NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 5 Chapter 2

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 2 

【Dukungan】

Hasil dari semangat Yuuka si gadis pendiam di sekolah yang ingin membuat teman…


Libur pengganti setelah study tour telah berakhir, dan mulai hari ini kehidupan sekolah yang biasa kembali dimulai.…memikirkannya saja, aku tanpa sadar menghela napas.


Sekolah setelah liburan itu entah kenapa selalu terasa berat. Kalau bisa, aku ingin menghabiskan seluruh hidup di rumah saja, sambil main Arisute atau menonton anime.


“Yuu-kun, maaf menunggu—”


Ketika aku sedang tenggelam dalam pikiran tidak berguna di depan pintu rumah, Yuuka yang sudah siap berangkat sekolah menghampiriku dengan langkah cepat. Matanya terlihat sedikit sipit karena memakai kacamata. Rambut hitamnya diikat dengan gaya kuncir kuda. Dalam tampilan “mode sekolah” seperti itu, Yuuka mengibaskan rok seragamnya dan tersenyum ceria.


“Ehehe… berangkat sekolah bareng Yuu-kun♪ Rasanya deg-degan, soalnya sudah lama tidak berangkat sekolah seperti ini.”


“Aku juga ngerti, ngerti. Sekolah itu bikin malas banget, sampai jantung rasanya berdebar-debar.”


“Bukan begitu!? Maksudku, aku deg-degan karena bisa berangkat sekolah bersama Yuu-kun, jadi aku senang sekali!”


Yuuka menegaskan dengan nada serius, lalu sengaja manyunkan bibirnya.


“Ya ampun, Yuu-kun ini nggak ngerti sama sekali. Yuu-kun yang santai di rumah dan Yuu-kun yang rapi pakai seragam itu punya daya tarik yang berbeda, tahu? Ditambah lagi, ada sensasi sedikit ‘terlarang’ karena aku yang tahu perbedaan itu… ehehe, jadi deg-degannya dua kali lipat♪”


Eh, “perbedaan” katanya. Kalau hal sepele tentang diriku saja disebut perbedaan, maka perubahan Yuuka itu sudah level lain. Multiverse Yuuka. Di sekolah, ia adalah Watanae Yuuka yang pendiam dan kaku. Tapi di rumah, ia polos, ceria, dan manja sekali.


…Ya. Kalau soal sensasi “terlarang,” jelas-jelas aku yang merasakannya lebih kuat.


“Baiklah, kalau begitu ayo berangkat ke sekolah setelah sekian lama ini… siap, berangkat!”


Dan begitulah, aku ditarik oleh tangan Yuuka keluar dari rumah.


Tetap saja, berangkat sekolah setelah liburan tidak bikin semangat. Apalagi setelah kehangatan Okinawa, dinginnya musim dingin sekarang menusuk sampai ke tulang.


“Hei, Yuu-kun. Mulai hari ini… aku ingin mencoba lebih berusaha.”


Ketika aku sedang dipenuhi pikiran negatif, Yuuka berkata pelan, seakan berbicara pada dirinya sendiri.


“Karena aku payah dalam berkomunikasi… selama ini aku berusaha untuk tidak banyak bicara di sekolah, supaya tidak gagal. Tapi… aku ingin berubah. Aku ingin bisa lebih banyak berbicara dengan teman sekelas, dan menjalin hubungan baik dengan mereka.”

“…Kenapa?”


Aku tahu kalau Yuuka memang lemah dalam hal komunikasi, jadi ia memilih untuk jarang berbicara. Aku juga tahu kalau ia punya trauma soal pertemanan saat SMP dulu. 


Karena itu… meski aku paham keinginannya untuk berubah, meski aku mengerti perasaannya ingin berusaha menjalin hubungan baik dengan semua orang……kalau nanti ia terluka lagi, bagaimana? Memikirkan itu membuatku sulit berkata “baiklah” dengan jujur. Namun Yuuka melihatku, lalu tersenyum lembut.


“──Waktu study tour kemarin, aku sempat ngobrol sedikit dengan anak-anak yang sekamar. Lalu saat makan, aku juga sempat mengobrol sedikit dengan beberapa anak perempuan yang duduk di dekatku.”


Dengan nada lirih, seperti bernyanyi, Yuuka melanjutkan.


“Bukan hanya study tour yang jadi ‘terakhir’, kan? Pakai seragam, berkumpul di kelas dengan orang yang sama setiap hari, belajar bersama… itu hanya ada di masa SMA, bukan?”


“Yah, memang sih. Kalau kuliah suasananya beda.”


“Dan masa SMA itu tinggal setahun lebih sedikit. Kalau dipikir begitu… aku jadi ingin lebih akrab dengan orang lain juga, bukan cuma dengan Yuu-kun dan Momo-chan. Dan pada akhirnya… aku ingin bisa menghadapi hari kelulusan dengan senyum.”


Dengan ujung alis yang menurun, ia tersenyum sedikit malu, lalu sambil menatapku, menjulurkan lidah kecil-kecil.


“──Hehe, sok bijak ya? Padahal aku sadar kok kalau aku payah dalam komunikasi… jadi aku juga nggak tahu bisa berhasil atau tidak.”


“…Kamu bisa.”


“Eh?”


Sebelum sempat berpikir, aku langsung menjawab refleks. Lalu, menatap Yuuka yang bengong, aku menyampaikan perasaan yang muncul begitu saja.


“Kamu pasti bisa. Sama seperti waktu kamu berjuang keras di study tour dan instore live. Meskipun itu keinginan yang agak berlebihan, aku yakin kamu bisa mewujudkannya. Aku percaya, dan aku akan selalu… mendukungmu.”


“Yuu-kun…”


Dengan suara pelan, ia berbisik “terima kasih.” Lalu Yuuka menggenggam tanganku erat-erat.


Sampai kami keluar ke jalan besar, hanya ada sedikit waktu tersisa. Namun aku pun menggenggam balik tangan Yuuka dengan kuat.



“Eh… Yuu-chan keren banget, kan? Gila, kalau dengar cerita kayak gitu… aku bisa nangis terharu banget…”


Jam istirahat setelah pelajaran kedua. Aku menceritakan isi obrolan Yuuka tadi kepada Nihara-san… dan sepertinya itu langsung menyentuh hati gadis gyaru penggemar tokusatsu itu. Dengan rambut panjang cokelatnya yang bergoyang, ia menangkupkan tangan di depan dadanya yang terlalu besar, dan hampir meneteskan air mata.


“Berhasil mengatasi masa lalu, lalu mendapatkan keberanian, Yuu-chan berubah ke form baru! Eh, ini pasti form pertengahan, kan? Kalau gitu masih ada form terakhir buat klimaks nanti? Wah, itu bikin merinding banget sih.”

“Maaf, aku benar-benar tidak paham apa yang kau bicarakan.”


Mungkin maksudnya perumpamaan tokusatsu, tapi serius, otakku tidak bisa mengenalinya sebagai bahasa Jepang yang normal.


Dengan semangat macam apa sih, penggemar tokusatsu garis keras ini berbicara? Lalu, Nihara-san meletakkan tangannya di dagu, dan mulai menjelaskan dengan serius.


“Hmm, jadi begini. Watanae-chan di sekolah, itu ‘Form Tsuntsun’, kan? Terus, Watanae-chan di rumah itu ‘Form Manja’, dan Watanae-chan sebagai pengisi suara itu ‘Form Ceria’… intinya ada tiga form awal, gitu deh?”


“Dari premis awal saja, aku sudah tidak paham maksudnya, tahu?”


“Lalu, dengan mendapatkan kekuatan baru──Watanae-chan naik level ke form menengah yang merupakan peningkatan dari ketiganya! Lahirnya Watanae-chan yang baru, yang tidak tsuntsun di sekolah! Selamat ulang tahun!!”


“…Hei, Yuuichi. Nihara itu, sebenarnya kenapa sih ribut banget?”


Masa yang baru kembali dari toilet menatap Nihara-san dengan wajah heran, lalu bertanya padaku.


Yah, wajar saja kalau dia penasaran. Sayangnya, aku pun tidak benar-benar mengerti.


“Eh tapi, Yuuichi. Watanae hari ini… rasanya agak beda, ya?”


“Eh?”


“Oh!?”


Komentar sepele dari Masa itu membuat aku dan Nihara-san bereaksi bersamaan. Mungkin karena respons kami lebih heboh dari perkiraan, Masa jadi agak bingung melanjutkan.


“Maksudku… tadi aku lihat, waktu sekelompok siswi ribut-ribut di lorong, tiba-tiba Watanae-san masuk ke lingkaran mereka gitu. Biasanya Watanae-san nggak pernah melakukan hal seperti itu, kan?”


“Oke, Sakata! Ayo kita ke sana!!”


“Eh? Ta-tunggu dulu, Nihara-sa──”


Kata-kataku diabaikan total. Nihara-san mencengkeram tengkukku, lalu menyeretku begitu saja keluar ke lorong. Dan di sana memang ada, seperti yang Masa katakan──Yuuka, yang sedang berada di tengah lingkaran siswi lain.


“Ah. Umm, Watanae-san… ada perlu sesuatu?”


“Apa kami tadi ada melakukan hal yang menyinggung perasaanmu?”


Tiga siswi itu berbicara hati-hati, agak ketakutan. Sementara itu, Yuuka menatap mereka dengan wajah datar seperti biasanya.


Ia menyesuaikan kacamatanya sedikit──lalu dengan tenang berkata:


“Saya, Watanae Yuuka. Berkacamata.”


“…Hah?”


Tiga siswi itu mengeluarkan suara aneh bersamaan.


Ya. Wajar saja mereka begitu. Dalam hati, aku juga mengeluarkan suara yang sama.


“E-ehm… kami tahu kok, kalau namamu Watanae Yuuka. Kita kan sekelas.”


“Ah… t-terima kasih banyak sudah mengenal saya. Suatu kehormatan besar, sungguh berbahagia sekali.”


“Kenapa tiba-tiba jadi samurai!?”


“Eh!? B-bukan samurai, kok… aku Watanae Yuuka, siswi SMA. Gadis biasa yang ada di mana-mana.”


“Kok sekarang malah kayak karakter shoujo manga!? Watanae-san, ada apa denganmu!?”


Ketiga siswi itu tampak sangat kebingungan. Tidak heran juga sih, karena Yuuka sedang kalap habis-habisan.


──Aku ingin bisa lebih akrab dengan orang lain, bukan hanya dengan Yuu-kun dan Momo-chan.

──Dan pada akhirnya… aku ingin menghadapi hari kelulusan dengan senyum.


Sesuai dengan kata-kata yang ia ucapkan pagi ini──sekarang Yuuka sedang berusaha keras, dengan sepenuh tenaga. Meskipun terlihat jelas kalau usahanya cukup berantakan. Tetapi, itu cara Yuuka untuk berusaha berubah… dan ia sedang berjuang sekuat tenaga.


“Hey, Sakata. Jangan bengong aja, ayo kita bantu Yuu-chan bareng-bareng?”


“Tidak… Nihara-san, bisakah kita biarkan Yuuka dulu sebentar? Kita cukup mengawasinya.”


──Soalnya, memberi bantuan bukanlah satu-satunya wujud dari ‘suami istri’, kan?

Waktu festival budaya, ketika Yuuka sedang kesulitan, aku sempat berkata begitu pada Isami yang ingin buru-buru menolongnya. Dan sekarang, aku merasa sama persis seperti waktu itu.


Festival budaya, study tour, juga instore live. Yuuka selalu berusaha sekuat tenaga. Karena itu, aku akan mendukungnya sepenuhnya. Bukan untuk menggantikan dirinya, tapi untuk terus berlari di sisinya sampai akhir. Karena aku merasa… itulah arti sebenarnya dari ‘suami istri’.


“…Sakata, belakangan ini ekspresimu jadi bagus banget, ya.”


Nihara-san tersenyum menggoda sambil menepuk bahuku ringan.


“Soalnya aku tahu, lho. Aku kenal Sakata sejak SMP… aku sering kepikiran, ‘kenapa sih dia nggak coba tertawa seperti dulu lagi?’ Soalnya melihatmu murung setiap hari gara-gara masih terbebani soal Raimu, aku tuh nggak suka. Aku ini tipe kakak yang suka ikut campur, tahu.”


“Tapi kan kita seumuran… Jadi maksudmu sekarang, menurutmu aku sudah bisa tertawa lagi seperti dulu?”


“Hmm, bukan. Jauh berbeda dengan dulu. Tapi… menurutku,senyummu sekarang jauh lebih bagus.”


Dengan gaya bercanda, ia mengedipkan sebelah mata. Lalu Nihara-san menyipitkan mata, dan tersenyum lebar padaku.


“Begitu ya… terima kasih, Nihara-san.”


Ditolak oleh Nonohana Raimu, jadi bahan gosip sekelas, dan habis-habisan diejek──itu masa lalu yang kelam. Sejak saat itu, aku bersumpah untuk tidak lagi terlibat terlalu dalam dengan dunia tiga dimensi. Tapi sejak mulai tinggal bersama Yuuka di bawah satu atap.

Menjalani hari-hari penuh keributan yang tidak pernah membosankan.

Aku merasa bukan hanya Yuuka yang berubah──tapi aku sendiri pun, mungkin sudah sedikit berubah.


“Eh, ehm! Maaf… aku jadi aneh tiba-tiba menimpali kalian begitu. Cuma, kalian terlihat sangat seru mengobrol… jadi aku penasaran, sedang membicarakan apa.”


Dengan suara sedikit lebih keras daripada biasanya──Yuuka pun berkata demikian.


Ya. Akhirnya memang agak mengecil di ujungnya, tapi…kamu sudah berusaha keras, Yuuka.


"...Pfft! Ahahaha!! Aku kira ada apa tadi, ternyata cuma formal sekali begitu."


Salah satu siswi terbahak melihat Yuuka yang tampak sampai menimbulkan rasa tegang. Terbawa suasana, dua siswi lainnya pun ikut tersenyum.


"Tapi ya, waktu perjalanan sekolah juga aku sempat kepikiran… Watanae-san itu sebenarnya cukup lucu, ya?"


"Eh!? Tidak, saya tidak lucu sama sekali."


"Eh, apa-apaan sih, kenapa jawabnya kayak robot begitu? Justru itu yang bikin aku tertawa, tahu nggak!"


"Omong-omong, Watanae-san! Anak ini, waktu perjalanan sekolah, dapat hadiah dari pacarnya, dan hadiahnya itu… pare, lho! Gimana coba? Pare, bayangin!?"


"Aduh, jangan diungkit lagi dong! Nggak masalah kan? Kalau dari orang yang kita suka, meski pare sekalipun, tetap bikin senang, tahu!"


Jujur saja, senyuman Yuuka memang terlihat sangat kaku. Tapi sebisa mungkin, ia mencoba masuk dalam lingkaran para siswi sekelas, ikut berbincang dengan mereka.


"Tuh kan, Yuuichi, Nihara! Gimana? Watanae-san kelihatan beda dari biasanya, kan!?"


"Kurai, ribut banget. Bikin fokus buyar."


"Hah? Maksudnya apa tuh!? Buyar fokus gimana, coba—"


Belum sempat melanjutkan, Masa rupanya sadar kalau Nihara-san sedang memancarkan aura "diam" yang belum pernah ia keluarkan sebelumnya. Akhirnya, ia buru-buru bersembunyi di belakangku.


"...Yuuichi. Kenapa sih Nihara marah begitu? Aku ada bilang yang aneh-aneh, ya?"


"Bukan, cuma waktunya aja yang jelek. Sama aja kayak kalau kamu lagi serius nonton video konser Ranmu-chan, terus tiba-tiba orang tua kamu nyapa, pasti kesal kan?"


"Ya sih, tapi… perbandingan macam apa itu?"


Masa benar-benar tidak paham, hanya menggaruk kepala. Lalu, dengan nada seolah sedang merenung, ia bergumam pelan:


"Tapi benar juga ya… Watanae-san sekarang rasanya lebih… lembut dibanding dulu."


Jalan yang harus Yuuka tempuh untuk mencapai kehidupan SMA yang ia harapkan mungkin masih panjang. Tapi kalau sedikit demi sedikit, kesehariannya bisa terasa lebih menyenangkan… aku merasa senang karenanya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close