NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 1 Chapter 16 - 20

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 16

【Gambar】

Sesuatu yang Hampir Terlihat dari Rok tapi Tetap Tersembunyi


Hari terakhir Golden Week, Nayu kembali meninggalkan Jepang.


Kepadaku, ia tetap bersikap ketus seperti biasa dengan kata-kata "Cih" atau "nyebelin." Tapi entah kenapa, kepada Yuuka, ia malah mengulurkan tangan untuk berjabat.


"Tolong tetap akur dengan Kakak… serius."


"Ya! Nayu-chan juga datang main lagi ya!!"


Karena ia menunduk hingga hanya bagian atas kepalanya yang terlihat, aku tidak bisa melihat ekspresinya. Namun, entah kenapa, suara Nayu terdengar lebih tenang dari biasanya.



"Nayu-chan sudah sampai dengan selamat?"


"Pasti baik-baik saja. Dia itu tipe orang yang meskipun pesawat jatuh pun, tidak akan mati."


"Itu berarti dia sudah bukan manusia lagi."


Di jalan menuju sekolah, Yuuka menanggapi candaanku sambil tertawa. Biasanya, hari pertama masuk sekolah setelah Golden Week terasa sangat berat. Tapi tahun ini berbeda. Karena ada Yuuka, aku tidak merasa bosan. Entah sejak kapan, berangkat sekolah berdua dengannya jadi hal yang terasa wajar.


"Yuu-kun, Yuu-kun!"


Yuuka yang berlebihan dalam mencoba merapat padaku memang agak menyulitkan. Soalnya, bisa saja kapan saja kami berpapasan dengan teman sekelas.


── Rambut yang diikat kuncir kuda bergoyang tertiup angin.


Karena memakai kacamata, ia terlihat sedikit lebih tegas dibanding saat di rumah. Tapi senyum polosnya yang ditujukan padaku, tetaplah senyum Yuuka yang biasa.



"Yahho, Sakata! Apa kabar?"


Begitu aku duduk di kursiku, Nihara-san menepuk bahuku dengan keras. Dengan rambut panjang cokelatnya yang bergoyang, ia lalu melompat duduk di atas mejanya sendiri. Rok mininya yang sudah pendek hanya sampai paha, kini bertambah berbahaya karena sudut duduknya.


"Hei, lagi lihat apa tuh?"


Nihara-san berkata sambil tertawa, lalu melontarkan sesuatu yang sangat keterlaluan.


"A-aku nggak lihat apa-apa kok?"


"Bohong. Tadi kamu pasti lagi coba intip celana dalamku, kan?"


"Nggak! Tolong jangan asal ngomong begitu!"


"Sakata kan laki-laki juga, kan? Kalau ada rok pendek kayak gini, wajar dong kalau penasaran."


"Tolong hentikan. Bukan begitu. Sungguh, aku serius. Percayalah."


Mungkin Nihara-san hanya bercanda, tapi aku benar-benar merasa seperti mau mati di tempat. Kalau salah sedikit saja, bisa-bisa aku mati secara sosial.


Aku jadi bisa mengerti perasaan para pria dewasa yang ditangkap gara-gara dituduh mesum padahal salah tuduh…


"──Nihara-san. Bisa bicara sebentar?"


Suara sedingin es itu langsung membekukan suasana dalam sekejap.

‘Watanae Yuuka’ berdiri di antara aku dan Nihara-san. Nihara-san hanya terkekeh dan melambaikan tangan ke arah Yuuka.


"Yahho, Watanae-san. Eh, lain kali kita karaoke bareng lagi, yuk──"


"Nihara-san… pakaianmu itu, tidak sopan."


Tanpa menggerakkan alis sedikit pun, Yuuka memotong pembicaraan tanpa ampun.

"Pe… pertengkaran wanita…!"


Masa yang menyaksikan langsung bergumam aneh.


Entah bagaimana, suasana itu menjalar, dan sekitar mulai ramai berbisik. Tapi Yuuka tidak peduli sedikit pun dengan keributan itu.


"Nihara-san. Sakata-kun sedang menatapmu dengan penuh nafsu. Itu merusak ketertiban. Jadi hentikan."


"A-aku nggak ngeli──"


"Sakata-kun."


Suara Yuuka sedingin es. Hanya memanggil namaku saja, tapi rasanya seberat vonis mati. Akhirnya aku terdiam. 


Mungkin menyadari keanehan suasana, Nihara-san pun turun dari mejanya.


"Yah, Sakata itu mesum diam-diam, kan. Kalau ada gadis secantik ini? Pakaian seronok begini? Ya jelas aja langsung nempel di mata."


"Nggak! Tolong hentikan. Aku nggak begitu. Bukan itu maksudnya."


"Mau bilang lihat atau nggak lihat──itu kan nggak bisa dibuktikan."


Berbeda dengan gaya bercanda Nihara-san, Yuuka tetap dingin.

Wajahnya berubah menjadi ekspresi membeku yang bahkan belum pernah kulihat, baik di rumah maupun di sekolah.


"Bagaimanapun juga, merasa terangsang hanya karena tubuh perempuan… menurutku itu menjijikkan."


"Humph! Yuu-kun bodoh, bodoh!! Karena lihat kaki telanjang Nihara-san sampai timbul pikiran mesum──menjijikkan! Dasar rendahan!!"


IQ Yuuka seakan langsung turun 50 poin.


Awalnya kukira dia marah karena buru-buru pulang. Tapi melihat dia melempar tas sembarangan lalu duduk di ruang tamu dengan pipi menggembung, ternyata bukan itu.


"E-ehm, Yuuka…"


"Kamu lihat, kan! Dasar mesum!!"


"Mau bilang lihat atau nggak lihat, itu kan nggak bisa dibuktikan, bukan?"


"Aah, ahh! Aku nggak mau dengar alasan!! Wah, aku nggak dengar apa-apa! Karena Yuu-kun cuma bisa kasih alasan, kan!!"


"Itu karena kamu nutup telinga sendiri, kan!?"


Apa pun yang kukatakan, Yuuka tetap ngambek. Ia menutup telinga rapat-rapat, memejamkan mata, lalu manyun dengan bibirnya.


Benar-benar ekspresi konyol. Aku tak bisa menahan diri, akhirnya──tertawa terbahak.


"Kenapa malah ketawa sih? Aku ini lagi benar-benar marah, tahu!"


"Iya-iya. Kamu lagi marah banget, ya."


"Hmff. Nggak ada yang bisa bikin aku baikan lagi. Kasihan banget deh, Yuuka-chan."


"Aduh. Segitu ngambeknya?"

"Wah! Dasar Iblis Nggak Tahu Malu!!"


Sambil ribut begitu, aku menunduk dalam-dalam.


"Baiklah, Yuuka. Maaf, ya."


"Aku nggak dengar."


"Maaf, sungguhan."


"Benar-benar nggak dengar."


"Itu karena nutup telinga sendiri....lagian sebenarnya kamu dengar kan!?"


Karena nggak ada ujungnya, akhirnya aku pegang tangan Yuuka dan menjauhkan dari telinganya. Alhasil, aku jadi memegang kedua tangannya.


"…Wah, wajah kita deket banget."


Dengan jarak hampir menempel hidung, Yuuka menundukkan dagu dan manyun. Aku buru-buru memalingkan wajah darinya. 


Begitulah, suasana jadi aneh dan kami terdiam lama.


"…Hei, Yuu-kun?"


Dengan suara bergetar, Yuuka berbisik pelan. Seakan takut, ia berkata──


"Kamu… kamu ingin lihat c-celana dalam Nihara-san…?"


"Kenapa kamu bisa ngomong begitu dengan wajah serius!?"


Aku sampai teriak kaget mendengar sesuatu yang benar-benar di luar dugaan. Namun, Yuuka tetap dengan wajah sangat serius.


"So-soalnya! Yuu-kun jelas banget tadi menatap ke arah roknya Nihara-san! Kelihatan banget wajahmu kayak lagi mikirin ‘bisa kelihatan nggak ya di dalamnya’ kan!?"


"Makanya, aku tuh nggak──"


Tidak. Kalau aku terus membantah, percuma saja.


Sudah terlanjur begini. Mau tak mau, aku harus jujur dan mengaku.


"…Memang benar, aku sempat merasa kalau roknya pendek sekali. Jadi, refleks mataku tertuju ke batas rok dan pahanya. Itu aku akui."


"Uwaaah, jadi memang benar kan!!"


"Tapi itu bukan karena Nihara-san! Itu hanya gerakan refleks! Sebuah fenomena alami!"


Aku ingin dia mengerti bagian itu. Aku sama sekali tidak bernafsu pada Nihara-san. Yang menarikku hanyalah… situasi “paha yang terlihat dari balik rok mini.” Itu reaksi yang akan dimiliki siapa pun kalau dia laki-laki. Sungguh.


"…Benarkah begitu?"


Yuuka yang tadi menutup wajah dengan tangannya kini melirik ke arahku.


Tidak ada tanda-tanda dia menangis. Jadi itu tangisan palsu, rupanya.


"Benar. Bukan karena Nihara-san, tapi karena hampir kelihatan. Jadi mataku terarah ke sana."

Penjelasan ini memang terdengar seolah aku mengakui ingin melihat celana dalam. Tapi tidak ada pilihan lain. Coba pikirkan baik-baik.


‘Aku ingin melihat celana dalam Nihara-san’ berbeda makna dengan ‘Aku ingin melihat celana dalam yang hampir kelihatan.’


Lihat? Nuansanya sangat berbeda, kan?


"Jadi, Yuu-kun sebenarnya tidak ingin melihat celana dalam Nihara-san…"


"Tidak. Sama sekali tidak."


Aku mengucapkannya dengan tegas, penuh keyakinan. Wajahku saat itu pasti terlihat sangat gagah. Dan melihat sikapku yang tegas itu, Yuuka perlahan membuka mulutnya──


"…Kalau begitu. Bagaimana kalau… celana dalamku?"


"Hah?"


Alur yang sama sekali tidak kuduga membuatku mengeluarkan suara aneh. Mungkin karena reaksiku, wajah Yuuka langsung memerah.


"A-a-aku maksudnya… misalnya aku dan Nihara-san memakai rok yang sama, duduk dengan posisi yang sama… kalau begitu, Yuu-kun akan lebih ingin melihat punyaku…?"


Dengan suara terbata-bata, Yuuka bertanya. Tangannya perlahan menyentuh ujung roknya. Lalu──perlahan. Ujung rok itu mulai terangkat. Paha putih nan ramping, yang begitu menggoda, mulai terlihat.


Aku harus menghentikannya. Aku sadar akan hal itu. Tapi suaraku tidak keluar. Karena tidak seperti sebelumnya──kali ini jantungku berdegup kencang sekali. Ada sensasi aneh yang muncul dari dalam dadaku. Sensasi yang tidak kurasakan saat bersama Nihara-san… kini membuat kepalaku terasa mati rasa.


"…Uuuh…"


Hingga──ketika tinggal sedikit lagi bagian dalam roknya terlihat.

Gerakan tangan Yuuka berhenti.


"…Dasar Yuu-kun, mesum…"


"Tunggu dulu!? Itu logikanya aneh! Ini jelas-jelas jebakan, tahu!?"


"…Uuuh… maaf ya…"


Saat aku mati-matian berusaha membela diri, tubuh Yuuka bergetar.

Dengan pandangan dari bawah, ia berbisik lirih──


"Memang… memalukan sekali…"


"Itu sudah jelas! Cepat turunkan roknya!"


Begitulah akhirnya. Yuuka segera merapikan roknya, lalu melompat ke sofa dan menenggelamkan wajah ke bantal.


Sepertinya dia sadar sudah keterlaluan, lalu malu sendiri. Dengan wajah yang tetap tersembunyi, dia bergumam samar-samar.


"Aduuuh…"


"Sungguh deh. Kenapa harus bersaing dengan cara aneh seperti itu…"


Aku baru mau melanjutkan, tapi… kata-kataku terhenti.


────Karena. Saat Yuuka melompat ke sofa tanpa pikir panjang, 

roknya tersingkap sedikit──


"…Eh? Yuu-kun, ada apa──kyaaaaa!!"


Jeritan Yuuka bergema memenuhi rumah. Ia memukuliku bertubi-tubi dengan tangannya. Tapi pikiranku saat itu… hanya dipenuhi satu warna──“putih.”


Untuk sementara waktu, aku tidak bisa memikirkan hal lain sama sekali.




Chapter 17

【AriRaji Spoiler】

‘Adik laki-laki’ yang disebut Yuuna-chan itu, sebenarnya……


Ketika aku sedang serius membaca manga, tiba-tiba alarm dari ponselku berbunyi nyaring. Aku segera menutup manga itu, meraih ponsel, lalu mematikan alarmnya. Setelah itu, aku cepat-cepat berpindah ke depan komputer. Di sana sudah kubuka sebelumnya, situs resmi radio internet. Aku memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu──perlahan, aku menekan tombol untuk memutar audio.


“Selamat datang semuanya, konnichiarisu! ‘Love Idol Dream! Alice Radio☆’──mulai sekarang!!”


Radio internet dari Arisute, yang mulai tayang sejak akhir tahun lalu──biasa disebut AriRaji. Ciri khas acara ini adalah tidak adanya MC tetap. Setiap episode, dua Alice Idol dipanggil sebagai pembawa acara.


Bagian pertama berisi percakapan dalam peran karakter, sedangkan bagian kedua adalah obrolan bebas oleh para pengisi suara. Bagi penggemar Arisute, ini bagaikan program impian, karena ada kesempatan idolanya menjadi pembawa acara.


“Baiklah, sekarang perkenalan pembawa acara hari ini… izinkan saya mulai lebih dahulu. Teman-teman, mari kita cari bersama sesuatu yang tak bisa dibeli dengan uang──aku berperan sebagai Hotta Deru. Mohon dukungannya.”


Deru-chan selalu masuk dalam peringkat dua puluh besar Alice Idol populer. Lahir di keluarga miliarder minyak, ia hidup tanpa kekurangan. Namun, ia menyadari bahwa “ada hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.” Itulah yang membuatnya menjadi Alice Idol ──berusaha setiap hari untuk menghadirkan “senyuman yang tak ternilai dengan uang” kepada semua orang.


“Dan satu lagi pembawa acara kita adalah…”


“Ini dia, ini dia…”


Aku menahan detak jantungku yang semakin cepat, menatap layar PC dengan penuh konsentrasi. 


Ya, pembawa acara satunya lagi kali ini adalah──


“Halo semuanya! Ah, jangan perlakukan aku seperti anak kecil! Hari ini, Yuuna bakal bikin semua orang bersenang-senang… jadi bersiaplah ya? ──Aku Izumi Yuuna, pengisi suara Yuuna! Mohon dukungannya!!”


Yuuna-chan──14 tahun, siswi SMP.


Awalnya, ia ikut mendaftar karena diajak oleh adiknya, Nanami-chan, dan akhirnya mereka berdua menjadi Alice Idol bersaudara. Dia ceria, penuh semangat, dan agak tomboy. Karena berada di usia yang ingin terlihat dewasa, ia sering mencoba bersikap “dewasa”, tapi justru melakukan banyak kesalahan konyol. Kadang-kadang ia menggoda seperti anak nakal, tapi kemudian merasa malu dan berhenti. Itulah sifat polosnya. Sebenarnya, ia sangat manja.


──Sejujurnya, kalau soal peringkat, Yuuna-chan termasuk di bawah. Tapi peringkat itu tak ada artinya. Karena bagiku, Yuuna-chan──selalu nomor satu.


“……Fuu.”


Aku baru sadar kalau tadi sampai lupa bernapas, lalu menarik napas panjang.

Ah, omong-omong, aku sudah menyuruh Yuuka pergi berbelanja. Meski ia tahu aku adalah “Shinigami yang jatuh cinta”, tapi tetap saja… aku terlalu malu kalau harus ketahuan sedang begini.


Aku duduk bersila rapi di kursi. Lalu memusatkan seluruh perhatianku pada AriRaji.


“Halo, Deru-chan!”


“Yuuna-chan, hari ini juga ceria sekali, ya?”


Begitulah mini-drama dimulai.


“Iya! Keceriaan itu kelebihan Yuuna, lho! Kalau Yuuna tersenyum, semua orang juga tersenyum!! Jadi semuanya jadi bahagia, kan?”


“Luar biasa sekali. Benar-benar kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan uang… saya juga ingin membuat semua orang tersenyum.”


Energi penuh semangat Yuuna-chan, dipadukan dengan kelembutan Deru-chan. Keseimbangan itu membuat suasana radio menjadi luar biasa. Sedikit saja berlebihan, ini benar-benar episode terbaik.


“Ngomong-ngomong… Yuuna-chan, ukurannya besar sekali, ya?”


“Eh? B-begitukah…? Kalau diperhatikan seperti itu, aku jadi malu…”


“Di rumahku memang ada minyak, tapi… untuk bagian dada, tidak terlalu. Memang lebih baik yang besar, ya…?”


“Entahlah? Memang sering kudengar kalau anak laki-laki lebih suka yang besar, sih.”


Sial! Siapa pun penulis naskah ini, jelas dia orang yang dulu menanamkan pada Yuuka ide “anak laki-laki semuanya penyuka 

payudara besar,” bukan!?


“Tapi Deru-chan kan imut. Jadi semua orang juga nggak akan membiarkanmu sendirian, kan?”


“Kata-kata itu, aku kembalikan padamu, Yuuna-chan. Aku juga ingin menjadi gadis ceria dan menawan sepertimu.”


“Yuuna sih ingin lebih anggun… soalnya Deru-chan kelihatan sangat dewasa. Yuuna pasti bisa, nanti akan belajar jadi lebih dewasa juga!!”


Kamu sudah cukup imut apa adanya, tahu!! Sifat kekanak-kanakanmu, keinginanmu untuk terlihat dewasa, semuanya imut!! Lagipula, hanya dengan keberadaan Yuuna-chan, dunia sudah dipenuhi kebahagiaan.


Sejak hari pertama aku bertemu dengannya, aku selalu──“Shinigami yang jatuh cinta” kepada Yuuna-chan.



Dan akhirnya, acara pun memasuki pertengahan, beralih ke sesi obrolan bebas.


“Halo semuanya. Aku Hotta Deru. Senang bertemu dengan kalian.”


“Halo! Aku Izumi Yuuna! S-senang berkenalan denganmu!!”


“Yuuna-chan, kamu terlalu tegang. Pasti ada yang bukan pertemuan pertama juga, kan?”


“Ah, benar juga…… b-bukan pertemuan pertama!!”


Kepanikan yang luar biasa.


Katanya, daya tarik utama dari sesi obrolan bebas ini memang terletak pada interaksi alami antar pengisi suara, yang berbeda dari ketika mereka berperan sebagai karakter. Aku bilang katanya karena sebenarnya, aku biasanya tidak terlalu peduli pada orang di balik karakter. Jadi biasanya aku hanya mendengarkan mini-drama saja. Tapi kali ini berbeda. Karena──istriku yang setiap hari tinggal bersamaku, ikut tampil di sini.


“Yuuna-chan itu adik kelasku di agensi, lho.”


“Benar! Hotta-san selalu banyak membantu saya!!”


“Eh? Kalau tidak salah, kampung halamanmu bukan di Kanto, kan? Jadi kamu tinggal sendirian?”


“Ah… dulu sih iya.”


“Dulu!? Eh, apa aku barusan menanyakan hal yang berbahaya? Mau dipotong aja?”


“B-bukan begitu!? Belakangan ini, adik laki-lakiku pindah ke sini. Jadi, daripada buang-buang uang untuk sewa, kami memutuskan untuk tinggal bersama.”


“Oh begitu. Jadi sekarang Yuuna-chan tinggal berdua dengan adik laki-lakimu?”


“Ya, benar!”


“Uwaa… terdengar erotis.”


“Erotis!? Kenapa begitu, dia itu adik laki-lakiku!?”


“Tapi, hmm… adikmu masih pelajar?”


“Iya, dia anak SMA.”


“Hm, terdengar menggoda.”


“Tidak menggoda sama sekali! Justru cara berpikir Hotta-san itu yang jauh lebih berbahaya!!”


Yuuka mati-matian menyangkal. 


Sambil menyesuaikan dengan suasana paniknya, ditambahkanlah suara tawa orang ketiga. Namun──jantungku sebagai pendengar terus berdebar kencang tanpa henti.


Karena begini. Yuuka sekarang tinggal bersamaku. saudaranya seharusnya masih tinggal di kampung halaman. Dan tadi dia bilang, “anak SMA,” kan? Kebetulan aku juga anak SMA──── dengan kata lain?


“Adikku itu, orangnya benar-benar seorang gentleman. Jadi jangan nodai dia dengan imajinasi anehmu, Hotta-san!”


Tak salah lagi. Itu──jelas-jelas tentang aku.


“Jangan membuatku terdengar seperti orang mesum dong. Bayangkan saja, kalau kamu punya kakak perempuan secantik ini di rumah. Kalau kamu anak SMA normal, pasti akan berdebar-debar, kan?”


“Yah, memang kami akrab, tapi… adikku tidak pernah melihatku dengan pandangan aneh seperti itu. Dia selalu bilang kalau yang menarik baginya cuma dunia dua dimensi!”


“Itu juga agak berbahaya, kan?”


Membungkus cerita tentang tunangan dengan label “adik laki-laki”──betapa nekatnya.


Watanae Yuuka…… gadis yang menakutkan.

“Ngomong-ngomong, bagaimana sih bentuk keakraban kalian?”


“Hmm, kami sering menonton anime bersama. Bahkan berangkat sekolah pun selalu berdua.”


“Wah, benar-benar akrab sekali! Itu pasti adikmu diam-diam berdebar juga!!”


“Hmm, menurutku justru aku yang lebih sering berdebar! Bukan dalam arti mesum, tapi dalam arti aku sangat menyayanginya!!”


Oke, aku seperti muntah darah. Memang tidak benar-benar keluar darah, tapi rasanya sama saja.


Ini jelas eksekusi di muka umum. Kalau ketahuan, aku bisa diburu mati oleh para penggemar di seluruh negeri… sungguh.


“Jadi Yuuna-chan, kamu benar-benar menyayangi adikmu.”


“Ya, aku sangat menyayanginya!”


“Ngomong-ngomong, adikmu mirip artis siapa gitu?”


“Anjing peliharaan!!”


“Aku bilang artis, lho!?”


Mengabaikan protes Hotta-san, Yuuka terus bicara dengan penuh semangat.


“Kalau sehari-hari, dia itu seperti golden retriever! Lebih tinggi dariku, keren, dan membuatku merasa terlindungi. Tapi, tapi ya!? Kadang-kadang, dia malah seperti chihuahua! Aduh, imut banget… sampai aku ingin menggigitnya… semacam itu? Pokoknya, benar-benar lucu dan aku suka sekali!! Mengerti kan maksudku!?”

“E-eh…”


Senior satu agensi itu sampai benar-benar terdiam kaget.


Tolong sadar, Yuuka! Dan hentikan sekarang juga!!


“Belakangan, kami juga sering tidur bersama!”


“Kalian tidur bersama!? Itu kan adikmu!?”


“Ya, adikku! Suatu malam aku terbangun, dan di sebelahku dia tidur dengan napas teratur. Rasanya… sangat imut! Aku benar-benar merasa, aku sangat menyayanginya!!”


Jadi selama aku tidur, kamu sempat berpikiran seperti itu!? Tunggu, ini kan radio internet!? Bisa diakses dari seluruh negeri, kan!? Tolong jangan sebarkan informasi tentangku lebih jauh lagi… aku mohon. Namun Yuuka tak menahan diri, malah melempar “bom” lagi.


“Lalu, aku tidak tahan lagi…”


“Eh? Tidak tahan? Maksudmu…”


“Iya… akhirnya aku melakukannya.”


“Kamu melakukannya!?”


“Iya… diam-diam, pada adikku yang sedang tidur.”


“Kamu melakukannya!?”


“Itu… salah, ya?”


“Bukan hanya salah secara hukum, tapi juga salah untuk acara ini!”


Karena ucapan Yuuka yang terlalu bebas, mood Hotta-san benar-benar kacau balau. Tapi serius, bagaimana mungkin ini tidak disensor?


“Eh… kalau boleh tahu, sampai sejauh mana?”


“Eh. Cuma sedikit kok. Hanya ujungnya saja……”


“Itu berarti semuanya!!”


────Eh?


“Eh? Eh? Ujungnya? Ujungku?”


Apakah ‘ujungku’ sudah tanpa kusadari lulus dari predikat perjaka……?


Ucapan Yuuka melenceng jauh. Pikiranku pun penuh dengan khayalan.


Ah…… begitu, ya. Jadi aku sudah menjadi seorang laki-laki sejati. Kupikir hal semacam itu masih jauh di depan. Tapi ternyata…… begitu, ya. Selamat tinggal, diriku yang masih anak-anak……


“Benar, hanya ujungnya saja kok. Dengan ujung jariku, begini…… kugencet pipi adikku, puni begitu.”


“……Hah?”


Suara Hotta-san dan suaraku benar-benar terdengar bersamaan. Namun Yuuka tetap melanjutkan ceritanya dengan semangat yang tak berubah.


“Jadi, ketika kupikir wajah tidurnya imut sekali, aku tidak bisa menahan diri. Jadi aku pun mencubit pipinya sekali.”


“……Oh.”


“Ah, kamu mencurigaiku ya? Itu tatapan mencurigai, kan?”


“Bukan, yaa……”


“Memang luar biasa, ya Hotta-san! Maaf, tadi bohong. Sebenarnya aku mencubitnya puluhan kali!!”


“Ah, begitu……”


“Rasanya seperti, waaah, pipinya empuk banget sampai aku hampir mati karena gemas!! Ahh, bahkan sekarang ketika aku bercerita pun, 

kelembutannya langsung terbayang lagi di pikiranku.”


“Baik, kita masuk iklan duluー”


────────────────────────────────


『Retire Now! Magical Girls’ Blu-ray sudah diputuskan rilis lebih cepat! Edisi produksi pertama volume satu akan menyertakan mini-drama berjudul ‘Hari-Hari Salmon Pink’.』


Juga dilengkapi dengan pin badge bertanda tangan ketiga pengisi suara para gadis ajaib, semua hanya dengan harga enam ribu tiga ratus yen. Kalian wajib menonton aksi kami, tahu!? Sungguh. Yang tidak membeli──akan kami bersihkan☆



“Gyaaaaaaahhh!?”

“Uwaaah!?”


Sambil mendengarkan iklan yang tiba-tiba diselipkan, aku melamun. Lalu teriakan nyaring menggema.


Dengan panik aku menoleh, dan di sana ada Yuuka yang menjatuhkan kantong belanjaannya ke lantai. Bibirnya bergetar, sementara mata di balik kacamatanya berkaca-kaca.


“Eh, kenapa, tunggu…… kan sudah kubilang jangan didengarkan!”


Yuuka buru-buru berlari ke arahku, lalu langsung memaksa PC untuk dimatikan.


“Ahh!? Masih ada sekitar lima menit lagi!!”


“Dasar bodoh! Sudah kubilang jangan didengarkan, kenapa malah kamu dengarkan!?”

“Sebaliknya, coba pikir deh? Kenapa kamu bisa mengira aku tidak akan mendengarkan episode legendaris di mana Yuuna-chan jadi penyiar?”


“Jangan ngeyel!”


Dengan sikap yang jarang kulihat, Yuuka menekan aku dengan penuh amarah.


“……Jangan-jangan, waktu tadi kamu bilang ‘pergilah belanja. Sekitar tiga puluh menit’, itu memang supaya aku pergi? Nggak bisa dipercaya…… jadi kamu sengaja memanfaatkan saat aku tidak ada, untuk melakukan pengkhianatan ini!!”


“Eh. Kenapa nadamu seperti aku membawa perempuan lain ke rumah? Padahal aku cuma mendengarkan radio internet di mana Yuuka sendiri jadi penyiar……”


“Jelas saja karena memalukan!!”


Dengan tegas Yuuka mengacungkan jari telunjuknya, lalu mengembungkan pipinya. Kemudian──ia bergumam pelan.


“……Aku kebablasan, terlalu banyak cerita soal Yuu-kun. Dan…… bisa ketahuan soalnya.”


“Eh, maksudmu…… waktu aku tidur, pipiku itu……”


“Aah, ternyata memang ketahuan! Bodoh!!”


Dengan kedua lengan dikibaskan, Yuuka merajuk dengan keras. Namun di detik berikutnya…… ia tertunduk lesu.


“Kamu jadi benci padaku?”


“Kenapa?”


“Soalnya aku menyerangmu saat tidur.”


“Yah, tapi…… cuma pipi, kan……”


“Eh? Jadi itu tidak apa-apa!?”


Sekejap saja, mata Yuuka kembali berbinar penuh cahaya. Lalu, perlahan ia mengangkat tangan kirinya.


“……Permisi. Jadi, kalau pipi saja, boleh aku sentuh, ya?”


“Kenapa harus tanya begitu!? Kalau ditanyakan seperti itu, aku jadi ragu, tahu!?”


“Shuun……”


“Jangan sampai kelihatan putus asa begitu!”


“Jadi boleh, ya!?”


“Sudah Ku-bi-lang…….”


Begitulah. Perdebatan antara aku dan Yuuka soal “boleh tidaknya menyentuh pipi” akhirnya berlangsung sekitar tiga puluh menit.


Ah──omong-omong. Sisa siaran AriRaji itu tetap berhasil kuselesaikan juga, ketika Yuuka sedang mandi.




Chapter 18

Aku yang mencoba merawat, gagal total karena tidak bisa membuat bubur


“Ya. Saya rasa jawabannya ‘Scipio Agung’.”


Meskipun tiba-tiba ditunjuk oleh guru, Yuuka menjawab dengan tenang. Kemudian, saat hendak duduk kembali.....


Bam! Sikutnya terbentur meja.


“Ah..... maaf.....”


Ia cepat-cepat menunduk sopan, lalu buru-buru membuka buku pelajaran dengan wajah panik.


“..........?”


Melihat serangkaian tindakannya itu, entah kenapa aku merasa ada yang janggal. Apa mungkin ini yang disebut firasat tunangan...?



“Ukh! Kuhuk kuhuk!!”


“Ah…… sudah kuduga.”


Begitu sampai di rumah, aku langsung menyodorkan termometer dan memaksa Yuuka mengukur suhu tubuhnya. Angka yang muncul jelas lebih tinggi dari suhu normal.


“Yuuka…… ini jelas sekali kamu kena flu, kan.”


“Ti–Tidak kok! Ini cuma sementara saja, penyebabnya tidak jelas, 

jadi suhu tubuhku naik begitu saja!!”


“Itu justru lebih menakutkan, tahu!?”


Kenapa sih dia begitu keras kepala, tidak mau mengakui kalau sedang flu.


“Sudah, biarkan saja! Aku akan masak makan malam!!”


“Tunggu dulu!”


Dengan langkah gontai ia mencoba menuju dapur, tapi aku segera menahannya.


“Muu! Jangan ganggu! Aku yang akan masak malam ini!!”


“Tidak apa-apa. Hari ini biar aku yang masak.”


“Memasak itu tugasku! Yuu-kun itu tugasnya hanya makan masakanku!!”


“Tapi kamu sedang tidak enak badan.”


“Tidak sakit kok! Ini karena semangatku penuh, jadi tubuhku panas begini!!”


“Itu namanya demam. Itu tandanya sel darah putihmu sedang berperang.”


Pipinya memerah, ia masih sering batuk, dan cara bicaranya pun seperti anak kecil.


Jelas sekali kondisinya tidak baik, tapi Yuuka tetap keras kepala.

Tapi, kalau dia sudah selemah ini, aku tidak bisa membiarkannya memaksakan diri memasak.

“Ah.”


“Apa? Kubilang ya, apa pun yang kamu katakan, aku akan tetap menjalankan tugasku!!”


“Yuuka, bukankah ini…… saatnya ‘event spesial pasangan suami-istri’ muncul?”


“……Event spesial, suami-istri?”


Yuuka langsung bereaksi saat mendengar frasa itu.


Bagus, umpannya kena.


“Begini. Biasanya, sang istri selalu berusaha mendukung suaminya. Tapi kali ini, dia jatuh sakit.”


“Iya iya.”


“Lalu sang suami berpikir, ‘Selama ini kita hanya menjalankan peran masing-masing. Tapi justru di saat seperti ini, bukankah saatnya mencoba menukar peran?’.”


“Kita…….”


“Sudah bertukar peran!!”


“──Seperti itu maksudnya?”


“Mungkin agak beda, tapi ya kira-kira begitulah.”


Meskipun sudah sejauh ini aku membujuk, Yuuka tetap menyentuh dagunya sambil menggumam, “Tapi yaa……” Benar-benar keras kepala. Namun, demi kesehatannya, kali ini aku tidak bisa mengalah. 


Aku pun menaruh kedua tanganku di pundaknya, lalu menatap wajahnya dari dekat.


“Yuuka.”


“F–Fa, faai!?”


Dengan jarak yang hampir membuat ujung hidung kami bersentuhan, wajah Yuuka memerah seketika. Sambil tetap menatapnya, aku pun berkata:


“Suami-istri itu harus saling membantu, kan? Dalam pernikahan, pasti ada saat istri melemah dan suami yang menolong. Jadi, sebagai tugas seorang istri──Yuuka. Biarkan aku yang merawatmu.”


“Yu…… Yuu-kun dengan teknik spesialnya…… akan merawatku~?”


“Kok jadi beda artinya!? Dan bicaranya pun sudah mulai cadel, kan!?”


“Entah, pokoknya…… aku akan dirawat Yuu-kun~……”


Akhirnya, di saat aku berhasil mendapatkan persetujuannya──Yuuka mendadak merasa pandangannya gelap!



Untuk sementara, aku membopong Yuuka yang terbaring lemah ke kamar, lalu menyelimuti tubuhnya. Aku letakkan bantal es di bawah kepalanya, dan kutempelkan plester penurun panas di dahinya. Di samping tempat tidur, kutaruh mug berisi teh gandum. Jadi kalau nanti ia terbangun, bisa langsung minum. Sebagai jaga-jaga, kuberikan juga minuman jelly siap seduh.


Baiklah. Posisi perawatan sementara sudah siap.……Tapi mulai dari sinilah neraka yang sebenarnya.

“Tadi memang kubilang akan masak makan malam, tapi……”


Bukan untuk menyombongkan diri, level masakanku masih level pemula. Memang dulu aku sempat tinggal sendiri, tapi karena masakanku benar-benar hancur, akhirnya aku selalu membeli di konbini atau makan di luar.


Tapi kali ini, Yuuka sedang sakit. Aku harus menyiapkan sesuatu yang lembut dan mudah dicerna.


──Baiklah!


“.......Ah. Halo, Nayu?”


『……Haa. Ada apa?』


Dari seberang telepon, suara adikku langsung terdengar tidak senang sejak awal. Namun sekarang, satu-satunya yang bisa aku andalkan hanyalah──Nayu.


“Begini, Yuuka sedang tidak enak badan. Jadi aku ingin membuatkan sesuatu yang mudah dicerna. Nayu, kamu lumayan bisa masak kan?”


『Biasa saja, aku bisa.』


“Kalau begitu, ajari aku caranya!”


『Tidak mau. Ribet.』


“Tolonglah, ajari aku, ya?”


『Tidak. Emangnya wajar kakak minta hal kayak gini ke adiknya? Kamu dulu kan hidup sendiri?』


“Kalau kamu bilang begitu, memang agak menyakitkan juga…… 

tapi ini kan darurat.”


『Cari di Google aja. Serius.』


──Klik.


Dengan tanpa belas kasihan, Nayu langsung memutuskan sambungan telepon. Sungguh adik yang tidak berperasaan.


“Haa…… tidak ada pilihan lain, sepertinya aku harus cari di Google……”


Aku menyandarkan tangan di meja dapur dan menarik napas panjang. ……lalu aku baru sadar, di sudut dapur ada sebuah buku catatan.


Di sampulnya tertulis: ‘Buku Resep Rahasia Yuuka☆’


“Buku resep……?”


☆ Kare Yuuka-chan ☆


1. Kupas kulit sayuran, potong seukuran sekali suap! Dagingnya juga potong seukuran itu!

2. Tuangkan minyak goreng ke dalam wajan, tumis daging dengan api sedang. Harus daging dulu, hati-hati!!

3. Masukkan sayuran sekaligus, tumis. ■ Poin penting: bawang bombai sampai agak bening ■

4. Tambahkan air, biarkan mendidih sekitar 15–20 menit.

5. Masukkan bumbu kare, aduk sampai larut. Lalu didihkan sekitar 10 menit lagi……

6. Jeng jeng, selesai!!


“Apa ini……”


Buku resep yang penuh dengan nuansa polos itu benar-benar mencerminkan Yuuka──membuatku tanpa sadar tersenyum hangat.

Yuuna-chan juga pasti suka melakukan hal semacam ini. Benar-benar mirip, Yuuka dan Yuuna-chan……


“Oh. Tapi, ini…… sepertinya bisa dipakai.”


Lalu aku pun memutuskan untuk membaca dengan saksama ‘Buku Resep Rahasia Yuuka☆’ itu.



“────Nn……”


“Ah. Selamat pagi, Yuuka.”


“Yuu-kun…… eh? Aku, kapan tertidur!?”


Yuuka buru-buru bangkit. Dari dahinya, plester penurun panas terlepas dan jatuh.


“Eh, ini……”


Mata Yuuka membelalak melihat ‘sesuatu’ yang ada di samping tempat tidur. Reaksinya membuatku malu, jadi aku segera menoleh ke arah lain.


“Ini bubur…… Yuu-kun yang membuatnya?”


“Y-ya…… kira-kira begitu.”


“Boleh aku makan?”


“……Aku tidak bisa menjamin rasanya, ya.”


Sambil berkata begitu, aku menarik selimut ke bahunya. Yuuka dengan hati-hati mengambil sendok, lalu menyendok bubur dari mangkuk.

“……Kuhuk! Kuhuk!?”


Begitu bubur masuk ke mulutnya, Yuuka langsung terbatuk hebat. Aku buru-buru menyodorkan gelas berisi teh gandum. Setelah meneguk habis, Yuuka manyun dan menggembungkan pipinya.


“Kamu kebanyakan kasih garam. Sampai aku tersedak begitu.”


“Ah, begitu ya? Sepertinya aku seharusnya coba pakai resep yang ada di buku itu.”


“Buku resep?”


Awalnya, aku mencari cara membuat bubur di ‘Buku Resep Rahasia Yuuka☆’. Tapi ternyata tidak ada.


Lagi pula, kare atau sup kental jelas tidak cocok untuk orang sakit. Kebingungan itu membuatku akhirnya mencoba menelepon Nayu lagi.


『Aku tidak dilahirkan untuk bikin bubur.』


Dan…… teleponku langsung diblokir. 


Pada akhirnya, aku hanya bisa mencari di internet dan mencoba membuat bubur seadanya.


“Yuu-kun, kamu kan pernah hidup sendiri? Bubur itu masakan dasar sekali, jadi wajar kalau tidak ditulis di buku resep…… tapi ternyata kamu memang sama sekali tidak pernah masak, ya.”


“Tidak bisa kubantah……”


Sedikit merasa down karena tidak bisa merawat tunanganku dengan baik saat ia sakit. Tapi Yuuka justru tersenyum kecil.


“Yuu-kun. Boleh aku minta buburnya lagi?”


“Eh? Padahal rasanya aneh, kan? Lebih baik jangan dipaksakan.”


“Hmm…… tapi entah kenapa, rasanya kalau aku makan ini, aku bisa semangat lagi. Lihat deh, wajahku sudah kelihatan lebih baik, kan?”


“……Begitu, ya?”


“Jadi…… aah─n.”


“Hah!?”


Yuuka tiba-tiba menutup mata dan menyodorkan wajah ke arahku. Sambil melirikku dari sela-sela matanya, ia menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan manja.


“Aduh, lemas sekali. Sampai tidak bisa angkat sendok. Kalau tidak ada yang menyuapiku, aku bisa mati kelaparan nih. Aaah─n.”


“Barusan kamu masih bisa makan sendiri, kan.”


“Itu Doppel-Yuuka. Orang lain, orang lain.”


Dengan lidah dijulurkan nakal, ia terkekeh. 


Aku hanya bisa menghela napas pasrah, lalu mengambil sendok.


“Baiklah, Yuuka. Aaah─n.”


“Aaah─n! Mogumogu…… enak sekali!!”


Seolah-olah sedang menyantap full course di restoran mewah, Yuuka mengekspresikan rasa senang yang berlebihan. Padahal buburnya terlalu asin. 

Sambil meneguk teh, Yuuka menghabiskan bubur itu sampai tuntas.


“Alhamdulillah selesai. Terima kasih, Yuu-kun!”


“Ah, y-ya……”


Senyumnya yang begitu tulus membuatku malu. Aku menunduk, lalu bergumam seakan meneguhkan diri.


“……Lain kali, aku akan berusaha membuat yang benar-benar enak.”


Meski aku ini masih sangat payah……sebagai tunangan──aku harus bisa mendukungnya dengan baik.


“……Aku suka sekali sisi lembutmu itu, Yuu-kun.”


Yuuka berbisik pelan. Tapi aku terlalu malu untuk menjawab──jadi aku pura-pura tidak mendengarnya.



Chapter 19

【Berita Sangat Menyedihkan】

Game dan acara sekolah ternyata bentrok jadwal


“Hun, fufuun♪”


Saat aku sedang bersantai di ruang tamu, Yuuka keluar dari kamar dengan wajah yang ceria. 


Di tangannya, ia membawa pakaian yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia mengayun-ayunkan pakaian itu di hadapanku. Jelas sekali dia sedang menunggu aku untuk memberi komentar.


“Yuu-kun, tebak. Ini apa?”


“Pakaian yang baru kamu beli?”


“Salah! Bukan itu.”


Yuuka menampilkan senyum nakal.


“Jawaban yang benar adalah…… kostum untuk acara yang akan datang!!”


“Apa……!?”


Kostum untuk acara? Jangan-jangan──.


“Yuuka…… kamu ikut tampil di acara Arisute!?”


Jujur saja…… Yuuna-chan itu langganan peringkat bawah di ranking popularitas.

Aku memang sangat menyukainya, tapi kupikir dia bukan karakter utama yang bisa sampai ikut acara resmi.


“Sebenarnya, Hotta-san yang seharusnya tampil. Tapi karena beliau tidak bisa, mendadak aku dan satu idol Alice lain dari agensi kami yang ditunjuk untuk tampil. Memang hanya sebagai pengganti, tapi tetap saja sih.”


“Itu tetap luar biasa! Selamat ya, Yuuka!!”


“Mm! Terima kasih, Yuu-kun!!”


Walau bagaimana pun prosesnya, akhirnya Yuuna-chan sampai bisa tampil di acara resmi……


Aku merasa terharu sampai mataku berkaca-kaca.


“Jadi…… taraaa! Ini kostum panggung Yuuna yang dibuat ulang!!”


Aku refleks berdiri dan mendekat ke arahnya. Gaun one-piece berwarna pink itu dihiasi renda di beberapa bagian. Di sisi kiri rok, terdapat pita besar berwarna kuning. Singkatnya──bagaikan jubah seorang malaikat.


“Bagaimana, Yuu-kun?”


“Hidungku bisa mimisan rasanya.”


“Eh!? Jangan sampai ada noda darah, nanti aku dimarahi!!”


Terkejut dengan komentarku, Yuuka buru-buru memeluk kostum itu ke dadanya. Lalu melirikku sekilas.


“Hmm…… mau lihat aku pakai kostum ini?”


Membayangkan Yuuka tersenyum cerah dengan pakaian yang sama seperti Yuuna-chan────────。


“Yuu-kun?”


Yuuka menyenggol bahuku dengan jarinya. Tapi aku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.


“……hmph. Dasar Yuu-kun bodoh. Nggak bakal aku kasih lihat lagi deh.”


“Ah, t-tunggu. Maksudku……”


“Kalau kamu tidak mau lihat, ya sudah.”


Ia menjulurkan lidah, lalu bam! menutup pintu kamar dan masuk. Dadaku terasa nyeri.


“Yuuka, b-bukan begitu! Maksudku……”


Apakah aku ingin melihat atau tidak. Tentu saja──aku ingin melihat. Tapi di sisi lain, aku juga takut. Kalau aku benar-benar melihat Yuuka memakai kostum yang sama dengan Yuuna-chan sambil tersenyum──

Keduanya akan sepenuhnya tumpang tindih di mataku. Dan hati yang sudah kuputuskan hanya akan jatuh cinta pada dua dimensi──akan terguncang.......tapi. Itu semua cuma alasan.


“……Aku ingin melihatnya.”


Dengan tekad, aku bicara pada Yuuka di balik pintu.


“Aku ingin jadi orang pertama yang melihatmu memakai kostum panggung itu.”


Klik, pintu terbuka.

“Moo! Tidak masuk akal banget bikin Yuuna menunggu lama begini!!”


Yang berdiri di sana──Yuuka yang persis seperti Yuuna-chan. Rambut cokelat diikat kembar di atas kepala. Senyum mungil bak kucing di bibirnya. Gaun one-piece pink yang pernah kulihat di gacha event, begitu menyilaukan mata. Dan di antara rok dan kaus kaki hitam setinggi paha──ada beberapa sentimeter zona terlarang. Saking imutnya, aku sampai kehilangan kata-kata.


“Di acara nanti, semua peserta akan menutup dengan menyanyikan lagu tema! Saat itulah Yuuna akan memakai kostum ini…… menyanyi dan menari!!”


“Aku harus datang. Pasti datang.”


Untungnya, tiketnya sudah kubeli lebih dulu. Aku memang tidak menyangka Yuuna-chan akan tampil, tapi aku sudah berjanji menonton bersama Masa.


“Aku pasti akan menonton. Karena ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ sudah bertekad untuk selalu mendukung Yuuna-chan.”


“Mm! Yuu-kun…… eh, maksudku, ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’! Terima kasih banyak selalu mendukungku!!”


Acara itu akan diadakan hari Minggu dua minggu lagi. Rasanya aku sudah tidak sabar. Mungkin sampai hari itu tiba…… aku tidak bisa tidur nyenyak karena terlalu bersemangat.



Keesokan harinya.


Aku dan Yuuka berangkat sekolah seperti biasa, lalu duduk di bangku masing-masing.

“Hei, Yuichi, kamu sudah dengar!? Dua minggu lagi di konser Arisute ……Ranmu-sama dan Yuuna-hime akan tampil darurat!! Are you ready!? Yeeeeahhh!!”


Begitu duduk di kursinya, Masa langsung berteriak dengan semangat luar biasa. Bahkan ia sampai melompat-lompat, membuat orang-orang di sekitarnya heboh, bertanya-tanya ada apa.


“Eh, tenang dulu, kenapa sih……”


“Sebaliknya, kenapa kamu bisa setenang itu!? Padahal istrimu untuk pertama kalinya akan tampil di panggung, kan!? Naikkan semangatmu, semangaaat──”


“Kurai! Duduk!! Semangatmu keterlaluan!!”


Masa yang ribut seorang diri langsung dihentikan oleh guru wali kelas yang baru saja masuk. Karena tekanan dari Gousaki-sensei, Masa pun lesu dan kembali ke bangkunya.


“……ditegur Gousaki-sensei gara-gara terlalu semangat, Kurai itu kocak banget ya.”


Dari bangku serong depan, Nihara-san menahan tawa sambil menoleh padaku. 


Benar juga. Dimarahi guru bergaya hot-blooded karena kebanyakan semangat…… Masa sebaiknya mulai introspeksi diri.


“──Baik, sudah kuputuskan!!”


Saat aku memikirkan itu di tengah jam homeroom, tiba-tiba Gousaki-sensei berteriak kencang. Lalu bishii! menunjuk ke arah Yuuka.


“...........?”

Seluruh kelas dibuat bingung, tanda tanya jelas terlihat di wajah semua orang. Yuuka sendiri tidak banyak bereaksi, tapi ia tetap bertanya, penuh rasa heran.


“……Apa yang sudah sensei putuskan?”


“Kamu akan ikut kegiatan sukarela!”


Sukarela? 


Tanpa peduli tatapan bingung seluruh kelas, Gousaki-sensei melanjutkan dengan semangat.


“Kenalan sensei bekerja di TK dekat sini! Sensei sudah coba tanyakan, apakah bisa siswa-siswi ikut jadi relawan di sana. Dan orang yang akan ikut──Watanae Yuuka! Kamu!!”


“……Relawan di TK, maksudnya?”


Yuuka tampak heran, sedikit mengernyitkan kening. Melihat ekspresi itu, Gousaki-sensei malah tampak puas. Ia langsung menepuk keras pundaknya.


“Betul. Waktu yang luar biasa, bisa berinteraksi dengan anak-anak kecil dengan penuh keceriaan! Sensei sangat ingin kamu yang melakukannya!!”


“Eh…… itu……”


“Dua minggu lagi, hari Minggu, datanglah ke TK itu! Penjelasan lengkapnya akan disampaikan saat itu!”


“Eh……!? Dua minggu lagi, hari Minggu……”


Mata Yuuka sedikit bergetar. Tapi──ia tidak berkata apa-apa.

Atau mungkin, tidak bisa berkata-kata.


Karena di sekolah, Yuuka memang bukan tipe yang pandai berbicara dengan orang lain.


Dua minggu lagi, hari Minggu. Itu adalah──hari acara besar “Love Idol Dream! Alice Stage☆”. Hari bersejarah di mana Yuuka, sebagai Izumi Yuuna, akan tampil di atas panggung.


“Kalau begitu, Watanae. Kami serahkan padamu, ya.”


“Eh…… t-tunggu, Sensei!”


Tanpa sadar aku sudah berdiri dari bangku, suaraku pecah.


“……Sakata?”

“Yuichi, kenapa?”


Nihara-san dan Masa memandangku dengan bingung.


Sekilas, seluruh tatapan kelas pun terarah padaku. Karena tekanan suasana itu…… bibirku bergetar, tapi kata-kata tak keluar.


“Sakata, ada yang ingin kamu sampaikan pada sensei?”


“…………tidak ada.”


Akhirnya aku hanya duduk kembali, dan homeroom pun berakhir.


Aku melirik sekilas ke arah Yuuka. Yuuka menggigit bibirnya erat-erat. Hanya menunduk diam, tak mengeluarkan suara apa pun.



“Sensei!”

“Hm? Sakata, ada apa?”


Jam istirahat. Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, aku memanggil Gousaki-sensei. Beliau menatapku heran.


Jujur, aku tidak terlalu pandai bicara dengan tipe guru seperti ini. Tapi aku tidak bisa lagi diam.


“Kenapa Sensei memilih Watanae-san?”


“Oh, soal relawan itu ya.”


Gousaki-sensei tersenyum lebar, lalu mendekat padaku. Tangan besarnya menepuk pundakku dengan keras.


“Sensei sempat bingung, mau pilih kamu atau Watanae.”


Aku tertegun, tak menyangka namaku disebut.


“……Kenapa harus aku dan Watanae-san?”


“Karena Sakata dan Watanae itu mirip, kan.”


Ucapannya membuatku semakin terkejut.


“M-mirip? Bagian mana yang mirip? Aku hampir tidak pernah ngobrol dengannya, dan tipe kami jelas berbeda.”


“Memang, kalian berbeda tipe. Tapi sekaligus, ada kesamaan di antara kalian.”


“……Maksudnya apa, Sensei?”


Ucapan penuh teka-teki itu membuatku mulai kesal. 


Entah beliau sadar atau tidak dengan perasaanku, Gousaki-sensei justru mengangkat telunjuk dengan gaya percaya diri, lalu melanjutkan──


“Sakata itu, meskipun ramah, sebenarnya tidak terlalu dekat dengan siapa pun selain Kurai, bukan? Sedangkan Watanae sering mengalami miskomunikasi dan tidak pandai menjaga jarak dengan orang lain. Menurut sensei, komunikasi dengan sesama adalah hal paling penting dalam beranjak dewasa. Karena itu, saat melihat kalian berdua──sensei merasa khawatir.”


Ucapan yang tepat sasaran itu membuatku terperanjat.


Kupikir beliau hanya guru bersemangat tinggi yang asal ceplas-ceplos. Tak kusangka, beliau sampai memperhatikan siswanya sedetail itu……


“Watanae itu terlalu kaku saat berbicara dengan orang. Kalau terus begitu, dia pasti akan kesulitan dalam hidupnya nanti.”


“T-tapi, Watanae-san……!!”


──Saat menjadi Yuuna-chan, dia selalu banyak berbicara dengan orang!


Aku ingin mengatakan itu. Tapi aku tidak bisa. Karena itu adalah rahasia antara aku dan Yuuka……


“Tapi, apa?”


“……Tidak, bukan apa-apa.”


“Di kelas ini ada dua orang yang kesulitan berkomunikasi: Watanae dan……Sakata. Sensei ingin kalian berdua lebih mengenal bahwa sekolah ini sebenarnya tempat yang menyenangkan.”


Aku paham maksudnya. Aku juga tahu, beliau benar-benar khawatir. Namun pada saat yang sama──rasanya itu juga campur tangan yang tidak perlu.


Saat ayah dan ibu bercerai, aku sudah berhenti memimpikan pernikahan. Saat patah hati di kelas tiga SMP, aku memutuskan hidupku hanya untuk dunia dua dimensi. Dan sama sepertiku, aku yakin Yuuka pun──punya masa lalu tersendiri.


Setiap orang menanggung beban masing-masing. Dan setiap orang memiliki cara hidupnya sendiri. Karena itu──aku tidak bisa begitu saja menerima pendapat Gousaki-sensei yang menyamaratakan semuanya.


“Apakah sekolah memang harus menjadi tempat paling menyenangkan bagi siswa……? Kalau tidak begitu, apa itu salah?”


Aku menggigit bibir, lalu memaksa kata-kata itu keluar. Lantas menatap tajam ke arah guru itu──


“Gousaki-sensei. Sakata-kun.”


Saat itu juga. Dengan kuncir kuda yang berayun, kacamatanya ia rapikan perlahan. Sosok Yuuka dalam versi “dirinya di sekolah” mendekat dengan tenang.


“Yu……Watanae-san.”


Ia melirik sekilas ke arahku. Wajahnya memang datar, berbeda dengan saat di rumah……tapi entah mengapa aku merasa tatapannya seakan berkata “terima kasih”.


“……Sensei. Saya dengar semuanya. Sensei ingin saya……menambah pengalaman sosial, begitu?”


“Betul sekali! Dengan anak-anak TK, kamu akan lebih mudah membangun hubungan dibanding dengan teman sebaya!! Sensei ingin, melalui kegiatan sukarela ini, Watanae bisa menjadi anak yang mampu tertawa bersama semua orang.”


“……Begitu, ya.”


Yuuka menundukkan pandangan. Matanya sedikit bergetar──seakan berkaca-kaca.


“Baiklah. Saya akan melakukannya.”


──── Menambah pengalaman sosial?


Yuuka itu kan Izumi Yuuna. Dia jauh lebih banyak berjuang dibanding kami semua. Dia sudah berusaha keras, menyampaikan senyuman kepada para penggemarnya.


──── Tertawa bersama semua orang? Yuuka selalu tersenyum saat bersamaku. Bahkan ketika berperan sebagai Yuuna-chan, suaranya selalu terdengar ceria. Dia tertawa, bersama begitu banyak penggemarnya. Kalau sekolah saja yang dijadikan tolok ukur, lalu Yuuka dipaksa masuk ke dalam kerangka sempit itu……


Kalau waktu berharganya dirampas oleh sesuatu yang klise……maka menyelamatkan “istriku” dari keadaan itu──── adalah tugas “suami”, bukan?


“Sensei.”


Aku maju selangkah, berdiri di depan Yuuka, lalu berkata tegas.


“Saya yang akan melakukannya. Kegiatan sukarela di TK itu.”


Mata Yuuka langsung membesar.

Gousaki-sensei pun menatapku dengan raut penuh tanda tanya.


“Sakata. Apa maksudmu?”


“Menurut penjelasan Sensei, saya juga punya masalah dalam komunikasi, bukan? Kalau begitu, biarkan saya yang mencobanya lebih dulu. Atau……ada alasan lain kenapa saya tidak bisa?”


Aku berkata lantang tanpa ragu.


Entah bagaimana beliau menilainya──Gousaki-sensei justru tersenyum puas.


“Baiklah──kalau begitu, kegiatan sukarela dua minggu lagi bukan Watanae, melainkan……Sakata. Kamu yang akan pergi!!”



“Maaf ya, Yuu-kun……karena aku.”


Setelah Gousaki-sensei pergi, Yuuka menunduk dengan wajah penuh rasa bersalah.


“Kalau saja aku lebih bisa berbaur dengan kelas, Sensei tidak akan berkata begitu……”


“Kalau saja kamu bisa berbaur lebih baik di kelas. Maka──aku rasa kita berdua tidak akan pernah menjadi tunangan.”


Aku mencoba melucu sedikit, sambil menatapnya.


“Selama ini aku hanya bisa menerima semangat dari Yuuna-chan. Aku tidak pernah benar-benar membalasnya. Jadi ini hanya──balas budi, tahu?”


“Yuu-kun……”


“Heii, Sakata, Watanae-saaan! Lagi pada apa tuh?”


Suara ceria tiba-tiba memecah suasana. Nihara-san muncul sambil melongok ke arah kami.


“Ni…Nihara-san?”


“Jarang banget kalian ngobrol berdua. Lagi bahas apa, tuh?”


Ia menatap wajah Yuuka dengan penuh rasa ingin tahu.


Gawat……apa hubungan kami bakal ketahuan?


“……Bukan apa-apa. Sakata-kun hanya bilang ingin menggantikan kegiatan sukarela itu. Hanya itu.”


Wajahnya yang sempat hampir menangis, kini seperti semu belaka. Yuuka sudah kembali ke ekspresinya yang biasa──datar, tanpa perubahan nada.


“Eh? Jadi Sakata yang ikut? Sukarela itu?”


“Ya. Dia sendiri yang bilang mau.”


Setelah berkata begitu, Yuuka segera berbalik pergi.


“Eh, Sakata──Watanae-san lagi bad mood, ya?”


“En……entahlah.”


Gousaki-sensei hanya melihat satu sisi dari dirinya, lalu bilang dia lemah dalam komunikasi. Tapi Yuuka yang sebenarnya──punya begitu banyak wajah.

Ia selalu berusaha, berinteraksi dengan orang lain, dengan caranya sendiri.


“Serius mau ikut sukarela? jarang-jarang, loh.”


“Masa sih……mungkin aku sebenarnya cukup cocok dengan hal seperti itu.”


Karena itulah, aku akan terus mendukung Yuuka dari balik layar. Itu adalah kewajiban seorang tunangan.


──Dan juga bentuk kasih sayangku pada Yuuna-chan yang kucintai.




Chapter 20

【Kejutan】

Akibat Dipaksa Mengikuti Kegiatan Relawan di Hari Libur…...


"Kalau begitu, Yuu-kun. Aku berangkat dulu, ya."


"Iya. Semangat untuk acaranya."


Setelah mengenakan sepatu hak tinggi dan membawa barang bawaannya, Yuuka membungkuk sopan.


"Benar-benar maaf ya… Yuu-kun."


"Gak apa-apa kok. Walaupun kelihatannya begini, aku ini lumayan jago bermain dengan anak-anak, lho."


"Masa sih? Menurutku Yuu-kun malah kayaknya bakal dipermainkan anak-anak deh."


"Kalau sampai dipermainkan, ya sudah, saat itu nanti aku pasrah aja."


Meski mengangguk, wajah Yuuka tetap muram. Padahal ini sebelum acara penting. Dengan suasana hati seperti itu, gimana bisa tampil maksimal, coba?


Aku pun mengeluarkan ponselku, lalu menekan tombol kirim di RINE.


────Bzzz Bzzz♪


"Yuuka, coba lihat ponselmu."


"Eh?"

■ Dari pena ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’■


Selamat pagi, Yuuna-chan! Hari ini akhirnya tiba juga, acara Arisute! Aku tidak menyangka Yuuna-chan bisa tampil di acara secepat ini… jujur aku sangat terharu. Sebagai fans nomor satu, aku benar-benar senang. Kamu gugup, kan? Kalau terlalu gugup, senyummu yang biasanya indah bisa rusak, jadi… santailah. Tunjukkan pada semua orang Yuuna-chan yang imut dan ceria seperti biasanya!


Yuuka perlahan mengangkat wajahnya. Dengan mata bening yang jernih karena memakai lensa kontak, ia menatapku.


"…‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san, terima kasih banyak seperti biasa. Hari ini juga, Yuuna akan tampil dengan Yuuna-sejati! Aku akan berusaha semaksimal mungkin! Jadi pastikan kamu mendukungku, kalau tidak──aku marah, lho?"


Lalu Yuuna-chan──Yuuka──tersenyum. Tak ada lagi awan mendung di senyum itu.


"Aku berangkat ya, ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’-san."


"Hati-hati, Yuuna-chan."


Kami saling berpamitan, melambaikan tangan. Yuuka pun pergi menuju lokasi acara.


"Fuuuh…"


Aku juga harus cepat bersiap. Jangan sampai terlambat ke kegiatan relawan. Tapi──hanya sebentar. Aku menatap langit-langit, sambil termenung.


Panggung besar pertama Yuuna-chan. Sebenarnya aku ingin menyaksikannya langsung──dan memberi dukungan sepuas hati.


Sesampainya di taman kanak-kanak, aku langsung melihat sosok yang kukenal sedang asyik bermain dengan anak-anak.


"Heeei, kalau begitu pasirnya bisa runtuh, tahu! Aah, tuh kan!!"


Dengan rambut cokelat panjang diikat bun ke atas, mengenakan celemek biru. Gadis gyaru penuh gaya──Nihara-san──tampak sangat menikmati kebersamaannya.


"Oke deh, sekarang kita main kejar-kejaran, ya! Aku yang jadi ‘setan’, jadi siap-siap kalian semua! Kalau ketangkap… akan kumakan, lhooo!!"


"Hebat, kamu cepat sekali akrab ya, Nihara-san…"


"Oh, Sakata!"


Nihara-san yang sedang bersemangat dengan anak-anak itu, menyadari keberadaanku lalu memanggil seorang guru TK berusia sekitar tiga puluhan.


"Ini Sakata.Kami berdua akan bantu sebisanya, mohon bimbingannya!"


"Ah, ya. I-iya, mohon bantuannya."


Setelah aku membungkuk, Nihara-san buru-buru kembali ke anak-anak.


Eh, tunggu dulu.


"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya ini awalnya buat Watanae-san, yang lalu aku gantikan?"


"Iya, betul. Tapi kemarin aku bilang, ‘Aku juga ingin coba~’, terus 

Gousaki-sensei langsung bilang oke. Jadi aku ikutan deh."


Hah? Kalau begitu sebenarnya cukup kamu saja kan?


Rasa iri sempat bergejolak, tapi kupikir, ya memang mau tidak mau harus ada salah satu dari ‘si kurang komunikatif’ yang ikut. Itu logika Gousaki-sensei.


"Tapi serius, Sakata. Kenapa sampai gantiin Watanae-san?"


"Eh, uhm… aku ini sebenarnya, suka anak kecil, lho!"


"Aah… iya, aku ngerti kok selera itu. Tapi hati-hati ya, kalau sampai kebablasan bisa-bisa dijemput polisi."


"Bukan! Maksudku bukan ‘suka’ dalam arti itu! Aku suka bermain dengan mereka!"


"Ya ampun, bercanda kok~."


Sambil tertawa cekikikan, Nihara-san lalu berlari lagi ke arah anak-anak yang memanggilnya.


"…Baiklah. Aku juga harus semangat."


Mungkin sekarang acaranya sudah mulai masuk. 


Si bodoh Masa pasti lagi heboh dari kemarin. Ah, iri banget. Tapi ya──kalau terus kupikirkan, percuma juga.


Aku mengenakan celemek putih bersih di atas kaus hitamku. Lalu kuputuskan mencoba menyapa seorang bocah lelaki di dekatku.


"Halo, kamu lagi ngapain?"


"…………"


Anak itu menatapku dengan wajah penuh was-was. Aku juga tidak tahu harus bagaimana, jadi hanya ikut menatapnya.


Hening. Tatap-tatapan.


Seorang bocah balita dengan remaja enam belas tahun.


"Astaga, Sakata. Kamu lagi ngapain sih."


Tak tahan melihatku, Nihara-san pun ikut campur.


"Oke deh. Jadi, aku yang jadi Cosmo Miracle Man, ya? Terus kamu jadi aliennya!"


"Tidak mau! Aku yang jadi Cosmo Miracle Man!"


"Oke, oke. Kalau begitu aku ambil peran jadi alien yaa… fwofwofwo~."


Dengan mudah sekali, Nihara-san berhasil membuka hati anak laki-laki itu. Sambil penuh semangat memerankan alien, ia bermain perang-perangan dengan figure bersama si anak.


Ah… ucapan Gousaki-sensei ada benarnya juga. Dalam situasi seperti ini, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.


"Onii-chan."


Saat aku melamun, seorang anak perempuan menarik ujung celemekku. Aku memberanikan diri untuk jongkok, menyamakan pandangan dengannya.


"Ada apa?"


"Um… takai-takai."


"Eh, kamu mau aku menggendongmu tinggi-tinggi?"


"Ya! Soalnya Onii-chan tinggi banget!!"


Menuruti permintaannya, aku mengangkatnya ke pundak dan berdiri.


"Waah, tinggi sekali!!"


Anak perempuan itu bersorak gembira sambil memeluk punggungku erat-erat. Melihat kepolosannya yang begitu ceria, aku pun berputar pelan.


"Waah, berputar~!!"


"Haha. Seru sekali ya, soalnya Onii-chan tinggi banget."


Sambil tersenyum, Nihara-san mendekat.


"Nih, semuaaa~. Onii-chan ini mau main sama kalian juga, lho!"


"Benarkah!?"


"Yeaaay!!"


Begitu mendengar ajakan Nihara-san, para murid TK langsung berlari mengerumuniku. Ada yang memeluk kakiku, ada yang melompat ke pinggangku.


Aduh! Tiba-tiba ada yang mukul! Hei, jangan pakai batang kayu dong!?


"Hahaha! Sakata, kamu cepat sekali jadi kesayangan anak-anak ya!!"


"Itu karena kamu yang sengaja manas-manasin mereka."

"Kelihatan banget kayak ayah yang baik, lho. Mantap juga kamu, Sakata!"


Ayah sih memang terlalu cepat buatku. Tapi… kalau sebagai suami. Aku pasti akan mendukung istriku sepenuh hati. Apa pun yang terjadi.



Waktu kudapan selesai.


Sedikit demi sedikit, anak-anak dijemput ibu mereka dan pulang. Bahkan ada yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan di jalan pulang. Aku yang membalas lambaian itu mungkin tanpa sadar juga sedang tersenyum.


"Sakata, kerja bagus."


Nihara-san menepuk pundakku.


"Kelihatannya kamu cukup menikmatinya. Apa kamu memang jago hal beginian?"


"Enggak juga… aku cuma terbiasa mengurus adik perempuanku yang keras kepala sejak dulu."


"Aku sih super senang! Anak-anak itu polos dan benar-benar imut!!"


"Memang sih, Nihara-san keliatan pandai banget berinteraksi dengan anak-anak."


"Aku bukan cuma pandai sama anak-anak, lho… aku juga jago mengguncang hati laki-laki."


Begitu berkata, Nihara-san menatapku dengan mata sedikit mendongak.

Sorot matanya, dihiasi bulu mata lentik yang panjang, membuatku buru-buru memalingkan wajah.


"Ahaha, malu tuh. Lucu banget, Sakata~."


"…Iya, iya."


"Nihara-san, Sakata-kun. Kalian boleh pulang dulu."


Guru TK yang tadi pagi menyambut kami, kini menghampiri.


"Maaf ya, hari ini kalian sampai dipaksa ikut karena Atsuko?"


"Eh… ah, i-itu…"


"Atsuko──Gousaki-sensei itu adik kelasku di kampus. Kalau dia sudah memutuskan sesuatu, siapa pun tak bisa mengubah pikirannya. Kali ini juga, dia bilang, ‘Dengan membuat senpai ikut membantu, ini bisa jadi pendidikan emosional!!’ lalu langsung bertindak seenaknya."


Ah, jadi begitu ceritanya. Kalau tahu sifat Gousaki-sensei, ya memang masuk akal sih.


"Atsuko itu tipe yang penuh semangat tapi keras kepala, agak merepotkan. Tapi sebenarnya dia sangat sayang pada murid-muridnya. Walaupun seringnya caranya terlalu merepotkan untuk orang lain."


"Aku ngerti banget itu. Memang agak aneh sih karakternya, tapi aku sebenarnya nggak benci sama Gousaki-sensei, lho."


Dengan senyum cerah tanpa beban, Nihara-san menjawab.


Melihat itu, guru TK itu pun ikut tersenyum lega.


"…Ueh."

Saat kami sedang berbincang, tiba-tiba.


"Ueh… uuh… uwaaaahhh!!"


Terdengar tangisan anak laki-laki menggema di sekitar. Itu anak yang tadi bermain figure Cosmo Miracle Man dengan Nihara-san. Padahal waktu bermain ia tersenyum lebar, kini wajahnya basah kuyup oleh air mata.


"Eh, kenapa? Kamu nggak apa-apa?"


Nihara-san buru-buru menghampiri.


"Mama nggak datang…"


"Ibunya Takkun… baru bisa datang sekitar satu jam lagi, ya. Tunggu sebentar lagi."


"Tidak mau! Aku mau pulang!! Teman-teman semua sudah pulang!!"


Meski guru TK berusaha menenangkan, tangisan anak itu tidak mereda. Semakin dibujuk, malah semakin keras tangisnya.


"Aduh… gimana nih."


Bahkan Nihara-san yang biasanya luwes pun tampak bingung menghadapi ini. Sedangkan aku, hanya bisa berdiri terpaku tanpa tahu harus berbuat apa. Dalam kondisi begini, aku bahkan tak tahu ekspresi apa yang harus kutunjukkan…


"──Tidak perlu menangis, semuanya baik-baik saja."


Lembut. Helaian rambut ekor kuda yang berayun, menyentuh ujung hidungku. Dengan melembutkan sorot tajam di balik kacamatanya, ia berjongkok pelan di tempat itu. Gadis itu──Watanae Yuuka──

mengelus kepala anak laki-laki itu.


"Ibu pasti datang. Karena Ibu sangat menyayangimu, jadi pasti datang."


"…Tapi, Ibu belum datang."


"Kalau kamu main sebentar saja, Ibu akan segera datang. Nah, ini."


Yuuka tersenyum tipis lalu mengambil figur Cosmo Miracle Man yang terjatuh di tanah, dan menyerahkannya kepada anak itu.


"Pahlawan keadilan itu selalu menghadapi banyak sekali kesulitan, tapi tetap berusaha. Kamu juga bisa begitu, kan?"


"…Iya. Aku bisa."


"Begitu ya, hebat sekali. Kamu benar-benar seorang pahlawan."


Sambil dielus lembut oleh Yuuka, anak laki-laki itu kembali tersenyum.


"Watanae-san, kenapa kamu ada di sini?"


Nihara-san menatap Yuuka dengan wajah terkejut.


"Memang awalnya aku yang diminta mengerjakan ini. Karena urusanku sudah selesai, aku datang ke sini."


"Begitu ya."


"Terima kasih banyak, sungguh sangat membantu."


Guru TK itu menyatukan kedua tangannya sambil mengucapkan terima kasih pada Yuuka.

Yuuka pun menundukkan kepala dengan sopan, lalu terus mengelus kepala anak laki-laki yang masih memeluk kakinya erat-erat.


"Sampai anak ini dijemput, bolehkah aku tetap di sini? Kalau aku pulang duluan, dia mungkin akan merasa cemas."


"Tentu saja itu sangat membantu, tapi… kamu tidak apa-apa?"


"Iya, tidak masalah."


"Ah, kalau begitu aku juga akan tetap di sini!"


Aku buru-buru mengangkat tangan, mencoba meyakinkan guru TK.


"Nihara-san bagaimana?"


Dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya, Yuuka bertanya. Nihara-san menatap wajah Yuuka beberapa saat, kemudian berkata:


"…Sebenarnya aku ada urusan setelah ini. Maaf ya, bisa kupercayakan ke kalian berdua?"


"Tentu."


"Kalau begitu, Takkun. Mainlah yang banyak dengan kakak-kakak ini, ya."


"Iya! Onee-chan juga, terima kasih banyak~!"


"Hehehe, sama-sama. Nanti kita main Cosmo Miracle Seven lagi, ya?"


"Iya! Sama juga dengan Cosmo Miracle Man yang sudah pulang!"


Setelah percakapan singkat itu, Nihara-san melepas celemeknya. Lalu ia menyerahkannya langsung kepada Yuuka.

"Nih, kamu kan nggak bawa."


"Ah… terima kasih."


"Balasannya gampang, lain kali ikut karaoke lagi bareng aku, ya."


Tanpa menunggu jawaban, Nihara-san membuat janji sepihak itu, lalu melambaikan tangan sebelum pergi. Guru TK pun kembali ke dalam ruangan, mungkin karena ada pekerjaan lain. Yang tersisa di halaman bermain hanyalah anak laki-laki itu, aku, dan… Yuuka.


"…Yuuka. Umm…"


Aku hendak bertanya kenapa kamu ada di sini?


Namun, sebelum sempat, Yuuka tersenyum malu-malu──


"Ehehe… aku terlalu ingin cepat bertemu Yuu-kun, jadi aku datang."


Senyum itu bukanlah milik Watanae Yuuka di sekolah. Itu adalah senyum polos dari tunanganku di rumah──Yuuka yang sesungguhnya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close