NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 6 Chapter 2

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 2 

【Tsun】

Sikap adik yang biasanya suka berkata pedas ini, entah kenapa jadi aneh

【Dere】


──Sejak Natal berakhir, sikap adikku jadi aneh. Misalnya, dua hari yang lalu.


"Hei, Nayu. Untuk makan malam ini, bagaimana kalau Yuuka yang──"


"Be… Berisik! Bakar saja Nii-san sampai matang!! Kepalanya dinyalakan, jadi Kepala Api sekalian, serius!"


Misalnya, kemarin.


"Heii, Nayu. Boleh nggak aku mandi dulu──"


"Pergi sana! Masukkan pengering rambut yang menyala ke dalam bak mandi sekalian, lalu jadilah kasusnya detektif terkenal, serius!"


…………Ya, sebenarnya Nayu memang sejak dulu suka ketus padaku. Tapi, masa sih sampai segitunya? 


Beberapa hari ini jawabannya makin berlebihan. Bahkan, tiap kali mata kami bertemu, dia akan berteriak "Cih cih!" seperti binatang liar dari Amazon lalu lari kabur.


Kalau biasanya Nayu itu tsun seratus persen, sekarang dia seratus persen penuh daya. Nayu mode penuh tenaga.


──Di sisi lain.

"Nayu-chan, lihat deh! Baju yang ditampilkan di acara ini lucu sekali!!"


"…Yuuka-chan lebih lucu."


"U-nya!? Tiba-tiba nempel gitu… aduh, Nayu-chan, kamu ini lucu banget sih!"


"N… Nayu-chan? Te,tenang ya? Menurutku Yuuka juga bakal terganggu kalau terlalu nempel, tahu!?"


"Nggak mau. Aku nggak akan lepas dari Yuuka-chan."


"Ka…wa…!! Hehehe… Nayu-chan, nempel lebih lama juga nggak apa-apa kok! Ihh. Isami tuh suka ngomong yang jahat-jahat."


"Guuuuuh…!!"


Pada Yuuka, dia malah menunjukkan sikap manja yang belum pernah ada sebelumnya. Akibatnya, “nyawa” Isami terkikis sedikit demi sedikit.


"…Kenapa, ya."


Melihat sikap Nayu seperti itu, aku bergumam tanpa bicara pada siapa pun. Natal sejak dulu memang jadi acara penting bagi keluarga Sakata.


Waktu Nayu masih SD, dia pernah terluka karena pertemanan dan jadi tak bisa pergi ke sekolah. Ibu kami yang bercerai dengan ayah, pergi meninggalkan rumah. Aku sendiri pernah ditolak Raimu, lalu gosipnya tersebar di seluruh kelas, membuatku jadi tidak percaya pada perempuan di dunia nyata.


──Banyak kejadian sepi yang kami alami. Karena itulah kami memutuskan untuk wajib merayakan Natal bersama keluarga.

Tapi tahun ini, Nayu berpikir dia tidak mau mengganggu aku dan Yuuka, jadi dia berusaha menahan diri sendiri──hingga terjadi sedikit keributan. Namun, berkat itu aku dan Nayu bisa saling bicara dengan jujur. Akhirnya, kami bisa menjadikan Natal kali ini sebagai Natal paling hangat dalam hidup kami.…………Padahal begitu.


"Yuuka-chan. Peluk."


"Kyaaa! Lucu sekali!! Hehehe… Nayu-chan, ini pelukan dari calon kakak ipar, ya!!"


"Iiih… Padahal adik kandung Yuuka itu aku…!!"


"Hei, Nayu. Jangan terlalu menguasai Yuuka terus, sesekali juga sama aku──"


"Be… berisik! Nii-san pergi sana!! Terbanglah sampai atmosfer, jadi meteor, lalu jatuh di tengah laut, serius!!"


Astaga… padahal waktu Natal dia sampai menangis dan terlihat lembut. Benar-benar sulit dimengerti perasaan adik yang sedang masa puber ini.



Begitulah, selama beberapa hari setelah Natal, kami berempat menghabiskan waktu santai bersama. Karena sebentar lagi sudah mendekati tahun baru, besok siang Nayu dan Isami dijadwalkan akan kembali ke tempat masing-masing.


"…Eh? Yuuka?"


Masih dengan perasaan tak enak soal Nayu, aku pun tertidur── mungkin tidurnya dangkal, jadi aku terbangun di tengah malam. Namun, sosok Yuuka yang seharusnya ada di sampingku tidak ada.


Apa ya… mungkin dia sedang bicara berdua dengan Isami sebelum Isami pulang ke rumah? Meski Yuuka sering marah dengan Isami yang suka mengusik, bagaimanapun mereka kakak beradik kandung. Pasti ada saja cerita yang ingin mereka bagi.


Ya sudahlah. Aku mau minum air lalu tidur lagi.


──Begitu pikirku saat keluar ke lorong. Dari arah kamar Nayu, terdengar suara tiga orang perempuan sedang berbicara.


"…Kenapa di kamar Nayu?"


Aku tahu ini tidak baik, tapi aku tanpa sadar memasang telinga.


"──Haaah. Aku ini memang bodoh ya."


"Kalau sampai dipikirin sedalam itu, mestinya dari awal kamu manja saja. Fufu… benar-benar deh, Nayu-chan ini anak kucing yang imut tapi sulit jujur ya?"


"Jangan sok ngomong begitu, Isami. Kamu sendiri juga, sok-sokan jadi laki-laki tampan, tapi malah nggak bisa dimanja sama Yuuka-chan."


"…Uuuuh."


"Hehe, ya ya Isami sini-sini. Nayu-chan juga sebenarnya sayang kok sama Isami."


Yuuka berkata lembut kepada Isami yang kalah berdebat dengan Nayu. Lalu Yuuka berkata dengan nada tenang:


"Jadi maksudnya, Nayu-chan itu senang bisa bicara jujur dengan Yuu-kun waktu Natal, kan? Makanya sebelum pulang, dia ingin dimanja oleh Yuu-kun."


"…Iya. Tapi karena hal seperti itu memalukan, makanya selama ini aku bersikap dingin pada Nii-san. Sekarang aku bahkan tidak tahu harus pasang wajah seperti apa…"


"Jadi karena kebingungan itu, beberapa hari ini kamu malah jadi makin tsundere. Ahaha, itu memang khas Nayu-chan, dan lucu, lho?"


"Diam."


──Ah, jadi begitu rupanya.


Kupikir karena dia sengaja menyerangku dengan tsun full power, maksudnya untuk menguras habis mentalku. Ternyata Nayu… tetap saja, memang susah jujur.


"Baik! Aku sudah cukup paham!!"


Sambil berdiri kaku di lorong, aku masih larut dalam perasaan haru. Dari dalam kamar Nayu, terdengar suara Yuuka yang penuh semangat.


"Serahkan saja pada kami, Nayu-chan! Selama ini kamu selalu mendukung aku dan Yuu-kun… jadi aku tidak mau kamu pulang dengan hati yang masih sepi. Karena itu──supaya Nayu-chan bisa manja pada Yuu-kun, kakak iparmu ini akan turun tangan!!"


Yuuka benar-benar serius bahkan untuk mengatasi masalah hati adik iparnya. Itu memang sisi baik dari Yuuka, menurutku.


Entah kenapa… perasaanku hanya dipenuhi firasat buruk.



Keesokan paginya, setelah tanpa sengaja mendengar obrolan gadis-gadis tengah malam itu. Aku dengan hati-hati membuka pintu ruang keluarga, hendak mengambil teh dari kulkas.


"Selamat pagi, Sakata-kun."


Yang sudah menunggu di sana adalah Watanae Yuuka. Rambut hitam panjangnya diikat kuncir kuda. Mengenakan blazer seragam sekolah. Lalu kacamata yang membuat tatapannya tampak lebih tajam.


Ya──di hadapanku berdiri Watanae Yuuka dalam wujud versi sekolahnya yang sempurna.


"…Ehm. Kenapa kamu dalam mode sekolah, Yuuka? Padahal ini hari libur di rumah."


"Karena sekarang ada pelajaran khusus. Sakata-kun, cepat duduk di tempatmu. Siswa lain sudah lama duduk, tahu?"


"Siswa lain… huh!?"


Sambil kebingungan, aku melirik ke arah meja makan──dan langsung nyaris menyemburkan tawa.


Entah kenapa kursinya sudah diatur ulang, tiga kursi berjajar menghadap meja makan. Dan di situ, ada dua orang “murid” yang sudah duduk rapi.…………Serius, apa-apaan ini?


"Halo, selamat pagi, Yuuichi-kun. Fufu… kalau kamu masih dengan wajah ngantuk begitu, gadis-gadis cantik akan kecewa padamu, lho?"


Salah satunya menoleh ke arahku sambil tersenyum segar. Padahal harusnya aku yang kecewa melihat ini semua. Rambut hitam panjang diikat ekor kuda di belakang kepala. Mengenakan lensa kontak biru. Dengan seragam laki-laki model gakuran yang entah dapat dari mana──itu tak lain adalah adik iparku, Watanae Isami, yang sedang cosplay jadi laki-laki.


"Sudah paham kan, Sakata-kun? Tempat ini sekarang bukan rumah── 

melainkan sekolah."


"Tidak paham sama sekali, lho… Jadi ini skenario komedi apa lagi?"


"Ahaha, jangan sebut komedi. Ini, benar──adalah pelajaran khusus tentang cinta."


Dengan wajah serius, kakak-beradik Watanae mengumumkan hal yang absurd seakan-akan itu wajar. Seperti yang kuduga, kalian berdua benar-benar mirip, ya.


"Ayo, kursimu ada di situ. Aku ingin segera memulai pelajaran── duduklah cepat."


"Yuuka jadi guru? Padahal tetap pakai seragam murid?"


Sudah tidak ada habisnya bahan untuk dikomentari, tapi kalau begini, aku tak punya pilihan selain ikut saja.


……Dan begitulah. Yuuka berdiri di meja makan yang seolah dijadikan meja guru. Aku duduk di kursi tengah dari tiga kursi berjajar itu. Di sisi kananku, ada Isami dengan senyum segarnya dalam balutan seragam gakuran. Dan di sisi kiriku──


"…Kamu juga ikut-ikutan, Nayu?"


"…I-ini sedang pelajaran. Kalau ribut, nanti dimarahi…"


Ucapan dingin full power yang kemarin itu entah ke mana. Dengan wajah malu-malu, yang menjawab itu──adikku sendiri, Nayu. Ia mengenakan seragam pelaut warna biru muda. Rok mini sebatas lutut. Stoking putih setinggi paha. Ditambah wig hitam panjang yang pernah dipakai saat Natal, dengan poni rata dan potongan samping lurus── benar-benar gaya hime cut.


Melihat penampilan Nayu yang sangat berbeda dari biasanya… aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku.


"Kalau begitu, mari kita mulai pelajarannya. Sakata-kun, Isami-kun, Nayu-san."


Mengabaikanku yang masih bingung, Yuuka mode sekolah berbicara datar tanpa ekspresi.


"Pelajaran hari ini bertema cinta. Pertama, silakan Isami-kun. Ungkapkan tentang cintamu."


"Baik, Yuuka-sensei. Aku mencintai Yuuka-sensei. Meski lebih tua, tapi banyak sisi cerobohnya, membuatku ingin melindungi… pesona kekanak-kanakan yang tak sesuai umur. Aku mencintaimu karena itu semua, fufu."


"Isami-kun, berdiri di lorong."


Benar-benar tanpa ampun.


Setelah beneran mengusir Isami ke lorong──Yuuka kembali ke meja guru.


"Baik, mari kita lanjutkan… Nayu-san."


"Y-ya…"


Dipanggil Yuuka, Nayu pun berdiri dengan kikuk. Rambut hitam panjangnya bergoyang lembut.


"Silakan, Nayu-san. Kamu boleh melihat catatan surat yang sudah disiapkan──ungkapkan cintamu."


"Nayu-chaaan! Semangat!!"

Entah kenapa dari lorong masih terdengar suara penyemangat.


Dengan suasana yang sulit dijelaskan, Nayu mengeluarkan selembar surat dari sakunya. Lalu setelah menarik napas dalam──ia mulai membacakan surat itu.


"Keren, baik hati, dan luar biasa. Satu-satunya di dunia ini. Surat ini──datang dari aku, yang sangat menyayangi Nii-san."


"Tunggu, tunggu!? Nayu, sadar nggak sih betapa memalukannya isi surat itu!?"


Isinya terlalu manis sampai aku sendiri merasa wajahku terbakar. Tapi Nayu, sambil bahunya gemetar, terus melanjutkan bacaannya.


"Sejak kecil, Nii-san selalu mendukungku, kan? Waktu aku menangis, Nii-san mau mendengarkan ceritaku. Nii-san terus menyemangatiku sampai aku bisa tersenyum lagi. Karena Nii-san terlalu baik… standar lelaki bagiku jadi amat tinggi, tahu?"


"Hiiii!? Gatal, gatal! Yuuka, ini penyiksaan macam apa!?"


"…Sensei hanya ingin memberi Nayu-san kesempatan untuk bisa manja padamu."


Ini bahkan sudah bukan sekadar soal manja atau tidak. Kandungan gulanya berlebihan, aku bisa pingsan rasanya.


"Maaf ya, beberapa hari kemarin aku malah jadi dingin karena malu? Dengan pakaian biasanya, aku nggak bisa bilang semua ini… jadi aku berdandan seperti dulu, supaya bisa menyampaikan perasaan. Nii-san… a-aku, sh-shuki."


"Jangan belepotan! Itu bagian paling penting, Nayu!!"


"Tidak apa-apa, Nayu-san. Justru kata shuki bisa lebih menyampaikan perasaan dibanding suki."


"B-begitu ya… sh-shuki. Nii-san, aku sangat shuki…"


Nasihat macam apa itu. 


Dengan wajah serius, apa sebenarnya yang dikatakan tunanganku ini? Tapi, kalau dibiarkan begini, ini berbahaya… otak kami berdua sebagai kakak-adik bisa benar-benar rusak total.


Dengan pertimbangan itu—aku meraih wig milik Nayu dan menariknya lepas dengan cepat.


"A… a-uh…"


Rambut pendek Nayu yang biasa pun kembali terlihat, dan bibirnya mulai bergetar hebat. Lalu, seakan tubuhnya dilanda demam tinggi, pipinya memerah sekali. Ujung matanya pun mulai dipenuhi air mata—


"Jangan dilepas wignya! Nii-san mesum, Bakaaaaaaa!!"



Setelah dimaki habis-habisan oleh Nayu—


Aku dan ketiga orang itu, yang kini sudah kembali ke pakaian biasa, berkumpul di sofa ruang keluarga.


"Yuuka. Tidak ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?"


"Eh-hehe. Nayu-chan bisa manja pada Yuu-kun, jadi usahaku tidak sia-sia!"


Aku pun menjewer pipi Yuuka yang tertawa polos itu. Wajahnya pun jadi ketarik panjang, barulah ia meminta maaf dengan suara cadel, "Iya, iya~".


Coba pikirkan juga perasaanku, dipaksa mendengar kata-kata penuh gula dari adikku sendiri… serius. Aku hanya bisa menghela napas panjang, lalu Isami tertawa kecil, tampak terhibur.

"Tapi kan, Nayu-chan. Bukankah bagus kamu bisa menyampaikan perasaanmu sebelum kembali ke luar negeri? Perasaanmu yang mencintai Yuu nii-san sampai tak tertahankan itu, aku yakin sudah tersampaikan dengan—"


"Diam! Serius deh!!"


Belum sempat selesai, Nayu sudah lebih dulu menginjak kaki Isami dengan keras. Sementara Isami berteriak kesakitan dan jongkok memegangi kakinya, Nayu bangkit dari sofa. Dengan wajah seakan siap menggigit, ia menatapku lurus dari depan.


"J-jangan salah paham, Nii-san! Aku itu! B-bukan!! Aku sama sekali tidak suka pada Nii-san!!"


"…Tapi tadi, bukankah kamu bilang 'Nii-san, Shuki'?"


"Diam!! Cih! Cih!!"


Saat kubalas dengan pernyataan yang masuk akal, dia malah menginjak kakiku dengan sungguh-sungguh.


Sungguh, adikku ini. Tidak rasional, sewenang-wenang, dan tidak pernah jujur.…Namun tetap saja, adik yang manis. Sungguh.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close