hormat. Namun, Ranmu-senpai saja yang...
"Aku──pasti akan menjadi 'Top Alice'."
Matanya memancarkan api yang tenang ketika ia mengucapkannya.
Melihat itu, Direktur Rokujou tersenyum penuh minat.
"Oh? Berani sekali kau, Shinomiya."
"Aku telah bersumpah untuk mendedikasikan hidupku pada ‘akting', dan itulah alasan aku menjadi seorang seiyuu. Meski harus mengorbankan segalanya, aku ingin memberikan mimpi pada mereka yang menonton. Karena itu, kali ini aku pasti──akan menjadi 'Top Alice'."
"Semangatmu memang luar biasa, seperti biasanya. Kalau tidak salah, cara hidup seperti itu kau pelajari dari Kei, bukan?"
"Benar. Matogi Kei-san adalah──penunjuk jalan bagiku."
Meski berhadapan dengan Direktur Rokujou, Ranmu-senpai sama sekali tidak menunjukkan keraguan. Benar-benar hebat... aku sampai menghela napas kagum.
"...Lalu? Setelah mendengar tekad Shinomiya, apa kau tidak punya komentar?"
"Jangan menggoda begitu, Reika... itu membuatku sulit masuk."
Menanggapi Direktur Rokujou yang terlihat gembira, sebuah suara lain menyahut. Suaranya terdengar asing, tidak pernah kudengar sebelumnya.
Ketika aku sedang berpikir begitu... seorang wanita perlahan memasuki studio. Dia bagaikan──peri yang keluar dari sebuah dongeng. Kecantikannya terasa tidak nyata, seolah bukan berasal dari dunia ini. Mata bulat indah laksana boneka, rambut hitam lurus mengalir seperti air terjun. Tingginya pasti lebih dari seratus tujuh puluh sentimeter, dengan tubuh setara model. Namun senyumnya begitu polos, seperti seorang gadis kecil.
Aku tahu siapa dia. Aku pernah melihatnya di majalah. Jika tidak salah, dialah sosok yang menjadi idola Ranmu-senpai──
"...Matogi Kei-san?"
Ranmu-senpai menyebut nama itu dengan nada penuh keraguan.
"Ya. Senang berkenalan, semua anggota 'Yurayura★Kakumei with Yuuyu'. Nama saya Matogi Kei──di '60P Production', saya menjabat sebagai direktur eksekutif sekaligus kepala divisi pelatihan aktor."
...Ini sungguhan, Matogi Kei-san.
Bahkan sebelum aku benar-benar bisa mengingat sesuatu, beliau sudah menggemparkan seluruh Jepang sebagai model papan atas. Beliau adalah orang yang mendirikan '60P Production' bersama Direktur Rokujou──sosok yang benar-benar berada di atas awan.
"…Tuh kan. Gara-gara Reika meninggikan ekspektasi, semua orang jadi bingung bagaimana harus merespons."
"Itu hanya karena Kei memang sosok yang mereka kagumi, bukan? Begitu, Hachikawa?"
"Eh, s-saya!? Umm… baik Direktur Rokujou maupun Matogi-san, bagi kami adalah sosok yang berada di atas awan. Jadi, merasa gugup terhadap kalian berdua itu wajar saja…"
Kurumi-san menjawab dengan ragu, sementara Direktur Rokujou tertawa kecil dengan wajah penuh rasa senang.
"Ya, memang benar kalau tadi agak berlebihan bercanda. Baiklah, sekali lagi… inilah Shiinomiya, Kei."
"Senang berkenalan, Shiinomiya-san. Saya sudah mendengar kabar darimu lewat Reika. Katanya, kamu memiliki semangat luar biasa dalam berakting dan seorang yang bertalenta besar."
"T-tidak, sama sekali tidak. Jika dibandingkan dengan Matogi-san, saya masih jauh sekali…"
"Eh, apa itu barusan? Ke mana perginya sikap percaya diri Ranmu yang biasanya?"
"…Bersikap penuh hormat kepada Matogi-san adalah hal yang wajar, bukan? Tolong pahami situasinya, Hotta-san."
"Justru kamu dan Yuuna-chan lah yang paling tidak pantas bicara soal 'membaca situasi'…"
Wah… ini pertama kalinya aku melihat Ranmu-senpai bersikap begitu sopan. Bagaimana ini. Rasanya aku pun ikut-ikutan jadi tegang…
"Merupakan suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Matogi-san. 'Berdiri di puncak berarti memiliki tekad untuk mengorbankan segalanya dan mendedikasikan seluruh hidup'──kata-kata itu sampai sekarang masih menjadi pegangan saya."
"Wah, kamu tahu itu? Padahal itu hanya kalimat dari wawancara lama sekali."
"Saat saya bersumpah untuk mempertaruhkan segalanya demi 'akting', saya mengetahui kalimat itu──dan saya sangat terkesan. Keyakinan Anda itu menjadi penunjuk jalan bagi saya… sehingga saya bisa berusaha sepenuh hati sebagai seorang pengisi suara."
"……Begitu ya. Kalau memang bisa bermanfaat, saya senang mendengarnya."
Setelah sejenak hening mendengar ucapan Ranmu-senpai, Matogi-san membalas dengan nada lembut. Kemudian──ia memutar tubuhnya, menoleh ke arahku dan Hotta-san.
"Izumi-san dan Hotta-san. Saya juga sudah mendengar tentang kalian. Katanya kalian sangat unik dan bersinar dengan cahaya masing-masing."
"Terima kasih banyak. Sebagai anggota tertua di unit, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk memimpin mereka berdua!"
"E-eh, umm… te-terima kasih banyak…"
Aduh… karena terlalu gugup, suaraku malah keluar pelan dan bergetar. Kalau dibandingkan dengan Ranmu-senpai dan Hotta-san, aku benar-benar terlihat tidak bisa apa-apa…
"Setiap aktor memiliki keyakinannya sendiri──dan cahayanya sendiri. Tidak ada satu jawaban yang mutlak benar. Karena itu, tolong… kalian bertiga hargai perasaan kalian masing-masing."
──Sekonyol apapun rasa minderku tadi, semuanya terasa tidak berarti lagi. Dengan suara yang begitu lembut, Matogi-san menyampaikan itu.
"Memang klise, tapi saya mendukung kalian. Kalian bertiga… tidak, semua orang di agensi ini. Semoga bisa terbang tinggi──dengan penuh senyuman."
Pada saat itu, senyuman Matogi-san──benar-benar seperti malaikat. Entah mengapa, dadaku berdebar kencang sekali…
◆
"…Eheheheh."
Selesai latihan, ketika sedang berganti pakaian di ruang ganti. Aku tiba-tiba teringat kembali percakapanku dengan Matogi-san… dan tersenyum sendiri.
"Apa yang sedang kamu lamunkan, Yuuna?"
Ranmu-senpai memandangku dengan wajah curiga. Sementara itu, Hotta-san sudah selesai berganti lebih dulu dan kembali ke ruang lounge.
"T-tidak ada hal besar kok! Hanya saja, waktu melihat Ranmu-senpai bicara dengan Matogi-san, perbedaan sikapmu yang biasanya tegas jadi terlihat manis sekali… aku hanya sedang memikirkan itu!"
"…Haruskah saya menganggap itu sebagai bentuk ejekan?"
Hyaaah!? Mata Ranmu-senpai sama sekali tidak terlihat sedang bercanda!
"M-maaf, Ranmu-senpai!! T-tapi… aku sungguh terharu dengan semangatmu. Karena itu aku juga──akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa tampil di 'Delapan Alice'!"
Saat aku panik menjelaskan, Ranmu-senpai akhirnya melembutkan ekspresinya.
"Ya… mari kita berjuang bersama. Mengincar puncak yang lebih tinggi lagi."
"Itu bagus, Ranmu-senpai! Kalau begitu, kita harus memastikan bisa meraih hasil terbaik!! Aku akan banyak berlatih, bahkan aku juga akan berdoa di kuil!"
"Dari tadi bicara soal latihan serius, lalu ujung-ujungnya minta bantuan dewa? Benar-benar… kamu memang selalu begitu, Yuuna."
Ah… apa aku lagi-lagi mengatakan sesuatu yang konyol?
Melihat reaksi Ranmu-senpai yang setengah jengkel, aku agak menyesalinya…
"Tapi memang benar──sesekali mencari keberuntungan dengan cara begitu, tidak ada salahnya juga."
Dengan nada seolah bergurau, Ranmu-senpai berkata begitu. Ia lalu menyipitkan mata──dan tersenyum hangat padaku.



Post a Comment