NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 5 Chapter 11 - 15

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 11 

【Hokkaido】

Aku dan Tunanganku, ke Hotel……?

【Bagian 2】


Tanganku masuk ke dalam saku jaket bulu angsa, sementara tubuhku bergetar hebat. Uap napas sudah tak lagi terlihat. Dan rasanya, dinginnya benar-benar membunuh.


"Yuu-kun…… aku, mungkin sudah nggak kuat lagi……"


"Yuuka, bertahanlah! Kalau tertidur sekarang, kamu bisa mati!!"


Dengan menggenggam erat bagian depan mantel tebalnya yang putih, Yuuka menempel padaku sambil bergemeletukan giginya. Rasanya seperti kami sedang tersesat di gunung bersalju──benar-benar dalam bahaya besar di Hokkaido. Baru saja kami masih memandangi pohon Natal yang dihiasi salju dan lampu-lampu indah. Tapi sekarang──benar-benar badai salju. Salju deras berhamburan, sampai jarak beberapa meter ke depan pun tak terlihat.


"Yuu-kun, kamu pasti capek, kan…… aku juga capek……"


"Makanya jangan pasang bendera kematian! Aduh, aku nggak bisa lihat jalan sama sekali!!"


Salju di bawah kaki semakin menumpuk, membuat langkah terasa berat. Ini gawat…… rasanya mustahil bisa kembali ke hotel yang sudah dipesan. Apalagi Yuuka mulai linglung karena kedinginan…… kalau begini terus, bisa berbahaya sungguhan.


"……Ah!"


Saat itulah, sebuah keajaiban terjadi. Tepat di depan kami── ada sebuah hotel kecil!


"Yuuka, ada hotel! Maaf pada Hachikawa-san yang sudah memesankan hotel, tapi untuk sekarang kita nginap di sini aja!!"


"…………fuee〜"


Gawat, pikirannya sudah mulai kacau!


Akhirnya. Aku dan Yuuka memutuskan untuk bermalam di hotel yang secara ajaib kami temukan itu.


……Kami memang memutuskan menginap, tapi. Begitu masuk ke kamar dengan tergesa-gesa, aku langsung tertegun. Dinding berwarna pink. Bantal berbentuk hati di atas ranjang double bed. Lampu remang-remang berbentuk chandelier.


Ini…… jelas bukan hotel biasa. Semuanya terasa agak…… mesum.


Jangan-jangan. Walaupun aku belum pernah masuk seumur hidup……

Bukankah ini──sebuah love hotel?


"Fuhh, akhirnya bisa istirahat……"


Berkebalikan dengan wajahku yang pucat, Yuuka justru tersenyum lega lalu menjatuhkan diri ke atas ranjang! Dia bahkan memeluk bantal berbentuk hati dan berguling-guling di atasnya.


……Entah kenapa, rasanya aku sedang melihat sesuatu yang tak seharusnya kulihat. Tanpa sadar akan kegelisahanku, Yuuka tersenyum cerah lalu berkata:


"Terima kasih ya, Yuu-kun. Kalau kamu nggak nemuin hotel ini, mungkin aku sudah mati kedinginan……"

"Y-ya…… pokoknya, kamu mandi dulu deh. Kalau nggak nanti masuk angin."


"Oke! Yuu-kun juga harus mandi cepat-cepat ya, jadi aku duluan!"


Dengan santai Yuuka mengambil bathrobe yang ada di meja, lalu menghilang ke kamar mandi.


Begitu pintu tertutup──aku langsung memegangi kepala, mengingat ulang ucapanku barusan.


──"Kamu mandi duluan deh."


Kenapa aku bilang begitu!? Ini kan love hotel!? Kalau dipikir-pikir…… itu jelas-jelas terdengar kayak memicu flag yang berbahaya!!


"Belum saatnya panik…… tenang, Yuuichi, tenang……"


Aku membenturkan kepala ke dinding beberapa kali, mencoba menekan rasa gelisah secara fisik. Lalu──kupacu pikiranku secepat mungkin.


"……Barusan Yuuka kayaknya nggak sadar kalau ini love hotel, kan? Betul. Bisa jadi Yuuka bahkan nggak tahu apa itu love hotel. Kalau gitu aku tinggal bersikap seolah ini hotel biasa, tidur seperti biasa, besok salju reda kita pulang──"


"U-umm…… Yuu-kun……"


"Uwah!?"


Terlalu sibuk ngoceh sendiri, aku tak sadar Yuuka sudah selesai mandi dan berdiri di depanku. Aku langsung meloncat mundur refleks. Dan──yang kulihat adalah Yuuka, mengenakan bathrobe putih bersih. Rambutnya masih basah, menempel di sekitar tulang selangka. Bagian depan bathrobe terbuka cukup lebar…… sampai terlihat belahan dadanya. Sederhananya…… pemandangan itu begitu menggoda, sampai rasanya aku bisa meledak kapan saja.


"……Yuu-kun juga, cepat mandi ya……?"


Sambil menutup sedikit mulutnya dengan handuk, Yuuka menatapku dari bawah dengan wajah merah merona──entah karena habis mandi atau karena alasan lain.


"Y-ya! Aku mandi dulu biar nggak masuk angin! Habis itu kita tidur biasa aja, dengan sangat normal!! Wah, ini bener-bener biasa banget──"


"……love hotel."


Bisikan kecil Yuuka itu──bergema keras sekali di kepalaku. Aku sampai terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Dan Yuuka melanjutkan:


"……U-um. Jangan salah paham, ya? Aku cuma pernah lihat di manga aja…… ini pertama kalinya aku masuk, kok…… love hotel."



────Begitulah. Malamku dan Yuuka di love hotel──pun dimulai.



"Nee nee, Yuu-kun! Lihat, lihat! Ada konsol game di sini!! Terus, sepertinya juga ada karaoke!"


Setelah selesai mandi dan berganti ke bathrobe—sambil hampir terkena serangan jantung karena gugup—aku kembali ke kamar. 


Di sana, Yuuka sedang bersantai di atas tempat tidur, menendang-nendang kakinya dengan riang. Entah ke mana perginya suasana menggoda setelah mandi tadi. Sekarang dia kembali menjadi Yuuka yang polos dan ceria seperti biasanya.


"Nee, kau tahu game ini? Dulu waktu masih di rumah, aku sering main sama Isami."


"Oh, aku juga pernah main sama Nayu… tapi dia selalu pakai kartu menjengkelkan, sengaja bikin aku jatuh miskin, dan tiap kali aku selalu bangkrut."


Saking liciknya strategi Nayu, tidak jarang kami hampir berakhir adu fisik. Sampai sekarang pun, itu sama sekali bukan kenangan yang menyenangkan.


"…………!?"


Saat masih memegang game itu, Yuuka rebah terlentang di kasur—dan bagian dadanya langsung jadi masalah besar. Lebih tepatnya, bathrobe yang dipakainya longgar, sehingga belahan dadanya terlihat cukup dalam. Seolah-olah dia tidak mengenakan bra, dan terlihat begitu lembut serta kenyal.


"…Hei, Yuu-kun."


"Ya, maaf!!"


Karena tiba-tiba saja dia berbicara dengan nada serius, aku langsung terduduk bersila di karpet sambil menunduk dalam-dalam.


Aku memang salah, tapi kumohon jangan marah. Soalnya, kalau ada pemandangan begitu di depan mata, melihatnya itu… naluri alami laki-laki. Bukan cuma aku saja, pasti begitu juga pada semua laki-laki.


"Eh… apa? Yuu-kun, kenapa duduk bersila begitu?"


"Eh? Soalnya aku kira kamu marah…"


"Aku? Aku nggak marah sama sekali kok. Justru—aku malah khawatir, 

Yuu-kun jadi ilfeel sama aku…"


"…Hah? Ilfeel, kenapa?"


Sepertinya percakapan ini tidak nyambung.


Sambil tetap duduk bersila, aku perlahan mengangkat kepala. Yuuka, dengan wajah yang setengah tersembunyi di balik bantal berbentuk hati, lalu berkata:


"Soalnya… aku tadi pakai kata-kata yang kotor. Kayak 'love ho-nya-nya' gitu…"


"Love ho-nya-nya!? Padahal barusan kamu masih bilangnya 'Love Hotel' dengan normal kan!?"


"…Tuh kan. Kamu jadi ilfeel."


Masih dengan wajah terbenam di bantal, bahunya turun lemas.


Jadi dia benar-benar kepikiran, ya. Memang susah ditebak hati seorang gadis.


"Aku nggak ilfeel, kok. Soalnya di manga komedi romantis agak nakal, kadang memang ada juga yang ngomong gitu."


"Atau di karya BL juga, kan."


"Eh… kenapa kamu malah terang-terangan bilang kalau tahunya dari Manga BL!?"


Yuuka langsung memegangi kepala, sementara wajahnya masih 

menancap ke bantal. Bisa-bisanya dia hanya menenggelamkan wajah saja, padahal badan tidak. Aneh sekali.


"Ngomong-ngomong, Yuu-kun sendiri… pernah ke love ho-he-ho gitu?"


"Belum pernahlah!? Kenapa sih nanyain hal aneh gini!?"


"Nggak kok, cuma… aku harap kamu belum pernah aja. Nggak ada maksud lain… hehe."


Akhirnya terdengar nada suaranya yang agak senang. Percakapan kami sebenarnya sama saja dengan biasanya saat di rumah. Tapi, karena tempatnya adalah Love Hotel, suasananya terasa canggung sekali. Untuk mengusir rasa kikuk itu, aku berdiri sambil memalingkan badan agar tidak bertemu pandang dengan Yuuka.


────Dan saat itu. Aku sadar di atas meja ada sebuah kantong kecil berbentuk persegi.


"…Hah!?"


"Hah?"


Aku refleks bersuara, dan Yuuka langsung mengangkat kepala dari bantal. Aku buru-buru bergeser, menutupi benda persegi itu dari pandangannya.


"…Yuu-kun, tadi kamu nyembunyiin sesuatu ya?"


"Itu cuma perasaanmu."


"Kalau gitu, coba tunjukin bagian belakangmu."


Aduh, mana bisa. Soalnya benda kecil berbentuk persegi ini… jelas-jelas adalah karet itu. Yang katanya dipakai pasangan kalau ‘melakukan sesuatu’. Aku bahkan mengira itu cuma mitos. Karena ini pertama kalinya aku lihat langsung.


"…Ternyata Yuu-kun sudah terbiasa dengan love hoke-kyo. Makanya kok malah kelihatan gelagat mencurigakan."


"Itu suara burung ya? Udah kubilang, aku belum pernah ke sini! Pertama kali, pertama!"


"Kalau gitu, tunjukin aja belakangmu."


"……Hmm."


"'Hmm' apa!? Waaah! Yuu-kun masih SMA tapi kok keliatan mahir banget!!"


"Itu tuduhan yang kejam sekali! …Ya udah deh, sebentar."


Kalau sudah didesak sejauh ini, aku tidak bisa mengelak lagi. Dengan cekatan aku meraih kantong itu di belakang tangan. Lalu, sambil berubah posisi, aku duduk di tepi tempat tidur.


Gerakanku cukup mulus. Sekarang tinggal menyembunyikannya di tempat yang tidak bisa Yuuka lihat—


"…Kamu tadi jelas-jelas sembunyiin sesuatu, kan? Yuu-kun Baka."


Ternyata sudah ketahuan. Dan mungkin karena tidak suka dengan tingkahku yang mencurigakan, pipi Yuuka pun menggembung kesal.


"Kalau gitu—aku pakai cara paksa aja!"


"Eh, tunggu Yuuka!? Jangan maksa begini—"


Sebelum sempat aku menyelesaikan kalimat, Yuuka sudah menerjang 

dan memelukku. Aku kehilangan keseimbangan, lalu jatuh ke kasur dengan posisi seolah-olah didorong olehnya. Di atas tubuhku, Yuuka merangkak sambil memungut benda yang tadi terjatuh.


"…Apa ini? Stiker bonus dari camilan?"


"Mana mungkin Love Hotel sediain stiker bonus camilan! Itu kondom! Kondom!"


"Ko… kondom? …Eh? Ko-ko-ko… kondom!?"


Begitu aku nekat jujur, wajah Yuuka langsung memerah seketika. Masih memegang karet itu, dia menunduk dan memelukku erat-erat.


"Hah!? Kenapa malah jadi begini!? Aku juga belum siap mentalnya…"


"B-bukan gitu! Aku… aku malu banget, sampai nggak berani lihat wajahmu!!"


────Klik.


"Kyah!?"


"Hah?"


Sambil terus memelukku dengan gelisah, entah bagaimana Yuuka menyentuh saklar lampu—dan tiba-tiba ruangan jadi gelap gulita. Mungkin karena panik barusan, tangannya tanpa sengaja menyenggolnya. Yuuka yang takut gelap semakin menempel padaku dengan erat. 


Di sebuah Love Hotel di tengah perjalanan. Dua remaja tunangan, dengan hanya bathrobe. Berbaring bersama di tempat tidur dalam gelap.────Hembusan napas Yuuka menyentuh leherku. Dan──── wangi manis tubuhnya tercium begitu dekat. 

Dalam keadaan di mana akal sehat bisa runtuh seketika…


Malam di Hokkaido pun────semakin larut.



Chapter 12 

【Hokkaido】

Aku dan Tunanganku, di Tengah Malam……

【Bagian 3】


Di bawah lampu gantung yang cahayanya telah padam. Kami berbaring di atas ranjang, masih dalam keadaan saling berpelukan.


Aku dan Yuuka──menghabiskan waktu tanpa sepatah kata pun.


"…………"

"…………"


Sebenarnya, semua ini bisa dibilang hanya kecelakaan yang terjadi karena berbagai hal menumpuk. Namun, karena kami berada di ruang bernuansa merah muda seperti ini──rasanya benar-benar canggung.


Jantungku berdetak begitu kencang sampai aku bisa merasakannya sendiri. Kalau sampai jantungku meledak saat ini pun, aku sama sekali tidak akan kaget. Sungguh.


"…………"

"…………"


Tapi, tapi ya? Yuuka kan bahkan tidak langsung tahu soal kondom saat melihatnya tadi! Meskipun ini situasi seperti di dalam doujinshi, di mana sepasang tunangan menginap di love hotel, pasti tidak akan terjadi apa-apa──.


"……Nayu-chan itu ya? Dia selalu saja……membicarakan soal punya anak, kan?"

Dalam kegelapan yang sunyi, Yuuka tiba-tiba membuka percakapan dari sudut yang sama sekali tidak terduga.


"A-aku sih dengar, tapi……kenapa memangnya?"


"Itu……memang seperti yang Isami bilang, meski agak membuatku kesal. Aku ini kan tidak pernah pacaran dengan siapapun selainmu, Yuu-kun. Jadi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan supaya Yuu-kun senang dalam situasi seperti ini──aku masih kekanak-kanakan, maaf ya?"


Dengan suara lirih ia berkata begitu, lalu menundukkan kepala. Padahal……aku sama sekali tidak keberatan. Bisa bersama Yuuka apa adanya seperti sekarang saja, sudah membuatku bisa menikmati hari-hariku.


"Yuuka, jangan pasang wajah seperti itu. Bagaimanapun dirimu, aku──"


"──M-makanya! Aku tidak yakin apakah benar, tapi……aku akan berusaha!!"


Tepat ketika aku merasa arah pembicaraan berubah tiba-tiba,

Yuuka yang masih memelukku mulai mengubah posisi tubuhnya. ────dan hasilnya, Yuuka berbaring telentang di ranjang, sementara aku berada di atasnya dengan posisi merangkak.…………siapa pun yang melihat pasti akan menganggap ini sudah jelas-jelas berbahaya.


"Y-yu… Yuuka!?"


"Ehh? Kamu tidak senang? Apa masih kurang ya……baiklah!"


Di bawahku, Yuuka yang sepertinya sudah bulat tekad, tiba-tiba mengaitkan kaki jenjangnya yang terlihat dari balik bathrobe ke punggungku──────dan akhirnya, aku pun terjebak dalam posisi terikat oleh kedua kakinya.


"B-begini kan? K-kalau salah maaf ya? Umm……a-aku sayang sekali padamu……?"


"Berhenti!? Dari mana kamu belajar pengetahuan aneh begitu!?"


"Eh!? A-aku dimarahi!? K-kalau begitu……begini saja!?"


Ia menurunkan kakinya, lalu kali ini dengan cepat membalikkan tubuhku dan kini Yuuka duduk di atasku. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke telingaku──


"……aku cinta sekali padamu. Ehe……aku suka."


"Tunggu, tunggu, kumohon hentikan! Aku bisa jadi gila! Kenapa tiba-tiba kamu melancarkan serangan mental begini!?"


"……karena aku ingin bilang aku mencintaimu, Yuu-kun."


Kalimat yang benar-benar mematikan, itu. Dengan ucapannya tadi, mungkin sebagian besar sel-sel otakku sudah mati.


"Aku……aku benar-benar sangat mencintaimu, Yuu-kun. Bisa selalu bersama orang pertama yang aku sukai──itu membuatku benar-benar bahagia."


Kepada diriku yang otaknya hampir meledak, Yuuka pun menghantam dengan kata-kata pamungkas──seolah memukul kepalaku dengan palu.


"Itu sebabnya……meski aku hanya tahu dari manga, dan karena ini pertama kali jadi agak menakutkan……tapi kalau Yuu-kun memang ingin melakukannya denganku……aku tidak keberatan."


────Tidak keberatan, katanya? Eh? Itu maksudnya……yang sebenarnya?


Pipi yang terasa panas segera kusentuh. Kepalaku terasa melayang ……apa ini benar-benar nyata? Jangan-jangan aku sebenarnya hampir mati kedinginan di tengah badai salju, lalu hanya berhalusinasi?


"Eii!"


"Hiih!?"


Dengan penuh semangat Yuuka mengangkat tubuhnya, lalu menggenggam tanganku──dan menempelkannya ke dadanya dari balik bathrobe. Rasanya begitu lembut, tak terlukiskan. 


Setelah melakukan hal yang begitu berani, Yuuka melanjutkan dengan menggerakkan tanganku agar meremas-remas dadanya sendiri. Tanganku serasa meleleh. Dan sinapsis otakku hampir terbakar.


"……maaf ya, kecil begini?"


Munyuun.


"T-tapi……lumayan ada, kan? Memang tidak sebesar Yuuna atau Momo-chan, tapi……"


Munyu-munyuun.


"……tidak apa-apa, kan?"


────Plutz!


Aku benar-benar mendengar suara seperti ada sesuatu yang putus di kepalaku.


"Unya!?"


Tertuntun oleh suara itu, aku pun merangkul Yuuka erat-erat dari belakang dan menekannya ke ranjang.


Aku memeluknya kuat-kuat. Pipi kami saling menempel. Lembut, hangat, dan entah bagaimana terasa begitu nyaman. Lalu aku sedikit melonggarkan pelukan, dan menatap wajah Yuuka.


"……Fuhnyu. J-jangan lihat aku begitu, Yuu-kun……"


Tunanganku, dengan pipi yang memerah dan mata yang berkaca-kaca,

terlihat lebih──imut dari biasanya.



『……Hm? Nii-san, apa kebetulan aku menelepon di saat yang tidak tepat?』


"N, nggak! Sama sekali tidak, kok!?"


────Karena suasana magis di love hotel yang remang-remang itu. Aku dan Yuuka yang hatinya sudah sama-sama terbakar, sedang saling berpelukan di atas ranjang. Tapi gara-gara aku lupa menyetel ponsel ke mode senyap…… 


Piriririririiin♪, suara panggilan RINE pun menggema keras.


Sekejap itu juga──aku dan Yuuka langsung terpisah, tanpa perlu siapa pun memulainya.


『Umm……sebenarnya sih tidak harus sekarang juga. Aku bukannya mau ganggu atau apa.』


Kenapa hari ini dia malah bersikap sopan begitu? Biasanya kan selalu nyeletuk ketus.

Justru karena dia berusaha menjaga sikap begini, aku makin teringat kejadian barusan dan rasanya ingin berguling-guling menahan malu……


"……Auuhhh……malunyaaa……Aku jadi kelihatan seperti anak yang super nakal kan……"


Sementara itu, Yuuka sudah menyembunyikan kepalanya sampai ke dalam selimut, lalu berteriak sendirian. Aura sensual yang barusan ia tunjukkan sudah lenyap entah ke mana. Dengan selimut menutupi tubuhnya dan bergeliat-geliat begitu, Yuuka sudah kembali seperti dirinya yang biasa.


"Nayu, jadi? Mendadak nelpon begini, ada apa……kok malah terdengar sopan sekali, agak menakutkan lho."


『Ah……iya. Ini soal Natal, sebenarnya.』


Aku menarik napas panjang untuk mengalihkan pikiran, lalu fokus mendengarkan Nayu.


『Kita kan rencananya mau pulang berdua sama Ayah waktu Natal, ya? Tapi ternyata……pas hari itu, Ayah dapat tugas kerjaan yang super penting.』


"Serius? Kalau begitu masakan, cukup untukmu saja, nanti aku kabari Yuuka."


『Bukan gitu……aku juga kepikiran, apa sebaiknya aku nggak usah pulang aja.』


"……Hah?"


Ucapannya yang sama sekali tidak kuduga membuatku terdiam sejenak. Padahal dia baru saja RINE aku beberapa waktu lalu, bilang sudah beli tiket pesawat.

Apa-apaan ini? Mau ngerjain aku, atau ada rencana tersembunyi apa sih? Dasar adik menyebalkan.


"Umm……bisa jelasin dulu nggak? Ini semacam jebakan, atau kamu serius ingin nggak pulang?"


『Bukan jebakan! Sungguh! Soalnya kan waktu itu kalian sudah rayain ulang tahunku lewat ZUUM, kan? Itu benar-benar bikin aku senang……jadi aku sudah puas. Terus, kalau Ayah nggak bisa pulang, rasanya nggak enak kalau aku sendiri yang tetap pulang…』


"Nggak, nggak. Aku dan Yuuka memang ingin merayakan pesta Natal bareng kamu, tahu."


Aku masih agak bingung, tapi nadanya terdengar sungguh-sungguh. Sampai aku khawatir, jangan-jangan dia habis makan sesuatu yang aneh. Namun aku memutuskan untuk menanggapinya dengan serius juga.


"Aku dan Yuuka bisa saja pergi berdua, jadi sama sekali nggak ganggu. Justru aku pengen, seperti biasanya──merayakan Natal bareng kamu juga. Yuuka juga bilang begitu, lho……Jadi ayo rayakan bersama sebagai keluarga. Aku benar-benar──menantikannya."


『…………Hmm. Maaf ya, nelpon aneh-aneh.』


Suara Nayu terdengar sedikit lebih ceria. Dan sebelum menutup telepon, dia bahkan sempat berucap, "Terima kasih." Sampai aku terheran-heran.


"Yuu-kun! Di sebelahku masih kosong, lhoー?"


Begitu aku meletakkan ponsel di meja dan menoleh, Yuuka mengintip dari balik selimut dan menepuk-nepuk bantal di sebelahnya.

"Maaf, Yuuka. Teleponnya agak lama……"


"Nggak apa-apa kok. Aku juga suka sisi Yuu-kun yang perhatian sama adiknya."


Senyum yang ia tunjukkan benar-benar senyum manis dan polos yang biasa kulihat. Rasanya beban di dadaku ikut terangkat──dan pundakku terasa ringan.


Aku menyalakan lampu, lalu menyibakkan selimut dan masuk berbaring di samping Yuuka.


"……Menurutmu Nayu-chan bakal tetap pulang pas Natal?"


"Sehabis aku ngomong segitu panjang sih, mestinya iya."


"Semoga benar-benar pulang, ya. Aku memang menantikan kencan sama Yuu-kun, tapi kalau Natalnya bisa bareng Yuu-kun dan Nayu-chan, pasti aku lebih bahagia."


Dengan berbaring telentang, Yuuka terkekeh, "Ehehe~". 


Ngobrol santai di dalam selimut begini──benar-benar mirip rutinitas sebelum tidur di rumah.


"……Rasanya kayak lagi di rumah ya, Yuu-kun?"


"Kalau saja warna ruangan ini nggak serba pink, pasti lebih tenang."


"Benar juga. Kalau di rumah, kan sekelilingnya penuh barang-barang dan poster Yuuna. Tapi……dimanapun, kalau ada Yuu-kun di sampingku, aku pasti merasa tenang."


"……Ya, aku juga begitu sih."


"Ah! Yuu-kun lagi manis, nih! Kalau aku di sampingmu, Yuu-kun jadi merasa tenang? Ya? Ya?"


Dengan riang, Yuuka menggeliat-geliat kecil di bawah selimut. Sama persis seperti anak kecil yang sebelum tidur malah jadi super heboh. Dan biasanya ujung-ujungnya langsung "mati lampu" begitu saja.


"Rencana Natal, aku lagi mikir gini. Selesai konser sore itu, kita janjian ketemu. Lalu ke taman hiburan……gimana?"


"Di dekat lokasi konser memang ada taman hiburan, ya. Boleh juga sih, sudah lama aku nggak ke sana."


"Yaaay! Wajib naik bianglala, terus roller coaster, cangkir putar, wah pasti seru……Oh iya, terus kan Natal itu identik sama tukar kado! Kita harus lakukan itu ya, Yuu-kun!!"


Tatapan Yuuka jadi begitu tajam penuh harapan ketika bicara soal tukar kado.


Ya boleh-boleh saja sih……tapi dilihatin dengan ekspektasi setinggi itu, aku malah makin ragu bisa memilih hadiah yang bikin perempuan dunia nyata senang.


"Habis puas kencan, jangan sampai terlalu malam, langsung pulang, lalu pesta Natal bareng Nayu-chan! ……Aku memang numpang bergabung ke dalam momen Natal keluargamu, sih."


"……Kamu kan sudah sama saja dengan keluarga, Yuuka. Bahkan Nayu yang biasanya sinis saja memanggilmu ‘kakak ipar’ dengan tulus."


"………Iya. Terima kasih ya, Yuu-kun."


Sambil tersenyum malu, Yuuka menarik selimut menutupi mulutnya. 

Dan dari rambutnya yang bergoyang ringan, samar-samar tercium wangi sampo yang menenangkan.


────Begitulah, sambil mengobrol santai seperti biasanya, kami pun tertidur tanpa sadar, sama seperti ketika di rumah.


Akhirnya, malam di love hotel itu berlalu dengan aman tanpa hal-hal yang berlebihan. Mana yang sebenarnya lebih baik──aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.




Chapter 13 

Kalau Pergi Main dengan Para Anak Populer, Apa Ada Hal yang Perlu Diperhatikan?


"Halo, Watanae-san! Setelah ini, kami semua mau pergi ke acara penutup, bagaimana menurutmu?"


Beberapa hari setelah pulang dari Hokkaido──setelah upacara penutupan semester. Begitu keluar dari aula olahraga ke lorong, aku melihat Nihara-san sedang berbicara dengan Yuuka.


"…Kenapa?"


Kalau sedang di luar sekolah, Yuuka biasanya akan langsung menyapa Nihara-san dengan manja, seperti hewan kecil, sambil memanggil, "Momo-chan!" Tapi hari ini pun, Yuuka versi sekolah tetap beroperasi seperti biasa.


Sambil membetulkan posisi kacamatanya dengan jari, ia menjawab dengan wajah datar dan nada dingin. Meski begitu, Nihara-san sudah terbiasa dengan perbedaan sikap Yuuka yang seperti itu.


"Yah, aku hanya ingin pergi bermain dengan Watanae-san. Kita rayakan penutup semester ini dengan meriah, lalu sambut libur musim dingin bersama-sama!"


"…Begitu, ya."


"Bagaimana, Watanae-san? Ayo kita buat pesta terakhir di akhir tahun ini!"


"…Pesta apa?"

Memang benar. Dia mengatakannya dengan semangat seolah seperti pesta kembang api, tapi sebenarnya apa yang mau mereka rayakan, para anak populer ini? Kalau festival olahraga atau budaya sih masih masuk akal, tapi ini hanya akhir semester dua… sungguh, aku tidak bisa memahami gaya mereka.


"Yah… aku boleh ikut… kalau memang begitu."


Meski belum paham betul acara apa itu, Yuuka dengan suara yang agak bergetar menyatakan ingin ikut.


Akhir-akhir ini, Yuuka memang ingin mempererat hubungan dengan teman sekelas. Undangan seperti ini…memang kesempatan yang bagus.


"Bagus kan, bagus kan! Ayo kita pergi! Wah, kalau Watanae-san mau ikut, aku harus semangat mengumpulkan lebih banyak orang!"


Nihara-san berputar ke arahku. Lalu──klik! ia mengedipkan sebelah mata.


"Kalau begitu, Sakata juga otomatis ikut, setuju?"


"Tunggu sebentar. Dari tadi aku bahkan tidak ikut bicara, kan?"


"Ah, pasti kamu juga dengar obrolannya, kan? Sakata itu tipe mesum. Aku yakin kamu pasang telinga diam-diam, itu firasat perempuan."


"Bisa jangan menebar tuduhan seperti itu? Kau pikir aku ini apa sebenarnya──"


"…Sakata-kun juga sebaiknya ikut."


Saat aku hendak membantah ucapan ngawur Nihara-san, Yuuka menatapku tajam.


"Ada alasan untuk tidak ikut?"


"Ya tentu saja, aku tidak biasa bergaul dengan kelompokmu, Nihara-san. Bukankah justru aneh kalau aku ikut──"


"…Jadi kau tidak mau ikut?"


"…Baiklah. Sesekali, mungkin bagus juga kalau aku ikut."


"Kalau begitu, Nihara-san."


"Oke! Sakata berhasil kudapatkan!!"


Aku merasa seperti dipaksa dengan cara yang sangat kasar, tapi itu hanya perasaanku saja, kan?


Lihat, Yuuka sampai mengepalkan tangan dengan penuh semangat sambil berbisik, "Yes," seakan lega karena berhasil mengajakku.


"Kalau begitu, setelah homeroom selesai, tetaplah di kelas, ya! Wah, aku benar-benar menantikannya!!"


"Haa… baiklah."


"Baik, aku mengerti."


"Yosh! Watanae-san juga ikut! Ayo kita semua buat acara ini meriah!!"


Tiba-tiba, ada suara asing yang menyela. 


Saat menoleh, ternyata itu Masa.


"Hah? Kurai, kenapa kau heboh sendiri? Jangan-jangan kau habis pakai tanaman berbahaya atau semacamnya?"


"Tidak pakai, woy! Aku memang selalu setenang ini! …Ini tentang acara penutup semester, kan? Kalau Yuuichi ikut, aku juga ikut!"


"…Kenapa pula Kurai-kun ikut?"


"Hei, Watanae-san. Kau tetap dingin seperti biasa, ya… tapi waktu itu aku sempat mengobrol sedikit dengan Yuuichi. Jadi sekarang aku sudah kebal terhadap sikap dinginmu!"


"…Begitu, ya."


Sepertinya Yuuka tidak tahu harus merespons apa, jadi ia menjawab dengan nada tanpa emosi sama sekali.


"Tapi Masa… kenapa kau semangat sekali mau ikut? Bukannya kau lebih suka pulang cepat dan main gacha Arisute?"


"…Heh, aku dengar ada kabar menarik."


Masa tiba-tiba merendahkan suaranya. Kami pun berpaling dari Yuuka dan Nihara-san. Lalu, Masa berbisik di telinga kami──


"Katanya, di acara penutup nanti… para gadis akan pakai kostum Santa."


"…Lalu?"


Wajahnya serius sekali, jadi aku kira ini urusan penting. Ternyata sia-sia, aku sungguh menyesal sudah mau mendengarkan serius-serius.


"Bodoh, Yuuichi! Para gadis sekelas kita pakai kostum Santa! Mana mungkin kau tidak mau lihat?! Santa rok mini itu… benar-benar hal terbaik, tahu!!"


"Yang bodoh itu kau. Bukannya kau selalu bilang, 'Ranmu-sama adalah istriku'? Tapi kostum Santa rok mini dari teman sekelas masih kau mau lihat?"


"Yang dua dimensi dan tiga dimensi itu berbeda urusan!!"


Dengan gaya seakan berkata bijak, ia justru mengucapkan hal yang cukup buruk.


────Meskipun aku bersikap seakan jengkel dengan Masa, jujur saja.

Aku sendiri sempat membayangkan Yuuka dengan kostum Santa… dan itu adalah rahasia yang takkan kuberitahu siapa pun.



"Hebat sekali… Momo benar-benar bisa mengumpulkan banyak orang."


"Itulah, tidak heran. Momo memang ratu komunikasi, sih."


Para anak populer yang liar itu tampak ramai sekali bersorak-sorai.


Yah, aku bisa mengerti sih. Soalnya, kalau dilihat sekilas──yang berkumpul di sini ada hampir dua puluh orang. Meskipun isinya otaku tokusatsu garis keras, tetap saja, biasanya mereka adalah “gadis populer.” Nihara-san memang punya kemampuan komunikasi yang luar biasa.


"Ahaha! Sudah cukup memuji Momono-sama…sekarang tenanglah, wahai semuanya! Baiklah, mari kita mulai turnamen bowling!!"


Ya──tempat ini adalah arena bowling. Bola hitam nan berat dilemparkan untuk merobohkan pin yang tidak bersalah… tempat permainan yang cukup barbar.


…Hah? Apa aku tidak suka bowling? Pertanyaan bodoh. 

Untuk orang sepertiku, yang sembilan puluh persen lemparannya selalu masuk ke gutter, ya jelas saja aku benci.


"Yosh! Ayo berangkat──Meteor Violet Love Breaker!!"


Waduh, norak sekali!? 


Yang berteriak dengan nama jurus chuunibyou itu adalah temanku yang bermasalah, Masa. Bola bowling yang ia lempar dengan kecepatan luar biasa bergulir kencang… dan masuk gutter!!


"Sial! Meteor Violet Love Breaker-ku…!!"


"…Apa kau serius barusan?"


Lihatlah sekelilingmu. Ini tempat yang penuh dengan anak-anak populer, suasananya benar-benar bukan wilayah kita, paham? Dan nama jurus itu, jelas-jelas diambil dari lagu solo Ranmu-chan, Ranmu☆Meteor Violet! …Tapi tidak ada yang mau menanggapi, tahu?


"Watanae-san! Semangat ya!!"


Saat aku sedang lelah menghadapi kebodohan Masa, terdengar sorakan para gadis dari jalur sebelah. Yang bersiap melempar adalah Yuuka, dengan wajah tanpa ekspresi dan kacamata terpasang. Ia menatap bola bowling yang dipeluk dengan kedua tangan, lalu mengatupkan bibirnya erat-erat.


"…Baik."


Setelah mengangguk kecil, Yuuka mulai melangkah──dengan gerakan kaku seperti robot.


Apa-apaan cara jalannya itu? Jangan-jangan, ini pertama kalinya Yuuka main bowling?

"Watanae-san! Ayo lempar!!"


"────Hn!!"


Tepat ketika Nihara-san berteriak, Yuuka mengangkat bola bowling dengan kedua tangan──eh, pakai dua tangan!? Lalu begitu saja, ia melempar bola sambil berseru, "Eii!" Bola bowling itu melayang di udara. Dan kemudian Yuuka──


────beshut!


Karena terlalu bersemangat, ia jatuh menelungkup menabrak jalur bowling.


"Watanae-san!?"

"Waaah!? Watanae-san jatuh tanpa suara!!"


Arena bowling yang tadi penuh dengan sorakan gembira, kini menjadi gaduh dengan suasana yang berbeda. Di tengah itu──Yuuka perlahan bangkit. Keningnya sedikit memerah, tapi wajahnya sama sekali tidak berubah.


"Tunggu, Watanae-san! Kau baik-baik saja!?"


"Ada apa memangnya?"


"Apa maksudmu ada apa!? Kau jelas-jelas jatuh! Dan wajahmu duluan!"


"…Benarkah?"


Tidak, tidak. Itu tidak bisa disangkal, tahu.


"Aduh, Watanae-saan, kau bikin aku kaget saja."


"Dia bisa tetap berwajah datar bahkan dalam situasi begini. 

Luar biasa, Watanae-san, benar-benar punya mental baja."


Jadi begitu ya, orang-orang melihatnya begitu karena bias terhadap “Yuuka versi sekolah.”


Padahal, di mataku, yang terlihat adalah Yuuka yang hampir saja menangis, menahan diri sampai tubuhnya bergetar.


"Oh! Tapi… meskipun jatuh, tetap ada hasilnya, ya, Watanae-san?"


"…? Apa maksudmu, Nihara-sa──"


Suara “Strike!” menggema dari pengeras suara, seolah memotong ucapan Yuuka.


Di layar, muncul animasi khas yang ditayangkan saat seseorang berhasil melakukan strike.


“Hebat banget! Watanae-san, kau bahkan melampaui Meteor Violet Love Breaker-ku!!”


Masa, juga semua orang di sana, ikut heboh merayakan strike yang dibuat oleh Watanae Yuuka.…Tapi aku tidak melewatkannya. Diam-diam, agar tak terlihat orang lain, Yuuka──membuat tanda “peace” kecil dengan jarinya, tanda kegembiraan.



Setelah turnamen bowling berakhir, kami pindah ke lokasi kedua acara perayaan──karaoke. 


Kami diarahkan masuk ke sebuah ruangan besar seperti party room… tapi, kok sepertinya jumlah orangnya tidak berkurang?


Eh, ternyata tidak ada Yuuka maupun Nihara-san di sini.


“…Yuuichi. Saatnya akan tiba. Event yang sudah kutunggu-tunggu… Aku akan mengingat baik-baik pemandangan yang terbentang di depan mataku nanti, dan melewati malam pergantian tahun dengan itu. Pasti akan jadi mimpi pertama yang indah…!”


“Kau benar-benar hidup sepenuhnya mengikuti naluri dan hawa nafsu, ya…”


Oh, jadi yang dimaksud event itu. Seperti yang Masa katakan sebelumnya sebelum acara ini dimulai. Kalau tidak salah, kabarnya para gadis akan mengenakan kostum Santa…


“Hei-hei! Gentlemen & gentlemeeen!! Selamat Natal lebih awal! Ah, tapi ingat ya──foto-foto dan pegang-pegang itu dilarang, lho?”


Yang membuka pintu ruang karaoke dan masuk adalah──Nihara-san, mengenakan kostum Santa dengan rok super mini sampai paha. Dada besarnya menonjol dari balik kostum, menciptakan belahan yang benar-benar berbahaya. Santa yang satu ini terlalu memberi rangsangan untuk anak baik-baik…


“Uooooooh! Yuuichiiii!! Santa ini hadiah untuk kita, anak-anak baik, woooh!!”


Kau jelas bukan anak baik. Jelas-jelas penuh pikiran mesum, kan.


──Ya meskipun, aku sendiri tidak bisa menyalahkan Masa sepenuhnya.

Toh semua lelaki lain juga riuh melihat para gadis berseragam Santa ini. Aku memang berusaha tampil cool dan diam, tapi jujur saja… aku juga ikut bersemangat. Tidak ada laki-laki yang membenci cosplay, kan. Sambil berpikir begitu──smartphone di sakuku tiba-tiba bergetar. Pesan dari seseorang di RINE, mungkin?


『Yuu-kun, tolong』


Begitu melihat kalimat singkat itu, aku langsung berdiri dari kursi. Lalu, tanpa memedulikan keramaian para gadis Santa yang sedang berkumpul di depan layar TV, aku segera keluar dari ruang karaoke. Dan tepat setelah itu──tanganku ditarik seseorang, menyeretku masuk ke ruang sebelah. Orang itu adalah──


“Ehehe, Yuu-kun♪”


Dengan kostum Santa mini sampai paha, memperlihatkan kaki mulus dan bahu yang menggoda. Santa hat dipadukan dengan rambut kuda, menciptakan ansambel memikat. Mata sipit di balik kacamata menatapku malu-malu, sedikit berair──itu adalah Watanae Yuuka.

“E-eh… i-ini, sebenarnya ada apa? Pesan ‘tolong’ tadi…”


“Untuk bisa memanggil Yuu-kun seorang diri, Momo-chan bilang pakai kata-kata itu saja sudah cukup.”


Jadi itu ide dari Nihara-san. Tapi tunggu dulu──sementara semua orang ramai-ramai bersenang-senang di ruang sebelah, di sini aku berdua dengan Yuuka yang sedang mengenakan kostum Santa mini… suasananya luar biasa erotis, tahu!?


Dadaku berdetak kencang, sementara di depanku Yuuka menunduk malu-malu, melirik ke arahku dari bawah.


“U-um… Momo-chan bilang, kalau kostum ini hanya kutunjukkan ke Yuu-kun saja, Yuu-kun pasti senang… Jadi, gimana…?”


──Begitu rupanya. Mendengar itu, aku kembali memperhatikan penampilannya… dan ya, melihat Watanae yang biasanya kaku kini memakai baju Santa mini dengan bahu terbuka, terasa sangat menggoda dan terlarang.


“Yuu-kun…?”


“Ah, iya… e-ehm, ya… sejujurnya, aku memang tak ingin kau tampil begitu di depan anak laki-laki lain, sih…”


Memang cemburu belaka. Tapi tetap saja… rasanya tak enak kalau tunanganku dilihat dengan pandangan mesum oleh orang lain.


“…Hehe, aku senang♪”


Melihat aku yang terbata-bata, Yuuka tersenyum riang. Lalu, perlahan ──masih dalam kostum Santa itu──ia mendekatkan wajahnya ke telingaku.


“Tidak perlu khawatir. Aku… hanya milik Yuu-kun, kok.”



Aku kembali ke ruang utama lebih dulu. 


Beberapa saat setelah itu──Yuuka membuka pintu dan masuk.


“Oh, Watanae-san! Topi Santa itu cocok banget sama kamu!!”


“……Be-begitukah? Terima kasih, Nihara-san……”


Sambil memainkan poni dengan wajah sedikit malu, Watanae Yuuka ──dengan mode sekolahnya──berdiri di depan semua orang.


Kali ini, pakaiannya bukan kostum Santa, melainkan seragam sekolah seperti biasa.


“Ah, iya bener! Cocok banget, kelihatan kayak Santa yang tegas gitu~”


“Dan kulitmu putih sekali ya, Watanae-san. Bagus banget, iri deh~”


“Ah, u-um… te-terima kasih.”


Dihujani pujian dari para gadis, Yuuka menunduk kikuk. Namun, entah kenapa ekspresinya terlihat──seperti tersenyum manis.


“Hah? Watanae-san nggak pakai kostum Santa?”


Di tengah suasana hangat itu──Masa bergumam tanpa maksud lain, sekadar penasaran. Tapi Yuuka sudah memutuskan, selain Santa hat, ia tidak akan mengenakan kostum Santa di depan orang lain.


Maka dengan nada tegas──ia menjawab:

“Kurai-kun. Aku tidak akan memakainya… ada masalah dengan itu?”


“……Hiiiii… maafkan aku……”


──Begitulah. Walau sedikit sifat kaku Yuuka muncul, tetap saja, perlahan-lahan aku merasa sosok Watanae Yuuka semakin diterima oleh teman-teman sekelas.


Itu yang kurasakan malam itu, dalam acara perayaan kelas.




Chapter 14 

【Spesial Ariraji】

‘Yurayura★Kakumei’, masalah terlalu imut bahkan di video


"……Aku pulang, Nii-san."


Begitu sampai di rumah, adikku yang bodoh──Nayu──malah tampak lesu di depan pintu masuk.


Apa-apaan sikap seperti kucing jinak yang dipinjam orang ini. Biasanya dia selalu pulang tanpa kabar, tapi hari ini malah menghubungiku lewat RINE lebih dulu. Terlalu berbeda dari biasanya, sampai-sampai kakaknya jadi takut sendiri. Aku bahkan sempat berpikir, jangan-jangan ini Nayu dari dunia paralel lain.


"Eh…… Yuuka-chan mana?"


"Oh, Yuuka pergi belanja."


Hari ini malam Natal. Dan besok──akhirnya Hari Natal.


Karena itu, Yuuka dengan bersemangat berkata, "Aku akan membeli banyak bahan untuk masakan besok!" lalu berangkat keluar.


"Begitu…… terima kasih, kalian berdua."


Sambil memutar-mutar ujung rambut pendeknya dengan jari, Nayu bergumam.


T-shirt dengan jaket jeans di atasnya. Kakinya yang jenjang terlihat dari celana pendek. Tubuhnya masih dalam masa pertumbuhan, jadi sekilas sulit ditebak apakah dia remaja laki-laki yang imut atau perempuan bergaya boyish.


"Yuuka sempat bertanya padaku. Aku sudah sebutkan beberapa masakan yang sepertinya kau suka…… jadi tunggu saja dengan tenang."


"Kalau terlalu serius menyiapkannya, aku malah jadi merasa tidak enak."


Meski berkata begitu, sedikit senyum merekah di bibir Nayu.


Ya, begitu saja sudah cukup. Tidak perlu sungkan atau menahan diri.


"Kalau begitu, aku taruh barang-barangku dulu di kamar. Kalau ada yang bisa kubantu, bilang saja. Masa aku cuma dibantu terus, rasanya tidak enak."


"──Kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu. Ada sesuatu yang ingin aku minta, Nayu."


"Eh? Apa?"


Saat aku menyahut agak terburu-buru, Nayu menatapku terkejut. Aku menatap lurus ke mata adikku──dan mengucapkannya.


"Tolong! Pinjamkan aku ponselmu──supaya aku bisa menonton Spesial Ariraji!!"


"…………Hah?"



"──‘Love Idol Dream! Alice Radio☆’! Spesial darurat memperingati debut ‘Yurayura★Kakumei’!!"


"Dimulai…… siap, Yuuna?"


"Iya! Aku akan berusaha keras, Ranmu-senpai!!"


Dari ponsel Nayu, terdengar suara penuh mimpi, harapan, dan perdamaian dunia. Dan di layar, terlihat tiga gadis cantik yang melambaikan tangan sambil duduk manis.……Air mataku sampai keluar.


"Eh…… Nii-san, kenapa nangis?"


"Maaf. Entah kenapa aku merasa bersyukur lahir di bumi ini…… dan merasakan betapa berharganya hidup."


"Maaf ya. Rasanya sudah lama aku tidak merasa kakakku segini menjijikkan."


Di sebelahku, Nayu benar-benar memasang wajah jijik.


Biarlah. Silakan mengejek, silakan tertawa. Toh──tidak ada yang bisa menghentikan cintaku pada ‘Arisute’.


──‘Arisute’ punya radio daring bernama Ariraji. Dari percakapan santai di sana yang sempat viral, lahirlah unit Izumi Yuuna dan Shinomiya Ranmu: ‘Yurayura★Kakumei’.


Unit terkuat itu sedang mendekati konser in-store terakhir mereka──dan saat itulah staf Ariraji meledakkan sebuah ide gila. Yaitu…… program spesial 15 menit berupa bincang-bincang tiga pengisi suara! Dan bahkan dalam format video!!


"Astaga. Kukira tadi kau mau minta apa…… ternyata cuma mau pinjam ponselku buat nonton ini? Kenapa sih, bercanda ya? Video begini tinggal ditonton pakai ponsel atau PC-mu sendiri, kan. Sungguh."


"……Aku tidak bisa. Yuuka merasa malu dan selalu berusaha 

mencegahku menonton──sampai-sampai semua hal terkait Ariraji di ponsel maupun PC-ku sudah dikunci pakai semacam blokir aneh!!"


"Persis seperti suami yang dilarang nonton video dewasa oleh istrinya."


Itu perumpamaan yang terlalu tepat, tapi sungguh tak pantas keluar dari mulut siswi SMP.


──Pertarungan tak berujung soal Ariraji. Entah sudah berapa lama aku dan Yuuka berseteru karenanya……


Pernah aku mendengarkan diam-diam saat dia tak ada.

Pernah aku mendengarkan saat dia sudah tertidur.

Begitu dia marah dan memblokir akses dari PC, aku kabur ke kamar kosong Nayu dan mendengarkannya lewat ponsel.

Lalu, ketika dia makin marah dan memblokir dari ponsel juga, aku sampai lari ke rumah Hachikawa-san untuk numpang dengar.

Hasilnya, aku kena marah besar──dan diberi ultimatum: "Kalau ketahuan lagi, kau akan dihukum!"


"Umm…… Nii-san, kau benar-benar bodoh ya? Kalau sudah dapat ultimatum terakhir begitu, sebaiknya berhenti saja. Sudah game over."


"Jangan main-main. Tidak menonton acara yang ada Yuuna-chan itu…… sama saja seperti mati! Kau pikir aku ini siapa……? Aku adalah ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’!!"


"Tak kenal. Lagipula apa sih, bangga dengan nama yang mirip kue keberuntungan begitu."


Dengan wajah datar, Nayu menghela napas panjang. Namun…… mungkin Nayu juga penasaran dengan Ariraji, karena pandangannya tetap tertuju ke layar ponsel.

"Izumi Yuuna──aku juga pernah cari tahu tentang dia di internet. Anak ini kan, Yuuka-chan, bukan?"


"Iya. Omong-omong, karakter Yuuna-chan yang diperankan Izumi Yuuna itu polos dan ceria, dan pesonanya──"


"Jangan ceramah padahal aku tidak tanya…… yah. Aku juga ingin lihat kegiatan seiyuu Yuuka-chan, jadi──untuk kali ini, aku biarkan saja. Serius."


Dengan begitu, setelah aku dan Nayu menyelesaikan pembicaraan, kami pun memutuskan untuk menonton “Ariraji Spesial” sebagai kakak-adik.



“Baiklah, dimulai acara ‘Ariraji Spesial’! Hari ini kita akan mengupas habis duo ‘Yurayura★Kakumei’... eh, kenapa sih setiap kali selalu aku yang dipanggil!?”


Sejak pembukaan saja, sudah tampil habis-habisan dengan gaya marah-marah khasnya adalah Hotta Deru, seorang senior seiyuu dari agensi yang sama dengan Izumi Yuuna, yaitu “60P Production.”

Benar-benar, setiap kali ia selalu dijadikan penyeimbang untuk duo berbahaya ini.


Komentar yang mengalir di layar pun sudah mulai bercanda soal Hotta Deru, seperti: “Pemakaian Deru benar-benar brutal,” “Stafnya kejam banget hahaha,” “Setenang minyak bumi,” dan seterusnya.


“Baik, baik. Aku kerjakan, aku kerjakan... jadi, seperti biasa. Kali ini pun aku akan mengawasi dua orang yang karakternya terlalu kuat ini sambil setengah malas. Aku Hotta Deru, pemeran ‘Deru’.”


“Karakternya terlalu kuat... aku sendiri tidak terlalu merasa begitu. Aku hanya berdiri di depan para penggemar dengan mempertaruhkan segalanya demi naik ke puncak sebagai idol Alice. Aku Shinomiya Ranmu, pengisi suara Ranmu. Jika kau mendukungku, ikutilah aku. Dengan sepenuh tenaga.”


Dari perkenalannya saja, sudah terlalu kuat auranya.


Shinomiya Ranmu, seiyuu dari agensi “60P Production.” Ia memerankan Ranmu-chan, “Alice keenam,” sang cool beauty yang menduduki peringkat keenam dalam polling popularitas... sosok yang stoik dan berwibawa luar biasa, salah satu anggota “Yurayura★Kakumei.” Dan, orang terakhir adalah──


“Halo semuanya! Ini video lho, jadi banyak geraknya! Hari ini bersenang-senanglah sebelum pulang ya! Aku Izumi Yuuna, pengisi suara Yuuna, mohon dukungannya!!”


Sambil melambaikan tangan, bergoyang ke kiri dan kanan, sejak awal ia sudah penuh energi.


Seiyuu dari “60P Production.” Gadis muda yang alami, ceroboh, namun selalu menebarkan senyum bunga di hati para penggemarnya.

Izumi Yuuna──seiyuu dari Yuuna-chan, Alice idol nomor satu di seluruh jagat raya yang aku cintai.


“Rambut cokelat kuncir dua juga cocok banget ya, Yuuka-chan. Imut sekali.”


“Ini aku sesuaikan dengan gaya Yuuna-chan. Karena Yuuna-chan menyukai pakaian bergaya girlish, jadi pakaian bernuansa merah muda seperti ini cocok dengan karakternya, dan panjang rok juga──”


“Bising... aku tidak bisa mendengar, diamlah.”


Dengan suara yang sangat dingin, Nayu berkata. Ternyata begitu. Rupanya dia benar-benar ingin menekuni dunia “Ariraji.” 

Sikap yang bagus, Nayu.


“Kalau begitu, kali ini kita akan mengambil topik dari kotak ini, lalu kalian berdua akan membicarakannya. Baik, aku ambil ya... jeng! ‘Apa benda paling berharga bagi kalian berdua?’”


“Adik laki-laki!”


“Sudah tentu ‘idol’.”


“Baiklah, kita lanjut ke berikutnya.”


Dengan senyum, Deru melanjutkan begitu saja. Bagaimana ini... Hotta Deru semakin lihai menengahi keduanya...


“‘Live instore yang paling berkesan bagi kalian?’... oh begitu ya. Baik, kita mulai dari Yuuna-chan. Silakan cerita panjang lebar!”


“Ba... baik! Uhm... semua pertunjukan benar-benar menyenangkan. Tapi kalau diminta memilih yang paling berkesan, itu adalah konser di Okinawa.”


Sambil berkata begitu, Izumi Yuuna tersenyum lebar penuh keceriaan.


“Rasanya luar biasa, karena itu pertama kalinya aku tampil sebagai bintang utama dalam konser. Saat konser pertama di Osaka, aku benar-benar hanya bisa tampil sekuat tenaga. Lalu ketika tiba giliran konser kedua, aku merasa harus menunjukkan sesuatu yang lebih dari konser di Osaka! Jadi aku merasa sangat tertekan.”


“Oh, aku mengerti. Tekanan untuk melampaui diri sendiri sebelumnya, ya.”


“Betul sekali! Karena itu, sehari sebelumnya aku benar-benar tegang... 

rasanya seperti berubah jadi batu. Lalu aku banyak berlatih mandiri, banyak berpikir... dan kemudian, aku tiba-tiba menyadari. Kenapa aku begitu berusaha keras sebagai seiyuu.”


Izumi Yuuna melirik Shinomiya Ranmu. Lalu, dengan senyum selebar bunga mekar... ia berkata:


“Aku ingin para penggemarku, juga orang-orang yang dekat denganku, semuanya bisa terus tersenyum. Aku ingin suaraku dan nyanyianku, meski sedikit saja, bisa sampai ke hati mereka──agar mereka bisa menjalani hari-hari dengan senyum. Ketika aku berpikir begitu... entah kenapa saat di atas panggung aku bisa lebih menikmati bernyanyi. Di Nagoya maupun Hokkaido, aku juga tampil dengan perasaan itu... jadi konser Okinawa terasa seperti satu tangga yang berhasil kujelajahi!”


“...Yuuna-chan serius bicara... ini bukan krisis minyak, tapi krisis Yuuna...”


“Eh, kenapa reaksinya begitu, Deru-san!? Padahal aku baru saja menyampaikan cerita yang bagus!!”


Ya, karena biasanya dia terlalu ceroboh. Jadi reaksi Deru juga bisa dimengerti. Namun, di saat yang sama──aku merasa mataku sedikit panas. Meski banyak rintangan dan kejadian tak terduga. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana Yuuka menghadapi tekanan, berusaha keras, dan akhirnya berhasil membuat konser Okinawa sukses.


“Baik, berikutnya Ranmu. ‘Live instore yang paling berkesan bagimu?’”


Masih tanpa ekspresi, Shinomiya Ranmu menaruh tangannya di dekat mulut, lalu berpikir sejenak. Dan──ia tersenyum tipis.


“Kalau begitu... bagiku juga konser di Okinawa.”

“Oh begitu. Kenapa konser Okinawa yang paling berkesan? Karena melihat perkembangan Yuuna-chan, misalnya?”


“Itu tentu saja salah satu alasannya. Namun, kalau bicara perasaan pribadiku... aku merasa itu begitu nostalgis.”


“Nostalgis?”


Bersamaan dengan komentar Deru, aku pun mengulang kata yang sama di dalam hati. Shinomiya Ranmu adalah seiyuu yang tidak banyak membuka informasi pribadinya. Asal usulnya, hobinya, alasan ia menjadi seiyuu──semuanya tidak diketahui.


Jadi, kalau dia bilang “nostalgis”... bisa jadi dia memang berasal dari Okinawa?


TLN : AKU TEBAK. Pasti karena ketemu MC


“Eh, Ranmu lahir di Okinawa? Sama sekali tidak ada logatnya, lho.”


“Tidak. Aku tidak memiliki ikatan dengan Okinawa. Hanya saja... aku melihat pemandangan yang terasa nostalgis. Berkat itu... aku bisa semakin bertekad untuk berusaha sebagai idol.”


“...Oh begitu. Ranmu jarang sekali mengungkapkan perasaannya seperti ini, bukan?”


“Betul sekali! Ranmu-senpai, ada apa di Okinawa!?”


“──Silakan bayangkan sendiri. Idol akan lebih menarik kalau menyimpan sedikit misteri.”


“...Kalau soal imutnya sih, Yuuka-chan memang lebih unggul. Tapi orang ini, auranya luar biasa ya?”


Di sebelahku yang sudah terpaku menonton “Ariraji Spesial,” Nayu berbisik pelan.


Luar biasa juga, aura Shinomiya Ranmu bisa sampai terasa oleh Nayu yang tidak terlalu paham dunia seiyuu.


“Ngomong-ngomong, kenapa semua orang berambut panjang? Apa maksudnya, otaku tidak peduli sama cewek berambut pendek?”


“Itu prasangka dari mana lagi... di ‘Arisute’ juga ada banyak karakter berambut pendek, dan di kalangan seiyuu juga ada. Kebetulan saja tiga orang ini semuanya berambut panjang.”


“Kalau begitu, Nii-san lebih suka rambut panjang atau pendek?”


Kenapa tiba-tiba? Dia menatapku tajam sambil menanyakan hal itu.


“Itu pertanyaan bodoh, tahu... aku ini ‘Shinigami yang jatuh cinta.’ Demi Yuuna-chan, aku rela menyerahkan jantungku! Jadi sudah jelas, gaya rambut Yuuna-chan yang paling aku sukai.”


“Yuuka-chan juga biasanya berambut panjang, kan, cih!”


Eh, kenapa dia marah? Tidak masuk akal, benar-benar tidak bisa dipahami.


────Tok tok!


Saat itu terjadi. Seseorang mengetuk pintu kamar Nayu dari luar.


“Nayu-chan, kamu sudah pulang? Yuu-kun juga ada di sana?”


“...Iya, ada banget.”


Aku buru-buru menahan pintu dari dalam agar tidak terbuka.

Lalu dengan gugup, aku berseru ke arah Yuuka.


“Y-Yuuka! Kami sedang membicarakan sesuatu yang penting sebagai kakak-adik!! Cuma butuh dua atau tiga menit saja, janji!”


“Baiklah, sudah waktunya kita berpisah! Jadi terakhir, mari dengarkan semangat dari dua orang ini untuk konser Tokyo!”


“Ya! Bisa bernyanyi di depan semua orang di hari romantis seperti Natal, itu benar-benar membuatku senang!! Aku akan berusaha sepenuh hati, supaya hari itu jadi kenangan indah, baik bagi kalian maupun bagi diriku sendiri!”


“Entah itu terakhir atau pertama, apa yang kulakukan tidak akan berubah... Aku akan menyuguhkan penampilan terbaik untuk kalian semua. Aku akan membuat panggung ini membara sampai kalian lupa kalau hari itu adalah Natal. Jadi bersiaplah.”


“Ah, Yuuka-chan. Acaranya sebentar lagi selesai.”


“Hah... Nayu! Bukannya kita sepakat tidak akan bilang-bilang!?”


“Berisik. Katanya kamu tidak peduli sama perempuan berambut pendek, kan? Kalau begitu, seharusnya kamu tidak bisa melihatku... iya, inilah aku, Nayu si manusia tak kasatmata yang bicara sesukanya.”


“Itu kamu sendiri yang asal bilang begitu!!”


“Acara? Aca...ra, jangan-jangan! Yuu-kun... kamu nonton ‘Ariraji Spesial’!? Itu kan melanggar janji! Cepat buka pintunya, ayo! Aku tidak akan memaafkanmu!!”


Yuuka berteriak sambil menghantam-hantam pintu dengan keras. Aku pun berusaha membela diri sekuat tenaga.


“Yuuka! Coba tenang dulu? Aku ingat kok kalau kamu melarangku menonton ‘Ariraji.’ Tapi ini kan... mereka bergerak dan berbicara ──jadi ini bukan radio! Jadi aman! Benar-benar aman!!”


“Tapi acaranya jelas-jelas disebut ‘Ariraji Spesial’. Kamu ini bodoh ya, Nii-san?”


“Yang bodoh itu kamu! Kenapa sih malah mengacaukan usaha damai ini!?”


“Yang bodoh itu Yuu-kun! Mooooo! Baka baka baka! Baka baka!!”


────────────────────────────────────────


Iklan dari “Kalau Aku Bereinkarnasi, Ternyata Dunia Ini Penuh dengan Klise, Ya?” Silakan panggil saja ‘TenTen’ dengan akrab.


Blu-ray dari anime populer “TenTen” ini, berkat kekuatan finansialku, akhirnya resmi dirilis! Hei, kalian jadi ingin punya, kan? Jadi ingin, kan? Bonus edisi pertama adalah foto bromidku!


Silakan gunakan ini untuk berfantasi sepuasnya. Ya, seperti membuat doujinshi!! Fufufu~ Aku menantikan kalian membelinya, sungguh-sungguh menantikannya~




Chapter 15

Tentang Kebahagiaan Bisa Bertemu dengan Oshi di Hari Natal


──Malam Natal itu, aku mengalami kejadian yang menyebalkan.


Saat aku meminjam ponsel Nayu yang sedang mudik untuk menonton AriRaji Special, aku ketahuan. Akibatnya, Yuuka masuk ke mode marah-marah. Sebagai hukuman, aku dijatuhi “sanksi mengelus kepala selama satu jam penuh.” Jadi, aku terus-menerus mengelus kepalanya demi mengembalikan mood Yuuka.


──Dan begitulah, akhirnya aku sampai di hari Natal ini.


『Yuuka, semangat ya untuk instore live terakhirmu. Lagipula, ini kencan Natal pertamamu seumur hidup, jadi tolong dengarkan baik-baik perkataan Yuu nii-san. Mengerti?』


“Cerewet! Dasar Isami yang terlalu protektif, bodoh!!”


Dengan wajah memerah, Yuuka berteriak ke arah ponsel yang disetel ke speaker. Yang menelpon di RINE itu adalah Isami.


“Kalau begitu, Isami. Setelah kamu sampai sini, langsung saja datang ke rumah. Sambil menunggu aku dan Yuuka pulang, kamu bisa bersama Nayu dulu.”


『Baik, Yuu nii-san. Kalau memang begitu, sementara Yuu nii-san dan Yuuka berkencan, aku juga akan mengawal Nayu-chan── bagaimana kalau sekalian memulai pesta berdua saja?』


“……tidak usah.”


Aku mendesah malas, menanggapi lelucon Isami yang masih sama 

seperti biasanya. Tanpa basa-basi, Nayu langsung memutuskan telepon itu. Sungguh, padahal ini hari Natal──tetapi keluarga kami selalu saja begini.



14.00 – Instore Live di Tokyo (Yuuka tampil, aku ikut hadir)

17.00 – Aku dan Yuuka kencan di taman hiburan

Sebelum 18.00 – Isami tiba di rumah, menunggu bersama Nayu

20.00 – Aku, Yuuka, Nayu, dan Isami pesta Natal bersama


Itulah jadwal Natal yang dibuat Yuuka.


Isinya padat: konser, kencan, lalu pesta Natal keluarga──semuanya dimasukkan. Tapi jika dibandingkan dengan jadwal padat di Okinawa, di mana ia harus membagi waktu antara live dan studi wisata, ini tidak seberapa.


Aku sendiri merasa senang. Ini adalah Natal pertama yang kuhabiskan berdua dengan Yuuka, jadi aku ingin membuatnya bahagia. Di sisi lain, aku juga ingin menyisihkan waktu untuk merayakan Natal bersama keluarga demi Nayu.


Karena itulah, aku sebenarnya sangat berterima kasih pada Yuuka yang sudah menyusun rencana ini.


“Baiklah, ayo berangkat, Yuu-kun! Saatnya memulai Natal yang menyenangkan! Jingle-jingle~♪”


“Kamu terlihat sangat bersemangat, Yuuka…… kalau begitu, Nayu, sampai nanti.”


“……hm.”


──Hah? Aku merasa ada yang aneh, lalu menatap mata Nayu lekat-lekat.

“Kamu tidak terlihat bersemangat, ya? Seperti sedang melamun.”


“……eh? T-tidak, tidak begitu kok! Sudahlah, cepat pergi kalian berdua.”


“Ya, kami pergi dulu, Nayu-chan. Ah, di kulkas ada banyak makanan, tapi jangan dimakan dulu ya? Itu untuk pesta nanti malam.”


“Tidak akan. Aku tidak sebodoh itu untuk merusak persiapan Yuuka-chan yang sudah repot-repot.”


Setelah itu, Nayu──tersenyum. Padahal biasanya wajahnya selalu cemberut, sikapnya pun ketus…… tapi senyum tulus itu, apa? Hari ini kamu benar-benar aneh, Nayu.


Dengan nada seolah mengalah, ia berkata padaku:


“Ya sudah, aku tunggu. Tapi utamakan saja kencanmu. Toh aku sudah dirayakan ulang tahunnya, jadi Natal bersamaku…… anggap saja hanya tambahan. Serius.”



“Hei! Sakata, sini!!”


Setelah berpisah dengan Yuuka di stasiun dekat venue, aku menuju pintu masuk toko. Di sana, seorang gadis berambut cokelat bergaya gyaru, bersemangat melambai-lambaikan tangan. Ia mengenakan blus dengan kardigan panjang berwarna kuning yang terlihat modis. Dari celana pendeknya, kaki putih dan jenjang tampak mencolok. 


Penampilan luarnya benar-benar seperti gadis gyaru ceria──Nihara Momono. Namun sebenarnya, pakaiannya itu persis seperti kostum “Mankai Himawari” dari Hanami Gundan Mankaijaa sebelum transformasi. Bahkan bros bunga matahari di dadanya pun sama persis. Ya, begitulah, isi kepalanya penuh dengan dunia tokusatsu── 

itulah Nihara Momono.


“Yo, Yuuichi…… cuacanya bagus, ya. Rasanya sang Dewa Matahari pun memberkati panggung Ranmu-sama dan kawan-kawan……”


Di sampingnya, seseorang melontarkan kalimat sok keren. Itu adalah Masa alias Kurai Masaharu. Rambutnya ditata runcing, kacamata hitam tebal jadi ciri khasnya. Ia mengenakan kaos ungu bertuliskan ‘Arisute’ dengan huruf putih. Mungkin beli dari toko daring.


Tentu saja aku juga mengenakan kaos serupa──hanya saja milikku berwarna pink dengan huruf putih.


“Serius, aku tidak menyangka Nihara akan datang ke acara ‘Arisute’. Sampai bela-belain ikut undian tiket juga. Benar-benar nge-fans, ya.”


Masa menatap Nihara sambil berkata dengan nada takjub. Mendengar itu, Nihara mengedipkan mata sambil menjawab:


“Memang aku masih penggemar baru, tapi──Yuuna-chan itu imut banget, sumpah! Pokoknya terbaik!! Bisa di-push abis!!”


Dengan mata berbinar-binar, ia menumpahkan rasa cintanya pada Izumi Yuuna. Memang benar, Nihara sangat menyukai Yuuka. Baik sebagai dirinya sendiri, sebagai siswi di sekolah, maupun sebagai Izumi Yuuna──semuanya. Bahkan tiket konser ini pun dia dapatkan sendiri melalui undian.


“Baru atau lama, itu tidak penting! Selama ada rasa cinta pada ‘Arisute’, kita semua adalah kawan!! Aku mendukung Ranmu-sama, sementara Yuuichi dan Nihara mendukung Yuuna-hime──mari kita push habis-habisan! Sampai salju di lereng pun mencair!!”


“Setuju! Aku suka sikapmu, Kurai, yang toleran sama selera orang lain!! Oke, hari ini kita bikin suasana panas, kalian berdua!!”

Melihat Masa dan Nihara-san semakin bersemangat membicarakan oshi mereka……


“Shinigami yang jatuh cinta” di dalam diriku──berdenyut kembali.


“……Baik. Kalau begitu ayo berangkat, Masa, Nihara-san? Yang akan dimulai ini…… bukan sekadar konser. Ini adalah perayaan suci yang pantas untuk Natal! Ayo, sampai tenggorokan kita mau pecah──kita harus bersemangat!!”



Lalu, setelah mengantri untuk masuk, aku, Masa, dan Nihara-san pun masuk ke dalam. Di area penonton all standing, kami masing-masing mengeluarkan penlight yang sudah dibawa.


──Waktu konser di Okinawa dulu aku hanya ikut serta secara mendadak, jadi tidak sempat menyiapkan penlight maupun kaos orisinal. Tapi kali ini, dengan perlengkapan penuh, aku bisa sepenuhnya mendukung Yurayura★Kakumei…… sungguh mengharukan.


“Wah, gila! Banyak banget orang!! YuraKaku memang luar biasa, ya!?”


“Ranmu-sama dan Yuuna-hime itu seharusnya pasangan yang timpang, tapi entah bagaimana bisa menyatu dengan ajaib, membentuk unit dewa…… ini sudah sewajarnya.”


“Memang, dengar-dengar tiket hari ini persaingannya cukup tinggi. Yuuna-chan…… rasanya sudah melangkah jauh sekali.”


Kami bertiga mengutarakan kesan masing-masing.


Tinggal sekitar lima belas menit sebelum dimulai.


“Aku ke toilet sebentar. Mau fokus penuh waktu pertunjukan nanti.”


“Ya, cepat kembali, Yuuichi! Jangan sampai terlambat mulai, ya?”


“Selamat jalan~”


Seperti kata Masa, akan memalukan sekali kalau sampai terlambat. Aku buru-buru ke toilet, lalu segera kembali ke tempat Masa dan Nihara-san.


“Ah. Itu Yuuichi-kun, kan.”


Tiba-tiba terdengar suara yang kukenal memanggil namaku.


Saat menoleh, terlihat Hachikawa-san, dengan penampilan office lady yang rapi──kemeja putih dan rok ketat.


“Oh, ya. Kamu memang bilang sempat dapat tiket untuk konser Tokyo, ya.”


“Iya. Aku datang bersama teman-teman, termasuk Nihara-san.”


“Eh, Momono-chan juga? Begitu ya…… Yuuna benar-benar didukung dengan tulus. Dia punya teman yang baik.”


Hachikawa-san bergumam begitu sambil tersenyum dengan wajah yang terlihat sangat senang.


Seorang manajer yang bisa ikut bahagia seolah-olah itu adalah kebahagiaannya sendiri, hanya karena melihat sang seiyuu kesayangannya bahagia. Karena ada orang baik seperti inilah yang menjadi manajer, Yuuka bisa terus berjuang. Terima kasih, Hachikawa-san.


“Kalau begitu, aku juga harus kembali sekarang. Yuuichi-kun, nikmatilah panggung Yuuna dan Ranmu, ya.”


“Ya. Akan kujalani dengan taruhan nyawa.”


Setelah berpisah dengan Hachikawa-san, aku kembali ke tempat Masa dan Nihara.


“Oh, Sakata. Pas banget waktunya.”


“Baik, Yuuichi…… bersiaplah. Pertunjukan akan segera dimulai.”


Kami sempat saling bertukar kata ringan──lalu lampu di dalam ruangan perlahan meredup.


Sambil mengayunkan penlight, kami berteriak memberi semangat. Para penggemar lainnya juga, dengan penuh gairah, meneriakkan dukungan mereka ke arah panggung. Dan kemudian────


“‘Love Idol Dream! Alice Stage☆’──‘Ariste’. Begitu banyak orang yang datang hari ini, demi cinta pada panggung ini.”


“Luar biasa sekali, Ranmu-senpai! Rasanya penuh cinta sampai aku seperti mau terhimpit!”


“Kalau cuma begitu saja sudah terhimpit, bagaimana jadinya nanti, Yuuna? Kita ini harus melangkah lebih tinggi. Sekalipun konser hari ini berakhir──impian kita tidak akan berakhir.”


“Ranmu-senpai!? Anda selalu saja menaikkan standar terlalu tinggi!!”


Seluruh ruangan pun dipenuhi tawa. Teriakan seperti “Ranmu-sama keren sekaliii!” dan “Yuuna-chan imuuuut banget!!” terdengar di sana-sini. Tentu saja, kami bertiga juga ikut berteriak.


“Kalau begitu, ayo kita mulai. Sampai akhir──kita jadikan ini panggung terbaik.”


“Baik! Ranmu-senpai, mari kita lakukan bersama! Semoga semua orang──bisa tersenyum lebar!”


““‘Love Idol Dream! Alice Stage☆’──unit baru ‘Yurayura★Kakumei’, Instore Live in Tokyo!!”“


Begitu suara keduanya berpadu, seakan-akan sebuah keajaiban turun ke panggung ini.


“Semuanya, Konnichialice. Aku, Shinomiya Ranmu, pengisi suara Ranmu. Terima kasih banyak sudah hadir sebanyak ini.”


Dengan rambut panjang ungu yang berkibar, mengenakan kostum ungu yang berani sekaligus memesona──Shinomiya Ranmu tersenyum lembut.


“Konnichialice!! Wah, banyak banget yang datang! Terima kasih ya sudah hadir!! Aku, Izumi Yuuna, pengisi suara Yuuna. Mohon dukungannya, ya!!”


Sambil mengayunkan rambut cokelat yang diikat kuncir dua, Izumi Yuuna melompat-lompat ceria. Dengan kostum merah muda yang imut, ia tetap penuh semangat dan senyum menawan.


““Dan kami adalah──‘Yurayura★Kakumei’”“


Sekali lagi, keduanya menyatukan suara, menyebut nama unit terbaik itu. Sorak-sorai penonton pun memuncak.


“Ini memang konser terakhir sebagai instore live, tapi…… Yuuna, bagaimana perasaanmu menjalani konser sebagai Yurayura★Kakumei?”


“Tentu saja, aku sangat gugup! Karena ini duet dengan Ranmu-senpai, lho.”

“……Itu artinya, kamu gugup karena aku?”


“Benar begitu! Karena Ranmu-senpai itu selalu serius dalam pekerjaan, jadi aku pun merasa harus berusaha sekuat tenaga── membuatku gugup dalam arti positif!! Berkat itu, aku merasa bisa berkembang sendiri!”


“Kamu, ternyata cukup blak-blakan…… Padahal belakangan ini aku sedang berusaha agar tidak terlihat terlalu menakutkan di mata orang lain, lho?”


Aku jadi penasaran, bagian mana sebenarnya yang dia coba ubah.


“Oh iya, Ranmu-senpai. Hari ini kan Natal! Selain konsernya yang sudah pasti seru…… Natal juga, sudah──sudah!! Semoga turun salju, ya. White Christmas!”


“Menurut ramalan cuaca, hari ini cerah tanpa awan.”


“……Ih, menyebalkan. Ayo dong, turunkan saljunya.”


“Kalau ingin turun salju, usahakanlah. Entah membuat mesin salju, atau memanggilnya dengan cara magis──banyak cara yang bisa ditempuh, bukan?”


“……Tapi, mana mungkin aku bisa menguasai itu semua dalam sehari. Aduuuh, harusnya dari awal aku sudah bersiap-siap……”


Karena tidak ada peran tsukkomi, arah pembicaraan mereka jadi entah ke mana.


Pantas saja staf AriRaji begitu mengandalkan Hotta Deru.


“Aku…… sejak bersumpah akan menjadi idol Alice nomor satu, sudah memutuskan untuk tidak pernah merayakan Natal lagi.”

Dengan suara lurus penuh keyakinan──Shinomiya Ranmu mengumumkan itu.


Mendengar itu, Izumi Yuuna langsung berteriak kaget, “Eeeeh!?”


“Setidaknya untuk Natal, menikmatinya sedikit pun tidak akan membawa hukuman, kok! Aku yakin Tuhan maupun Santa pasti tahu──Ranmu-senpai selalu berusaha keras dengan sepenuh hati demi mengejar puncak!”


"Terima kasih, Yuuna... Namun, sekalipun Tuhan berpendapat apa pun, aku tidak akan merayakan Natal. Itu adalah bentuk tanggung jawabku terhadap diriku sendiri yang telah memilih jalan ini. Dan juga, untuk semua orang yang telah terluka karena pilihanku ini."


Seperti biasanya, Shiinomiya Ranmu tetap mempertahankan ekspresi dingin tanpa goyah. Namun entah kenapa, sesaat tadi... matanya terlihat seakan menyimpan kesedihan. Apa itu hanya perasaanku saja?


"…Yah. Lupakan aku, yang penting Yuuna dan semua orang di venue── nikmatilah pertunjukan dan Natal sekaligus. Aku akan membuatnya jadi Natal yang tak akan pernah terlupakan... sudah siapkah kalian?"


"Kami akan menghadiahkan kado Natal terbaik untuk semua orang! Jadi... mari kita tertawa bersama, ya?"


"“Kalau begitu, silakan dengarkan──『Dreaming Ribbon』”"



"Semua orang! Terima kasih banyak sudah datang hari ini!!"


"Aku menantikan hari kita bisa bertemu lagi... terima kasih banyak."


Saat Izumi Yuuna dan Shiinomiya Ranmu membungkuk dalam-dalam sambil bercucuran keringat, tepuk tangan bergema serempak di seluruh ruangan.


"Hebat... luar biasa sekali, Ranmu-samaaa!!"


Masa berteriak penuh semangat.


"Yuu-chan... penampilanmu sungguh luar biasa. Benar-benar... terlalu hebat..."

Nihara-san menunduk, lalu menangis tersedu-sedu karena begitu terharu.


──── Di dekat mereka berdua, mataku pun ikut berkaca-kaca. 


Pertunjukan itu begitu mengguncang hati, benar-benar pantas disebut sebagai puncak dari rangkaian live di toko... sebuah penampilan yang sangat mengagumkan.


"Semoga Natal semua orang... dipenuhi dengan banyak kebahagiaan!!"


Di atas panggung, Izumi Yuuna merentangkan tangannya lebar-lebar, lalu berkata dengan senyum paling cerah. Sosoknya yang polos dan murni itu... seakan tumpang tindih dengan Yuuka sehari-hari.


Entah kenapa, aku merasakan kehangatan mengalir di dadaku.




☆Hari ini benar-benar hari yang sangat indah☆


Huaaah… tegang sekali rasanya! Tapi syukurlah, pertunjukan terakhir pun berhasil selesai dengan baik… aku sungguh lega.


Begitu kembali ke ruang ganti, rasa tegangku langsung hilang, dan aku menelungkupkan wajah ke meja. Tenagaku sudah benar-benar habis.


"…Yuuna. Tadi, maafkan aku ya."


Saat aku masih menempelkan pipi di meja, lesu begitu saja, Ranmu-senpai yang berdiri di depan cermin berucap pelan.


"Eh? Maksudnya apa, Ranmu-senpai?"


"Tentang di atas panggung tadi. Masalah pembicaraan soal Natal… Memang benar, karena Ranmu itu anak yang dingin, jadi karakternya tidak sampai terlalu melenceng. Tapi tetap saja, aku terlalu banyak bicara soal urusan pribadi. Rasanya aku membuat suasana jadi agak berat… aku masih harus belajar."


"Ah, tidak, sama sekali tidak begitu! Suasananya justru ikut terbawa meriah, tidak ada masalah sama sekali!! Kalau hal itu dianggap perlu disesali, maka aku ini sudah harus menyesal entah berapa ratus kali!"


"…Hehe. Terima kasih, Yuuna."


Aku berusaha keras menyampaikan maksudku dengan gerakan tangan berlebih. Melihat itu, Ranmu-senpai hanya tersenyum kecut. Lalu, ia menatap mataku lekat-lekat, dan berkata:


"Kata-kataku tadi adalah isi hatiku yang sebenarnya. Aku pernah mengagumi Matogi Kei, yang dulu adalah top model──dan aku bersumpah, akan meraih impianku meski harus mengorbankan semua yang lain. Karena itu, sebagai bentuk pengingat untuk diriku, juga demi orang-orang yang mungkin telah kukorbankan demi mimpi itu… aku memutuskan untuk tidak merayakan Natal."


──Dikorbankan, ya.


Gaya hidup Ranmu-senpai yang begitu keras pada diri sendiri, memang berbeda jauh denganku. Aku tidak bisa sok bijak dalam menanggapinya…


"Tapi, janganlah berpikir harus menanggung semua itu sendirian."


…Meski begitu, aku tidak bisa menahan diri untuk mengucapkannya.


"Aku rasa, Ranmu-senpai itu hanya seorang yang tulus. Seseorang yang mengerahkan segalanya demi satu mimpi──itulah betapa tulusnya senpai pada impian menjadi idola. Aku sendiri… orang yang plin-plan. Keluarga penting, teman penting, para penggemar juga penting. Aku tidak bisa memilih hanya satu saja."


Jadi, aku ingin senpai tidak terlalu menekan diri. Tidak memikul semuanya sendirian.


"Kalau seseorang benar-benar mencintai satu orang, lalu menolak pengakuan cinta orang lain──itu tidak disebut 'mengorbankan', kan? Pihak yang ditolak, tentu akan terpukul. Bisa jadi sangat kecewa. Tapi… suatu hari nanti, ketika ia menemukan cinta atau mimpi yang lain──'patah hati' itu akan berubah jadi kenangan. Jadi, ehm…"


Aduh… rasanya aku jadi tidak paham lagi dengan apa yang kukatakan. Karena mencoba bicara terlalu rumit, beginilah jadinya.


"Terima kasih, Yuuna──sudah lama sekali aku merasa sedikit lega di dada."

Saat aku sedang kikuk, Ranmu-senpai menatapku dan tersenyum. Senyuman yang tenang dan lembut, hangat hingga membuat hati ikut luluh.


"Yuuna. Jadilah dirimu sendiri, peluk semua yang penting bagimu, dan bersinarlah. Dan juga… aku berharap, Natalmu bersama 'adikmu' akan menjadi saat yang indah."


"Eh!? K-Kenapa senpai bisa tahu kalau aku akan menghabiskan Natal bersama 'adikku'!?"


"…Aku bisa melihatnya. Dari sorot matamu."


Ketika kami sedang bercakap begitu──pintu ruang ganti diketuk, dan Kurumi-san masuk.


"Kerja bagus, kalian berdua! Pertunjukan hari ini, yang terbaik sepanjang yang pernah ada!! Benar-benar… aku sangat terharu!"


Kurumi-san mengayunkan kedua lengannya penuh semangat sambil bicara dengan nada tinggi.


Heheh… dipuji seperti itu membuatku jadi malu sendiri.


"Iya, betul-betul kerja keras. Kalian berdua hebat sekali."


Dan dari belakang Kurumi-san, muncul satu orang lagi──Hotta-san, sambil membawa kantong oleh-oleh.


"Ah, Hotta-san! Terima kasih sudah datang!"


"Hotta-san. Jadi, Anda menonton juga ya."


"Ya jelas dong. Aku sering dipanggil untuk jadi MC 'YuraKaku'. Jadi aku harus tahu sejauh mana usaha kalian. Tapi serius, kenapa selalu 

aku sih, Kurumin?"


"Bukan aku yang menentukan jadwal casting, lho. Tapi, bukankah itu tandanya kemampuan bicaramu diakui?"


"Ugh… entah kenapa rasanya itu bukan pujian yang menyenangkan…"


Sambil mengobrol dengan Kurumi-san, Hotta-san masuk ke ruang ganti. Dari kantong oleh-olehnya, ia mengeluarkan satu set makaron yang terlihat lezat.


"Wow, kelihatannya enak sekali! Pasti manisnya langsung meresap ke tubuh yang lelah."


"Terima kasih banyak. Kami sudah cukup merasa berutang budi karena Anda selalu bersedia menjadi MC, dan sekarang masih membawa bingkisan pula…"


"Ah, ya… tidak apa-apa. Aku memang tidak keberatan jadi MC, toh semakin banyak pekerjaan semakin bagus. Hanya saja… asal kalian berdua bisa… sedikit menahan diri kalau bicara panjang lebar, ya?"


Baiklah, maafkan kami. Entah bisa atau tidak, tapi akan kucoba. Semampuku. Lalu Hotta-san menatap bergantian padaku dan Ranmu-senpai, kemudian berdeham kecil.


"Bagaimanapun juga──kalian berdua itu junior di agensi ini. Dan menurut caraku, aku menyayangi kalian juga… Jadi setelah kalian tampil di panggung besar seperti ini, wajar dong kalau aku ingin memberi selamat dengan benar!"


"Deru memang berhati hangat ya. Walau di 'Arisute' kamu menumpahkan minyak."


"Kurumin, jangan bilang hal-hal seperti itu!!"

"Ah, Hotta-san, wajah Anda memerah."


"Yuuna. Itu karena Hotta-san sedang malu. Beliau memang tipe orang yang tidak suka sisi itu terlihat, jadi sebaiknya jangan kamu ungkit."


"Ucapanmu justru lebih jahat, Ranmu!!"


"…Tentu saja, aku melakukannya dengan sadar."


"Aaaah, sudah cukup!!"


Hotta-san mengacak rambutnya sendiri dan membuang muka dengan kesal.


Maaf sekali karena beliau senior, tapi… sungguh menggemaskan. Sikap tsundere, marah-marah hanya untuk menutupi rasa malu──sempurna sekali. Seakan karakter moe sungguhan hidup di dunia nyata. Aku suka sekali, Hotta-san…


…Ah. Kalau bicara soal tsundere…kira-kira, Nayu-chan sedang menunggu dengan gembira di rumah, ya?


──Sejak SD, ia pernah mengalami masa sulit, baik di sekolah maupun di rumah. Aku juga sempat mengalami masa-masa tertutup saat SMP… jadi aku sedikit bisa mengerti.


Orang atau hal yang mendukungmu di saat-saat itu, akan terus tinggal di pusat hatimu selamanya. Seperti halnya di pusat hatiku ada "Shinigami-san yang jatuh cinta"──Yuu-kun.


Aku rasa, di pusat hati Nayu-chan, ada kenangan penting tentang Natal bersama keluarganya. Aku dan Isami juga akan ikut memeriahkannya sebagai keluarga. Kalau Isami berbuat ulah, aku pasti akan menegurnya dengan benar.


"…Ada apa, Yuuna? Dari tadi kamu terus melihat jam."


"Eh!? T-tidak, tidak ada apa-apa kok!"


Seperti yang kuduga, Ranmu-senpai benar-benar orang yang jeli. Tinggal satu jam lagi sebelum waktu janjian dengan Yuu-kun.


Hehehe… di kencan taman hiburan nanti, aku akan membuatnya deg-degan sampai lututnya lemas dengan hadiah yang sudah kupersiapkan, dan bersenang-senang sepuasnya! Lalu setelah pulang ke rumah──kami semua akan merayakan pesta Natal yang indah♪


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close