NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ojou-sama Zunosen 〜 Ojou-sama wa Zuno Gemu no Kanzen Shori o Goshomo desu 〜 Volume 1 Chapter 2

 Penerjemah: Amur

Proffreader: Amur


Chapter 2

Jika Kemenangan Bisa Dibeli dengan Uang


Burung-burung berkicau. Cahaya menyilaukan masuk dari jendela besar yang agak berdebu. Aku merasa sedikit cemas melihat betapa tingginya langit-langit saat pertama kali membuka mata.

Pagi yang sunyi. Tidak terdengar suara gesekan rel kereta. Tidak ada suara knalpot mobil, maupun aktivitas manusia.

Hanya suara mesin pembersih udara yang terdengar samar.

“Tapi... aku tidak bisa tidur.”

Tanpa kusadari, pagi telah tiba. Pukul tujuh pagi.

Sudah satu hari lebih sejak aku “dibeli” oleh Harune.

Aku—Isago Hayato, sepertinya akan bekerja sebagai butler khusus untuk Kijou Harune.

Dan yang lebih mengejutkan, sepertinya aku akan pindah ke sekolah khusus putri...

—Apa-apaan ini, pikirku.

“Di SMA Setsuka, aturannya hanya nona dan pelayannya yang bisa ikut Accord,” kemarin Harune menjelaskan.

“Seperti yang kau tahu, Accord adalah game untuk mengukur bakat calon presiden direktur berikutnya. Yang bisa ikut hanya terbatas pada presiden direktur dan pelayan pilihannya. Perekrutan butler dan maid seperti apa juga menjadi penilaian. Tentu saja, pelayannya terbatas pada siswa SMA Setsuka.”

“Lalu aku... ke sekolah khusus putri?”

“Iya. Banyak juga siswa yang bersekolah sebagai butler. Ada juga kelas khusus untuk pelayan.”

Berkat kekuatan ajaib Harune, prosedur pindah sekolah selesai dalam sekejap, dan sebagai bonus prosedur pindah tempat tinggal juga sudah ditangani oleh para pelayan berkemeja hitam. Apartemen jelek yang dulu kutinggali adalah milik keluarga Feekley.

Aku diusir hanya dengan membawa satu set pakaian ganti, dan harus tinggal serta bekerja di rumah Harune—itulah rangkuman yang terjadi kemarin.

“Terlalu banyak elemen...”

Aku memegangi kepala, tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Aku bangun dari tempat tidur yang terasa terlalu luas untuk satu orang. Tentu saja apartemen jelek tempat tinggalku dulu tidak memiliki fasilitas mewah seperti ini.

Rumah Harune adalah sebuah rumah mewah.

Benar-benar cocok dengan istilah ‘rumah besar’, sebuah rumah bergaya Barat modern. Setiap ruangannya lapang dan dipisahkan berdasarkan fungsinya.

Misalnya, yang kutiduri sekarang adalah ‘ruang tamu’. Menyusuri koridor panjang, ada ‘ruang makan’, ‘pemandian’, ‘ruang boiler’, ‘perpustakaan’, ‘ruang linen’, ‘ruang musik’, dan masih banyak lagi, terlalu banyak untuk disebutkan.

Meski jumlah ruangannya banyak, rumah besar ini sepi tidak berpenghuni.

Di salah satu ruangan, ‘ruang ganti’, tersedia banyak sekali setelan tuksedo dan seragam maid. Kuambil satu set di antaranya dan kukenakan. Saat kulihat diriku di cermin, tak kusangka cocok.

“Lumayan.”

“Nn... Lagi apa, Hayato?”

Gacha, pintu terbuka. Harune yang masih mengenakan nightgown masuk sambil mengucek matanya.

“Mulai hari ini aku jadi butler, setidaknya penampilanku harus rapi.”

“Memang sih... Tapi kamu cukup jadi butler saat ada Accord saja. Aku tidak meminta pelayanan kok. Butler formal saja sudah cukup.”

“Ah, tidak bisa begitu. Aku dipekerjakan sebagai butler, jika ada yang nona inginkan, silakan katakan. Jika itu perintah nona, aku juga akan mengenakan seragam maid.”

Kusampaikan pada Harune dengan mata yang sedikit berbinar. Aku sudah “dibeli” oleh Harune, bagaimanapun juga tidak mungkin aku menolak.

“Jijik juga kalau kau yang menawarkan diri... Memang aku sempat berpikir untuk menyuruhmu memakainya.”

Mungkin karena baru bangun tidur, kurasa Harune benar-benar jijik. Wajahnya agak menyeringai.

“Kalau begitu... perintah dari nona. Hayato adalah temanku. Bahasa hormat tetap dilarang seperti sebelumnya, menghormati juga dilarang.”

“Jika nona berkata begitu...”

“Pemanggilan ‘nona’ juga dilarang! Kemarin aku tidak bilang begitu!”

Harune marah sembari cemberut.

“Ya soalnya kemarin yang melarang adalah klien ‘tukang serabutan’... Lagipula, aura nona-nya juga tidak terlalu terasa.”

“Kenapa... Padahal seharusnya aura bangsawanku selalu terpancar...”

“Karena kau bilang begitu.”

Jujur, bahkan sekarang saat berbicara dengan Harune, aku hampir lupa bahwa dia adalah seorang nona.

Saat diam berdiri saja, seharusnya dia memiliki aura bangsawan.

“Memang aku ‘membeli’ Hayato, tapi itu karena kupikir Hayato akan menolongku. Bukan berarti aku ingin menjadikanmu pelayan. Bukan atasan-bawahan, tapi hubungan yang setara, dengan kata lain teman. Oke?”

Oke oke, jawabku berusaha mendinginkan Harune yang sedang bersemangat.

“Bagiku, Hayato adalah tamu sih. Tapi perusahaan kami bisa bangkrut atau tidak tergantung usaha Hayato.”

“Jangan jalankan bisnis yang bisa bangkrut hanya karena usahaku.”

“Ya, itu juga benar. Tapi, yang sudah terjadi tidak bisa diubah. Hayato, mulai hari ini berusahalah yang baik.”

“Baiklah. —Lalu, apa yang harus kulakukan?”

“Pertama, kita harus menang dalam Accord yang ditantangkan oleh Inoue-san.”

Harune membuka loker dan mengeluarkan celemek yang sedikit benangnya terlepas sambil berkata.

“Accord akan dimulai dari pagi ini. Hati-hati jangan sampai terlambat.”

“Pagi ini... Tiba-tiba sekali?”

“Tantangan perangnya sudah disampaikan empat hari lalu. Ini persiapan tercepat yang bisa kulakukan.”

Menghitung dengan jari, Harune bergumam mengeluh.

“Berkat kedatangan Hayato, persiapan Accord akhirnya selesai. Selama ini sangat sulit, tahu? Perusahaan sudah di ujung tanduk, hampir bangkrut.”

“Tapi tidak terlihat sih... Kemarin saja kau membayar sepuluh miliar yen sekaligus.”

“Coba pikir lagi, hal seperti itu tidak akan terjadi kecuali dalam keadaan darurat.”

Setelah dikatakan, memang benar begitu. Atas keputusan Harune sendiri, menggunakan uang perusahaan tanpa melalui rapat—setidaknya pasti melanggar beberapa aturan dan hukum.

“Justru, jika kalah dalam Accord hari ini, Kijou HD Holdings akan bangkrut. Jadi, ayo berusaha!”

Sambil tersenyum, Harune menggenggam tanganku. Kumohon jangan katakan hal yang membuat pusing sambil tersenyum.

“... Tunggu dulu—Bangkrut jika kalah dalam Accord hari ini?”

“Akan diambil alih, mungkin. Mirip-mirip lah.”

“Tunggu dulu... Aku tidak dengar soal itu!?”

“Kan sudah kukatakan, aku butuh pertolongan.”

Memang dia bilang begitu, tapi sepertinya aku tidak mendengar itu. Daya tampung kata-kata juga ada batasnya.

Jika kalah di sini, aku tidak bisa membalas budi Harune.

“Tapi itu kan urusan setengah tahun atau setahun!? Bangkrut sehari setelahnya, apa-apaan itu!?”

“Bangkrut maupun pengambilalihan, hanya nama lain dari pernyataan kekalahan. Perusahaan sudah lama tidak berfungsi. Kinerjanya menurun, ada banyak masalah dengan bisnis hiburan yang baru dimulai. Ditambah lagi terungkapnya penggelapan, gangguan dari pesaing, perekrutan paksa. Lalu bank mulai enggan meminjamkan uang...”

Seolah lapisan emas organisasi itu terkelupas satu per satu.

“Karena itu, sebagai calon presiden direktur, aku harus menunjukkan kemampuanku dalam Accord. Putri satu-satunya Kijou HD memiliki bakat sehebat ini.”

“Isinya sudah compang-camping, butuh waktu untuk membenahinya.”

“Benar. Hanya saja, masalah datang bertubi-tubi, jika ada sedikit lebih waktu pasti bisa diatasi. Staf akuntansi juga bilang pendapatannya sendiri tidak masalah. Tapi, jika ayah memutuskan untuk menghancurkan perusahaan, ya sudah. Tapi... aku tidak mau itu.”

Kata-katanya penuh semangat. Andai penampilannya bukan nightgown, pasti akan lebih meyakinkan.

“Jika kalah sekali saja dalam Accord yang akan kita hadapi, perusahaan kami tidak punya tenaga untuk bertarung lagi. Jadi, akan ditelan dan berakhir. Sudah dalam situasi ‘silakan bangkrutkan atau ambil alih sesukanya’. Jika Hayato yang jadi presiden direktur, dan ada perusahaan dalam kondisi seperti ini di depanmu, apa yang akan kau lakukan?”

“Jika masih menguntungkan, tanpa pikir panjang akan kutelan.”

“Sekarang kita dalam situasi terjepit. Jika menolak Accord, justru tatapan investor luar akan semakin menyakitkan. Jika modal yang ada sekarang ditarik, itu akan fatal bagi perusahaan. Jadi tidak bisa ditolak.”

“Lalu kenapa membayar sepuluh miliar yen dalam kondisi seperti itu...”

“Jika perusahaan bangkrut, utang satu miliar atau sepuluh miliar sama saja. Selanjutnya tinggal masalah berapa sisa uang di perusahaan. Lagipula, jika tidak mempekerjakan Hayato, pertarungan yang bagaimanapun juga akan kalah.”

“Tapi itu, bahkan jika menang dalam Accord hari ini, bukannya akan bermasalah juga...”

Saat akan berkata bahwa di masa depan akan terus ditantang Accord—aku menyadari.

Bahwa selama ini Harune telah bertarung dalam lingkungan seperti itu.

“Meski begitu, masih lebih baik daripada perusahaan bangkrut hari ini.”

Memakai celemek di atas nightgown, Harune mengikat talinya di belakang leher. Tanganku masih terhenti mengancingkan kemeja.

“Ya, tentu saja kebangkrutan mungkin dipercepat sekitar tiga bulan. Mungkin sekarang staf akuntansi sedang menangis setelah mengetahuinya.”

“Sungguh sangat merepotkan...”

“Jika perusahaan bangkrut, tidak bisa menangis lagi. Sekarang masih lebih bahagia.”

Mata Harune yang terpantul di cermin tampak tegas.

Meski bicara dengan nada santai, sepertinya di dalam hati Harune sudah menerima semuanya.

“Pembicaraan suram sampai di sini. Kemarin Hayato sudah membuat makan malam, jadi pagi ini aku yang masak. Hayato tunggu di ruang makan setelah siap. Yah... tunggu saja dengan antusias!”

Harune menggulung lengan nightgownnya, berusaha menunjukkan otot lengan... tapi yang terlihat hanya lengan putih yang kurus.

“Harune bisa masak juga ya...”

“Tentu saja bisa!? Jangan meremehkan skill nona-ku! Sejak mulai hidup sendiri, aku tidak pernah melewatkan hidangan lengkap!”

Ya, Harune tinggal sendirian di sini.

Saat pertama kali diantar ke rumah besar yang gelap ini, aku sempat bingung—tapi setelah mendengar ceritanya tadi, aku jadi paham. Banyaknya tuksedo dan seragam maid yang tersisa di sini mungkin adalah peninggalan masa kejayaan Kijou HD dulu.

“Bukannya hidup sendirian, kan?”

“Itu... berarti seperti bilang kalau aku sudah ada di sini?”

“Ada ayahmu kan, si presiden direktur itu.”

Perwakilan direktur Kijou HD, Kijou Yuuichirou. Katanya Harune tinggal berdua dengan ayahnya.

“Ada sih... tapi dia selalu terlihat sibuk—dan sudah lama tidak pulang. Sejak kakek menghilang, rasanya seperti hidup sendirian.”

“Maaf, aku bertanya hal aneh...”

“Aku sudah terbiasa, tidak usah dipikirkan. Ayah tidak pulang itu hal biasa.”

Saat perusahaan di ambang kehancuran seperti sekarang, mungkin ini masa tersibuk. Mungkin dia menginap di hotel dekat perusahaan.

Punggung Harune yang keluar ruangan terlihat agak sepi—mungkin bukan hanya bayanganku saja.

“Eh... Siapa ini?”

Saat kubuka pintu ruang makan, ada gadis tak dikenal di sana.

Kukira dia maid yang tinggal di rumah ini untuk melayani Harune, tapi dia mengenakan seragam putih yang sama dengan Harune.

Tapi, rambut pirang mencolok, kuku pink tebal, panjang rok pas-pasan sampai nyaris tidak terlihat celananya, lipstik pink tipis. Dia memakai kaus kaki pendek yang memperlihatkan kaki putih rampingnya yang indah—darinya tidak terasa sedikitpun aura nona seperti yang Harune punya.

Gadis berambut pirang itu membuka mulutnya sambil gemetaran saat menatapku. Ekspresinya yang dipenuhi ketakutan seolah-olah sebentar lagi akan berteriak... aku mengangkat kedua tangan agar tidak menstimulasinya.

“Pe, PENGINTRUS ada di sini—!!”

Gadis berambut pirang itu mulai menangis histeris, mengambil pisau mentega yang sudah disiapkan di dekatnya, dan menjauh dariku.

“Ah, kenapa harus aku yang selalu dapat peran seperti ini...! Aku cuma datang untuk menjemput Seine-chii... sekalian minta makan pagi...”

Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dia bergumam pelan dengan suara kecil, lalu mengambil niat.

“—Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Seine-chii bahkan satu jari pun!!”

“Bahaya!”

Menghindari serangan penuh tenaga, aku memantulkan pisau mentega itu. Lebih mirip pukulan daripada tusukan. Dengan suara klang, pisau itu jatuh berguling di lantai. Bersamaan dengan itu, aku ditackle dan jatuh terbanting ke lantai.

“Tadi ada suara keras, apa tidak apa-apa?”

Terdengar suara Harune membuka pintu. Sekarang gadis berambut pirang itu sedang menunggangiku.

“Sama sekali tidak apa-apa...”

“Seine-chii... seratus banding satu!!”

Ah—, Harune menghela napas ringan.

“Untuk sementara, mari kita makan pagi dulu.”

Dia berbalik untuk kembali ke dapur setelah menilai tidak ada masalah—tapi dihentikan oleh aku dan gadis berambut pirang berdua. Jangan diabaikan begitu saja.

“Sungguh maaf! Aku tidak tahu Seine-chii mempekerjakan butler baru!”

Pan, gadis itu menyatukan tangannya dan meminta maaf padaku.

Kami duduk berdekatan di sudut meja besar. Harune di kursi ulang tahun, lalu berhadapan dengannya ada aku dan gadis berambut pirang.

Di atas meja tersaji ikan salmon grill, lalu nasi putih, asinan sayur, takuan, nikujaga, dan sup miso. Aku terkejut dengan skill memasaknya yang tinggi, tapi tidak ada yang menyentuh soal itu.

“Sudah kubilang kan? Aku akan mencari orang yang bersinar kira☆.”

“Kamu ngerti perasaan sahabat yang cuma dikasih tau segitu terus tiba-tiba bolos sekolah, dan sama sekali tidak bisa dihubungi!? Hah!”

“Maafkan aku...”

Harune yang dimarahi dengan amarah menggelegar hanya bisa meringkuk dan meminta maaf.

“Katakan keperluannya sampai selesai! Cek teleponmu!”

“Sabar-sabar, nona juga tidak bermaksud buruk...”

Kupikir lebih baik bersikap sopan karena ada nona lain di sini, tapi kakiku ditendang sekuat tenaga oleh Harune. Sakit.

“Tadi sudah kubilang, jangan perlakukan aku seperti nona...”

“Orang seperti ini tidak boleh dibiarkan! Butler-kun juga jangan terlalu memanjakan Harune!”

Kedua nona ini menegurku dengan alasan yang berbeda. Apa yang harus kulakukan?

“Ehm, maaf tentang tadi. Aku Tsukimiri Rei. Orangtuaku punya perusahaan IT venture ‘Otukimi’, satu kelas dengan Seine-chii... dan mungkin berteman?”

Dengan tanda tanya di belakang, Tsukimiri memperkenalkan diri.

Nama perusahaan IT venture ‘Otukimi’ terdengar familiar. Perusahaan baru yang gencar mempromosikan cloud sourcing dan transformasi digital.

“Aku Isago Hayato. Teman baru... ehm, Harune. Salam kenal.”

Merasakan pandangan Harune, aku berhenti menyebut diri sebagai butler. Harune mengangguk puas. Sementara itu, “Heh-heh!!” Tsukimiri bersemangat dengan wajah bergairah.


“Tapi, aku belum dengar kabarnya! Seine-cchi baru saja membentuk aliansi ‘tidak butuh butler’ bersamaku! Sudah mau berkhianat!?”

“Hayato hanya teman biasa. Dia bukan butler.”

“Itu sama dengan alasan ‘dia hanya rekan kerja biasa’ saat berselingkuh. Memanggilnya ke rumah saja sudah berarti berselingkuh! Rekan kerja biasa tidak dipanggil ke rumah! Dia jelas-jelas butler!”

Tidak seperti Harune, Tsukimiri terkesan lebih duniawi. Mungkin karena perbandingan dengan Harune di sampingnya.

“... Jadi, berapa harganya?”

Sambil menyandarkan siku di meja, Tsukimiri menunjuk dan memusatkan perhatian padaku. Lalu, sambil menempelkan jari telunjuknya dengan lembut pada tangan kananku yang memegang sumpit, dia bertanya dengan suara kecil “Hei, berapa? Dibayar berapa per bulan?”, saat itulah tangannya ditepuk oleh Harune.

“Awas, tidak pantas menanyakan gaji pelayan.”

“Gapapa kan! Itu uang perusahaan kan? Biaya operasional♪”

Puni puni, Tsukimiri mencolek pipi Harune dengan jarinya. Harune tampak sudah terbiasa dengan tingkahnya dan tidak bereaksi berlebihan.

“Sepuluh miliar yen. Kami melunasi hutang yang dia tanggung.”

“Sepuluh miliaaar!? Sepuluh... miliar? Itu jumlah yang tidak bisa kubayangkan... satu, sepuluh, seratus, seribu, sepuluh ribu, seratus ribu, satu juta, sepuluh juta, seratus juta, satu miliar, sepuluh miliar... itu dua juta kali uang jajanku! Seine-cchi, oh iya ya, kamu memang nona bangsawan sungguhan...!”

Meski menghitung dengan jari sambil wajah melongo, perhitungannya ternyata sangat cepat. Rambut pirang bergelombang Tsukimiri yang lembut bergoyang.

Di samping Tsukimiri yang terkejut dua kali lipat, aku merasa lega bahwa inilah rasanya pemahaman uang yang normal.

“Rei mau ‘dibeli’ juga? Aku akan membeli hidupmu dengan sepuluh miliar. Sebagai gantinya, kau harus menuruti perkataanku seumur hidup.”

“Itu setan! Sama saja dengan bajak laut abad pertengahan! ... Turut berduka cita.”

Setelah menyela, dia membungkuk padaku. Aku dibuatnya melihat mata yang sangat menggemaskan. Jangan-jangan majikanku ini monster?

“Katanya kamu memecat semua orang di rumah ini karena tidak ada uang—tapi dari mana datangnya sepuluh miliar itu!?”

“Barusan kamu sendiri yang bilang. Itu biaya perusahaan. Uang yang bisa kugunakan sesukaku hampir tidak ada.”

“Eh... benarkah? Maaf... kalau benar-benar butuh, akan kupinjamkan?”

Tampaknya Tsukimiri benar-benar memikirkan Harune.

Sambil melihat Harune dari bawah, Tsukimiri memasukkan tangannya ke dalam tas. Dari dalam ransel trendy yang tidak kupahami, terdengar suara benda kecil bergesekan.

Padahal sebentar lagi akan ke sekolah, jelas suara itu bukan dari buku pelajaran.

“Aku senang mendengarnya. Berapa yang mau kau pinjamkan?”

“Eh... um, tiga puluh ribu yen!”

“Itu uang jajan enam bulan. Kau lebih bersemangat daripada memberi cincin tunangan.”

“Karena... kita sahabat...”

Tsukimiri yang secara sukarela meningkatkan statusnya menjadi sahabat, mengeluarkan dompet panjang biru muda dengan gantungan kunci yang bergemerincing.

Dari dalamnya, dia mengulurkan kartu perak pada Harune. Kartu kredit. Kukira semua nona bangsawan memegang kartu hitam. Anak ini uang jajannya hanya lima ribu yen per bulan...?

“Bercanda. Hatiku tidak sampai jatuh untuk meminta uang dari sahabat.”

“Seine-cchi...!”

Nona bergaya gal itu menatap Harune dengan mata berkaca-kaca. Dia terlalu mudah ditipu sampai aku agak khawatir dengan masa depannya. Sebagai catatan, menurut standar Harune, hatiku sudah jatuh.

“Jadi, berapa uang yang bisa Harune gunakan dengan bebas sekarang?”

“Tidak banyak... mungkin sekitar seratus juta yen, tabungan berharganya?”

“Itu pun dua puluh ribu kali uang jajanku! Grr, dasar nona bangsawan sungguhan!”

Keh! Si nona gadungan Tsukimiri mengumpat dengan berlebihan.

Tapi tetap saja punya sisa seratus juta yen, memang layak disebut nona bangsawan.

“Oh ya, ini juga akan kuberikan pada Hayato.”

Bubub—! Tsukimiri secara komedis menyemburkan sup miso. Aku segera membersihkan meja dengan lap dan memberikan saputangan pada Tsukimiri.

“Ah, makasih saputangannya... bukan itu! Seine-cchi! Tidak boleh memberikan seratus juta yen dengan mudah pada orang yang baru kemarin ditemui!”

“Benarkah? Akan lebih berguna di tangannya daripada di tanganku.”

Melalui pernyataan bombastis Harune, Tsukimiri mengguncang-guncang bahu Harune.

“Hei... Butler-kun, apa Seine tidak apa-apa!?”

“Tidak... jelas tidak apa-apa.”

“Kenapa kau sedikit tenang!?”

Meski ditanya kenapa... jumlahnya terlalu besar sampai aku berhenti terkejut.

“Seratus juta yen ada di brankas di sana. Uang baru semua.”

Harune menunjuk brankas yang terletak di sudut ruang tamu. Kuharap disimpan di tempat yang lebih aman.

“Jika butuh, gunakan dari sana. Selain itu, tidak ada uang lebih.”

“Uang sepuluh miliar yen itu juga diambil dari perusahaan tanpa izin...”

Dia membayar sepuluh miliar yen dengan risiko memperpendek umur, mustahil Harune masih punya sisa uang.

“Mas... Butler-kun sampai dipekerjakan dengan bayaran sepuluh miliar yen~?”

“Iya. Mata estetikku berkata begitu.”

“... Lebih tepatnya, rasanya aku yang dipaksa dipekerjakan.”

Meski kupikir sendiri—apa maksudnya dipaksa dipekerjakan padahal hutangku sepuluh miliar yen dilunasi—nyatanya hanya itu yang bisa kukatakan.

“Apa yang terjadi, hei ceritakan!” karena terus didesak Tsukimiri, Harune akhirnya menyerah dan menceritakan rangkuman kejadian beberapa hari lalu.

“Seine-cchi... menang melalui game!?”

“Apa itu mengejutkan? Jujur, aku kalah telak... Harune, sebenarnya kamu sangat jago game, kan?”

Aku bertanya pada Harune. Aku tidak percaya kalau Harune lemah dalam game.

“Kenapa kamu berpikir begitu?”

“Suit itu. Tidak masuk akal kalau seseorang yang bisa membaca orang sejitu itu ternyata lemah dalam game.”

“Aku senang kamu menilaiku tinggi—tapi aku benar-benar lemah.”

Benarkah? Kulihat Tsukimiri, dan dia mengangguk.

“Seine-cchi memang lemah dalam game. Aku yang jadi saksinya. Bagaimanapun juga rekor Accord-nya sejauh ini delapan pertandingan, delapan kekalahan, belum pernah menang.”

Tsukimiri mulai membongkar rekaman Harune. Harune malu-malu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

“Nona Inoue juga bilang begitu—tidak masuk akal meski sudah berkali-kali mendengarnya.”

Tidak bisa kubayangkan Harune—yang begitu bangga dengan kemampuannya membaca orang, dan berhasil menjebakku—bisa kalah dalam Accord.

“Ah tidak, hasilnya memang buruk tapi aku tidak berpikir itu hal yang buruk... Soalnya, kalah dalam Accord berarti pada dasarnya punya sifat baik, kan? Meski terlihat agak keras, sebenarnya Seine-cchi itu baik, bisa dibilang...”

“Terima kasih Rei. Tapi dukunganmu justru seperti pukulan tambahan.”

“Uuh... jujur, Seine-cchi itu sangat lemah sampai tidak ada kata yang tepat. Dasar nona bodoh dan tidak berguna.”

“Hanya karena tidak butuh dukungan, bukan berarti boleh menyerangku begitu.”

Harune menyela Tsukimiri. Keduanya tampak sangat akrab.

“Alasan kenapa kalah—karena Seine-cchi lemah terhadap orang. Dia terlalu polos terhadap niat jahat, bahkan tidak bisa memecahkan soal jebakan sederhana.”

“Rei!? Aku masih bisa memahaminya kok?”

Terkejut dengan pembongkaran kelemahan mendadak, Harune meninggikan suaranya.

“‘Tuan Taro punya lima bersaudara. Jiro, Saburo, Shiro, dan Goro. Siapa nama saudara kelima?’”

“Itu mudah. Jawabannya ‘Ichiro’!”

Jawaban yang persis seperti yang diharapkan. Pembuat soalnya pasti akan tersenyum.

“Nah seperti itulah dia hanya mengandalkan semangat sehingga terus menerus kalah~”

Aku mengangguk paham. Saat kujelaskan pada Harune yang bersikeras jawabannya tidak salah bahwa jawabannya adalah ‘Taro’, matanya terbuka lebar.

“Dia mudah percaya pada orang dan tertipu. Karena itulah lemah dalam membaca lawan. Saat dia unggul sepihak, tidak begitu... tapi saat lawan mendekatinya dengan maksud menipu, Seine-cchi akan percaya begitu saja. Dia tidak bisa memahami pembicaraan berdasarkan posisi.”

“Aku juga... memahaminya. Tapi, wajar kan jika dipikir saat ada yang bilang ‘kalau taruh di situ, kamu akan kehilangan kesempatan skak’?”

“Akhirnya waktu habis dan kalah dalam keadaan unggul, bahkan aku tidak menyangkanya.”

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutan akan kebodohannya yang melebihi perkiraan. Mulutku terbuka lebar.

Melihat itu, Harune mengangkat daguku sambil berkata “Awas”.

“Aku tidak tahu detail suit yang terjadi... tapi mungkin, Seine-cchi hanya mempercayai Butler-kun?”

Dari penjelasan singkat Harune, sahabat Harune・Tsukimiri Rei memahami semuanya.

“Bagiku dia terlihat seperti orang bodoh yang nekat tanpa strategi, tapi justru di situlah sisi menggemaskannya~”

Akhirnya berubah jadi pembicaraan tentang kasih sayang yang terdistorsi—oh begitu, kalau begitu aku paham.

“Setidaknya... aku berniat menang dengan menggunakan kepalaku...!”

Seolah ingin memulihkan reputasinya, Harune membantah. Tapi ujung katanya semakin kecil, dan akhirnya tidak terdengar.

“Ya ya. Syukurlah Butler-kun orang baik~”

“Tapi! Pada akhirnya aku berhasil ‘membeli’ Hayato!”

“Itu kan karena kebetulan Butler-kun punya hutang?”

Tsukimiri dengan tenang mengalahkan Harune. Harune KO dan terdiam.

“Yah, mata estetik Seine-cchi sepertinya asli jadi tidak bisa diremehkan.”

“Benar, benarkan!?”

Dengan mata berbinar, Harune hidup kembali. Tanpa kusadari, meja makan sudah kosong sama sekali.

“Soalnya... dia bisa menemukan teman seperti aku☆”

Melihat Harune yang biasanya selalu ceria menjadi diam tanpa ekspresi, aku merasa tidak tahan dan memutuskan untuk membereskan peralatan makan untuk semua orang.

Sebuah gedung sekolah yang menyerupai kastil muncul di depan mata, seolah-olah kami terlempar ke dunia abad pertengahan.

Pilar bergaya Baroque berwarna putih porselen, jendela raksasa yang tampaknya dibuat khusus. Di puncak menara yang menjulang tinggi di satu bagian, tergantung lonceng besar berwarna emas yang berkilauan.

“......Luar biasa.”

“Inilah SMA Putri Setsuka—sekolahku, dan juga sekolah Hayato.”

“Aku... di sini?”

Tampaknya aku benar-benar akan bersekolah di akademi putri. Masuk akalkah ini?

Meski begitu, bukan berarti akan ada acara cross-dressing.

“Biasa kok kalau didampingi butler. Malah siswa seperti Rei yang tidak punya butler atau maid itu lebih langka.”

Seperti kata Harune, memang ada siswa laki-laki di akademi putri ini. Tapi, mereka semua adalah butler yang terdidik. Semua orang yang kulihat mengenakan tuksedo, dan berjalan mengikuti nona mereka.

Dan, jumlah total butler jauh lebih sedikit daripada siswa perempuan.

Tidak terlihat kombinasi satu nona dengan satu butler di mana pun, dan nona yang mempekerjakan butler biasanya juga punya maid.

Jika harus memilih satu pendamping untuk putri tercinta, butler atau maid, tentu saja maid kan?

Sekarang, kami berdua adalah pasangan yang cukup langka.

“Ayo, kita pergi. Surat pindah sekolah sudah kukirim kemarin, jadi Hayato sekarang adalah siswa sekolah ini.”

Kau tidak bisa kembali lagi, ujar Harune sambil tersenyum. Meski tidak berniat kembali, saat dikatakan begitu jadi merasa khawatir apakah ini benar-benar keputusan yang tepat.

Kelas berisi sekitar tiga puluh siswa per kelas. Luas per kelas lebih besar dari SMA biasa, lantainya berkarpet, dan suasannya lebih mirip kantor daripada sekolah.

Mungkin boleh membawa meja dan kursi sendiri, karena terlihat kepribadian masing-masing siswa. Meja Harune adalah meja bisnis dan kursi bisnis yang sangat normal di kelas ini. Sementara meja Tsukimiri sama dengan SMA biasa, papan kayu dengan kaki pipa.

“Orangtuaku pelit sih—. Terus bilang meja dan kursi yang sama dengan sekolah negeri saja!”

“Aku sudah tawarkan untuk membelikannya. Tapi Rei menolak.”

“Soalnya! Meja bisnis biasa saja harganya lebih dari seratus ribu yen!? Meski dibelikan, tidak bisa kulunasi dengan uang jajanku......”

Sambil menangis, Tsukimiri duduk di kursinya. Aku jadi penasaran bagaimana bisa Tsukimiri bersekolah di sekolah yang hanya untuk para nona ini.

“Tadi Butler-kun meragukan apakah aku benar-benar nona, kan!?”

Mussuu~, Tsukimiri mengembungkan pipinya.

“Meski begitu, aku benar-benar nona! Buktinya ada OJP yang diberikan!”

“OJP......? Apa itu?”

“Eh, tidak tahu? Ojou-sama Point.”

Seolah-olah itu konsep yang sudah diketahui umum, muncul istilah point yang tidak kukenal.

“Ditentukan oleh nilai dan sikap selama di sekolah, atau hasil dan performa [Accord]. Misalnya aku—lihat, ‘7300’.”

Tsukimiri mengeluarkan ponsel dari saku dan menunjukkan layarnya. Benar, di layar tertulis O Point J: 7300. Halaman muka Tsukimiri berisi grafik, candle chart, dan banyak sekali angka yang ditampilkan, seperti halaman kumpulan informasi.

“Ojou-sama Point—OJP... apakah bertambah jika menang Accord?”

“Iya. Lihat, itu—”

Yang ditunjuk Tsukimiri adalah—kamera pengawas yang terpasang di empat sudut kelas.

“Di sana kita selalu diawasi. Kalau biasa-biasa saja tidak apa-apa, tapi kalau ada tindakan bermasalah, OJP mungkin turun. Selain itu, menang atau kalah dalam Accord, atau jika ada masalah di perusahaan atau kinerja buruk saat laporan keuangan, OJP biasanya akan turun.”

“Apa itu, mirip saham.”

“Iya! Itu, itu, sama seperti saham.”

Tsukimiri membuka ponsel dan mengetik ‘Otukimi saham’ di tab pencarian.

Yang muncul adalah—informasi ‘Harga saham Otukimi saat ini: 7300’.

“Bukan sistemnya yang sama—tapi benar-benar terhubung.”

Bagi yang belum pernah menyentuh saham, cerita ini secara keseluruhan tidak masuk akal. Hidupku jauh dari kata pembentukan aset.

“Saham itu, sederhananya seperti obligasi untuk perusahaan mengumpulkan dana... jika dianggap perusahaan itu berharga, harganya akan tinggi. Barang yang diinginkan banyak orang kan harganya mahal? Misalnya kue Natal tanggal 24 Desember!”

“Contoh barang mahal yang terlalu merakyat.”

“Tapi, setelah hari itu lewat, nilai kue Natal akan turun, artinya jadi tidak populer. Tidak mau bayar mahal untuk kue tanpa masa depan, jadi harganya jadi murah. Perusahaan juga sama, jika dianggap tidak berharga lagi, harganya akan turun.”

Dengan lancar Tsukimiri menjelaskan tentang saham. Harune tidak tertarik dan asyik memutar-mutar rambut panjangnya dengan jari.

“Mekanisme saham... sudah kumengerti, tapi apa hubungannya dengan OJP? Jangan-jangan nona-nona di sini punya nilai yang sama dengan perusahaan.”

“Benar sekali. Lebih tepatnya, OJP yang tercermin dalam saham, mungkin itu yang benar. Penilaianku di sekolah dan kinerja perusahaan saling berinteraksi.”

“Hah......? Mekanismenya seperti apa? Tidak mungkin pergerakan harga saham terkait dengan OJP.”

“‘Kekayaan yang dapat divisualisasikan hanyalah tiga persen dari total’. Butler-kun yang pernah dijual di Feekley—pasti mengerti arti kata-kata ini?”

Tubuh masih bergidik mendengar kata Feekley. Bekas luka yang terukir bereaksi.

“Bukan teori konspirasi atau apa, di pasar saham tempat sebagian besar ekonomi dunia berkumpul, yang menggerakkan angka hanyalah segelintir orang. Kapitalis dan investor institusi yang memiliki kekuatan sedang mengawasi kita.”

Accord dioperasikan oleh keluarga Feekley, organisasi yang menguasai hampir semua aset dunia. Karena itulah, hal-hal yang melibatkan uang seperti saham dapat digerakkan dengan mudah—tampaknya.

Bahkan, jika keluarga Feekley serius, memanipulasi harga saham adalah hal mudah.

Bisa menggunakan uang yang berlebih, atau memberikan tekanan untuk menggerakkannya hanya secara permukaan.

“Kalau begitu, berapa point Harune?”

Saat akan menanyakan point Harune yang melamun, garara~, pintu terbuka dengan suara berisik.

“Oh-hohohoho! Hari ini juga kalian datang tanpa kabur, kupuji~!!!”

Tawa nyaring bergema di seluruh kelas.

“Tapi! Akan kuperlihatkan kembali betapa tak berdayanya kalian di depan [Irohani G Group]~!”

“...... Nona kemarin.”

Suara yang hampir tidak terdengar, tanpa sengaja terlepas dari mulutku.

Inoue langsung duduk di kursi paling belakang. Di sana terdapat alas yang sekitar dua tingkat lebih tinggi dari kami. Inikah tempat duduk terhormat yang sebenarnya?

“Iya—dan dia juga lawan yang akan kita hadapi di [Accord] hari ini.”

“Tidak akan seperti kemarin...! Akan kulakukan kaishaku untuk Harune-san dengan tanganku sendiri, harap berterima kasih~~!!”

Berbeda dengan beberapa hari lalu, banyak nona berkumpul di sekitar Inoue. Semuanya menjilat pada Inoue.

“Sungguh seperti Inoue-san, sangat baik,” “Bersyukurlah atas perhatian Inoue-sama, anjing pecundang!” “Harap sadar kalian telah merepotkan Inoue-san.”

Para penjilat melemparkan kata-kata pada Harune. Ada juga bullying template untuk nona yang jatuh... aku malah terkesan. Inoue-san sendiri justru gelagapan mendengar kata-kata keras siswa di sekitarnya, “Um... tidak perlu sampai segitu......”

“Benar, memang berlebihan. Kebaikan Inoue-san yang bahkan memikirkan lawan tidak ada batasnya,” “Daripada anjing pecundang, lebih baik rakyat yang jatuh dari kuda pemenang,” “Bagi Inoue-san segini mudah sekali... hebat,” para penjilat yang mengelilingi Inoue berbicara. “Bukan itu maksudku...” Inoue kembali gelagapan, dan para penjilat mulai gelagapan karena tidak mengerti mengapa Inoue panik.

“Jadi, yang di sekitar Inoue-san adalah orang-orang dari perusahaan anak ‘Irohani G’. Nona biasa saja tapi sepertinya tidak bisa melawan Inoue-san. Kayaknya selalu bersama.”

Inoue-san juga bukan orang jahat sih~, gumam Tsukimiri. Memang, darinya tidak terasa kesan jahat yang berlebihan... tapi ada kesan dimanfaatkan oleh anggota perusahaan anak.

Harune mengabaikan semua kata-kata Inoue dan duduk di kursinya. Semua orang di kelas tidak tahu bagaimana harus memperlakukan Harune, diperlakukan seperti barang berbahaya.

“Inoue selalu... seperti ini?”

“Nnya, tidak juga sih~. Sejak rumah Seine-cchi dalam masalah, terus seperti ini. Baik buruknya memang hukum rimba sih~. Jujur, ada kesan mereka bertarung untuk menentukan siapa yang akan melahap Kijou HD.”

Meski berbicara dengan akhiran yang menggoda, konten yang dibicarakan Tsukimiri pasti tepat sasaran.

“Tsukimiri... berbeda dengan yang lain.”

“Ya~. Aku, kan, awalnya bukan nona, hanya orang biasa dari venture. Jadi tidak merasakan apa-apa tentang ‘kebangkrutan’.”

Nipa~, Tsukimiri menunjukkan senyuman dan meletakkan tangannya di bahu Harune.

Harune menunjukkan ekspresi yang sedikit lega.

“Hohohoho~~! Mengabaikanku, nona Inoue dari ‘Irohani G’ yang berpengaruh sampai tercatat di Nikkei Average, keterlaluan sekali—Kijou Harune!”

“Beda~! Tidak ada kata balasan untuk Inoue-san yang tidak menolong saat Kijou HD terpuruk~!”

Dengan pose menjulurkan lidah, Tsukimiri membalas mewakili Harune. Harune sudah sama sekali tidak memandang Inoue. Para pengikut Inoue berisik, tapi tidak dihiraukan siapa pun.

Tsukimiri dan Inoue saling menatap, suasana kelas menjadi tegang.

“Sekarang masih belum terlambat. Akui kekalahan dan bergabunglah dengan ‘Irohani G’! Harune-san!”

“Tidak berniat bergabung dengan ‘Irohani G’. Aku tidak mau hidup yang hampa.”

Harune untuk pertama kalinya membalas perkataan Inoue. Dengan sudut mata yang terangkat tajam, dia melayangkan pandangan keras.

“Aku—akan mengalahkan Inoue-san secara langsung.”

“Jika mau tunduk padaku, aku tidak akan memperlakukanmu dengan buruk~! Memang perlakuan akan lebih rendah dari sebelumnya, tapi aku akan memenuhi keinginanmu semaksimal mungkin! Jika sekarang Harune-san tidak mengakui kekalahan—”

Tepat saat Inoue-san hendak melanjutkan, pintu kelas terbuka.

Yang masuk adalah—seorang nona yang berbeda.

Dia tidak mengenakan seragam, tapi bergaun hitam.

Rambut peraknya berkibar lembut seolah melawan gravitasi. Meski hanya berdiri di kelas, rasanya seperti melihat aktris di atas panggung. Mungkin mewarisi darah Barat, wajahnya yang pantas disebut tampan cocok lebih disebut putri suatu negara daripada anak perusahaan. Aksesori seperti mahkota yang dikenaknya ajaibnya tidak jatuh dari kepalanya.

“…………”

Wanita itu melirik sekilas Inoue-san dan Harune—lalu berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.

Tapi—udara berubah total sebelum dan setelah kemunculannya.

Jelas terasa lebih berat.

“Boleh kok bicara.”

Dengan kata-katanya, akhirnya aku sadar waktu seakan terhenti.

Aku terkejut sampai lupa bernapas, lalu memasukkan udara ke paru-paru. Bukan hanya aku, semua orang di kelas ini memperhatikannya.

Meski berbeda denganku, semua orang di kelas ini pernah melihatnya.

“Aku harap kalian semua—tidak takut.”

Fufufu, wanita itu tertawa, cantik, penampilan, aura, pakaian, gerakan, sikap, penampilannya—dalam segala hal, dia penuh kharisma.

Dengan sikap seolah dia adalah protagonis alamiah—dia diikuti satu maid di belakangnya seperti anggota pesta. Maid itu mengenakan pakaian berbahan mengembang keseluruhannya, dengan panjang rok yang sangat panjang.

Dia tidak menghiraukan siapa pun di kelas.

—Kecuali satu orang.

“Selamat pagi, Harune-san.”

“Um, selamat pagi. Atago Reina-san. Cuaca hari ini cerah ya.”

Shin, kelas yang hening mulai bernapas kembali. Siswi—Atago Reina datang ke meja Harune, menciptakan dunia berdua saja. Tsukimiri menarikku sejauh satu langkah.

“Tsukimiri, apa kelas ini selalu seperti ini setiap hari?”

“Ah... um. Belakangan ini. Tapi, Atago-san sebenarnya dari kelas lain—”

Dengan senyum kaku, haha, Tsukimiri tertawa.

“Harune-san, maukah akhirnya menjadi milikku? Aku sudah hampir tidak sabar menunggu.”

“Aku bukan milik siapa pun.”

Di samping kami, Atago mulai merayu Harune. Selama itu, Atago tidak sekali pun melirik kami. Seolah hanya Harune yang ada di matanya.

“Atago-san itu... seperti yang dilihat, setiap hari datang untuk merayu Harune. Setiap kali itu, kelas jadi tegang, aku ingin dia berhenti...”

“Sia-sia! Kalau jadi milikku, akan kusayang sekali! Hei, tidakkah mau mempertimbangkan lagi? Aku tidak mau Harune-san diambil oleh pencuri di kelas ini.”

Atago sama sekali tidak menunjukkan tanda berhenti. Terus fokus pada Harune.

“Dan, yang sebenarnya Reina-san inginkan bukan aku—tapi nilai komoditiku, kan?”

Harune menatap tajam Reina, menunjukkan permusuhan.

“Ya! Benar! Kamu paham sekali! Aku sangat suka hal berharga! Kalau hal berharga sepertimu datang ke rumahku, kupikir itu lu~ar biasa. Dan, aku—tidak mau melihatmu kalah lagi dan kehilangan nilai. Hatiku sakit melihatmu kalah...”

Dengan gerakan tubuh yang berlebihan, Atago mendekati Harune. Saat tangannya hampir mengenai aku di samping Harune, maid di belakang Atago menarik pundakku kuat-kuat untuk menghindari.

“Tuan. Tolong lihat sekeliling sedikit. Aku tidak peduli jika nanti sakit.”

“Sekeliling...? Selain aku dan Harune-san tidak ada siapa-siapa.”

“Bahkan mengenai benda saja akan sakit~. Apa Tuan tidak pernah mengalami kesandung kelingking?”

Dengan nada yang anehnya down, maid Atago menegur Atago.

“Ah~ maaf, majikanku begitu. Majikanku tidak menganggap orang sebagai manusia kecuali mereka berharga.”

Setelah menarikku ke jarak aman, maid Atago menjelaskan arti kata-katanya yang membingungkan. Tampaknya Atago menganggap kami sebagai benda atau sesuatu.

“Kenapa? Memandang dengan tatapan menakutkan seperti itu...? Tidak cocok dengan Harune-san.”

“Reina-san tidak bisa melihatnya ya, Hayato-kun.”

“Nn—? Nama seseorang? Tidak ingat.”

“Mungkin dia ini, Tuan.”

Maid itu menggenggam tengkukku dan mengangkatku. Perlakuannya cukup kasar. Tsukimiri di sampingku menjerit kecil “Hii!” melihat pemandangan kekerasan.

“Um... Pria biasa A? Ini... terlihat seperti sesuatu bagi Harune-san?”

“Jika tidak bisa melihat, tidak apa. Tidak perlu dibicarakan. Itu artinya mata estetik Reina-san hanya sampai segitu.”

“Nn—. Kasihan... Mata tidak bisa diganti seperti kacamata.”

Pembicaraan berjalan paralel, tidak ada yang mau mengalah.

Tidak sedang bertengkar, tapi juga tidak akrab.

Hanya amunisi kata-kata dingin yang saling ditembakkan.

Seekor rubah melompat ke zona bersenjata itu.

“Oh-hohohoho! Aku tidak akan menyerahkan Harune-san pada Atago~! Yang akan menelan ‘Kijou HD’ adalah aku~~!”

“Heh, ‘Nona Biasa A’ berani melawan Atago? Harune-san adalah milikku, siapa pun kamu, dia tidak cocok untuk berada di bawahmu.”

“Aku adalah~~! Inoue Kana dari ‘Irohani G’~~! Berapa kali lagi aku harus memperkenalkan diri sampai kamu puas? Cukuplah, hafal lah!”

Percikan api juga bertebaran antara Inoue yang menyela dan Atago. Orang-orang di sekitar Inoue gelagapan, maid Atago menghela napas.

Dan, nona yang kulayani di tengah pusaran itu.

Bagai angin yang meniup percikan api yang beterbangan. Dia mengeluarkan buku dari laci meja dan membacanya dengan tekun. Judulnya—‘Bahkan Anak SD Bisa Menang! Cara Menang Mutlak Othello’.

“Baca apa?”

“Ini juga persiapan. Sebelumnya kan othello, tidak menutup kemungkinan yang sama akan keluar lagi. Hayato juga sebaiknya membacanya.”

“Hah...”

Di sudut kelas yang pantas disebut chaos, aku hanya bisa pasrah pada situasi.

Di basement SMA Putri Setsuka, terdapat arena pertarungan rahasia.

Aku dan Harune mengintip venue dari samping panggung. Ruang besar yang bisa menampung ratusan orang itu dipadati oleh banyak orang.

Dan, mengelilingi panggung adalah puluhan kamera. Tampaknya memiliki fungsi yang cukup sebagai studio siaran. Pantas saja menyandang nama Accord, sangat profesional.

Lantai berubah dari karpet empuk menjadi batu hitam elegan, dengan cahaya biru memancar dari celah-celah yang ada. Tercipta suasana cybertech, dan dari langit-langit yang cukup tinggi tergantung banyak monitor. Jujur, skalanya terlalu besar untuk orang biasa sepertiku.

“Apakah kita akan bermain E-Sports...?”

“Dulu saat sedang tren, kami membuat ruangan khusus E-Sports. Katanya tidak sesukses yang dibayangkan. Jadi sekarang jadi stadion khusus [Accord].”

Cepat mengikuti tren, tapi juga cepat bosan.

Fasilitas yang mewujudkan citra orang kaya seperti yang dibayangkan masyarakat.

Accord—isinya hanya game biasa.

Aturan dibuat oleh komite manajemen di bawah sekolah secara adil dan impartial. Yang bisa ikut hanya siswa SMA Setsuka. Tapi, orang kaya individu dan investor institusi yang diundang keluarga Feekley bisa menonton. Aturan sekitar ini tidak berbeda dengan yang dulu kulakukan.

“Ya—tidak perlu tegang. Anggap saja seperti mewakili teman bermain game.”

“Dengar cerita sejauh ini, mentalku tidak cukup kuat untuk bermain game dengan tensi seperti itu...”

Aku tahu dia berharap, tapi kalau ditanya apakah cukup kuat dalam game untuk memenuhi harapan itu... tidak tahu. Untuk othello atau catur mungkin masih bisa, tapi jika dapat game yang tidak dikenal, harus belajar aturannya dulu.

“Perbedaan OJP dengan saham adalah, saat menjadi 0, perusahaan akan dilikuidasi. Jika kalah dalam Accord dan OJP menjadi 0, hak kepemilikan perusahaan akan dialihkan ke pihak pemenang dan perusahaan diserap. Dalam kasus ini, ‘Irohani G’ akan menyerap Kijou HD.”

“Jadi itu sebabnya sekarang Inoue juga... lalu Atago juga membidik Harune.”

“Setidaknya Inoue-san begitu. Tapi Reina-san berbeda.”

Mengingat pertemuan dengan Atago tadi, aku berpikir lagi bahwa mungkin benar seperti kata Harune.

“Jika menang, OJP akan naik. Karena itulah aku menerima tantangan Accord tanpa lari. Itu satu-satunya cara untuk diselamatkan.”

“OJP Harune sekarang berapa? Aku belum tanya ya...”

“Sekarang ‘157’...”

“157?”

Refleks menanyakan kembali, tapi aku tidak tahu patokannya.

“Ya—setidaknya siswa lain punya dua ribu. Siswa dengan nilai tinggi ada yang mencapai lima digit.”

Mendengar itu—OJP Harune yang 157 sangat sedikit.

“Jika menang sekali saja, tidak akan terdesak seperti ini. ... Tapi jika bisa memenangkan pertarungan kali ini—tidak, jika bisa terus menang dari sekarang, suatu saat akan tiba waktunya bangkit.”

Harune memandang sangat, sangat jauh.

Di ambang dijual, dalam kondisi ‘parah banget’ menurut Tsukimiri—dia masih belum menyerah pada dirinya sendiri.

“Ngomong-ngomong, jika kalah, apa yang akan terjadi pada Harune?”

“Aku? Ya, dalam kasus Inoue-san... mungkin aku akan jatuh dan pindah ke sekolah yang dulu Hayato tempuh? Setidaknya tidak bisa hidup seperti sekarang.”

“Apa maksudnya catatan ‘dalam kasus Inoue-san’...”

“Jika kalah dalam Accord dan OJP menjadi 0—biasanya perusahaan akan diserap atau bangkrut, diusir dari SMA Setsuka, dan hidup sebagai warga biasa. Tapi—aku berbeda.”

Harune berbisik memberitahuku.

“Ada perjanjian bahwa jika perusahaan ‘Kijou HD’ hilang tanpa bekas... aku akan menjadi milik lawan yang mengalahkanku.”

... Aku tidak langsung memahami apa yang Harune katakan.

“Aku... sudah beberapa kali kalah dari Atago Reina.”

Accord di sini memang dilakukan dengan mempertaruhkan OJP—tapi dalam Accord yang dulu kikuti, bisa mempertaruhkan hal lain selain harga saham.

Jadi, aku bisa memahami bahwa apa yang Harune katakan adalah fakta.

“Aku menerima kontrak yang berisi—‘Jika Kijou HD diserap, Kijou Harune akan kehilangan kebebasan atas dirinya sendiri dan diperlakukan sebagai milik perusahaan yang menyerap’.”

“Masih bisa cooling off?”

“Tidak mungkin. Reina-san terlalu kuat. Kami bertarung dua kali—sebagai ganti menghapus kekalahan itu, aku terpaksa menyetujui kontrak itu. Artinya... saat perusahaan hilang, aku akan menjadi milik lawan.”

“Itu, jangan-jangan, sama dengan ‘Irohani G’...”

“Benar. Karena itulah semuanya tergantung pada kebaikan Inoue-san. Meski begitu, mungkin tidak akan separah dengan Atago.”

Jika mengalami kekalahan besar sekali saja dalam Accord yang akan segera dimulai—kebebasan Harune akan hilang.

Aku tidak bisa bilang “Masa sih?”.

Seperti keadaanku dulu.

Melayani keluarga Feekley di dunia Accord, atau menanggung hutang sepuluh miliar yen.

Hanya dua pilihan itu yang diberikan—tidak ada kebebasan di sana.

Yang kalah hanya akan menerima tindakan yang semestinya, pemenang yang menentukan segalanya.

Itulah—Accord.

“Kalau begitu, sengaja kalah dari Inoue juga—”

Saat aku hendak mengusulkan, Harune menaruh telunjuknya di bibirku.

Harune—tampaknya tidak berniat menggunakan cara melarikan diri dari awal.

Dia sama sekali tidak mempertimbangkan kemungkinan kalah.

Matanya yang jernih hanya memandang pada satu titik: kemenangan.

“Bukannya untuk itulah aku mempekerjakan Hayato?”

Harune tidak mengalihkan pandangannya dariku. Aku ingin bertanya, bagaimana bisa dia begitu tenang di saat nasibnya akan ditentukan.

Setelah menarik napas, Harune bertanya.

“Hei—tidakkah kau ingin jadi kaya bersamaku?”

Aku tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari bahwa kata-kata itu ditujukan padaku.

“Aku akan menunjukkan performa yang membuatmu menyesal menganggap investasi sepuluh miliar yen-ku kurang!”

Aku membalas Harune dengan percaya diri. Meski bukan balasan yang jenius, Harune menunjukkan senyuman terlebarnya yang pernah kulihat.

Pertandingan [Accord] dimulai. Pusat stadion memiliki panggung yang naik seperti ring, dan sisi Inoue ditumpuk beberapa tingkat. Tampaknya dia memang ingin berada di tempat tinggi. Duduk di kursi merah empuk seperti takhta yang diletakkan di ketinggian, Inoue memandangku dari atas.

Butler di sampingnya mengipasinya dengan kipas besar. Angin menggerakkan gulungan rambut vertikalnya dengan elegan.

“Hari ini aku tidak akan lengah! Oh, ya! Jika aku menang, kau sebaiknya jadi butler-ku! Aku sudah menyiapkan perlakuan yang layak!”

“Maaf, aku menolak. Aku tidak berminat melayani selain Harune.”

“Padahal aku yang lebih dulu menawar... Meski hatiku seluas Laut Aegea, bahkan aku bisa terluka...”

Laut Aegea adalah bagian dari Laut Mediterania. Kurasa itu termasuk yang sempit di antara laut.

“Meski kalian mempekerjakan butler yang kompeten, melawanku saja sudah seperti hasilnya ditentukan! Kalah dariku adalah kehormatan karena shouja hissui! Sesali saja kalian dilahirkan di dunia ini!”

Butler di sampingnya membisiki Inoue. Tampaknya Inoue tidak hanya punya banyak penjilat tapi juga banyak butler. Meski bukan siswa dan tidak bisa ikut game, banyak pelayan berkemeja hitam berdiri di belakang Inoue. Terasa tekanan yang kuat.

“Shouja hissui adalah hal biasa di dunia ini! Anggap saja terhormat kalah dariku!”

“Hati-hati, hanya karena kau tidak terlalu pintar, jangan meremehkanku atau kau akan terluka.”

Inoue mungkin punya naskah. Meski mengulangi, dia menyesuaikan sikapnya dengan ekspresi penuh percaya diri. Suara tawa setengah hati yang melayang di venue telah berubah menjadi tepuk tangan.

Bachin, terdengar suara lampu padam, bersamaan dengan itu sorot lampu menyinari tepat di tengah venue Accord.

“Okee────!! Waktunya Accord telah tiba!!”

Suara besar pembawa acara terdengar keras dari speaker yang terpasang.

“Hari ini aku juga akan merangkap sebagai MC dan wasit, Shihou Himawari! Point charm-nya adalah kacamata dengan string kuning seperti bunga matahari, aku senang jika kalian mengingatnya saja~”

Di antara banyak monitor yang terpasang, Shihou mendekatkan wajahnya hingga kacamatanya terlihat. Dia gadis berambut pendek yang menyelipkan pensil di atas telinga dan berkacamata. Di tangannya tergenggam buku kecil, mungkin berisi informasi Accord hari ini, dan dia mulai membacanya.

“Game yang akan kita mainkan hari ini adalah──[Permainan Pameran Besar]!!!!”

“Game dengan nama yang tidak dikenal... apa kau tahu, Harune?”

“Ini... belum pernah kumainkan. Sebelumnya dan sebelumnya lagi adalah othello dan catur. Game spesial seperti ini pertama kali.”

“Karena peserta kali ini, Kijou Harune-san, sedang terdesak, jadi dibuat spesial! Karena itu komentararnya juga akan semangat──apa kalian siap──!?”

Yeeeee—i! Seluruh venue bergemuruh.

Accord adalah duel dengan mempertaruhkan OJP, tapi mungkin dianggap sebagai hiburan di antara siswa.

“Pameran, kalian tahu? Ya, acara untuk memamerkan item yang kalian miliki! Karena itu, para nona diminta membawa satu item, dan akan kami nilai! Meski disebut pameran, ini adalah Accord. Yang membawa barang lebih berharga lebih pantas sebagai nona──jadi! Dialah pemenangnya!!!”

“Bagaimana bisa...!”

Yang tak tahan mengeluh adalah Harune.

“Itu pasti yang punya banyak uang yang menang! Tidak adil!”

“Tidak adil? Apa maksudmu? Ini adalah sekolah putri, wajar jika nona memiliki barang-barang mewah! Tidak ada yang aneh~~!”

Yang menjawab bukan Shihou, tapi Inoue. Dia mengatakannya seolah itu hal biasa. Siswa di sekitar juga bertepuk tangan sambil berseru “Ooh~”. Apakah memang begitu ciri nona? Tampaknya memang begitu.

“Tidak mungkin! Ini aneh!”

Teriakan Harune pun tenggelam oleh gelombang tepuk tangan. Menghadapi Harune yang kehabisan napas karena berteriak, aku bertanya.

“Hei—jangan-jangan ini sudah diatur? Apa ada suap atau semacamnya?”

“Tidak mungkin... tapi, aku percaya. Bukankah nona harus bertarung dengan jujur?”

Meski Harune berkata begitu—dunia pertarungan adalah tentang menang. Pasti tidak sedikit nona yang berpikir begitu. Misalnya—nona gulungan rambut vertikal pirang di depan mata.

“Benar! Ini pertarungan yang sah! Tidak ada nona yang curang~~!”

“Tidak tulus sekali...”

Melihat Inoue yang bersembunyi di balik kipas sambil merilekskan pipinya, aku yakin ini manipulasi.

“Yah, bahkan jika ini sudah diatur—berarti pada dasarnya kalian adalah sampah yang harus curang untuk menang.”

“Ti-Tidak ada alasan untuk dihina seperti itu! Aku tidak akan memaafkanmu!!”

Dengan wajah memerah, Inoue membantah mati-matian. Siswa yang menonton mulai sedikit bergolak.

Jangan-jangan, ada nona di antara kerumunan ini yang benar-benar percaya pada perkataannya... Mereka nona yang belum pernah keluar dari kotaknya, wajar jika percaya pada prinsip kebaikan alamiah.

Meski tahu ini disiarkan langsung, masih berani mengatakan hal seperti itu, kemungkinan seluruh sistem [Accord] ini sudah busuk. Komite manajemen di bawah sekolah yang menetapkan aturan—mungkin memang begitu.

“Seperti apa perasaan menantang pertarungan yang sudah tahu akan kalah? Ini, bisa dibilang adalah eksekusi! Saksikanlah saat ‘Kijou HD’ diserap oleh ‘Irohani G’!!”

Mungkin dia punya bakat sebagai MC. Setiap katanya membuat kerumunan bergemuruh, semangat memancar di lantai. Bahkan pidato presiden mana pun tidak akan semeriah ini.

“Akan kulanjutkan penjelasan aturannya. Boleh barang apa saja asal bisa dinilai harganya.—Tapi!! Setelah kami menilainya, barang dengan nilai lebih tinggi—dengan kata lain, item yang dibawa pemenang akan dibeli oleh sekolah dengan harga tersebut! Artinya, yang bisa dibawa terbatas pada barang yang bisa dijual!”

“Barang berharga seperti harta kelas harta nasional tidak boleh, ya.”

“Bagus—Butler Kijou HD, tepat sekali! Intinya begitu. Lalu, untuk mencegah kalian berpikir ‘nanti bisa ditebus lagi’, akan kutambahkan bahwa tergantung barangnya, mungkin akan kami musnahkan!”

Menyuruh membawa barang berharga, tapi sampai mengancam akan memusnahkannya—tampaknya nilai dasarnya memang berbeda. Khas sekolah putri.

“Melawan kalian yang penuh hutang, bahkan band rambut sepuluh ribu yen ini pun sepertinya bisa menang.”

Dari dalam venue terdengar suara seperti “Bisa menang dengan mata uang terendah, hemat sekali” menanggapi kata-kata provokasi nona Inoue. Tampaknya ada nona yang tidak tahu ada mata uang di bawah sepuluh ribu yen.

“Tidak mungkin... Aturan seperti ini, kita tidak mungkin menang——soalnya, kita tidak membawa apa-apa!”

Di samping nona yang putus asa menerima aturan yang tidak menguntungkan, aku berhadapan dengan Inoue. Melihatku melangkah maju, Harune menggenggam ujung tuksedoku. Tapi aku tidak berhenti.

“Jangan menyerah, Harune.”

“Tapi... aku, tidak mungkin...!”

“Waktu dibatasi tiga jam. Bebas pergi ke pasar mana pun dan membeli apa saja. Nah—apakah kalian berdua sudah siap——!?”

“Tentu saja~~!!!”

“Tapi—”

“—Bukankah kalian sudah menyetujui [Accord]?”

“Ugh...”

“Kalau begitu, kedua pihak—mari kita mulai!”

““[Accord]!””


“Mengapa—kenapa tidak seperti biasa pakai permainan papan!?”

Setelah sumpah selesai, nona Inoue dengan gagah pergi ke suatu tempat. Mungkin akan mencari barang-barang mewah.

“Game yang tidak kita persiapkan datang... nasib sial ya.”

Apakah benar? Setelah pernyataan tadi, kredibilitasnya dipertanyakan.

“Hoi— Seine, Seine-cchi!”

Ada seorang gal melompat-lompat sambil melambai-lambaikan tangannya di bawah ring.

Dia yang kukenal, dengan warna rambut pirang yang sangat mencolok.

“Rei, kau datang juga.”

“Ya— lah, kan sahabat. Nihihi.”

Dengan tawa yang masih tidak seperti nona, Tsukimiri tersenyum.

“Tapi, baru sekarang kubilang... kenapa harus menerima pertarungan seperti ini!”

“...... Jika tidak menerima pertarungan ini, tidak ada artinya bersekolah di sini. Aku harus bertarung di suatu tempat, dan menang.”

“Itu juga benar sih... Tapi pertarungan ini gimana!? Bukan pertarungan tipu-menipu seperti biasa kan!”

Dari setiap kata Tsukimiri, bisa dibayangkan betapa seringnya Harune ditipu.

“Untuk sementara kita juga akan mencari sesuatu. Lawan adalah nona dari ‘Irohani G’. Mungkin—uang yang kumiliki saja tidak cukup. Inoue-san bisa menghamburkan uang seperti air...”

“Dia mungkin akan membeli game edisi terbatas atau jam tangan super mahal!”

Tsukimiri benar-benar memiliki jiwa rakyat biasa. Saat mendengar barang mahal, yang pertama muncul di pikirannya sama sepertiku. Harune justru mengernyit saat mendengar tentang harga yang melambung tinggi karena edisi terbatas. Inilah sifat asli nona...

“Tidak... tanpa harus mengandalkan orang dalam, pasti banyak orang yang bisa diandalkan di sini.”

Aku memandangi banyak siswa yang memenuhi venue ini.

Mereka kebingungan dengan istirahat tiga jam mendadak, ada yang mengobrol, ada yang mendatangi siswa yang jarang ditemui—tapi satu hal yang konsisten tentang mereka adalah, semua adalah ‘orang kaya’.

... Meski mungkin ada pengecualian seperti Tsukimiri.

“Sebanyak apa pun dana siswa di sini, mustahil meminjam barang berharga. Jika kita menang, barang itu akan dibeli pihak sekolah. Untuk mengalahkan Inoue-san, butuh barang yang sangat berharga—‘barang mewah super tinggi yang harus siap tidak akan pernah didapatkan lagi’. Barang seperti itu sulit digantikan dengan uang.”

“Lagipula kita tidak tahu apa yang akan dibawa Inoue-san... Kira-kira barang seberapa mahal ya?”

“Untuk itu—kurasa, bisa diprediksi.”

Pandangan mereka berdua tertarik pada kata-kataku. Seperti mengulur kail pancing pelan-pelan agar tidak lepas, lebih baik kujelaskan secara runtut.

“Pertama, game ini diatur agar pemain tidak rugi. Jika menang akan dibeli penyelenggara, jika kalah tetap—jadi, berapa pun yang dibawa, total nilainya tidak berubah. Misalnya jika ini—‘penyitaan’ barang berharga, ceritanya akan berbeda. Harus berpikir bagaimana caranya semurah mungkin, tapi tetap sedikit di atas lawan. Tapi, dalam game ini tidak perlu memikirkan itu.”

Game [Permainan Pameran Besar] ini hanya saling menunjukkan kartu. Tidak ada pertarungan psikologis atau perkiraan seperti suit.

“Cukup bawa barang termahal yang bisa diganti—itu saja. Misalnya permata atau emas batangan kan? Kalau begitu, dengan uang hasil penjualannya, bisa dibeli lagi yang sama untuk mengisi ulang.”

“Begitu ya... jangan-jangan Hayato pernah memainkan game ini?”

“Tidak, tapi... bukannya untuk itulah kau ‘membeli’-ku? Masih dalam penjelasan.”

Aku belum mengatakan hal yang penting—bahkan, ini baru tinjauan ulang prasyarat game.

“Artinya, lawan akan membawa barang ‘termahal’ yang tidak bisa disiapkan Harune, selesai.”

“Itu artinya sudah mentok dong!?”

Tsukimiri terkejut berlebihan. Harune pun ikut pucat. Seolah mengonfirmasi, aku memperkuat argumenku.

“Jadi, ke mana pun kita pergi dan apa pun yang kita usahakan sekarang—akan berakhir dengan lawan menyiapkan barang di atas yang bisa disiapkan Harune. Karena lawan tidak mengambil risiko.”

Aku menjelaskan situasi yang kita hadapi sekarang. Singkatnya, ini konfirmasi ulang keputusasaan.

“Kalau begitu... kumpulkan semua aset perusahaanku—pinjam uang dari bank!”

“Bank mau meminjamkan?”

“...... Mereka justru mulai menarik pinjaman yang sudah diberikan.”

“Hei, bagaimana kalau minta maaf pada Inoue-san sekarang? Jika meminta maaf dengan sungguh-sungguh, mungkin pertandingan bisa dibatalkan!”

“Tidak perlu.”

“... Hayato?”

Harune menatapku dengan mata penuh keheranan. Kumohon jangan berharap berlebihan karena aku tidak bisa menciptakan keajaiban seperti menyelesaikan dengan sihir. Mata gadis seusia itu masih memiliki warna jernih polos yang sudah kutinggalkan sejak kelas empat SD.

“Untuk apa kau mempekerjakanku?”

“Awalnya ingin kau memikirkan solusi terbaik untuk game seperti catur atau othello.”

“Jadi sebagai pengganti prosesor kalkulasi.”

Di profilku dalam daftar pencarian orang, memang tertulis hal serupa.

Aku tidak terlalu buruk dalam pertanyaan yang ada jawabannya. Bahkan selalu ranking atas di ujian akhir semester.

“Untuk sementara—kita perlu menciptakan ‘sekutu’ dan ‘fakta yang sudah terjadi’.”

“Oh—hohohoho! Setidaknya aku puji kalian berani datang tanpa lari!”

“Nona itu hanya punya kosa kata itu? Sepertinya tadi juga bilang hal yang sama.”

“Itu ‘estetika gaya’~~!!!!”

Tiga jam kemudian. Kami berdiri di atas panggung bersamanya sekali lagi.

Venue di basement sekolah masih remang-remang. Hanya panggung bulat di tengah yang disinari sorot lampu, dengan jalan bunga menuju kegelapan.

Ngomong-ngomong, Inoue bilang kami datang tanpa lari, padahal kami sudah ada di venue sejak lama. Sekitar enam butler mengangkat kursi tempat duduk nona Inoue dan meletakkannya di panggung. Butler itu bergerak lincah tanpa terengah-engah.

“Lambat sekali.”

“Tampaknya kalian sangat cepat sampai! Apa tidak bisa membeli apa-apa?”

Inoue tampak lebih bersinar dibandingkan tiga jam lalu. Ekspresinya menunjukkan keyakinan akan kemenangan.

“Karena sudah dari awal punya. Cukup mengambilnya.”

Saat Inoue hendak membalas kata-kataku, pemandu acara Shihou menyela.

“Sudah lama menunggu—! Apakah masing-masing sudah siap dengan itemnya!?”

“Iya—tentu saja~~!!” “Sama.”

Melalui mikrofon, tawa nyaring Inoue bergema di seluruh venue. Nyaring tapi tidak jernih, seperti suara feedback. Aku ingin dia berhenti karena mengganggu.

“Kalau begitu... silakan diperlihatkan!!!!!”

Sesuai suara Shihou, sebuah kotak muncul di tangan Inoue. Mungkin diberikan oleh butler yang bersembunyi di kegelapan belakang. Kotaknya hitam—dan isinya bersinar.

Pencahayaan venue dimatikan. Kecerahan ruangan yang sudah seperti kegelapan turun satu tingkat lagi, kerumunan bergemuruh. Tapi setelah sadar itu bagian dari pertunjukan, mereka langsung tenang.

Yang ada di tangan Inoue adalah—sebuah berlian. Seberkas cahaya masuk ke dalam berlian, dan dipancarkan melalui banyak prisma. Cahaya pelangi berlarian ke segala arah dalam kegelapan.

“Ini adalah berlian 30 karat yang tidak bisa didapatkan biasa. Nilai pasarnya mencapai 400 juta yen! Tidak banyak barang yang lebih berharga dari ini! Ah, betapa indahnya kilauannya, aku ingin memilikinya!”

Dari kegelapan, seorang butler tiba-tiba muncul dan menepuk bahu nona Inoue sambil membisikkan sesuatu.

“Ternyata bukan aku yang mendapatkannya tapi akan ditukar dengan sekolah...”

Dengan nada sedikit kecewa, Inoue melakukan koreksi.

“Tidak apa. Jika kami membawa barang yang lebih mahal, kami tidak perlu menyerahkannya pada sekolah.”

Di tempat berhadapan dengan Inoue, Harune berkata. Di venue ini, hanya Inoue dan Harune yang disinari sorot lampu. Banyak kamera menangkap mereka dan memproyeksikannya di monitor.

“Aku—membawa ini!”

Tiga jam lalu—berbeda dengan ekspresi lemasnya saat aturan diumumkan, sekarang Harune penuh percaya diri. Dengan sikapnya yang tegak, Inoue sedikit mengencangkan wajah.

Yang dikeluarkan Harune adalah—sebuah koper attache.

Saat dibuka, berisi uang sepuluh ribu yen yang penuh. Hanya ada beberapa lembar kertas tipis sebagai pelengkap.

“Sepuluh ribu lembar uang sepuluh ribu yen—total satu miliar yen dalam koper attache!”

Seperti berlian, koper attache juga disinari sorot lampu. Itu adalah uang sepuluh ribu yen asli tanpa trik. Sepuluh ribu lembar uang baru, masih terbungkus band.

Itu adalah—yang diserahkan Harune padaku kemarin.

“Kukira akan mengejutkanku, ternyata hanya uang tunai!”

Tawa terbahak-bahak Inoue—oh-hohohoho tidak berhenti. Membawa kotak berisi berlian di dekatnya, Inoue bangkit dari kursi dan mendatangi kami.

“Kebetulan, akan kutunjukkan kilau berlian asli sebelum dinilai sekolah!”

Butler di belakangnya memberikan sarung tangan putih pada Inoue, dan Inoue mengenakannya di kedua tangan. Dia menjepit berlian sebesar bola super ball dan mendatangi Harune untuk pamer. Bolehkah diperlakukan sembarangan seperti itu? Hanya melihatnya saja membuatku cemas.

“Nilai ini diperkirakan minimal 400 juta yen. Ada sertifikatnya juga~!”

Berlian yang berkilauan transparan, memantulkan cahaya seperti bola cermin. Jika terpesona oleh keindahannya, kadang menyilaukan mata. Seperti matahari.

“Barang yang kalian bawa—koper attache berisi satu miliar yen... padahal diminta barang berharga, malah bawa uang tunai, tidak ada seninya... Lagipula, apa kalian kira aku hanya bisa membawa barang senilai satu miliar yen~~?”

Sambil berjalan berkeliling sekitar Harune, dia menggunakan kipas untuk mengepak-ngepakkan angin. Harune tidak bergerak sedikit pun, tapi rambutnya tertiup angin dan berkibar lembut.

“—Ah! Ternyata kalian hanya punya satu miliar yen! Jika uang itu digunakan untuk membeli barang, nilainya akan jadi di bawah satu miliar—jadi lebih baik dibawa begitu saja, begitu pikirannya ya!”

Niya, Inoue menatapku.

“Padahal dengan permata, barang antik, atau lukisan, jika punya kemampuan menilai yang tepat, bisa membeli barang bernilai beberapa kali lipat, bahkan puluhan kali lipat... Yah, ternyata butler kalian hanya omong kosong~”

“Tidak. Hayato bukan hanya omong kosong.”

—Dengan tenang. Harune membantah.

“Berapa pun usahanya, yang diajukan adalah satu miliar yen itu sendiri. Kecuali jika merusak permataku, tidak mungkin menang!”

Bersamaan dengan pose kemenangan nona Inoue, pikap, permata itu bersinar. Butler dari kegelapan menyorotkan cahaya kuat ke arah tangan Inoue.

“Jika mau meminta maaf atas ketidaksopanan tadi, akan kuperhatikan sedikit perlakuan untukmu~! Aku berencana memeliharamu sebagai peliharaan manusia, tapi jika hanya berbicara bahasa manusia, akan kubiarkan?”

Nona Inoue dengan wajah tersenyum, tidak mencoba menyembunyikan aura membunuh dari pandangannya.

“Apa itu peliharaan manusia... apakah itu diperbolehkan?”

Harune menggelengkan kepala keras-keras. Tampaknya tidak ada kebiasaan seperti itu.

“Meja atau kursi juga boleh... tapi aku tidak terlalu punya hobi seperti itu. Lagipula, yang bisa bergerak lebih sehat, kan?”

Daripada mengkhawatirkan kesehatan fisikku, nona Inoue lebih baik mengkhawatirkan kesehatan mentalnya sendiri. Mungkin dia berakting sebagai ‘aku yang baik’, tapi terlalu melenceng. Inikah nona bangsawan sejati...

“Kalau begitu jika nona Inoue kalah dari kami, akan bagaimana? Mau jadi peliharaan manusia juga?”

“Bicara macam apa kepada nona!”

“Butler, hentikan. Kemungkinanku kalah tidak sampai satu dalam sepuluh ribu, jadi tidak apa! Jika aku kalah, akan kulakukan apa pun—sujud telanjang atau berkeliling sekolah dengan tangan~”

Dengan nyaring nona Inoue tertawa “oh-hohohoho”—lalu, menyadari keanehan.

“... Aneh? Seharusnya pada saat aku tertawa, mereka akan bersorak.”

Selama Inoue terus memprovokasi Harune, venue tetap diam memperhatikannya. Tidak ada yang menyela, hanya tidak menghentikan kata-kata Inoue.

Berbeda dengan mendengarkan pidato kepala sekolah. Itu seperti—melihat burung dalam sangkar.

“Tidak begitu! Inoue-san!” “Empat miliar yen melawan satu miliar yen! Tidak mungkin kalah!”

Hanya enam orang pengikutnya yang memberikan sorakan pada Inoue.

“... Jangan-jangan, kalian sudah menyiapkan strategi?”

“Tidak tahu. Kalau dinilai, pasti akan tahu?”

“Jadi begitu! Kalian merusak permataku! Atau, menukar permata ini—”

Aku menutup koper attache dan menyerahkannya pada Shihou yang sedang menunggu.

“Kami—item Kijou Harune sudah fix. Ayo cepat serahkan juga.”

“Mengapa, mengapa bisa begitu percaya diri! Ini harusnya koper attache berisi satu miliar yen...! Apa koper attache ini bernilai lebih dari satu miliar yen!?”

“Hanya sepuluh ribu lembar uang sepuluh ribu yen. Tadi kan sudah lihat.”

“Aku lihat—karena itulah aku tidak mengerti! Tidak mungkin kalian menang dalam pertarungan ini, mengapa bisa begitu tenang!”

Terengah-engah, Inoue menarik napas dalam dan menguasai diri kembali.

“... Tidak, apa pun yang terjadi, semuanya sudah berakhir. Meski itu adalah usaha terakhir, satu miliar yen tidak mungkin mengalahkan empat miliar yen.”

Kembali dari keadaan bingung, Inoue menyimpan berliannya ke dalam kotak dan menyerahkannya pada Shihou.

“Kalian telah melihat pemandangan yang tidak sedap. Bisakah tunjukkan nilai resminya?”

Shihou menerimanya dengan berlebihan. Semua kejadian tadi ditayangkan dan disiarkan di monitor, dan langsung berganti menjadi tulisan ‘Sedang Dinilai’ saat diterima.

Setelah memastikan siaran berhenti sementara, Harune terjatuh duduk di lantai seolah kehilangan tenaga.

“Hei... Hayato, apa ini benar-benar tidak apa-apa!?”

“Tidak tahu? Yang menilai bukan kita.”

Lutut Harune yang duduk masih terus gemetar. Aku hanya bisa membayangkan perasaannya saat berdiri di sana tadi.

“Sudah lama menunggu. Kalau begitu—akan kami umumkan hasilnya!!”

Kata-kata Shihou bergema di venue. Menyusuri sudut mati kamera, aku menggenggam tangan Harune dan membantunya berdiri. Jarinya yang ramping, panjang, dan indah terasa seperti bisa terlepas seperti sutra.

“Item challenger: Irohani G, nilai perkiraannya—empat miliar lima ratus juta yen!”

Di monitor terpampang berlian dan angka dengan banyak nol. Hanya sekilas melihat, harganya tidak bisa dibayangkan, pertarungan di level itu.

Nona-nona di kursi penonton juga berdecak kagum.

“Aku memperkirakan empat miliar, tapi tambahan lima ratus juta, lumayan juga. Aku puji petugasnya~~!”

Inoue-san yang riang sudah tidak memedulikan kami. Sambil tertawa nyaring, dia mengipasi dirinya dengan kipas. Pengikut di belakangnya juga tanpa ragu menepuk tangan memuji Inoue.

“Item defender: Kijou HD, nilai perkiraannya—”

Yang muncul di layar adalah koper attache dan sepuluh ribu lembar uang sepuluh ribu yen. Lalu dua tiga lembar kertas.

“Sepuluh miliar yen!!!!”

“—Ha?”

Yang muncul di monitor adalah angka dengan sembilan nol. Melihat tampilannya, Inoue membeku.

Dan—hampir semua siswa di venue langsung bergemuruh.

“Apa... apa yang terjadi! Satu miliar yen menjadi sepuluh miliar yen, tidak mungkin! Apa kalian menyuap!?”

Di tengah sorak-sorai, Inoue yang tidak paham situasi berteriak meminta penjelasan.

“Suap? Jika bisa menang dengan menyuap, dari awal akan kuganti game lain. Tidak akan memainkan game yang seperti bullying pada nona miskin.”

Mendengar pernyataan yang bisa diartikan pertarungan ini sendiri sudah diatur, Inoue memalingkan wajahnya yang memerah.

“Kalau begitu, mengapa satu miliar yen menjadi sepuluh miliar yen!? Itu tidak mungkin! ... Jangan-jangan, koper attache itu ada rekayasanya!? Atau, wadah termahal di dunia—meski begitu tidak akan bernilai sembilan miliar yen!”

Inoue yang tidak puas melemparkan kipasnya. Butler yang bersembunyi di antara penonton menangkapnya.

“Mengapa bisa—mudah. Cukup yakini bahwa ini bernilai sepuluh miliar yen. Itu saja.”

“Yakini...? Apa maksudmu!?”

Mendengar ini, tidak jauh berbeda dengan penghipnotis. Atau lebih mirip musang yang memperdayai manusia.

“Jika kita bisa menganggap uang sepuluh ribu yen ini bernilai sepuluh kali lipat—seratus ribu yen, maka satu miliar yen dalam koper attache ini akan menjadi sepuluh miliar yen.”

“Jika itu bisa dilakukan, tidak ada yang akan susah payah!”

“Sangat setuju. Aku tidak menambah uang seperti sihir. Aku meminjam uang menggunakan kredit.”

“Menggunakan... kredit?”

Kredit didapat, bukan digunakan. Dulu aku juga berpikir begitu.

“Singkatnya, ini hutang. Aku akan berusaha membangun kembali perusahaan dari sekarang, jadi pinjamkan uang—begitulah.”

Mengambil satu dari beberapa lembar kertas dalam koper attache yang dikembalikan, kuperlihatkan pada Inoue. Di sana tertulis ‘Surat Pinjaman’ dan tanda tangan Harune.

“Tidak mungkin—tidak mungkin ada yang meminjamkan uang pada perusahaan yang hampir bangkrut! Faktanya, Kijou HD bahkan seharusnya sedang berusaha menutup usaha!”

“Ya. Aku juga berpikir begitu. Meminjamkan uang pada perusahaan Kijou dalam situasi krisis—pada dasarnya tidak mungkin menagihnya. Semakin banyak meminjamkan, semakin rugi.”

“Kalau begitu, mengapa!”

“Karena itulah, aku menggunakan aturan [Accord].”

Kembali ke tiga jam sebelumnya.

Saat Inoue pergi dari venue dan siswa yang tahu ada waktu tunggu tiga jam lebih akan bubar, aku kembali ke panggung dan berseru pada kerumunan.

“Hadirin sekalian—perhatian.”

Siswa yang sedang bebas masing-masing langsung diam bagai disiram air. Tidak mungkin terlihat di sekolah sebelumnya. Semua orang terlihat seperti anak baik—seperti menerima pendidikan yang baik.

“Maukah mendengar penawaran menguntungkan?”

Memang sekolah untuk para nona kaya, kukira semua siswa sensitif pada penawaran menguntungkan, tapi ternyata tidak. Sekitar separuh tertarik, sisanya hanya melihat karena penasaran.

“Kami akan membawa [uang tunai satu miliar yen]. Tapi, hanya satu miliar yen tidak bisa mengalahkan ‘Irohani G’. Karena itu, kami ingin meminjam uang dengan syarat ‘akan dikembalikan sepuluh kali lipat dalam tiga tahun’.”

Sebuah surat pinjaman—itu pun hanya kertas A4 tipis—tertulis syarat-syaratnya.

“Siapa yang mau meminjamkan uang untuk itu!”

Dari bawah panggung, terdengar cemoohan dari nona yang kasar.

“Jika kalian percaya pada kami—‘Kijou Harune saat ini adalah orang yang akan mengalahkan Inoue Kana, menang atas semua orang yang muncul di masa depan, dan pada akhirnya akan membesarkan perusahaan Kijou’—bagi yang berpikir demikian, kami akan memberikan hingga sembilan kali lipat jumlahnya dalam tiga jam.”

“—Eh? Apa yang dikatakan butler Kijou itu!”

Nona yang tidak dikenal itu tiba-tiba menyerang dengan ganas. Dengan gaya seperti mau melemparkan botol plastik. Karena berada di sini, siapa pun pasti lebih kaya dari kami, perlakukanlah dengan sopan—hei diriku.

Aku tersenyum ramah dan melanjutkan penjelasan pada nona yang tadi menyela.

“Mulai sekarang, uang sepuluh ribu yen yang kami bawa akan diperlakukan sebagai obligasi semu. Karena ada sepuluh ribu lembar uang baru, nomor seri dan warna huruf uang kertas akan dicatat, dan kepada yang memegang uang sepuluh ribu yen itu, tiga tahun kemudian kami akan membayar seratus ribu yen.”

Uang sepuluh ribu yen, seperti mata uang finansial lainnya, memiliki nomor identifikasi delapan digit termasuk alfabet yang disebut nomor seri. Nomor seri itu berganti warna huruf setelah satu siklus, tidak ada yang sama persis nomor dan warnanya.

“Tentu saja, jika nanti Kijou bangkrut, uang sepuluh ribu yen itu akan diperlakukan sebagai uang sepuluh ribu yen biasa—tapi hanya jika Kijou masih bertahan, tiga tahun kemudian akan kami tukar dengan seratus ribu yen.”

Ini adalah tambahan dari kata-kataku tadi. Singkatnya, ini hutang.

Berbeda dengan saham, ini hutang resmi yang tidak terpengaruh penilaian perusahaan atau nona. Tapi, dalam [Permainan Pameran Besar] ini yang mengubah ‘barang berharga’ menjadi uang, hutang memiliki arti yang sedikit berbeda.

“Dan, dalam game kali ini kami akan menyerahkan [satu miliar yen yang rencananya akan diberikan kepada kalian semua] pada pihak sekolah.”

“Itu... apa maksudnya!? Aku benar-benar tidak mengerti...!”

Harune di sampingku mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Nona yang tadi menyerang juga memiringkan kepala—hanya beberapa orang di venue yang mengangguk paham.

“Kami akan mengubah [satu miliar yen] yang kami miliki menjadi [kertas yang akan menjadi sepuluh miliar yen dalam tiga tahun jika Kijou bertahan]. Itu sendiri bisa diatur tergantung kerjasama semua orang di sini.”

“Sampai di situ aku paham. Daripada memberikan [sepuluh ribu yen] pada semua orang, kalian meminjam [seratus ribu yen], ya?”

“Tidak, itu salah. Kami tidak meminjam seratus ribu yen. Kami hanya membuat perjanjian. ‘Jika Kijou masih ada sampai tiga tahun lagi, akan diberikan seratus ribu yen’.”

“Tapi, apa untungnya melakukan itu...?”

“Ingat aturan game ini? ‘③ Item yang dinilai berharga akan dibeli sekolah dengan harga yang ditentukan lembaga independen’—ini adalah mekanisme untuk membeli piutang.”

Rasanya seperti melakukan pencucian uang. Mungkin tidak terlalu salah.

“Artinya, kami menyerahkan [satu miliar yen yang akan menjadi sepuluh miliar yen dalam tiga tahun] pada sekolah untuk dinilai. Tentu, dengan syarat itu juga kepada pemberi pinjaman yang berjanji menyerahkan uang sepuluh ribu yen itu. Selanjutnya, bagaimana penilaiannya... mari berdoa.”

“Harus berdoa!?”

“Nilainya minimal satu miliar yen... tapi tidak ada yang tahu seberapa besar kemungkinan kami terus menang tanpa bangkrut. Keinginan kantor pusat Kijou juga jujur saja mencurigakan. Karena itu, aku juga tidak tahu harga wajar obligasi ini.”

Meski membeli obligasi sepuluh miliar yen, belum tentu bisa menarik semuanya. Meski Kijou HD berhasil dibangun kembali dan ada prospek bisa mengembalikan sepuluh miliar, dengan mempertimbangkan risiko, sekitar 70% mungkin wajar.

“Lalu, bagian dari nilai penilaian dikurangi satu miliar yen akan dibagikan pada semua yang setuju sekarang. Singkatnya, kami berhutang pada sekolah untuk memenangkan pertarungan ini.”

“Itu—”

“Sudah berhutang sepuluh miliar, sekarang hanya tambahan hutang sepuluh miliar. Bukan masalah besar.”

Aku langsung menyangkal. Sekarang semua orang memperhatikan. Kata-kata pesimis akan langsung mempengaruhi penilaian pada Harune.

Seolah memahami pikiranku, Harune melihat sekeliling. Berbeda dengan tadi, venue sekarang terang sehingga wajah orang-orang terlihat jelas. Meski monitor tidak menyala, semua orang di venue menatap Harune.

“Memang, hutang sepuluh miliar bukan apa-apa. Soalnya—aku yang akan membangunnya kembali.”

Merebut mic dariku, Harune bersumpah. Tsukimiri yang memperhatikan di barisan depan panggung paling awal bertepuk tangan, dan lingkaran itu perlahan meluas.

“—Jadi, kurasa skemanya sudah dipahami. Jika kami terus menang—dan jika Kijou dianggap akan bertahan sampai tiga tahun lagi, silakan bergabung. Investasi besar juga sedang dicari, tapi karena situasinya seperti ini, aku senang jika semakin banyak orang yang setuju.”

Yang setuju dapat uang jajan maksimal sembilan puluh ribu yen, dan tidak ada risiko.

Tidak banyak orang yang tidak mau bergabung dengan hal yang terdengar seperti kebohongan seperti itu.

Mungkin hanya nona yang berencana mengambil alih Kijou atau yang bertaruh pada kebangkrutan Kijou. Ini hanya pinjam nama. Dengan pinjam nama saja, jika banyak nona perusahaan seperti ini yang bergabung, kreditnya sudah cukup—.

Entah doanya terkabul atau pidatoku berhasil.

Hasilnya, nilai ‘satu miliar yen’ menjadi sepuluh miliar yen—dinilai penuh.

Dalam Permainan Pameran Besar ada klausul ‘② Penilaian nilai dilakukan oleh lembaga independen yang tidak terlibat sekolah’. Entah berhasil menipu lembaga independen dengan banyaknya putri perusahaan yang menjadi pemberi pinjaman, atau mungkin lembaga independen mendengarkan pidato itu.

Setidaknya, penilaian penuh bukanlah keputusan yang wajar.

Setelah itu, hampir semua siswa bergabung dengan skema kami. Orang di venue juga tidak terlalu banyak. Daripada hanya sepuluh ribu yen per orang yang tidak berarti, sebagian besar siswa membuat kontrak dalam satuan juta yen.

Artinya, setelah pertarungan selesai—aku sedang melakukan pekerjaan memberikan sembilan juta yen per orang. Angkanya terlalu besar, jadi konyol. ... Atau lebih tepatnya, seharusnya tidak perlu memberikan sebanyak ini. Hasilnya, pengeluaran karena berpakin semakin besar jumlahnya, semakin banyak yang bergabung.

“... Jadi itu yang kalian lakukan.”

Inoue yang mendatangiku tanpa sungkan saat aku sibuk dengan proses pembayaran. Antrean panjang di depanku sedikit gaduh karena Inoue menyapaku.

“Saat nona Inoue pergi berbelanja.”

“Meski mengakaliku, tidak berarti orang-orang yang ingin mengambil alih Kijou akan hilang. Malah, ada perusahaan yang lebih buruk dariku.”

Dia tidak menyebut nama, tapi bahkan aku akhirnya paham siapa yang dia maksud.

“Tapi, tidak bisa membiarkan nona Inoue semena-mena pada Harune... Setidaknya, nona kami tampaknya ingin mandiri.”

“Hei—Inoue-san.”

Saat aku menghitung uang sambil melayani nona di depanku, Harune yang memberi tanda pada daftar di sampingku menyela pembicaraan. Di belakangnya, Tsukimiri menarik-narik baju Harune sambil bilang “berhenti dong~”, tapi Harune tidak mendengarkan.

“Mengapa menyerang untuk mengambil alih Kijou? Selama ini kita kan berteman.”

“Sebelum teman sekelas, kita adalah putri yang masing-masing memikul perusahaan. Kita harus selalu memikirkan cara memperbesar perusahaan.”

Aku jadi paham, memang begitu rupanya. Putri-putri yang bersekolah di SMA Setsuka diharapkan memiliki bakat sebagai direktur yang akan memperbesar perusahaan di masa depan. [Accord] ini pun bagian darinya.

Tapi, tampaknya cara penerimaan Harune berbeda dengan Inoue-san. Harune memutar pulpen di tangannya lalu bertanya.

“Inoue-san. Hei, benarkah begitu?”

“Iya. Kita tidak bisa berteman akrab sebagai teman. Kita harus selalu kuat sebagai calon direktur. Menunjukkan kelemahan berarti bisa menyebabkan kehancuran perusahaan.”

“Menurutku—berbeda. Sekolah ini untuk membuat generasi berikutnya bisa saling membantu, untuk menjalin persahabatan.”

Menatap mata Inoue, Harune menyusun kata-kata.

“Mungkin tanpa sekolah ini, kita tidak akan bisa berbicara seperti sekarang.”

“Kalau begitu, tanpa sekolah ini, kamu tidak akan [Accord] denganku.”

“Benar. Kalau begitu perusahaan Kijou mungkin sudah bangkrut, dan sekarang mungkin jadi miskin.”

Jawaban Harune cukup membuat Inoue diam. Sebagai gantinya, Harune bertanya lagi pada Inoue.

“Hei, bisakah kita—berteman lagi?”

Meletakkan papan klip, Harune berdiri di depan Inoue dan menggenggam tangannya.

“Tidak mungkin... Kita adalah perwakilan perusahaan masing-masing.”

Dengan logika dan keyakinannya, Inoue berusaha menolak tangan Harune. Tapi, Harune tidak melepaskan genggamannya. Dengan tenaga tangan saja, dia menahan Inoue yang berusaha melepaskan diri.

“Jangan... menatapku begitu lama...”

Harune tidak mengalihkan pandangan. Saat berbicara denganku kemarin juga begitu. Dia—Kijou Harune, seolah mengintip ke dalam hati, berusaha mengeluarkan kata-kata yang disembunyikan.

“Saat membicarakanku di kelas, saat berusaha memilikiku, saat [Accord], aku tidak mengerti perasaan Inoue-san. Tapi sekarang aku paham.”

Harune melepaskan tangan Inoue. Inoue sudah tidak ada niat menolak, dan tidak bergerak dari tempatnya.

“Jangan-jangan, kamu ingin menolongku?”

Saat aku hendak menyela karena keterlaluan, tanpa kusadari Tsukimiri yang ada di sampingku menutup mulutku dan menarikku menjauh dari mereka berdua.

“Aku, tidak mungkin... sampai hati jatuh untuk berteman denganmu yang jatuh—”

Dengan suara lebih seperti malu karena ketahuan daripada marah diremehkan, Inoue berkata. Wajahnya sedikit memerah, napasnya juga sedikit tersengal. Melihat itu, Harune berkata satu kalimat.

“Itu, isi hati?”

Jii~, Harune menatap mata Inoue. Tanpa mic pun, suara dan napas mereka berdua menguasai seluruh venue. Seolah mengatakan tidak boleh ada yang mengganggu percakapan mereka, bahkan keheningan sejenak saat kata-kata disusun dipertahankan.

Akhirnya, Inoue membuka mulut. Napas serak keluar lebih dulu dari kata-kata.

“Aku tidak bisa... melihat—kelakuan buruk Atago.”

Lalu, seperti bendungan jebol, kata-kata membanjir dari mulut Inoue.

“Mengincar Harune-san yang lemah dan berusaha memilikinya—terlalu, terlalu menyedihkan. Tapi—bagi kami, dikasihani adalah hal yang paling memalukan. Karena itu, aku ingin melindungimu dalam perusahaanku... dan ini satu-satunya cara bagiku~~!!!”

“Umu umu,” sambil mengangguk, Harune memeluk Inoue yang menangis tersedu-sedu di dadanya.

Apakah kata-kata yang diucapkan Inoue itu tulus atau tidak, aku tidak tahu. Tapi yang pasti, tindakannya telah mencekik leher Harune. Meski begitu, Harune tetap menerima Inoue seperti itu.

“Tidak apa... aku senang karena kamu melakukannya untukku.”

Begitu katanya sambil memeluknya.

“Nah? Seine-cchi itu dewi kan?”

“Aku tidak bisa memahami bagaimana bisa berdamai secepat itu dengan lawan yang tadinya saling serang...”

“Ah, aku juga~. Sangat paham!”

Yey☆ Tsukimiri dan aku bersalaman. Pachin terdengar suara yang enak didengar, tapi bukan suara yang lahir dari niat jahat.

“Yah, tapi itu yang hebat dari Seine-cchi~. Dia memang mudah tertipu, tapi kalau berteman dengan orang seperti itu, jadi ingin melindunginya.”

“Umu umu,” Tsukimiri mengangguk. Tanpa kusadari, lembar periksa yang dipegang Harune sudah beralih ke tangan Tsukimiri. Tsukimiri terus menarik garis dengan spidol. Kerja administratifnya sangat cepat.

“Makanya~! Butler-kun, Seine-cchi kuserahkan padamu~?”

Tsun tsun, Tsukimiri menyodok pinggangku dengan siku. Harune yang sedang berbicara dengan Inoue juga tampak mendengarkan percakapanku dengan Tsukimiri, karena kadang melirik ke arah kami.

“Yah, setidaknya untuk nilai sepuluh miliar yen.”

Ini bukan untuk menutupi malu, tapi untuk nilai kontrakku dengan Harune, aku akan memperhatikannya.

“Maksudnya seumur hidup? Hyuu~☆”

Ngomong-ngomong—Tsukimiri dengan licik mendapat untung dua ratus tujuh puluh ribu yen dari keributan kali ini.

“Tapi kamu hebat~, Butler-kun. Jujur, aku tadinya berpikir mungkin akan ditelan ‘Irohani G’~”

“Aku juga.”

“Bahkan, sampai berpikir lebih baik begitu. Sekarang pun masih berpikir begitu.”

Dengan kata-kata yang bernada, aku tertarik.

“Soalnya, perusahaan Seine saja sudah tidak punya kemauan dan tenaga untuk bertahan, dalam situasi mencari pembeli, mustahil mandiri, kan? Dalam kondisi itu, perusahaan besar yang bisa menjamin perlakuan untuk Seine-cchi dan melindungi karyawan—saat dilihat, ‘Irohani G’ yang terkuat kan?”

Meski menang, bukan berarti Kijou HD bangkit kembali. Hanya terhindar dari krisis hampir ditelan Irohani G, jika manajemen Kijou HD memutuskan menjual perusahaan, ya sudah.

“Jika di bawah Inoue-san, Seine-cchi mungkin tidak bisa bersekolah di sini, tapi bisa bersekolah di SMA biasa, dan hidup sebagai gadis kaya biasa, bukankah itu bahagia?”

“Kalau sudah memikirkannya sampai segitu, lebih baik ambil di perusahaan Tsukimiri. Kan perusahaan venture baru yang menjanjikan?”

“Perusahaanku tidak punya kemampuan segitu. Aku akan coba minta papa sih...”

Saat Tsukimiri bilang ‘papa’, kenapa terdengar seperti arti lain. Jika menarik napas dalam, apakah hati yang kotor ini akan hilang...

“Tapi, dari sini akan sulit lho~? Bagaimanapun, ini perang total dengan salah satu dari empat zaibatsu, ‘Atago’ kan? Apalagi katanya sudah ada hutang ke Atago atau tidak...”

“Hutang...?”

“Tidak, jangan tanya aku soal kredibilitas...”

Tampaknya dasarnya hanya rumor. Tsukimiri bersikap acuh dan dengan cekatan melayani orang sambil bilang “Berikutnya~”. Antrean berjalan lima kali lebih cepat daripada saat Harune yang melakukannya.

“Tidak ada rumor lain? Tentang hal-hal seputar Kijou.”

“Oh, aktivitas mata-mata? Akhirnya melakukan hal yang mirip butler.”

“Aku hanya tidak tahu saja. Aku ingin menyelidiki siapa lagi yang mengincar perusahaan Kijou.”

Aku butler dadakan yang dipekerjakan sejak kemarin. Jujur tidak ada waktu atau kelonggaran untuk menyelidiki.

“Nnya~, aku juga tidak tahu... Bisnis utama Kijou pada dasarnya lancar, jadi semua orang mau, kan? Apalagi Seine-cchi cantik.”

Aku kaget dengan perubahan arah yang tiba-tiba.

“Hei, Butler-kun juga berpikir begitu kan?”

“...Kurasa begitu.”

“Apa~, kamu malu~? Aku paham, aku paham... Imut kan... Dengan Seine-cchi yang imut seperti itu masuk ke perusahaannya, lalu berpikir untuk menjadikannya sekretaris atau sebagainya, tidak ingin?”

“... Tidak.”

“Jangan malu dong, ya?”

Dengan sikap seperti pria yang terlalu akrab, Tsukimiri mendekat dan bertanya “Sebenarnya bagaimana?”. Sudah pasti mau dong! Tidak mungkin kujawab begitu, jadi sebagai butler kutolak dengan tegas.

“Membosankan sekali~. Yah, meski tidak begitu, untuk memperdalam hubungan sebagai perusahaan, mungkin ada pernikahan politik~”

“Di zaman sekarang!?”

“Wah suaranya keras... Ada, masih banyak. Sayang, lebih baik tidak mengincar Seine meski sebaya? Dia seperti bunga di puncak gunung. Yah, sekarang kalau pulang ke rumah berdua saja—”

“Awas.” “Ait!”

Kutepuk ringan Tsukimiri. Siswi yang mengantre di barisan paling depan memalingkan muka.

“Cuma bercandaaa... . Hei, kerjakan tangannya selagi aku dipukul!”

“Karena kamu bicara aneh...”

Karena dibantu, tidak bisa membantah.

Satu per satu kuserahkan—sepuluh miliar yen di tanganku tinggal sepersepuluhnya.

Melihat venue yang sudah sepi selain orang terkait—aku menghela napas.

“Maaf... Rei juga sampai harus membantuku.”

“Gapapa gapapa. Yang penting, dengan Inoue-san sepertinya akan baik-baik saja?”

“Iya! Dia bilang akan membantu jika kami mengalami kesulitan di masa depan!”

Nona kami masih tetap menunjukkan senyuman cerah. Wajahnya yang tampak tidak tahu mencurigai orang.

“Harune... benar-benar tidak apa-apa...?”

“Tidak apa! Aku punya mata yang tajam untuk menilai orang!”

“Benarkah...”

Kata-kata yang kusimpan dalam hati, tanpa sengaja terucap. Tapi, Harune tidak tampak kesal, hanya tersenyum dan mengangguk.

“Benar! Soalnya, Hayato juga begitu, kan! Kemenangan hari ini berkat Hayato!”

Baru setelah dikatakan, bahuku terasa ringan. Seolah ada suara tali tegang yang putus.

“Ah... begitu ya. Tadi, kita menang ya.”

Di venue hanya tinggal aku, Harune, dan Tsukimiri. Lupa berdiri, aku duduk lunglai di kursi pipa yang ada di sana. Dasi yang diikatkan Harune pagi tadi juga kendur.

“Hayato!?”

“Tidak... maaf, hanya sedikit lelah. Sungguh... karena tegang tadi.”

Aku tidak memiliki keberanian sebesar Harune. Aku tidak pandai tegang di depan banyak orang, juga tidak pandai berpura-pura bisa, hanya orang biasa saja.

Menghela napas dalam—bahkan untuk berdiri, tidak ada tenaga.

“Boleh istirahat sebentar?”

“Tentu saja! Karena hari ini banyak terjadi—”

Suara Harune yang hendak merangkum hari ini, seperti nina bobo—kesadaranku perlahan menghilang ke dasar lautan yang dalam.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close