NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 5 Chapter 6 - 10

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 6

 Karena Tunanganku Tidak Ada, Aku Memutuskan untuk Bermain dengan Sahabat Burukku


"Shonbori…"


Orang yang benar-benar mengucapkan kata shonbori secara langsung, baru kali ini aku melihatnya. Memang banyak sekali hal yang bisa ditanggapi dari Yuuka, tapi karena dia sedang menunduk lesu di depan pintu masuk, suasananya sama sekali tidak tepat untuk menimpali.


"Aku kesepian, Yuu-kun…"


"Jangan pasang wajah hampir menangis begitu. Kalau kamu tidak bersemangat saat tampil di konser, itu masalah, kan?"


"Bisa saja aku mati kesepian sebelum konser dimulai."


"Berlebihan sekali, kan!? Hanya hari ini saja kamu tidak ada di rumah!"


"Tapi, hari ini aku sudah tidak bisa bertemu denganmu. Manusia itu kalau tidak ada oksigen, bisa cepat mati."


Jadi… aku ini oksigen, ya?


Sambil memikirkan hal tidak penting seperti itu, Yuuka mulai menggembungkan pipinya. Ah. Ini jelas sekali mode anak kecil manja.



Semua itu bermula dari sebuah konten bernama “Love Idol Dream! Alice Radio☆”.

Idola Alice yang ceria, penuh energi, dan selalu menebarkan senyum manis: Yuuna-chan. Pengisi suaranya adalah Izumi Yuuna. Lalu ada Ranmu-chan, yang tegas, dingin, dan berusaha mencapai puncak idola Alice. Pengisi suaranya adalah Shinomiya Ranmu. Dua karakter dengan sifat yang bertolak belakang itu…membuat dunia maya heboh dengan obrolan mereka yang terlalu berbahaya.


Lahir sebuah unit legendaris yang belum pernah ada sebelumnya. Ya, namanya adalah—“Yurayura★Kakumei”!!


"…Hei, aku tahu, kok! Karena aku ini ‘Izumi Yuuna’!!"


Ah. Ternyata aku mengucapkannya keras-keras. Tapi, sampai-sampai ingin menceritakannya dengan nada seperti acara dokumenter, begitulah betapa memikatnya “Yurayura★Kakumei”. Yuuna-chan dan “Yurakaku” itu… terlalu luar biasa sampai rasanya mau menangis.


"Itu dia… hari ini ada konser di Nagoya, menginap semalam. Tentu saja aku berpikir untuk berjuang demi semua orang yang menunggu Izumi Yuuna… tapi malam tanpa Yuu-kun itu, ya, cuma terasa sepi banget…"


Waktu konser di Osaka, jadwalnya masih pulang-pergi dalam sehari. Tapi Yuuka yang kelelahan karena perjalanan jauh, akhirnya tumbang di kereta pulang. Karena itu, kali ini bahkan Hachikawa-san yang biasanya lunak sampai berkata keras, “Kali ini harus menginap!”

──Dan akhirnya, sejak mulai tinggal bersama, untuk pertama kalinya aku dan Yuuka melewati malam di tempat yang berbeda.


"Yuu-kun tidak merasa kesepian, ya… padahal aku sampai shonbori begini…"


"Ya bukan berarti aku tidak merasa sepi, Yuuka."


Sambil menepuk lembut kepalanya yang hampir menangis, aku 

menyampaikan perasaan jujur dengan hati yang tenang, bagaikan laut tanpa ombak.


"Aku juga merasa sepi kalau kamu tidak ada. Tapi… ‘Yurayura★Kakumei’ itu sebuah keajaiban. Bisa dibilang alasan semua fans Yuuna-chan lahir ke dunia ini. Kalau aku menahanmu di sini… mungkin akan ada banyak korban jiwa."


"Tunggu!? Itu jelas-jelas berlebihan banget, kan!?"


"Itulah kenapa, bukan sebagai Sakata Yuuichi, tapi sebagai ‘Shinigami yang jatuh cinta’, aku punya misi untuk mengantarmu—Izumi Yuuna—ke Nagoya. Konser ini bukan sekadar konser! Ini adalah upacara penyelamatan yang akan menyucikan jiwa semua fans Yuuna-chan!!"


"Berlebihan banget!! Jangan seenaknya mengubah konser jadi upacara, dasar!!"


Padahal aku sudah menjelaskannya dengan sangat runtut, tapi malah makin dimarahi. Dengan tatapan dari bawah, Yuuka melirik kesal padaku lalu menghela napas.


"Omonganmu memang terlalu berlebihan, Yuu-kun… tapi soal kalau semua fans sudah sangat menantikannya, tentu saja aku paham, kok. Karena itu… aku juga menantikan konsernya, dan sungguh-sungguh ingin berjuang."


Aku mendengarkan ucapan Yuuka yang keluar perlahan itu sambil mengangguk.


…Ya, aku juga paham. Aku paham kalau Yuuka sangat menghargai para penggemarnya. Aku paham kalau dia ingin membuat semua orang tersenyum di konser. Tapi sekaligus, karena merasa kesepian berpisah denganku… dia ingin dimanja terakhir kalinya.

"Nih, Yuuka."


Karena aku memahaminya, maka akulah yang membuka kedua tangan lebar-lebar lebih dulu. Yuuka melirikku sekilas, lalu—boof—meloncat masuk ke dalam pelukanku.


"Aku berangkat ya, Yuu-kun… nanti kalau aku pulang, boleh manja lebih lagi?"


"Selamat jalan, Yuuka. Aku benar-benar mendukungmu agar konser ini berhasil. Dan saat kamu pulang nanti, aku akan menemanimu sepuasnya."


"…Mm. Terima kasih, Yuu-kun… aku sayang kamu."


Begitulah, Yuuka berangkat untuk tur dua hari satu malam ke Nagoya.

Setelah dia pergi, aku baru sadar betapa sunyinya kamar ini.


──Tadi di depannya aku memang sok kuat. Tapi sebenarnya aku juga merasa… cukup kesepian.



"Uwoooo! Yuuichi!! Aku dapat UR-nya Ranmu-samaaa!!"


Saat sedang gacha di game Arisute, Masa di depanku berteriak sambil berdiri. 


Sahabat burukku, Kurai Masaharu, yang berisik bagaikan binatang liar. Ributnya sampai tidak pantas dipamerkan di depan orang lain, tapi ya sudahlah, toh ini di rumahnya.


Ya. Sekarang aku sedang main di rumah Masaharu.──Karena rumahku tanpa Yuuka terasa terlalu sunyi, membuatku tidak tenang. Walau dengan Masa suasananya jadi terlalu ribut, tetap saja lebih baik begini.

"Yuuichi… gacha-ku hari ini luar biasa! Ini pasti semacam hadiah Natal yang datang lebih cepat!"


Sampai gemetar segala, dia.


"Santa yang datang ke rumahmu itu bawa gacha yang isinya cuma hadiah bagus, ya?"


"Jangan bodoh. Santa Claus-ku itu──Ranmu-sama, tahu. Dialah yang membawakan mimpi dan harapan untukku…… ugh!? Aku bisa melihatnya, mulai terlihat…… wujud Ranmu-sama yang paling cocok di seluruh jagat raya dengan kostum Santa!!"


"Kau serius ngomong begitu?"


Mendengar serangkaian pernyataan konyol itu, aku hanya bisa menghela napas.


Hei, tolong sedikit tenanglah.


"Dengar, Masa. Mau aku bilang sesuatu? Kostum Santa yang paling cocok di seluruh jagat raya itu jelas Yuuna-chan. Kalau dipikir dengan kepala dingin."


"Itu cuma menurutmu…… ya, menurutmu saja."


Dia malah menyeringai dengan wajah penuh percaya diri. Padahal wajah seperti itu sama sekali tidak cocok untuknya.


"Ya, tapi gara-gara dapat UR Ranmu-sama, rasanya udara jadi lebih segar. Kesedihan karena tidak bisa ikut konser Nagoya ‘Yurakaku’ langsung hilang seperti bohong."


"Jangan mendadak masuk mode bijak sendirian, bikin kesal saja. Haa… kenapa Yuuna-chan sama sekali tidak keluar, sih… sementara Deru-chan malah sudah tiga kali duplikat. Jangan-jangan gacha-ku error?"


"Itu bedanya keberuntungan gacha karena sikap sehari-hari, bro."


"Kalau dibandingkan denganmu, aku jelas lebih menjalani hari-hari dengan normal."


"Dasar naif, Yuuichi. Aku ini, entah di jam pelajaran atau lagi makan di rumah, selalu terus memutar gacha! Karena itulah dewa gacha tersenyum kepadaku!!"


Kelakuannya sudah terlalu buruk. Seharusnya dia dimarahi sampai habis-habisan saja.


Sambil melirik Masa yang kelewat senang sendiri, aku untuk sementara menyimpan ponsel ke saku.


"Haa… sudahlah, aku istirahat dulu. Tunggu sampai keberuntungan gacha-ku balik."


"Kalau begitu, sambil menunggu kita nonton itu, yuk. ‘Ningen tte Iinazuke’──anime yang pasti jadi juara musim ini. Dari PV saja sudah kelihatan."


──Mendadak dilempar kata ‘iinazuke (tunangan)’, aku refleks tersentak. Masa yang melihat reaksiku itu mendengus curiga.


"Apa, kau tidak tertarik? Kalau begitu, kita ganti saja? Ini, aku baru beli Blu-ray event ‘Gobunkatsu sareta Iinazuke’."


"……Kenapa sih kau nge-push genre tunangan terus? Kau ini"


"Hah? Aku tidak sesempit itu, tahu. Kalau bukan romcom, ya kita nonton yang lain. Itu tuh, anime yang sempat ramai di internet karena 

di episode terakhirnya tiba-tiba ganti protagonis──"


Aku sempat khawatir ini jebakan tema tunangan lagi, ternyata bukan.

Benar-benar bikin deg-degan saja, dasar.


Akhirnya, setelah diskusi panjang, kami memutuskan untuk menonton lagi video seputar Arisute yang sedang tayang di channel resmi.


"……Rui-chan, gerakan dansanya memang benar-benar luar biasa. Pantas saja terpilih jadi salah satu dari Delapan Alice."


"Iya…… tapi tetap saja, Yuuichi. Aku paling suka lagu karakter Ranmu-sama, ‘Ranmu☆Meteor Violet’. Lagu itu terlalu bagus."


"Sepakat. Ini bukan soal favorit atau bukan, kemampuan vokal Ranmu-chan itu memang berada di level lain."


"Suara dingin Ranmu-sama berpadu sempurna dengan suara imut Yuuna-hime…… lagu ‘Dreaming Ribbon’ dari ‘Yurakaku’ itu, bukankah sudah layak disebut lagu kebangsaan?"


"Lagu kebangsaan lewat, itu lebih cocok disebut lagu tema Bumi."


Tanpa mengalihkan pandangan dari layar, aku dan Masa terus mengobrol. Sesama pemain Arisute memang saling tarik-menarik satu sama lain. Kalau main sama Masa begini, aku bisa rileks tanpa perlu banyak jaga sikap…


"Heh, Yuuichi. Kedengarannya aneh, tapi… lihat dirimu hari ini, aku jadi agak tenang."


"……Hah?"


Saat pikiranku masih tersedot ke layar, Masa tiba-tiba bergumam aneh. Aku menoleh padanya dengan heran.

"Apa sih maksudmu? Jangan bilang ini mau ke arah BL, ya. Kalau iya, simpan saja untuk yang lain."


"Bodoh. Aku juga hanya tertarik sama gadis cantik, tahu. Maksudku… aku merasa sudah lama tidak melihatmu segar begini, apalagi di waktu-waktu seperti ini."


"Waktu-waktu seperti ini?"


"Menjelang Natal, biasanya kau selalu jadi agak dingin, kan. Dari sekitar kelas satu SMP, terus begitu."


────Ah. Begitu, ya. 


Katanya hanya tertarik pada gadis cantik, tapi ternyata dia benar-benar memperhatikan. Sasuga sahabat lama.


"Padahal waktu SMP kita sedang nakal-nakalnya, cuma soal Natal saja kau pasti langsung pulang cepat. Bahkan waktu Raimu dan yang lain ngajak bikin pesta Natal, kau langsung tolak mentah-mentah."


"……Jangan bilang ‘nakal’ deh. Mengungkit aib orang lain itu kejahatan, tahu?"


Aku membalas dengan bercanda karena terasa agak canggung. Tapi yang dia katakan memang benar.


Sejak kelas satu SMP, aku memang memutuskan untuk selalu melewati Natal bersama keluarga.


"Kau sendiri tahu, Masa. Waktu kelas satu SMP, keluargaku benar-benar berantakan."


"Ya, aku tahu. Kita kan sahabat lama."


"……Nayu sudah sering sekali aku bikin susah. Mulai dari masalah di SD, sampai pertengkaran orang tua. Setelah itu, ibu meninggalkan kami, lalu aku sendiri sempat patah hati di kelas tiga SMP sampai ngurung diri…… jadi setidaknya, di hari Natal aku ingin bertindak sebagai kakak yang seharusnya."


"Yuuichi, bagian itulah yang sungguh aku hormati dari dirimu. Sampai-sampai… hampir jatuh hati, tahu?"


"Diamlah."


Akhirnya kami saling melontarkan hinaan, tapi justru itu jadi penutup yang pas untuk menyembunyikan rasa canggung. Dengan Masa, percakapan konyol semacam itu justru paling terasa nyaman.


"Ngomong-ngomong. Entah apa yang terjadi, tapi… akhir-akhir ini wajahmu terlihat lebih cerah. Beda dengan waktu SMP saat nakal, sekarang lebih tenang."


"Apa-apaan, dari tadi? Kau tertarik dengan tubuhku, ya?"


"Jangan bercanda, bodoh. Tapi ya, apa pun alasannya, selama kau terlihat sehat, itu sudah cukup."


──Sahabat lama. Teman buruk. Sesama pemain Arisute. Mulutnya memang kebanyakan omong kosong, tapi sebenarnya dia sangat peduli.


Memang agak malu untuk diucapkan, tapi… kata ‘sahabat sejati’ adalah sebutan yang paling pas.


"……Hei, Masa. Sebenarnya, ada sesuatu yang mau aku bilang."


Kepada Masa yang sudah lama dekat denganku, aku akhirnya menyampaikan hal yang selama ini tidak bisa aku ucapkan.


"Beberapa waktu ini… aku mendapat tunangan."


"Aku tahu. Yuuna-hime, kan?"


────Eh?


Aku kehilangan kata-kata mendengar jawaban secepat itu.


"Hah? M-Masa, jadi kau sudah tahu…?"


"Tentu saja. Kau pikir aku tidak tahu, padahal kita selalu bareng?"


Begitu, ya…… ternyata dia sudah menyadarinya.


Bahwa aku bertunangan dengan pengisi suara Yuuna-chan──Izumi Yuuna, alias Watanae Yuuka.


Hebat juga, Masa. Gara-gara terlalu nge-fans Ranmu-chan, akhirnya kau sampai punya insting tajam sekelas Shinomiya Ranmu──


"Ngomong-ngomong, aku sendiri sudah menikah, tahu. Dengan Ranmu-sama!!"


"…………Hah?"


Pernyataan tolol yang datang tiba-tiba membuatku mengeluarkan suara aneh. Masa sama sekali tidak peduli, malah semakin semangat menjelaskan.


"Kalau menikah dengan Ranmu-sama, tahu nggak? Sebenarnya dia lumayan ceroboh, loh. Ada beberapa kali terlihat jelas di event, kan? Kalau melihat sisi itu dari dekat, rasa gap-nya itu bikin nggak ketahan banget!"


"Itu kan… cuma khayalanmu, kan?"

"Kenapa tiba-tiba kau menyangkal!? Kalau begitu, cerita pertunanganmu dengan Yuuna-hime juga sama saja, kan!!"


Tarik kata-kataku. Masa jelas-jelas masih Masa yang biasa…… sampai-sampai membuatku lega.




☆Aku sampai menangis… soalnya Yuu-kun tidak ada di sini☆


"Kerja bagus, Yuuna. Gerakan tarianmu lebih tajam daripada pertunjukan sebelumnya."


"Ah, te… terima kasih banyak! Ranmu-senpai!!"


Usai menyelesaikan konser Nagoya dengan lancar, kami Yurayura★Kakumei kembali ke ruang ganti.


Di sana aku mendapat pujian dari Ranmu-senpai… dan rasanya aku sampai ingin melompat kegirangan! 


Beliau adalah senior yang sangat aku kagumi, sekaligus partner yang berbaik hati mau membentuk unit bersamaku. Kata-kata dari Ranmu-senpai seperti itu, sudah cukup membuatku bahagia bukan main.


"Yuuna, ada apa? Meski kau tersenyum, ekspresimu kali ini terlihat agak muram."


"Eh!? Be… begitu, ya?"


Dengan nada datar, Ranmu-senpai langsung menyinggung intinya. Kalau dikatakan mendadak seperti itu, aku jadi terlihat mencurigakan, kan…


"Yah, tidak apa-apa… terlepas dari apa pun yang kau rasakan, kau sudah menampilkan senyum dengan baik saat di panggung. Kau telah menjalankan tugasmu sebagai seorang profesional, Yuuna."


"Ah, te… terima kasih banyak."


"Hanya saja—hati-hati agar perasaan itu tidak menjadi beban. Kalau dalam sehari saja bisa terpengaruh sampai seperti ini."

Uuh… jangan-jangan Ranmu-senpai menyadarinya? Bahwa alasan aku kehilangan semangat adalah karena merasa sepi setelah berpisah dengan ‘adikku’. Seperti biasa, Ranmu-senpai benar-benar seperti cenayang.


"Lagi pula… seharusnya ada juga hal-hal yang baru bisa kau hargai ketika berjauhan. Akan lebih baik kalau kau bisa menumbuhkan hati yang lebih kuat."


Kemudian dengan tenang, sambil membelakangiku, Ranmu-senpai berkata dengan lembut:


"Dan ‘adikmu’ itu… bukanlah orang yang akan berubah hanya karena sedikit berjauhan. Kurasa begitu."



"Uuh… aku mengerti maksud Ranmu-senpai, tapi tetap saja…"


Di kamar hotel yang sudah dipesankan oleh Kurumi-san, aku berguling-guling di atas ranjang sambil bersuara.


Sekarang sudah pukul 22.00. Biasanya pada jam segini, aku sedang duduk di ruang tamu sambil mengobrol dengan Yuu-kun. Tapi hari ini… sudah berjam-jam aku tidak mendengar suara Yuu-kun.


"Uuuh! Aku bisa gila, tahu nggak!!"


Aku menendang-nendangkan kaki sambil berteriak. Kalau dilihat orang, pasti tampak bodoh sekali. Tapi mau bagaimana lagi? Aku memang kesepian, kok!


"Haah… kenapa sih aku malah lupa bawa ponsel di saat-saat seperti ini… benar-benar ceroboh banget…"


Ya, rencananya setelah konser selesai aku ingin menelepon Yuu-kun. Tapi betapa terkejutnya aku ketika membuka tas, ternyata ponselku tidak ada!


Pagi tadi karena terlalu murung, aku lupa memasukkannya!! Sempat terpikir untuk meminjam ponsel Kurumi-san, tapi… beliau menginap di hotel lain. Katanya sih, biaya hotel untuk seiyuu ditanggung, tapi biaya hotel untuk manajer harus dihemat, jadi beliau memilih kapsul hotel. Kurumi-san… maaf, aku selalu saja membuatmu repot.


"…Ah! Benar juga! Kan bisa pakai telepon hotel!"


Wah, aku benar-benar pintar juga, ya! 


Baiklah, aku telepon Yuu-kun sekarang juga!…Tapi tepat saat aku hendak mengangkat gagang telepon, aku teringat sesuatu. Selama ini aku selalu menekan nama ‘Yuu-kun’ di kontak ponsel, jadi aku sama sekali tidak hafal nomor teleponnya.


"…Aku ini bener-bener nggak punya kemampuan manajemen krisis, ya…"


Aku menenggelamkan wajah ke bantal sambil mengeluh. Pokoknya, begitu pulang nanti aku harus menghafal nomor telepon Yuu-kun.


────Prurururu♪


"Waah!?"


Saat aku sedang lesu, tiba-tiba telepon hotel berdering. Setelah kuangkat, ternyata dari resepsionis.


『Ada tamu yang datang, atas nama Sakata Yuuichi. Apakah boleh kami persilakan naik? 』


"Yuu-kun!? I… iya! Tolong persilakan!!"


Eh? Eh? Yuu-kun datang… sampai ke hotel ini!? Jangan-jangan dia sengaja datang ke Nagoya sebagai kejutan!? Kyaah! Senangnya! Aku cinta banget sama dia!!


──Tok tok. Terdengar suara ketukan di pintu kamar. Aku sudah tersenyum lebar membayangkan Yuu-kun, lalu membuka pintu—


"Halo, Yuuka. Aku adalah adik manis yang mencintaimu sama besarnya dengan cinta pada Yuu nii-san… Isami."


"Pergi sana."


Yang muncul justru adikku yang bergaya sok keren.


Aku langsung membanting pintu sekeras mungkin. Isami lalu mengetuk pintu dari luar, dong dong, tapi aku tetap mengabaikannya!


"Yuuka, bukalah dulu. Kalau ada pria tampan yang terkatung di lorong hotel, bisa menimbulkan gosip yang aneh, kan?"


"Berisik Baakaa! Berani-beraninya pakai nama Yuu-kun—aku tidak akan pernah memaafkan cara licik seperti itu!!"


"Kalau tidak begitu, kamu pasti akan mengusirku, kan?"


"Itu karena kamu selalu memperlakukanku seperti anak kecil! Kalau memang ada alasan jelas datang ke sini, aku pasti akan membiarkanmu masuk!!"


"Aku hanya ingin memeluk si kucing kecil manja bernama Yuuka yang menangis karena kangen Yuu nii-san, sampai pagi. Hihi… kamu memang manja sekali, ya, Yuuka."

"Jadi intinya kamu datang hanya untuk memperlakukanku seperti anak kecil!! Pulang sanaaa!!"


Aaargh, menyebalkan sekali! Isami selalu saja menggodaku begini!! Memang dia populer sebagai cosplayer tampan berpenampilan pria, tapi menurutku… dia hanyalah adik yang merepotkan.


Kebetulan kali ini pun dia mengenakan setelan mirip pelayan pria, lengkap dengan lensa kontak. Untuk apa coba mendatangi kamar hotel kakak perempuannya dengan dandanan begitu…


"Sudah minta maaf, kan? …Ah! Staf hotel mendekat! Bahaya, Yuuka. Kalau aku diusir begini, bisa-bisa dianggap orang mencurigakan!!"


"Memang kamu mencurigakan! Lagi pula kamu tadi berbohong pakai nama Yuu-kun untuk bisa masuk!!"


Ketukan di pintu semakin keras.


Huuuh… menyebalkan sekali. Tapi meski begitu, aku juga tidak mau adikku sendiri sampai dianggap mencurigakan dan diamankan petugas. Mau tak mau, aku pun hendak membuka pintu. Tapi tiba-tiba—


──Pling! Sebuah ide cemerlang melintas di kepalaku!


"Haaah… benar-benar pengalaman buruk… Yuuka, terima—"


"Isami! Tolong pinjamkan aku ponselmu!! Penting banget!!"


"Eh? O… oke, tapi kenapa?"


Kan Isami punya kontak Yuu-kun, karena mereka memang sudah saling tukar nomor sebagai saudara ipar.


…Heheh. Dengan ini, aku bisa bicara dengan Yuu-kun lagi♪



Chapter 7 

【Kabar Buruk】

Saat Sedang Mandi, Aku Menelepon dengan Tunanganku, dan Hal Besar pun Terjadi


"Yuuichi, giliranmu masuk kamar mandi."


"…Oh… baiklah…"


"Apa-apaan denganmu!? Kenapa kau terlihat begitu lelah padahal aku yang baru selesai mandi!?"


Aku melirik ke arah suara keras milik Masa. Karena rambutnya masih basah, gaya rambut runcing khasnya jadi layu.


Hahaha—bahkan aku tidak sanggup tertawa.


"…Aku masuk mandi dulu."


Aku menyelipkan ponsel yang sejak tadi kugenggam erat ke dalam saku, lalu berdiri perlahan. Pasti wajahku sekarang terlihat seperti orang sekarat.


"Kenapa ekspresimu begitu? Padahal jarang-jarang kau menginap di rumah orang… apa kau baru saja ditolak Yuuna-hime atau apa? Wajahmu parah sekali, Yuuichi."


—Ditolak oleh Yuuna-chan.


Ucapan itu bagai hantaman benda tumpul di kepalaku. Pandangan langsung menghitam.

Oh, Yuuichi. Betapa menyedihkannya, mati dengan cara seperti itu.



—Sudah hampir delapan bulan sejak aku mulai tinggal bersama Yuuka. Dan malam ini, untuk pertama kalinya, aku harus melewati malam tanpa dirinya.


Entah kenapa aku tidak sanggup menahan rasa sepi itu, jadi aku memutuskan untuk menginap di rumah Masa setelah sekian lama. Padahal waktu kelas satu SMA, aku sudah terbiasa sendirian di malam hari. Tapi sekarang, dengan Yuuka yang manja dan selalu ingin diperhatikan, aku berpikir: setelah konser selesai, dia pasti akan menghubungiku lewat RINE atau menelepon.


Aku hanya harus pintar-pintar mencari waktu supaya Masa tidak melihatku. Hm, gimana ya……Itu semua masih kupikirkan sekitar satu jam yang lalu.


Sekarang jam sudah lewat sepuluh malam—tapi tak ada tanda-tanda Yuuka akan menghubungi.



"…Aneh. Apa ponselku yang rusak?"


Sambil berendam di bak mandi rumah Masa, aku mengoperasikan ponsel yang kumasukkan ke dalam ziplock. Karena tak ada kabar sama sekali, aku sudah mengirim beberapa kali pesan lewat RINE. Tapi bukan hanya tak ada balasan—bahkan tanda terbaca pun tidak muncul.


"Biasanya, Yuuka itu bahkan sudah mengirim pesan sejak naik shinkansen, loh. Oke lah, kali ini ada Shinomiya Ranmu yang menemaninya, jadi mungkin itu alasannya. Tapi… masa iya sampai jam segini pun dia tidak punya waktu sendirian?"


Aku yang tidak bisa tenang, hanya bisa mengoceh sendirian. Meski tahu percuma, karena pesan RINE tidak akan tiba-tiba dibalas.


"Jangan-jangan… dia tumbang lagi seperti saat konser di Osaka?"


Tidak… itu tidak mungkin. Justru supaya tidak terjadi hal seperti itu, jadwalnya diatur dengan menginap. Kalau sampai benar begitu, pasti Hachikawa-san sudah menghubungiku. Kalau begitu, apa alasan lain yang mungkin?


Sambil mencoba mengalihkan pikiran dengan membuka situs acak di ponsel, otakku terus berputar kencang.


【Dengan Foto】Hubungan asmara rahasia dua pengisi suara terkenal, kencan mereka bocor!?


"GYAAAAAAA!?"


Aku berteriak kaget melihat artikel gosip horor yang muncul di layar.


Sial! Jangan seenaknya mengumbar kehidupan asmara orang lain! Pengisi suara juga manusia, terserah dong mau kencan dengan siapa pun!!


…Aduh. Malah jadi kepikiran hal-hal jelek begini.


Yuuka selalu polos, lugu, dan tulus. Aku tahu itu. Aku tahu tidak mungkin ada hal semacam itu. Tapi meski tahu, tetap saja… kalau tidak ada kabar, aku jadi tidak tenang.


"Yuuka… aku tidak akan sok kuat lagi. Mulai sekarang aku akan jujur bilang kalau aku merasa sepi tanpa kamu. Jadi… tolong hubungi aku."


Sambil bergumam begitu, aku terus menggulir layar obrolan RINE, seakan mencari pegangan.

—Brrr♪


"Hah!?"


『Wah!? …Cepat sekali diangkatnya, Yuu nii-san.』


Karena aku begitu terfokus mengutak-atik ponsel, panggilan masuk dari RINE itu tanpa sadar langsung kuangkat.


Ternyata bukan Yuuka… melainkan Isami.


Aku menahan napas panjang yang hampir lepas sebagai desahan, lalu mengaktifkan mode speaker.


"Halo? Ada apa, Isami?"


『…………』


"Hm? Hei, Isami? Apa yang kamu lakukan—"


『…Yuu-kun.』


—!? A-apa!? Aku kaget setengah mati, rasanya jantung mau meloncat keluar. Karena suara Isami barusan… mirip sekali dengan Yuuka. Buat aku yang sedang sangat merindukan Yuuka, itu terlalu memukul perasaan.


"Dengar, Isami. Aku tidak tahu maksud lelucon burukmu apa, tapi jangan tiba-tiba menirukan suara Yuuka. Karena kalian kakak-adik, suaranya benar-benar mirip… bikin aku kaget."


『T-tadi… bikin Yuu nii-san kaget…?』


Makanya kubilang, berhentilah meniru suara Yuuka! Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab.


"Aku bilang ya, Isami… terus terang saja. Sekarang aku sedang resah karena tidak ada kabar dari Yuuka. Mungkin dia sibuk dengan konser, tapi tidak ada RINE, tidak ada telepon… Jadi untuk saat ini, aku benar-benar tidak punya mood untuk tertawa karena lelucon seperti itu—"


『R-resah!? J-jangan-jangan, Yuu… Yuu nii-san sedang merasa sepi, nya?』


"Nya!? Ke mana perginya karakter kerenmu yang biasa!? Maksudku, serius deh, sebenarnya ada perlu apa sih, Isami!?"


『P-pokoknya jawab saja dulu pertanyaan itu!』


"Kenapa sekarang malah meniru Nayu!? Lagi pula, suaramu masih suara Yuuka! Minimal kalau mau meniru, miripkan dulu ke suara Nayu!"


Meski adik ipar, ini jelas sudah kelewatan untuk sebuah lelucon. Karena itu aku sedikit mengeraskan nada suara, lalu dengan ketus berkata:


"…Ya ya, aku memang kesepian. Karena sudah terbiasa dengan Yuuka selalu di sisiku, jadi sekarang aku benar-benar kehilangan semangat. Makanya, kalau tidak ada urusan penting, aku ingin menutup telepon ini."


『…Fueh. Fueheheheheh♪ Fueeeh, fueeeh♪』


Suara "fueh-fueh" yang aneh keluar dari speaker, sampai aku sempat berpikir ponselku rusak.


Apa-apaan ini? Bahkan kalau pun adik kandung, apa mungkin bisa meniru Yuuka sampai sedetail ini?


…Tidak. Jangan-jangan.

Merasa ada firasat buruk, aku menurunkan nada suara dan bertanya:


"Ehh… jangan-jangan, ini bukan Isami… tapi Yuuka?"


『Fueeeh♪』


『Yuuka, dengan begitu tidak ada yang mengerti maksudmu… Ah. Yuu nii-san, sudah lama tidak berjumpa. Aku juga ada di sini, tapi tadi yang berbicara dengan Yuu nii-san itu—tak diragukan lagi, adalah Yuuka asli, lho?』


…Oke. Mengerti. Baiklah, sekarang aku akan menenggelamkan diri ke dalam bak mandi, dan mati saja.



Karena Yuuka hanya menggumam aneh dan tidak bisa diajak bicara, aku akhirnya mendengar penjelasan dari Isami.


『Jadi begini. Aku mendapatkan alamat hotel dari Kurumi-san, lalu datang menemui Yuuka. Tanpa janji dulu.』


"Kalau kalian bukan kakak-adik, itu jelas nyaris melanggar hukum, tahu nggak…?"


『Yuuka itu anak kucing kecil yang suka merasa kesepian.Aku yakin dia tidak bisa tidur sendirian,jadi aku berniat menemaninya tidur.』


『Aku bisa tidur sendiri! Kau lupa, sebelum tinggal bareng Yuu-kun, aku sudah terbiasa hidup sendirian!!』


Yuuka membentak dengan suara kesal pada Isami. Tapi, maaf… aku sendiri juga agak lupa kalau Yuuka dulu memang pernah hidup sendirian.


『Lalu, Yuuka bilang kalau dia ketinggalan ponsel di rumah. Benar-benar ceroboh, kan? Jadi aku tidak bisa membiarkan anak kucing kecil ini sendirian.』


『Baaka』


"Jadi itu sebabnya kau meminjam ponsel Isami untuk menghubungiku, ya…"


Aku berusaha terlihat tenang, tapi sebenarnya aku merasa sangat lega.


Jadi alasan Yuuka tidak pernah menghubungi sejak berangkat hanyalah karena ia lupa membawa ponsel. Syukurlah… tidak terjadi apa-apa padanya. Dalam banyak arti.


『Tapi, barusan aku benar-benar senang, loh… Ternyata Yuu-kun juga merasa sepi kalau aku tidak ada. Ehehe♪』


"K-kalau kau mau mengejek, aku matikan teleponnya sekarang juga."


『Baiklah, maaf, eheh~♪』


Yuuka begitu bahagia sampai terlihat seperti akan melayang ke langit.

Sial… aku tadi sempat salah kira itu Isami, jadi tanpa sadar mengucapkan hal yang memalukan…


『Aku juga, sebenarnya sedih karena tidak bisa bertemu dengan Yuu-kun. Tapi setelah mendengar suara Yuu-kun, aku jadi semangat lagi! Dan… kalau begini, rasanya seperti kita pasangan LDR yang sedang berteleponan, ya? Deg-degan deh♪』


Seperti biasa, Yuuka melontarkan kata-kata polos nan berbahaya lewat telepon. Kalau dia bilang begitu, aku jadi ikut-ikutan gugup… sungguh, dia ini tetap saja kecilnya iblis yang tidak sadar diri.

『Yuu-kun, katanya tadi mau main dengan Kurai-kun, tapi sekarang sudah pulang ke rumah?』


"Enggak… aku lagi menginap di rumah Masa. Kami berencana begadang main Arisute dan nonton anime."


『Waaah, seru sekali! Aku juga ingin menginap di rumah Momo-chan dan mengadakan pesta piyama~』


Maaf, pesta "piyama" kami berdua tidak seindah itu. Yang kami lakukan hanyalah saling membicarakan hal-hal moe layaknya lelaki otaku sejati.


"Heii, Yuuichi? Kau baik-baik saja, kan?"


Seolah-olah karena sedang dibicarakan, Masa tiba-tiba membuka pintu kamar mandi, berbicara dari balik kaca buram. Aku kaget sampai hampir menjatuhkan ponsel, untung bisa kutangkap dengan dua tangan.


Gawat… data Arisute bisa saja hilang!


"Kau tidak mandi terlalu lama, Yuuichi? Tadi wajahmu pucat sekali, aku kira kau sudah mati."


"A-aku masih hidup! Aku segera keluar, jadi jangan mengintip!!"


"Siapa juga yang mau mengintip!? Aku sudah bilang, BL bukan wilayah kekuasaanku!"


"Pokoknya, pergi sana! Aku keluar dalam sepuluh menit!!"


"Huh… dasar."


Meninggalkan kata-kata sebal, Masa menutup pintu dan pergi.

Haaah… benar-benar bikin panik.


"──Maaf ya, Yuuka. Tadi agak berisik…"


『Y-Yuu-kun… se-seksi…』


"Hah?"


Aku duduk kembali di bak mandi, lalu mengangkat ponsel ke depan wajah. Dan di layar… muncul Yuuka yang menutup wajah dengan kedua tangan, tapi tetap mengintip dari celah jari-jarinya.


…Tunggu. Yuuka terlihat di layar?


"Eh!? Sejak kapan ini jadi video call!? Yuuka, ini sudah masuk kategori mengintip, tahu!?"


『B-bukan! Sumpah bukan! Ponselmu hampir jatuh tadi, dan entah bagaimana tiba-tiba berganti ke video call!』


『Ahahaha! Sepertinya Yuu nii-san tadi tidak sengaja menekan tombol video call.』


Meski tidak kelihatan, aku yakin Isami di luar layar sedang tertawa bahagia.


Hei, ini bukan bahan untuk ditertawakan! Memang sekarang aku masih di bak mandi, tapi barusan aku panik sekali…


"Y-Yuuka… kau tidak lihat apa-apa, kan?"


『H-ha? Maksudmu apa, ya? Aku ini camar… aku tidak tahu apa-apa~』


"Itu jelas-jelas reaksi orang yang sudah melihat! Dan itu bukan 

reaksi orang yang cuma melihat bagian atas tubuhku!!"


『…Nya♪』


Dia malah berusaha mengalihkan dengan gaya bicara kucing. Dan kenapa sekarang Yuuka malah kelihatan malu-malu, menggeliat-geliat begitu? Yang malu sampai ingin mati itu justru aku, tahu!?


Dalam situasi konyol tak tertolong itu, terdengar suara Isami dari luar layar, sambil setengah tertawa:


『Kalau begitu, sekarang giliran Yuuka, kan? Toh kalian akan menjadi suami istri… sebaiknya saling membuka diri sepenuhnya dan meneguhkan cinta, bukan begitu?』


Setelah itu, aku dan Yuuka… sama-sama menghujani Isami dengan kemarahan.




Chapter 8

Pencarian Orang yang Mau Merayakan Ulang Tahun Adik yang Terlalu Sok


"...Hei, Yuuka?"


"Ada apa, Yuu-kun?"


"Aku ingin ke kamar mandi sebentar..."


"Ah, iya! Baik!!"


Dengan jawaban yang mantap, Yuuka langsung melepaskan pelukannya dariku. Di lenganku masih tersisa hangat tubuh Yuuka. Soalnya—hampir satu jam penuh, Yuuka terus menempel padaku tanpa mau lepas. Maka dari itu, aku pun berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamar mandi.


"……"


"Choko choko."


"……"


"Choko choko."


"...Kamu sedang apa, Yuuka?"


"Aku mengikuti Yuu-kun!"


Anjing, kah?


"Kenapa harus mengikutiku?"


"Karena aku tidak mau jauh dari Yuu-kun!"


Ya ampun. Dijawab sejujur itu malah bikin bingung harus bereaksi bagaimana...


Sambil bingung harus bagaimana, aku pun berkata pada Yuuka:


"Begini, Yuuka? Seperti yang tadi kubilang, aku ini mau ke kamar mandi."


"Iya! Makanya aku ikut karena Yuu-kun mau ke kamar mandi!!"


"Ini agak menyeramkan, tahu?"


"Kenapa!? Aku kan tidak akan sampai masuk ke dalam kamar mandi juga!?"


Hei... jangan beri reaksi seolah itu hal yang wajar. Orang yang sudah menempeliku sambil bilang choko choko begini, siapa yang bisa menebak batas tindakannya di mana?


"…Nihee."


Saat aku benar-benar bingung harus menanggapinya bagaimana, Yuuka malah menyeringai bahagia.


Sebenarnya makhluk apa sih ini...? Mau ke mana pun dia ikut, kalau tatap mata malah senyum-senyum. Jangan-jangan ini jenis baru zashiki-warashi.


Sambil memikirkan hal tak penting itu, aku pun masuk ke kamar mandi dan hendak menutup pintu—


"...Aku akan menunggu, Yuu-kun. Aku pasti... menunggu."


"Hei!? Aku cuma mau ke kamar mandi, jangan pasang bendera kematian begitu! Apa maksudnya, aku bakal tenggelam di dalam air kloset gitu!?"


"Aku nggak mau!! Aku nggak mau Yuu-kun mati!!"


Padahal dia sendiri yang memulainya, sekarang malah ngambek sendiri. Ya ampun. Anak ini benar-benar parah...


──Begitulah keadaannya.


Sejak konser di Nagoya selesai beberapa hari lalu, mode "menempel" Yuuka benar-benar menggila. Sampai rasanya seperti balita yang kembali manja, Yuuka terus-menerus menempel padaku.


Aku pun akhirnya berpikir, meski dompetku sakit... konser di Hokkaido nanti aku harus ikut. Kalau tidak, efek baliknya bakal tidak normal.



Dan akhirnya, hari ini—tanggal 7 Desember—mode manja Yuuka mulai agak reda.


"Yuu-kun. Bukankah hari ini ulang tahunnya Nayu-chan?"


Yuuka yang berjalan bersamaku dalam seragam sekolah, bertanya sambil mengibaskan ekor kuda rambutnya. Dia memang memakai kacamata, tapi karena masih di jalan kecil dan belum sampai jalan raya, matanya tetap berkilat penuh semangat, sama seperti di rumah.


"Sayang sekali, ya. Kalau dia sudah pulang ke Jepang, pasti aku sudah menyiapkan banyak hidangan enak."


"Sekolahnya juga belum libur. Tapi kemungkinan besar dia akan pulang 

saat Natal, jadi kita rayakan saja waktu itu."


"Hmm, tapi tetap saja... namanya juga ulang tahun, aku ingin sekali bisa merayakannya tepat hari ini... hmmm."


Yuuka menopang dagunya sambil berpikir keras. Dilihat dari luar, mungkin orang akan mengira gadis serius seperti Watanae-san sedang memikirkan sesuatu yang penting.


"Ah, aku tahu! Yuu-kun, aku dapat ide bagus!!"


Dengan wajah ceria, Yuuka menarik ujung bajuku. Lalu dengan senyum berkilau, ia berkata:


"Sama seperti malam di Nagoya waktu itu—bagaimana kalau kita adakan pesta ulang tahun jarak jauh lewat video call!"


"Permisi, aku masuk ya~!"


"Silakan masuk, masuk~!"


Setelah bertukar sapaan akrab dengan Yuuka di depan pintu, Nihara-san pun masuk ke rumah. Biasanya dia mengenakan kostum ala tokusatsu seperti cosplay, tapi karena kali ini baru pulang sekolah, dia datang dengan seragam. Tapi seperti biasa... bisakah dia menutup kancing bajunya lebih rapi sedikit saja?


Dengan beberapa kancing dibiarkan terbuka, bagian dadanya terlihat longgar, dan celah di antara payudaranya benar-benar mencolok.


"...Oh? Sakata, kenapa menatap begitu? Rindu dengan oppai, ya?"


"Berhenti, maafkan aku."


"Yuu-kun Baka! Uu... puaslah dengan oppaiku saja!!"

"Maaf, sungguh maaf! Jadi tolong, Yuuka, jangan ikut-ikutan membuka kancing bajumu juga!?"


Padahal aku cuma melirik sekilas, tapi entah bagaimana jadi bencana besar begini.


Katanya, tatapan pria itu gampang ketahuan oleh wanita... ternyata itu memang benar. Aku harus lebih hati-hati. Lalu aku mengambil manga yang tadi kutinggalkan di atas sofa, membawanya masuk ke kamarku. Soalnya, karena mendadak diputuskan Nihara-san akan datang, ruang tamu jadi agak berantakan...


"Hee~ keren banget! Banyak banget barang-barang Arisute-nya!!"


"Eh!? Kenapa kamu masuk ke kamarku begitu saja, Nihara-san!?"


"Kan tidak masalah, bukan berkurang apa-apa juga~"


Ya... memang sih, tapi tetap saja. Rasanya tidak nyaman kalau kamar yang penuh dengan poster dan pernak-pernik anime dilihat perempuan. Meski aku tahu Nihara-san tipe yang tidak akan meremehkan hobi orang lain.


"Eh, banyak banget barang-barang Yuuna-chan juga! Hebat!!"


"Yuuna-chan itu kan dewi."


Begitu mendengar nama Yuuna-chan disebut, aku langsung refleks menjawab.


"Ahaha! Maksudmu nggak jelas, tapi entah kenapa aku bisa paham!! Aku juga, tahu! Di rumah aku memajang banyak banget figure Kamen Runner Kiryuu, favoritku sepanjang sejarah Kamen Runner! Soalnya seri itu unik banget, ada seratus delapan Kamen Runner yang muncul!"


Entah bagaimana, obrolannya mendadak bergeser jadi soal tokusatsu.


Yah, ternyata Nihara-san juga sama saja... persis kayak kalau aku ngobrol sama Masa.


"Sudah deh, kalian berdua jangan asyik main sendiri! Ayo cepat kita siapkan! Nanti sudah waktunya video call dengan Nayu-chan, lho!"


Kami yang sudah kelewat tenggelam dalam mode obrolan otaku, dipanggil oleh Yuuka.


Ah, iya... harus cepat-cepat menyiapkan komputer di ruang tamu. Ya, karena sebentar lagi—kita akan mulai pesta ulang tahun daring untuk Nayu.



Sejak aku mulai tidur sekamar dengan Yuuka, komputer sengaja kupindah ke ruang tamu. Ketika komputer itu mulai menyala, layar menampilkan sosok Isami yang mengenakan pakaian ala butler dengan rambut diikat satu, benar-benar gaya cross-dress rapi.


"Oh~ Isami-kun ya! Lama tidak jumpa~"


『Ahaha, sudah lama ya, Momono-san. Seperti biasa, kecantikanmu tetap mempesona bak matahari... sungguh indah.』


"Puuh! Isami-kun juga nggak berubah, ya? Tetap saja gaya pria lembutmu bikin lucu!!"


『E-Eh, lucu...? Padahal kalau di depan para penggemarku, orang-orang bisa sampai pingsan saking tampannya aku... 』


Para fans-nya pasti tidak pernah menyangka, cowok seganteng Isami bisa berubah jadi bahan lelucon kalau bersama kami.

Kami terhubung lewat ZUUM, aplikasi komunikasi yang bisa dipakai untuk meeting online atau video call.


Begitu Yuuka mengusulkan pesta ulang tahun untuk Nayu, dia langsung menghubungi Nihara-san dan Isami, hingga jadilah acara ini. Kalau demi seseorang, Yuuka memang selalu bertindak cepat.


『Jadi? Mana bintang utama kita yang imut? Belum muncul?』


"Dia pasti lagi sembunyi sambil mute... hei, Nayu! Semua orang sudah kumpul, aktifkan mic dan kamera. Kamu kan yang jadi bintang utama!"


『──Aku adalah shoebill. Namaku juga... shoebill.』


"Nama pun shoebill!? Sudahlah, hentikan omong kosong itu! Cepat muncul, Nayu!!"


『...Aku tahu, kok. Nii-san berisik sekali.』


Sambil menggerutu, Nayu menyalakan kamera. Yang muncul di layar—Nayu, dengan kepala agak menunduk, terus-menerus memainkan rambut depannya dengan jari.


"Waah, Nayucchi~ lama tak jumpa! Sehat-sehat, kan?"


『Hm, lumayan. Nihara-chan juga kelihatan sehat, ya.』


『Fufu... meski lama tak bertemu, kamu tetap imut bak boneka, Nayu-chan?. Kulit putih beningmu itu sungguh indah.』


『Isami juga, masih dengan gaya sok keren yang garing itu. Biasa saja, malah norak.』


『N-Norak...!?』


Di layar, terlihat Isami syok berat.

Ya, meskipun aku bisa mengerti kenapa dia ingin protes... tapi tahanlah sedikit, Nayu. Dia ikut bergabung ini juga demi kamu.


"──Baik! Terima kasih semuanya sudah berkumpul di sini!!"


Sambil berkata begitu, Yuuka menepukkan tangannya keras-keras, lalu tersenyum lebar. Ia mengambil sebotol jus jeruk kemasan yang tadi baru dibelinya.


"Kalau begitu, mari kita mulai pesta ulang tahun untuk Nayu-chan! Semua sudah siapkan minuman masing-masing?"


『Eh... Yuuka-chan, ini terlalu berlebihan. Tidak usah terlalu semangat begitu...』


"Tidak! Justru harus semangat! Karena aku—sangat menyayangi Nayu-chan!"


Meski bintang utama agak malu, Yuuka menepisnya dengan penuh cinta. Dengan penuh semangat, ia mengangkat botol jus ke arah kamera. Lalu—dengan suara beningnya, ia memimpin toast.


"Baiklah, semua! Mari kita rayakan ulang tahun ke-14 Nayu-chan... kampaai!!"


"Oke, kampaii! Selamat ulang tahun, Nayucchi!!"


『Untuk mukjizat lahirnya burung kecil bernama Nayu-chan... aku angkat gelasku.』


"Hm. Selamat ulang tahun, Nayu."


『......Uuh.』


Mengeluarkan suara kecil seperti mengeluh, Nayu lalu menenggak isi gelas di tangannya. Pipinya tampak sedikit memerah.

"Waaah! Imut banget! Nayucchi pasti sebenarnya senang banget, kan?"


『A-aku tidak senang! Aku lebih suka dapat uang banyak daripada pesta begini!!』


『Fufu, dasar tidak jujur kamu ini, Nayu-chan. Oh iya... bagaimana kalau hadiah dariku berupa kostum cosplay? Biasanya kamu terlihat tomboy, tapi aku yakin gaya girly juga akan sangat cocok padamu.』


『Berisik, tidak perlu! Jangan menggodaku, sok tampan!!』


────Ah. Kapan terakhir kali aku melihat Nayu yang begitu malu-malu menutupinya seperti ini, ya?


Mulutnya memang tetap super kasar, tapi melihat adikku yang jelas-jelas tidak benar-benar menolak, aku merasa pipiku ikut mengendur.


『……Nii-san, kenapa senyum-senyum? Jangan meremehkan aku, serius!』


"Aku nggak meremehkan, kok. Ngomong-ngomong, ayahmu nggak ada?"


『Masih kerja. Katanya, titip salam untuk Yuuka-chan. Ngomong-ngomong.』


"Eh, dari a-a-ayaaaaah mertua!?"


Yuuka refleks meluruskan punggung dengan tegang, mungkin karena gugup mendapat pesan dari ayah mertuanya. Padahal sebenarnya, dia bukan sosok yang perlu diperlakukan seserius itu, lho. Ayah macam yang seenaknya memutuskan pernikahan anaknya sendiri.


『……Ah iya. Yuuka-chan, meskipun punya ayah yang tidak bisa diandalkan begitu, ada yang mau kamu sampaikan? Atau aku rekam saja, nanti kutunjukkan.』


"Eh!? Re-rekam!? Aku belum siap mental──"


『Ya, mulai』


Tanpa memberi kesempatan menolak, Nayu langsung memberi aba-aba mulai. Yuuka yang panik dan terburu-buru pun berkata dengan suara lantang.


"A, Ayah mertua! Terima kasih selalu atas perhatian Anda, saya Watanae Yuuka!! Berkat Yuuichi-san, saya bisa menjalani hari-hari yang penuh kebahagiaan! Saya sangat mencintai Yuuichi-san, dan saya pasti akan membuatnya bahagia!!"


"Tunggu!? Kamu sadar nggak, barusan itu pesan video yang super memalukan!?"


Aku mati-matian berusaha menghentikan tunanganku yang ingin menyampaikan pesan membara penuh rasa malu. Dan untuk makin memperkeruh suasana──adik ipar yang merepotkan itu pun ikut-ikutan memberi salam.


『Salam kenal, Ayah mertua. Saya Watanae Isami, adiknya Yuuka──atau bisa dibilang, anjing peliharaan dari kakak ipar yang sangat ku kagumi.』


"GYAA!? Jangan bercanda, Isami!! Anjing peliharaan!? Itu bikin kesan jadi super buruk, tahu nggak!?"


Pesta ulang tahun pun jadi terabaikan, berganti dengan hiruk-pikuk Watanae bersaudara. Aku yang tak bisa menahan helaan napas, mendadak merasakan sebuah tangan menepuk pundakku.

"Haloo! Aku Nihara Momono, calon istri kedua Sakata, gitu deh! Aku yang bertugas nemenin kalau lagi kangen oppai yaa~"


"GYAAAAAAA!? Momo-chaaaaan!! Kamu bodoh yaaaa!?"


Yuuka menjerit histeris mendengar bom pernyataan absurd dari Nihara-san. Melihat kepanikan Yuuka, Nihara-san malah tertawa.


"Ahaha! Cuma bercanda kok, Yuu-chan? Coba pikir deh. Menurutmu, Nayu beneran ngerekam hal beginian? Aku sih nggak percaya."


『Oh, hebat ya Nihara-chan. Jawaban yang tepat』


"Seriusan nggak direkam!? Kamu tuh, nggak bisa ya ngelewatin ulang tahunmu sendiri tanpa bikin ulah!?"


『Seperti halnya ada bayangan ketika ada cahaya…… di mana ada aku, di situ ada keusilan』


"Aduuuh! Nayu-chan, kamu tuh ya, Nayu-chan tuh!!"


────Dan, yah. Meskipun disebut "pesta ulang tahun," suasananya di ZUUM tetap saja seperti biasanya. Tapi melihat Yuuka yang kena jebakan dengan sangat mulus, Nayu sampai tertawa terpingkal-pingkal hingga keluar air mata.


Kupikir, berkat Yuuka, hari itu akhirnya jadi sebuah kenangan yang indah bagi Nayu. Sekali lagi──selamat ulang tahun, Nayu.




Chapter 9 

Saat Tunanganku dan Sahabat Burukku Berbicara, Hasilnya Tak Terduga…?


"Hoi, Yuuichi! Lihat ini!!"


Waktu istirahat siang. Aku sedang tertidur setengah sadar dengan kepala terbenam di meja, ketika tiba-tiba suara penuh semangat dari Masa menyapaku. Aku menoleh, dan──Masa mulai menari tarian aneh!


Umm… bahkan dengan mata amatir sekalipun, jelas sekali gerakannya tidak bagus. Apa-apaan sih, mendadak begini?


"…Haa, haa… lihat nggak, Yuuichi!?"


"Itu menirukan ikan koi di atas talenan yang sudah pasrah menunggu ajal?"


"Salah, bodoh! Itu jelas-jelas gerakan dari lagu Dreaming Ribbon-nya Yurakaku! Aku akhirnya berhasil menguasainya, paham!? Dengan ini, aku selangkah lebih dekat menjadi satu dengan dewi Ranmu-sama!"


"Hei, minta maaf dulu ke semua fans Ranmu-chan di seluruh jagat raya, dasar bego…"


Begitulah, saat kami bertukar obrolan konyol seperti biasa──


"…Kelihatannya menyenangkan, ya."


Tiba-tiba, sebuah suara dengan tekanan luar biasa terdengar dari belakang. Aku menoleh, dan yang berdiri di sana adalah──Watanae Yuuka. Dengan rambut panjang hitam terikat kuncir kuda, memakai kacamata, wajah tanpa ekspresi, menatapku tajam dari atas──versi sekolah Yuuka.

"Wa–Watanae-san… a-ada apa?"


"Hoi, Yuuichi! Menurutku sebaiknya kamu minta maaf dulu deh! Entah apa yang terjadi, jelas-jelas ini salahmu!!"


"Lho, kenapa aku!? Aku nggak merasa ngapa-ngapain──"


"……Seperti yang kuduga, memang kelihatan menyenangkan."


Suara Yuuka kali ini terasa lebih menekan dibanding barusan.


Eh, jangan-jangan aku beneran ada salah?


Baru saja makan siang, terus hampir ketiduran di meja, habis itu ngobrol hal nggak penting sama Masa, itu aja kok. Malah harusnya, yang ditegur itu Masa dengan tarian Dreaming Ribbonnya yang buruk, kan?


"Hei, Sakata-kun… kamu ada waktu?"


"Eh… a-ada sih…?"


Aku menjawab ragu, sama sekali nggak paham maksud Yuuka. Dia lalu mengisyaratkan ke arah koridor dengan anggukan dagu, dan dengan datar berkata:


"──Bisa ikut aku keluar sebentar?"



Akhirnya, aku menuruti perkataan Yuuka, dan kami berdua datang ke tempat sepi di dekat tangga yang jarang dilalui orang.


"Y-Yuu-kun, maaf ya? Mendadak manggil kamu begini…"


"Nggak apa-apa… toh sekarang semua orang pasti mikir aku lagi 

dimarahin habis-habisan."


──Keluar sebentar yuk.


Kalau Yuuka versi sekolah yang berwajah serius bilang itu tanpa ekspresi, semua orang pasti bakal yakin dia lagi marah besar.


"Terus, ada apa memangnya?"


"Begini… seperti yang sudah kukatakan kemarin, aku… ingin lebih akrab dengan semua teman sekelas. Aku nggak mau mengakhiri masa SMA hanya sebagai Watanae Yuuka yang kaku begitu saja…"


Ah, soal itu aku masih ingat. Yuuka ingin bisa lebih banyak ngobrol dengan teman-teman, supaya bisa lulus SMA dengan senyuman.


"Makanya waktu itu kamu berusaha gabung sama kelompok perempuan yang jarang berinteraksi denganmu, kan? Menurutku, kamu sudah berusaha keras saat itu."


"…Sama sekali belum cukup, tahu."


Ucapanku sepertinya menyentuh hal yang salah, karena Yuuka langsung merosot lesu. Lalu ia menatapku dari bawah dengan mata sendu.


"Semua bisa berjalan karena mereka baik, tapi sebenarnya aku jelas-jelas terlihat aneh waktu itu."


"Ya sih, gerak-gerikmu memang agak mencurigakan waktu itu…"


"Justru itulah yang mau kuperbaiki. Aku ingin bisa ngobrol lancar sama siapa saja… jadi! Aku kepikiran minta bantuan Yuu-kun, untuk coba ngobrol dengan Kurai-kun!!"


────Hah? Kenapa tiba-tiba Masa yang dipilih?


"Soalnya, Kurai-kun itu kan selalu ngobrol sama Yuu-kun. Dan aku, setiap hari, ratusan kali memperhatikan Yuu-kun di sekolah sambil mikir, ‘Ih, imut banget’, ‘Senyumnya keren banget’, ‘Aku sukaa banget’ kan?"


"Tunggu sebentar. Aku sama sekali nggak tahu soal ‘syarat dasar’ yang kayak gitu, oke?"


"Karena aku sering lihat Yuu-kun, aku jadi tahu bagaimana suasana obrolanmu sama Kurai-kun. Lagipula waktu study tour, kita juga satu kelompok. Jadi kupikir, dibanding teman sekelas lain, dia lebih gampang diajak ngobrol, kan?"


…Entahlah. Meskipun dijelaskan panjang lebar, aku tetap nggak merasa yakin. Tapi karena ini Yuuka, begitu sudah diputuskan, percuma juga dilarang.


"Ya sudah deh, entah berhasil atau nggak, tapi kalau kamu maunya begitu… kita bertiga aja ngobrol bareng. Tapi jangan sampai hubungan kita ketahuan dulu, ya."


"Iya! Yuk, coba! Baiklah, ngobrol sama Kurai-kun──aku pasti bisa!!"


Yuuka terlihat sangat bersemangat. Tapi entah kenapa… aku punya firasat buruk soal ini.



"──!? Y-Yuuichi… kamu nggak apa-apa!?"


Begitu aku dan Yuuka masuk kembali ke kelas berdampingan… Masa langsung melotot kaget dan menelan ludah.


"Wa, Watanae-san… pasti Yuuichi sudah bikin masalah, kan!? Maaf! 

Sebagai temannya, aku juga ikut minta maaf! Jadi tolong… biarkan dia hidup!!"


Mana mungkin sampai segitunya, sih.


Masa ini apa mengira Watanae Yuuka itu seorang hitman atau semacamnya?


Melihat ketakutannya yang berlebihan, Yuuka pun mengerutkan alis.


"…Kalau kamu melakukan hal seperti itu, justru aku yang bingung."


"Jadi… bahkan menundukkan kepala pun nggak cukup untuk bisa dimaafkan!? Sial… gimana caranya aku bisa mengubah takdir ini…!?"


"Masa, tenanglah. Aku nggak bakal mati, kok. Nggak perlu pakai time leap buat mengubah takdir atau semacamnya. Serius."


Di saat-saat begini, kalau ada bantuan dari Nihara-san, pasti semuanya bisa berjalan lebih lancar──tapi sayangnya, di kelas ini Nihara-san tidak ada. Artinya, aku harus menyelesaikan kebuntuan ini seorang diri… tingkat kesulitannya terlalu tinggi.


"E-eh, gini deh Masa? Watanae-san itu bukan manggil aku buat nyakitin atau apa… tapi gara-gara study tour! Waktu itu aku minjemin dia recehan, jadi dia mau balikin sekarang!!"


"Eh… tapi kenapa nggak langsung balikin aja di sini? Kenapa mesti repot-repot manggil ke lorong?"


…Sangat masuk akal. 


Dengan kata lain, aku baru saja menggali kuburan sendiri dengan super cepat. Terus aku harus gimana buat membalikkan keadaan ini? Tolonglah, wahai gyaru yang berjiwa extrovert.

"Ku-Kurai-kun…! Study tour kemarin, menyenangkan ya!!"


Di tengah situasi genting itu, Yuuka nekat menerobos dengan cara paksa. Mengabaikan pertanyaan lawan, langsung memaksakan percakapan jadi obrolan santai.


Masa agak bingung dengan alur percakapan yang nggak nyambung, tapi ia tetap menjawab ragu.


"Y-ya? Menyenangkan, kok? Soalnya bisa lihat tempat-tempat anime juga! Kalau Watanae-san, bagian mana yang paling menyenangkan?"


"Ya. Bagian yang menyenangkan bagiku adalah laut."


"O-oh begitu… aku malah nggak sempat ke laut. Terus, ngapain aja di sana?"


"Ya. Aku pergi ke laut, lalu bermain air."


"…O-oke…"


Ini Alexa, kah!?


Jawaban super mekanis yang bahkan komputer pun mungkin bakal terkejut mendengarnya, bikin aku pengen menutup wajah pakai tangan. Aku harus segera bantu cover, ayo semangat, diriku!


"Oh iya, Masa. Kamu sempat beli oleh-oleh waktu itu nggak? Pasti penasaran banget kan, Watanae-san!"


"E-eh iya! Tentu saja aku sangat penasaran!! Apa yang kamu beli, Kurai-kun? Cepat katakan dengan jujur! Apa saja boleh, apa pun itu. Ayo…!!"


"Hiiiii…!!"

Saking menekannya, Masa sampai menjerit ketakutan.


Ya, wajar aja sih──barusan memang kelihatan menyeramkan banget.


Menurut Yuuka sendiri, mungkin tadi dia terlalu memaksakan diri dengan tekad "pokoknya percakapan harus terus berlanjut."


"Ce-cepat ikut aku sebentar! Yuuichi!!"


Bahkan Masa pun tampaknya merasakan bahaya dari situasi kacau ini. Dia meraih bahuku dan menyeretku paksa ke sudut kelas.


"…Hei, Yuuichi? Watanae-san nggak aneh, ya?"


"S-segitu anehnya? Bukannya memang biasanya dia begitu?"


"Nggak mungkin lah! Biasanya Watanae-san jarang ngomong sama orang, tapi hari ini dia terus-terusan ngajak ngobrol. Itu pun topik obrolannya kayak dipaksain banget."


Tajam juga instingnya, Masa. Memang betul, itu topik yang dipaksakan. Kayaknya strategi ini harus dihentikan aja… kalau diterusin, Yuuka bukannya dapat lebih banyak teman di kelas, malah bisa menyebar gosip kalau dia orang aneh. Saat aku melamun memikirkan itu, Masa menghela napas panjang, lalu berkata:


"Ketahuan deh… aku jadi paham sekarang. Ini artinya, dia naksir aku, kan?"


"Hah?"


Karena terlalu konyol, aku nggak bisa menahan diri untuk mengeluarkan suara aneh. Tapi tanpa peduli reaksiku, Masa tetap melanjutkan.


"Biasanya aku tipe orang yang jarang ngobrol sama siapa pun… tapi setiap kali mikirin Kurai-kun, aku jadi nggak bisa tidur. Perasaan ini… jangan-jangan cinta? Aduh, gimana nih, jantungku berdebar terus…!"


"Apa-apaan dah, kok tiba-tiba pake suara falseto!?"


"Oke deh, aku nekat aja deh ngobrol sama Kurai-kun! …Tapi aku orangnya susah ngomong, jadi ujung-ujungnya malah aneh. Padahal yang sebenarnya pengen aku bilang cuma satu──‘Aku suka sama kamu, Kurai-kun!’"


Masa berakting dengan suara palsu, bikin semacam teater imajinasi. Kalau boleh jujur, itu menjijikkan.


"──Kayak kisah Yuuna-hime gitu nggak sih? Ya, sih, situasinya sebenarnya cukup bagus… tapi aku ini sudah punya Ranmu-sama, orang yang benar-benar aku pilih."


Melihat Masa yang kebablasan itu, entah kenapa aku jadi kesal.


"Heh, Yuuichi… menurutmu gimana cara nolak perasaan Watanae-san tanpa bikin dia sakit hati?"


"…Nggak tahu."


"Hah? Kok kamu keliatan bete banget?"


"…Bukan apa-apa."


"Hii!? Ini dinginnya kayak sikap Watanae-san sendiri!?"


──Aku tahu kok, ini nggak masuk akal. Aku juga bisa paham kenapa Masa bisa menafsirkannya begitu.


Tapi, maaf. Aku nggak tahan terus-terusan mendengar "Yuuka naksir Masa"──itu rasanya bikin gerah.



"Ya ampun! Kurai, jelas banget itu cuma salah paham. Nih, aku kasih tau pakai sudut pandang perempuan… nggak mungkin banget Watanae-san naksir kamu! Mustahil. Serius. Ini cuma lelucon. Salah paham total. Lebih baik cepat ubah pikiranmu. Sekarang juga. Langsung. Beneran. Ini fix, tahu!"


"………………Oke."


Tak lama sebelum pelajaran dimulai, kami kembali ke bangku masing-masing. Dan setelah mendengar penjelasan dari Nihara-san, Masa seperti dihantam keras dengan kenyataan bahwa "sama sekali nggak ada sinyal."


Ia pun tertunduk lesu. Masalah selesai.


"Terima kasih ya, Nihara-san… sungguh kamu penyelamatku."


"Ah, nggak usah dipikirin. Tapi eh, Sakata, kamu tadi cemburu sama Kurai, ya? Kocak banget. Mustahil Yuuka-chan bakal naksir orang selain kamu. Sekalipun dunia jungkir balik, itu nggak bakal terjadi."


"Ya, aku ngerti sih. Tapi tetap aja… entah kenapa rasanya nggak enak."


"Ahaha! Bagus dong. Itu justru hal yang bikin Yuuka-chan seneng banget, lho."


Seneng apanya, coba.


Aku masih berpikir begitu, sampai tiba-tiba sadar ada notifikasi RINE dari Yuuka. Sambil menyembunyikan ponsel di bawah meja, aku membuka pesannya. Dan ternyata──isinya persis seperti yang dikatakan Nihara-san.


『Ehehe~ Yuu-kun yang cemburuan, lucu banget sampai aku senang, lho~. Tapi ya… nggak mungkin aku suka sama orang lain selain Yuu-kun. Udah pasti, kan~. Dasar Yuu-kun, Baakaa♪』




Chapter 10 

【Hokkaido】

Aku dan Tunanganku, Menuju Utara

【Bagian 1】


Dengan tangan dimasukkan ke saku jaket tebal, aku menatap pemandangan kota yang berselimut salju. Napas yang kuhembuskan terlihat putih pekat, tidak wajar. Dan… dinginnya luar biasa.


“…Mungkin seharusnya aku pakai pakaian lebih tebal.”


Angin begitu dingin sampai rasanya menusuk kulit. Memang berbeda level dengan dingin di Kanto…


Ya──ini adalah Hokkaido di pertengahan Desember. Tempat yang suhunya di luar bisa turun sampai di bawah nol derajat, benar-benar dingin ekstrem.


“Ah, itu Yuu-kun! Yuu-kun!!”


Saat tubuhku gemetar kedinginan, terdengar suara yang memanggilku. Ketika kuangkat wajah, kulihat seorang gadis melambaikan tangan sekuat tenaga.


“Yuu-kun!!”


“Eh, Yuuka!? Jangan teriak sekencang itu! Kita kan lagi di luar!!”


“Ya biarin aja lah~. Ini kan Hokkaido! Nggak ada orang yang kenal kita di sini!”


Dengan suara riang, berlari kecil seperti anak anjing──dialah tunanganku, Watanae Yuuka.

Rambut hitamnya terurai, tanpa kacamata, mode santai ala rumah.

Mengenakan blus pink dengan mantel tebal putih di atasnya, Yuuka tersenyum lebar lalu merangkul lenganku.


“Ehehe~♪ Kencan sama Yuu-kun di Hokkaido♪”


“Jangan nempel gitu. Jadi mencolok, tahu.”


“Nggak mau~! Justru ini kesempatan emas karena kita nggak perlu khawatir ketemu orang yang kenal. Kalau nggak nempel, rasanya kayak dosa banget!!”


“Apaan tuh, Dewa yang kasih hukuman kalau nggak nempel!”


“…Ehmm. Kalian berdua sadar nggak sih, seolah-olah udah lupa kalau aku ada di sini?”


Aku dan Yuuka langsung buru-buru menjauh. Sementara itu, dengan tatapan setengah mati bosan, Izumi Yuuna sang manajer── Hachikawa-san, menghela napas dalam.


“…Ya, nggak apa-apa kok? Aku kan orang dewasa, jadi aku nggak masalah. Tapi tetap saja, kalau harus disuguhi pemandangan mesra khas remaja begini… rasanya hatiku ikut membeku.”


Hachikawa-san. Matanya kosong, kosong sekali. Dan itu jelas komentar sebagai Hachikawa Kurumi pribadi, bukan sebagai manajer.

──“Yurayura★Kakumei” Instore Live in Hokkaidō.


Untuk keempat kalinya, Yuuka kembali menginap satu malam demi tampil dalam live. Tapi berbeda dengan saat di Nagoya, kali ini Hachikawa-san memberi usul seperti ini:


“Yuuichi-kun. Kalau kamu mau… aku bisa pesan dua kamar hotel. Kamu juga ikut ke Hokkaido, bagaimana?”

“Eh? T-tapi itu nggak bisa masuk biaya operasional, kan?”


“…Anggap saja ini hadiah Natal dariku untuk kalian berdua.”


“Kenapa!? Nggak enak banget, aku nggak bisa nerima itu!!”


“Sudah, nggak apa-apa… Buatku, kehadiranmu jauh lebih penting daripada uang.”


Akhirnya, setelah perdebatan, disepakati bahwa Hachikawa-san yang akan mengurus tiket pesawat dan hotel, sementara aku bayar belakangan.


Oh ya, untuk live kali ini──aku jelas tidak ikut serta. Soalnya tiket undian yang kumiliki hanya untuk konser terakhir di Tokyo. Waktu konser Okinawa, aku memang diizinkan ikut berkat Shinomiya Ranmu, tapi perlakuan istimewa semacam itu tidak bisa kerap terjadi.


Bagaimanapun juga, sebelum menjadi tunangan Yuuka──aku adalah “Shinigami yang jatuh cinta.” Sebagai salah satu fan Yuuna-chan di seluruh jagat, aku ingin tetap mendukungnya dengan cara yang jujur.


──Dan begitulah. Aku pun menunggu Yuuka dan Hachikawa-san seusai live. Memang cukup menguras dompet, tapi kalau mengingat betapa manja Yuuka setelah konser Nagoya, jelas lebih baik aku ikut. Waktu itu bahkan aku nggak bisa ke toilet dengan tenang. Lagi pula… Hokkaido menjelang Natal itu kesempatan langka. Kalau bisa kuhabiskan bersama Yuuka, pasti dia senang──itu juga salah satu alasanku.


“Kalau begitu, kalian berdua nikmati waktunya ya. Ranmu nginap di hotel lain, jadi nggak perlu takut ketemu. Semoga bisa bersantai.”


“Iya, kami akan menikmatinya! Kurumi-san… terima kasih banyak atas segala perhatian Anda!!”

Yuuka menunduk dalam-dalam pada kata-kata hangat Hachikawa-san.

Sebagai balasan, Hachikawa-san hanya bisa tersenyum masam.


“Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku selalu berharap Yuuna bisa bahagia ──bukan sebagai manajer, tapi sebagai Hachikawa Kurumi pribadi. Jadi persiapan kecil begini, bukan apa-apa.”


“Dari aku juga, terima kasih banyak. Padahal persiapan live saja sudah melelahkan… benar-benar terima kasih.”


“…Aduh, Yuuichi-kun juga. Jangan terlalu resmi gitu.”


Mengatakan itu, Hachikawa-san menarik napas panjang──dan melepaskan helaan napas yang berat.


“Tenang saja──dibandingkan waktu di Nagoya, ini jauh lebih mudah ditangani.”


…………Hah? Maksudnya apa, “waktu di Nagoya”?


Sementara tanda tanya memenuhi kepalaku, Hachikawa-san melanjutkan dengan nada setengah mengeluh.


“Di kereta menuju Nagoya, wajahnya muram sekali. Begitu Ranmu nggak ada, dia terus bilang ‘Aku kangen Yuu-kun… kalau nggak ada dia aku mati…’ entah itu curhat atau pamer. Lalu di kereta pulang, mendadak hiperaktif dan terus nyerocos──dibanding itu, kali ini jauh lebih baik. Sungguh.”


“Uuuhh… Kurumi-san, maaf banget yaaaa…”


Dengan tatapan kosong jauh ke depan, Hachikawa-san berkata begitu. Sementara Yuuka hanya bisa menjerit menyesal. Jadi alasan sebenarnya bukan cuma ingin mendukung hubungan kami──tapi juga karena Yuuka terlalu parah waktu di Nagoya, ya?

Ehmm… sungguh, maaf banget ya, Hachikawa-san.



“Hmm~! Ramen ini enak banget~!”


Setelah berdiskusi sebentar, kami memutuskan untuk makan dulu. Kami pun masuk ke sebuah kedai ramen yang terkenal di sini, lalu duduk bersebelahan di kursi counter.


“Benar ya, ramen asli Hokkaido rasanya beda banget. Enak sekali!!”


“Iya. Setelah kedinginan di luar, tubuh jadi hangat lagi…”


“Nee!!”


Sambil bersuara riang──Yuuka menyibakkan rambut ke belakang telinganya. Nada cerianya bertabrakan dengan gestur yang begitu menggoda, membuatku refleks tertegun.


Luar biasa, kekuatan ramen.


“Fuaaah, kenyang banget~♪”


Setelah puas, kami pun keluar dari kedai. Kawasan hiburan di Hokkaido tetap ramai bahkan di malam hari, suasananya membuat semangat ikut terangkat.


“Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya kita liburan berdua aja, ya!”


Yuuka menatapku dengan mata berbinar. Benar-benar seperti anak kecil yang kegirangan karena jalan-jalan.


“Betul juga. Waktu study tour kan bukan berdua saja, dan biasanya kita nggak pergi sejauh ini.”

“Iya! Jadi perjalanan ini──adalah hari penting kita berdua. Aduh, rasanya jantungku deg-degan nggak berhenti!!”


Gaya bicara Yuuka yang sampai terdengar seperti anak kecil membuatnya mulai mengayunkan kedua lengan dengan riang.


Yuuka benar-benar lebih heboh dari yang kuduga. Kalau dia terlihat sebahagia itu──aku sendiri jadi ikut tersenyum tanpa sadar. Benar-benar menular.


"Kurumi-san♪ Terima kasih♪ Aku, sangat──sangat──senang sekali♪"


"Kalau kamu bisa sebahagia itu, berarti aku ikut datang memang ada gunanya. Soalnya waktu di Nagoya, bahkan sebelum berangkat saja kamu sudah hampir menangis."


"Ya, tentu saja. Soalnya di Nagoya nggak ada Yuu-kun. Kalau saat keluar rumah ada Yuu-kun, lalu sesampainya di Nagoya pun ada Yuu-kun, pasti aku nggak akan merasa kesepian."


"Itu bukannya berarti ada dua aku sekaligus?"


"Bayangin aja, di berbagai tempat wisata ada 'Yuu-kun edisi lokal'! Kalau di Nagoya, pasti Shachihoko Yuu-kun! Kalau di Hokkaido, Marimo Yuu-kun! Kalau di Osaka, mungkin……"


Sama sekali nggak bikin tertarik, edisi lokal diriku sendiri.


Hal-hal seperti itu lebih cocok diserahkan pada kucing terkenal yang selalu menyapa dengan "halo". Ah──tapi tunggu. Kalau yang dijadikan edisi lokal itu Yuna-chan?


Yuuna-chan tersenyum sambil bergaya seperti shachihoko.

Yuuna-chan mengenakan kostum marimo di kepalanya.

Yuuna-chan menyantap takoyaki, mirip boneka kuidaore.

…………itu lumayan menarik juga, ya.


Astaga. Jangan-jangan aku baru saja menemukan produk dewa……!?


"Ke-ke-kenapa, Yuu-kun? Kamu gemetar gitu?"


"……ada banyak Yuuna-chan……"


"Banyak Yuuna!? Yuu-kun, jangan-jangan kedinginan sampai berhalusinasi!?"


──Ketika kami bercanda ringan seperti biasanya. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh ujung hidungku.


"Ah! Yuu-kun, lihat deh!! Salju! Salju turun!!"


Dengan suara nyaring, Yuuka menarik ujung pakaianku. Saat kuangkat wajah──langit yang tadi cerah seperti kebohongan, kini mulai menurunkan salju putih.


"Tiba-tiba saljunya makin deras ya. Memang khas Hokkaido."


"……iya."


"Kalau sampai sebanyak ini, besok pasti makin tebal tumpukannya ──eh, kenapa kamu marah, Yuuka!?"


"……aku nggak marah kok. Cuma lagi manyun aja."


Dengan pipi menggembung, Yuuka mengeluarkan suara "buu". Tapi, di mata umum itu jelas dianggap marah.


Aku sempat bingung kenapa dia merajuk, sampai akhirnya Yuuka berbisik pelan.


"……kalau salju turun pas Natal, pasti lebih bagus. Ini terlalu cepat turunnya……"


────White Christmas pasti akan sempurna.


Begitu katanya, mengungkapkan harapan tentang Natal pertamanya bersama aku.


"Padahal turunnya salju di hari Natal nggak ada hubungannya sama salju yang turun sekarang, kan?"


"Ada hubungannya, dong. Kalau kebanyakan turun sekarang, nanti pas Natal salju Jepang bisa kehabisan, kan…… auuuh."


"……aku percaya kamu cuma bercanda, ya. Tapi aku perlu bilang dulu, langit itu nggak punya fitur penyimpanan salju."


Kusampaikan begitu pada Yuuka yang sedang manyun. Bukan berarti dia nggak pintar, tapi saat seperti ini pikirannya suka jadi fantasi…… dan ngeri juga kalau ternyata dia serius.


"──Ah. Lihat deh, Yuu-kun! Di sana ada pohon Natal!!"


Sekejap saja, ekspresi Yuuka berubah cerah, seolah tadi tidak pernah merajuk──Yang ia tunjuk adalah sebuah pohon Natal besar dengan lampu hias berkilauan.


"Waah…… rasanya seperti mimpi……"


Bisiknya dengan wajah terpukau. Rambut panjang Yuuka yang hitam berkilau tergerai, berayun lembut diterpa angin malam yang makin kencang. Salju yang makin besar butirannya berhembus, menyapu kulit putihnya. Di tengah malam bersalju itu, senyum lembut Yuuka tampak begitu memesona.────Sampai-sampai aku tertegun menatapnya.

"……Chira."


"Uwah!?"


Mungkin menyadari tatapanku, Yuuka menoleh sambil bersuara sendiri, "chira."


"Hei, Yuu-kun. Tadi kamu…… sempat terpikat sama aku, kan?"


"A-aku nggak tahu. Maksudmu apa, sih……"


"Bohong! Kamu pasti tadi ngeliatin aku! Jujur aja, aku pengen dengar langsung!!"


Yuuka langsung melingkarkan lengannya ke tanganku, mengguncang-guncangkannya dengan semangat. Dan senyum yang ia tunjukkan…… sangat mirip dengan Yuuna-chan──senyum paling indah yang pernah ada. Aku pun tak sanggup menatap langsung, buru-buru memalingkan wajahku.


"Aduh, jahat banget sih. Yuu-kun, tatap aku terus dong♪ Pandang aku terus, yaa♪"


"……Hei, kamu lagi bersenang-senang, kan!? Jangan nyanyi lagu aneh-aneh!"


"Eh-hehe…… soalnya aku senang. Bisa menghabiskan malam yang indah bersama Yuu-kun."


Tanpa sadar, Yuuka bisa saja mengucapkan kalimat semanis itu── benar-benar gadis kecil yang merepotkan. Tunanganku ini memang pandai sekali membuat hati berdebar. 


Salju turun makin deras, menyapu pandangan di depan. Di tengah putihnya salju, pohon Natal yang berhiaskan lampu berwarna-warni tampak berkilauan indah.……Sepertinya Desember tahun ini akan jadi awal yang baik. Begitu aku berpikir, aku dan Yuuka saling menatap──dan tertawa bersama.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close