NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 8 Chapter 11 - 12

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 11

Karena ada sihir yang bisa mengubah dongeng paling menyedihkan sekalipun menjadi akhir yang bahagia


Siaran langsung yang penuh gejolak akhirnya berakhir. mendadak rasa lelah menyerangku... aku pun menjatuhkan diri di kursi ruang rapat.


Menyusul tindakanku, Nayu juga menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelahku dengan suara gedebuk. Lalu—pelan. Nayu, yang jarang sekali melakukan hal seperti ini, bersandar pada bahuku.


"…Terima kasih atas kerja kerasnya, Nii-san. Hari ini kau keren sekali, sungguh."


"Terima kasih... tapi bukan aku yang keren, melainkan Yuuka."


Masih duduk di kursi, aku menyapu pandangan ke seluruh ruang rapat. Isami dan Hachikawa-san tergeletak di meja seolah kehabisan tenaga. Nihara-san terisak hebat sambil menangis sesenggukan. Sementara itu, Masa... entah bagaimana sudah terguling di lantai, mulutnya seperti menghembuskan roh dari tubuhnya.


"Hoi, Masa. Kenapa justru kau yang paling linglung?"


"…Ranmu-sama baru saja bilang ‘terima kasih’ padaku… Ranmu-sama… hoooo…"


"Bukankah Raimu sudah sering bilang terima kasih padamu?"


"Raimu itu lain! Ranmu-sama itu… tidak ada yang namanya orang di balik layar!!"


"Seram!? Tenanglah. Kalau dipikir-pikir, Shinomiya Ranmu sendiri kan—"


"Diam!! Kalau begitu, berarti tidak ada orang di balik orang di balik layar itu juga!!"


U-uh…


Begitu hebatnya semangat itu, sekaligus komentar yang jelas-jelas tidak bijak untuk ditanggapi.


Baiklah. Tanpa ragu aku memutuskan untuk mengabaikan Masa.


"—Yaa yaa. Kurumin dan semuanya. Sebelum menyambut kembalinya dua pahlawan, izinkanlah pendukung super—Hotta Deru-sama—kembali lebih dulu!"


Dalam suasana lega setelah ketegangan mereda, masuklah Hotta-san, sang aktor pendukung utama di balik layar hari ini. Ucapan yang terkesan angkuh, namun sambil memainkan rambut kepangannya dengan jari dan tampak malu-malu… itulah betul-betul gaya khas Hotta Deru. Menyusulnya, masuklah orang lain ke ruang rapat.


"Ya ampun. Katanya siaran ini dimaksudkan untuk klarifikasi skandal, tapi hasilnya jadi acara yang luar biasa kacau."


"…Kacau itu termasuk dirimu juga, Reika. Kalau saja kau tidak memberi izin, keributan sebesar ini tidak akan terjadi."


Yang masuk adalah Rokujou Reika-san, Direktur Utama 60P Production. Dan bersamanya, yang selama siaran tadi menunggu di sub-ruang kendali—Managing Director sekaligus Kepala Divisi Pelatihan Aktor, Matogi Kei.


"Jangan salahkan aku, Kei. Benar, aku yang memberi izin. Tapi… reaksi 

kimia sebesar ini jelas karena kemampuan para aktor, bukan? Bukan begitu, Hotta?"


"Ah, tidak tidak. Aku hanya bergerak sesuai instruksi Ranmu. Jadi kalau mau memuji atau menegur… silakan langsung pada Ranmu sebagai penggagasnya. Atau pada sang ketua pertunjukan besar ini—Yuuna-chan."


Sambil berkata seakan menggurau, Hotta menoleh pada Hachikawa-san. Menyadarinya, Hachikawa-san menghela napas panjang… lalu mengangkat jempol pada Hotta.


"—Sepertinya semua orang sudah berkumpul. Kalau begitu, Yuuna… sebagai pemeran utama, apakah kau punya sepatah dua patah kata?"


"Ehh!? Itu permintaan yang keterlaluan, Ranmu-senpai!! Kau sebenarnya sedang mempermainkanku, kan!? Kalau mau menggoda, tunjukkan ekspresi wajah yang sesuai! Wajahmu datar sekali, Ranmu-senpai!!"


—Dan akhirnya, yang muncul di hadapan kami adalah dua orang yang mampu menghapus ketegangan setelah skandal dan siaran menegangkan, menggantinya dengan nuansa ceria khas “AriRaji”, serta membuat semua orang tersenyum. Shinomiya Ranmu, atau Nonohana Raimu. Dan Izumi Yuuna, atau Watanae Yuuka.


"Ehh, umm… semuanya, terima kasih banyak atas kerja kerasnya! Dan juga… untuk segala hal, terima kasih banyak!!"


Menerima aba-aba dari Raimu, Yuuka membungkuk dalam-dalam sambil berkata. 


Setelah beberapa saat, ia meluruskan badan kembali, lalu menatapku sambil tersenyum lebar. Kemudian, dengan penuh semangat ia melompat.

"Eh-hehe, Yuu-kun! Terima kasih banyak atas suratnya… aku sangat mencintaimuuu!!"


"Tunggu!? Yuuka, kali ini doronganmu terlalu—uwaaah!?"


Dengan kecepatan luar biasa, Yuuka menerjang dadaku. Dan begitu saja, bruk! ia menjatuhkanku ke lantai.


"Fuhnyuuu… sedang mengisi tenaga Yuu-kun~. Peluk, peluk kuat, peluk lagi~. Eh-hehe, Yuu-kun hangat sekali. Suka…sangat suka ☆"


"Hentikan, serius!? Ini ruang publik, kita sedang diperhatikan semua orang yang kita kenal!!"


"Haa… suasana serius tak pernah bertahan lama kalau bersama Yuuka-san."


Sambil berdecak, Raimu mengangkat bahu. Namun ekspresinya tampak seolah menikmati keadaan. Setelah itu Raimu menghadap Direktur Rokujou.


"Direktur Rokujou. Kami berdua, aku dan Yuuna, telah menimbulkan banyak sekali kesulitan pada berbagai pihak. Dengan tulus kami mohon maaf."


"…………"


Direktur hanya menundukkan pandangan pada ponsel di tangannya, tanpa sepatah kata pun. Namun Raimu tetap tak mengalihkan tatapannya sedikit pun darinya.


"…Video dari akun Kamigami semuanya telah dihapus."


—Setelah seolah waktu berjalan tanpa akhir, Direktur Rokujou menyampaikan hal itu dengan tenang.

"Semua video… maksudnya akun itu dibekukan?"


"Bukan begitu, Yuuichi-kun. Kamigami sendiri yang menghapus seluruh videonya. Dan, kebetulan ada laporan dari agensi lain yang sebelumnya sudah mengajukan pengaduan. Baru saja, Kamigami menyerahkan diri ke polisi untuk menebus semua perbuatannya."


"‘Kamigami’ itu… melakukan hal seperti itu?"


Seorang MeTuber bernama Kamigami, yang karena terlalu mengidolakan pengisi suara, terus-menerus mengibarkan rasa keadilan yang menyimpang.


Sabitan sabit menyedihkan miliknya itu bukan hanya melukai Izumi Yuuna, tetapi juga banyak pengisi suara lainnya. Tak pernah kusangka Kamigami yang seperti itu, kini menyesali perbuatannya sendiri…


"Cih! Hanya menyerahkan diri saja tidak cukup. Harusnya menebus dengan kematian!"


"Hush, Nayu-chan… tidak boleh begitu! Ada pepatah, ‘bencilah dosanya, bukan orangnya’, kan? Jangan pasang wajah marah begitu… ayo, senyum! Heii, senyum!"


"Tunggu!? Yuuka-chan, jangan gitu—hahaha!!"


Yuuka yang sudah berdiri, memeluk Nayu dari belakang dan melancarkan serangan gelitikan. Nayu pun meronta-ronta karena serangan Yuuka.


Setelah membuat Nayu tertawa puas, Yuuka lalu menunduk menatapku yang masih terbaring di lantai, lalu tersenyum lembut.


"Hei, Yuu-kun. Kira-kira Kamigami-san juga… sedikit saja, bisa ikut tersenyum, kan?"

"…Iya. Pasti sampai juga padanya. Kekuatan senyummu itu, Yuuka."


Padahal sudah diperlakukan seperti itu. Alih-alih membenci Kamigami, Yuuka malah mengkhawatirkannya.


Tunangan sekaligus Izumi Yuuna ini… Watanae Yuuka… selalu begitu lembut, polos, dan penuh kehangatan. Selalu membagikan cinta dan kebahagiaan yang luar biasa besarnya kepada semua orang.


"—Semua video milik Kamigami sudah dihapus, dan video potongan dari akun-akun lain pun hampir semuanya sudah diberantas. Komentar di media sosial tentang siaran langsung tadi juga sejauh ini sebagian besar bernada positif. Tak ditemukan tanda-tanda keributan. Kerja bagus, Izumi—dengan ini, satu babak telah selesai."


"Serius!? Hebat, hebat sekali, Yuu-chan!!"


Bersamaan dengan deklarasi penyelesaian dari Direktur Rokujou,

Nihara-san melompat kegirangan dan langsung memeluk Yuuka erat-erat—sampai wajah Yuuka tenggelam ke dalam lekuk dadanya.


"Munya!? Mo-momo-chan… a-aku… tidak bisa bernapas… mmf!"


Mu~nyu, mu~nyu.


Seolah-olah terdengar efek suara itu, Yuuka semakin tenggelam ke dalam dada besar milik Nihara-san.


Eh… kenapa ya? Padahal aku hanya melihat saja, tapi tubuhku terasa geli, serba salah, dan seperti mau meledak.


"Yuu-chan, kau luar biasa… sama seperti bisa menang dengan kekuatan mukjizat setelah dihantam kombo ‘penghancuran alat transformasi lalu dilempar ke luar angkasa’! Itu benar-benar hebat!!"


"Apa-apaan perbandingan itu!? Aku sama sekali tidak—mmnya! Momo-chan lepaskan! Aku mati terhimpit dada besarmu… mu~nyu… ugh… unyaaah! Aku tahu, kok! Aku tahu ini yang kau suka, kan, Yuu-kun!? Dasar mesum! Biar kau mati tenggelam di lautan dada ini!!"


Eh? Kenapa tiba-tiba aku yang diseret? Aku sama sekali tidak pernah bilang ingin dihimpit begitu, tidak, sama sekali tidak pernah!


"Heeh… begitu ya. Ternyata cukup berbahaya juga kau ini, ‘Otouto’-kun."


"Benar, Deru. Dari luar Yuuichi-kun memang kelihatan serius dan sopan. Tapi aslinya, dia itu pria mesum yang diam-diam tergila-gila pada gadis muda berpayudara besar!"


"Tunggu dulu!? Hachikawa-san, tolong hentikan tuduhan tak berdasar itu!? Kalau gosip itu menyebar, aku yang akan membuatmu menggelar konferensi pers minta maaf nanti!!"


—Ahh. Rasanya… seperti biasa lagi.


Hotta-san tersenyum licik sambil menatapku. Hachikawa-san menatapku dengan mata sinis, tanpa alasan yang jelas. Masa… entahlah, masih saja melamun sambil ‘melepaskan jiwanya’. Sedangkan Nayu dan Isami? Entah kenapa, mereka masih saja bertengkar seperti biasa.


Kasus Kamigami sempat membuatku cemas dan bertanya-tanya bagaimana semua ini akan berakhir. Namun kini, suasana damai yang biasa kembali lagi—dan aku benar-benar merasa bahagia karenanya.


……Hm?


"Ke mana perginya Raimu dan Matogi Kei?"


Padahal tadi mereka ada di ruang rapat ini. Tapi sekarang, entah sejak kapan, keduanya sudah tidak kelihatan.


"Ini semua salah Isami! Aku masih hampir belum sempat bicara dengan Ibu!"


"Mana ada! Aku cuma merasa gemas melihat Nayu-chan digelitiki Yuuka. Tapi Nayu-chan malah salah paham, marah, lalu—dengan bangga menunjukkan foto dirinya tidur satu futon dengan Yuuka! Itu kan situasi bikin iri, jadi sebenarnya kamulah yang mulai cari gara-gara!!"


Dua-duanya sama saja.


"Ahh, sudah! Berisik! Aku tidak ada waktu mengurusi Isami sekarang!!"


Nayu melemparkan kata-kata itu lalu berlari keluar ruang rapat secepat mungkin. Aku berpikir harus segera mengejarnya. Namun—tanpa sadar, bayangan wajah tanpa ekspresi Matogi Kei melintas di benakku. Entah kenapa, kakiku tak bisa melangkah maju. 


Saat itu… di punggungku, tap. Telapak tangan lembut Yuuka menyentuhnya.


"…Yuuka?"


"Yuu-kun, tahu tidak? Aku… berkat semua orang yang membantuku, berhasil bicara dengan berani saat siaran langsung tadi."


Masih menempelkan tangannya di punggungku, Yuuka melanjutkan dengan suara tenang.


"Dan juga… di sekolah pun aku berani menunjukkan jati diriku yang sebenarnya, mengungkapkan semua yang kupikirkan. Aku bukan lagi Watanae Yuuka si pengecut dari masa SMP. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melangkah maju—dan akhirnya bisa tertawa bersama semua orang."


Yuuka tersenyum. Senyum itu… lebih indah dari apa pun di dunia ini.


"Itu sebabnya—sekarang giliranmu, Yuu-kun."


Dan dengan itu, Yuuka menepuk punggungku dengan lembut. Keberadaan hangat telapak tangannya… masih tertinggal di sana. Itu terasa begitu hangat… sampai-sampai aku hampir menangis.


"──Ah. Terima kasih, Yuuka. Kali ini giliranku… kan!"


Diiringi tatapan perpisahan dari Yuuka, aku berlari meninggalkan ruang rapat, mengejar Nayu.


"Tenang saja. Soalnya, aku akan selalu… berada di sisimu!"


Sesaat sebelum aku membelok di ujung lorong, kata-kata Yuuka yang diarahkan pada punggungku itu, bagai sihir──mencairkan seluruh rasa cemas dan takut yang ada di dalam hatiku.



Sesampainya di lobi 60P Production, aku melihat Nayu berdiri terpaku di tempat, seolah membeku. Aku segera berlari menghampiri, lalu kudengar ia bergumam lirih.


"…Ibu."


Arah pandang Nayu tertuju pada──Matogi Kei yang sedang ditahan dengan lengan kanannya digenggam erat oleh Nonohana Raimu.


"…Lepaskan aku, Shinomiya-san."

"Maaf, tetapi itu tidak bisa saya lakukan."


Matogi Kei menatap tajam ke arah Raimu. Namun, Raimu sama sekali tidak menunjukkan tanda terguncang.


"Apa maksudmu, Shinomiya-san? Melakukan kebodohan seperti ini."


"Tadi saya melihat Anda mencoba meninggalkan kantor secara diam-diam. Jadi terpaksa saya menahan Anda. Itu saja."


"Rasanya aku tidak punya kewajiban untuk ditahan olehmu."


"Ahaha. Yah… memang benar. Maaf."


Matogi Kei melontarkan kata-kata penuh duri. Namun Raimu menanggapinya dengan nada suara yang sangat berbeda dari saat ia berperan sebagai Shinomiya Ranmu. Nada itu cerah, lembut, dan entah bagaimana terasa akrab. Suara yang pernah kudengar di ruang kelas, ketika kami tertawa bersama dengan polos.


Ya──suara Nonohana Raimu.


"‘Setiap orang punya keyakinan, setiap orang punya cahaya. Tidak ada satu jawaban yang mutlak benar.’──Itulah penunjuk jalan yang dulu kudapatkan darimu. Sama seperti keyakinan yang kaupegang teguh, jalan hidup yang telah kaupilih──aku juga punya perasaan yang tak bisa kugadaikan. Karena itu, aku tidak akan pernah melepaskan tangan ini."


Dengan suara yang lembut, Raimu menyampaikan ketegasannya. Matogi Kei menatapnya lama, lalu menghela napas panjang.


"…Baik Izumi maupun Shinomiya, kalian ini anak-anak yang terlalu suka mencampuri urusan orang lain."


"Sebenarnya aku tidak seperti itu. Tapi entah kenapa aku dipengaruhi Yuuna──Yuuka-san. Dia berbeda dari aku dan dirimu, Maka-san… dia bercahaya seperti matahari."


Kemudian Raimu melepaskan tangan Matogi Kei, dan dengan sorot mata yang berkilau, ia berkata penuh keyakinan:


"──Matogi Kei. Kau adalah sosok yang kukagumi. Seseorang yang berani mengorbankan segalanya demi meraih satu mimpi, dan itu membuatku sangat menghormatimu. Tapi aku… tidak akan menjadi dirimu. Karena mimpi saja tidak cukup. Aku punya harapan penting yang ingin kuraih bersama mimpiku. Dan aku belajar, bahwa hidup seperti itu juga tidak apa-apa──karena Yuuka-san yang mengajarkannya padaku!"


Ucapan penuh keyakinan itu membuat Matogi Kei terdiam membisu, hanya berdiri di depan pintu otomatis.


"…Ahaha. Baiklah, kalau begitu giliran antara aku dan Matogi-san sudah selesai! Sekarang gilirannya Yuuichi, Nayu-chan, dan──Kyouko-san."


Raimu berkata sambil bergaya seolah bercanda, lalu berbalik arah. Ia berjalan mendekati aku dan Nayu…


"Sudah lama ya, Nayu-chan? Kamu sudah tumbuh besar. Waktu SMP, saat pergi main bersama Masaharu dan yang lain, aku pernah merepotkanmu kan?"


"…Berhenti bicara seperti itu, bikin jengkel. Nonohana Raimu… iblis yang merayu kakakku, lalu membuangnya dengan kejam sampai menghancurkan dirinya."


"Oi, Nayu. Jangan bicara begitu──"


"Tidak apa-apa, Yuuichi. Karena itu memang fakta. Benar aku punya alasan dan pertimbanganku sendiri saat itu. Tapi… dosa karena telah melukai dirimu dan Nayu-chan tidak akan pernah hilang."


Dengan suara dan ekspresi yang terasa seperti perpaduan antara Nonohana Raimu yang kukenal, Shinomiya Ranmu, dan dirinya yang asli, Raimu menundukkan kepala.


"Maafkan aku, Nayu-chan. Aku telah banyak melukai dirimu dan kakakmu."


"…Iya, benar banget. Aku benci kamu sejak kelas tiga SMP."


"Ya. Aku paham bahwa itu kesalahan yang tak bisa diampuni."


"…Tapi, yah. Karena kamu sudah menahan Ibu di sini supaya kami bisa bicara dengannya, untuk itu… aku berterima kasih, sungguhan."


Dengan nada setengah kesal, Nayu berkata begitu. Lalu ia mulai berjalan perlahan ke depan, melewati Raimu.


"Jadi──terima kasih, Nonohana Raimu."


"Terima kasih juga, Nayu-chan."


"…Cih."


Kemudian Nayu berdiri tepat di hadapan Matogi Kei yang masih terdiam. Sambil pipinya dibasahi air mata──ia tetap tersenyum.


"Ibu… bukankah ini terlalu lama? Kau meninggalkan kami begitu saja… banyak hal yang terjadi setelah kau pergi… aku benar-benar kesepian, tahu… Dasar bodoh."


"…Nayu."

Matogi Kei──ibu kami. Ia hendak mengulurkan tangan kepada Nayu yang sedang menangis di depannya. Namun Nayu menahannya.


"Tunggu dulu. Aku tidak butuh hiburan atau penghiburan kosong sekarang. Yang lebih penting──aku punya banyak hal yang ingin kau dengar. Kebanyakan sih, soal Nii-san."


Sambil berkata begitu, Nayu melirik ke arahku dengan senyum nakal.


Benar juga… sama sepertinya, aku pun punya banyak hal yang ingin kubicarakan. Banyak unek-unek yang ingin kusampaikan. Karena itu── aku harus berani menghadapi Ibu di sini.


"Menurutku… kau juga punya hak untuk ikut serta dalam panggung ini, Yuuka-san."


"Eh?!"


Dengan nada santai, Raimu tiba-tiba menoleh ke arah kami dari belakang. Dan seketika──Yuuka muncul, mengintip wajahnya dari balik sudut lorong.


"Yuuka?"


Saat kupanggil namanya, Yuuka berlari kecil menghampiri kami dengan wajah cemas.


"Maaf ya, Yuu-kun… Aku tadinya berpikir, ‘Aku akan berusaha mengawasi dan mendukungmu!’ Tapi entah kenapa, jadinya malah seperti stalker… Jangan benci aku ya, hiks."


"Eh, aku sama sekali tidak berpikir kau stalker kok!?"


──Tidak apa-apa. Karena aku akan selalu… berada di sisimu!


Seperti kata-katanya itu, dia benar-benar mengawasiku dari dekat. 


Terima kasih, Yuuka. Kalau Yuuka ada di sisiku, aku sungguh merasa… mulai sekarang pun, pasti akan baik-baik saja.


"Ibu, dengarkan cerita kami, ya. Sudah lama sekali kita tidak bertemu, kan? Selama waktu itu, banyak sekali yang terjadi. Benar-benar… banyak hal."


Lalu aku menggenggam tangan Yuuka. Kami berdua berdampingan… dan melangkah maju ke hadapan Ibu.


"Ibu. Aku… sudah punya seseorang yang sangat berarti bagiku."




Chapter 12

Bisa bertemu denganmu, telah mengubah hidupku


Bukan dengan Matogi Kei.

Bukan juga dengan Arato Kyouko.

Melainkan kepada ibu kandungku dan Nayu──Sakata Kyouko.

Aku mulai bercerita.


──Sejak hari aku bertemu dengan Watanae Yuuka. Tentang semua hal yang telah kualami sampai hari ini, yang hanya dipenuhi dengan kebahagiaan.


"Awalnya semua karena Ayah."


Sambil tetap menggenggam tangan Yuuka di sisi kananku, aku memberi isyarat dengan mata ke arah Nayu di sebelah kiri──lalu tersenyum pada Ibu.


"Suatu hari, Ayah tiba-tiba bilang, dia sudah memutuskan soal pernikahanku dengan Yuuka, tahu? Diputuskan sepihak, tanpa penjelasan yang layak… bisa dipercaya nggak sih?"


"…Memutuskan pernikahan? Sepihak? Maksudnya bagaimana?"


Ya, benar. Wajar kalau tidak mengerti. Aku pun waktu itu hanya bisa berpikir, ‘Ngomong apa sih orang ini?’ Bahkan sekarang setelah tahu semua alasannya, aku tetap merasa Ayah itu benar-benar keterlaluan.


"Tanpa tahu apa-apa, aku dan Yuuka akhirnya dijadwalkan untuk bertemu muka. Dan kau tahu? Aku benar-benar terkejut. Soalnya, tunangan yang sudah diputuskan orang tua itu… ternyata teman sekelas sendiri."

──Hari upacara pembukaan semester dua SMA.


Kesan pertamaku pada Watanae Yuuka bisa dibilang seperti udara. Dia berkacamata, rambutnya diikat ekor kuda. Wajahnya datar, jarang berinteraksi dengan orang, hanya duduk diam di bangkunya.


Seorang gadis yang tampak sederhana di sudut kelas──itulah kesan pertamaku pada Yuuka.


──Dan segera setelah tahu kalau gadis sederhana itu ternyata tunanganku, aku dan Yuuka, meski sama-sama canggung, mencoba mengobrol berdua. Lalu aku sadar, ternyata hobi kami mirip, obrolan terasa nyambung, dan entah sejak kapan, kami jadi lebih dekat.


Waktu itu, Yuuka… tersenyum lepas. Berbeda dari wajahnya di sekolah──sebuah senyum ceria dan polos, yang hanya bisa dibilang manis.


"…Oh, iya. Dan Ayah ternyata sudah tahu sejak awal kalau Yuuka adalah pengisi suara dari idol favoritku. Dia tahu, tapi sengaja menyembunyikannya. Benar-benar penipu, kan?"


"Orang seperti itu pasti tidak akan mati dengan cara baik-baik. Kalau bisa dihukum, harusnya dipermalukan keliling kota lima puluh kali. Itu pantas baginya. Sungguh."


Nayu menambahkan komentar pedas, seperti tembakan penutup untuk keluhanku. Mendengarnya, Ibu──seolah menahan tawa, tersenyum kecil. 


‘Love Idol Dream! Alice Stage☆’, karya yang menaikkan idol abadi sekaligus favoritku──Alice Idol, Yuuna-chan. Dan orang yang menghidupkan karakter itu, Izumi Yuuna, ternyata adalah Yuuka.

Di hari pertama kami bertemu, aku tahu kenyataan itu. Dan pada saat yang sama, Yuuka juga tahu bahwa aku──fans garis keras Izumi Yuuna, ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’──ternyata orang yang ada di hadapannya. Di tengah kenyataan mengejutkan itu, Yuuka──


"Memang aku masih banyak kekurangan… tapi mulai hari ini, Watanae Yuuka alias Izumi Yuuna akan berusaha sebaik mungkin sebagai calon istri. Jadi, tolong dukung aku!!"


──jadi luar biasa bersemangat.


Padahal sebelumnya dia juga mengatakan, “Pernikahan yang ditentukan orang tua itu… bla bla bla”, tapi langsung membalikkan ucapannya dalam sekejap.


Benar-benar, Yuuka ini terlalu menyanjung berlebihan sosok ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’.


"Ya, intinya setelah melewati berbagai hal, aku dan Yuuka akhirnya tinggal bersama."


"Benar. Karena pekerjaan Ayah, aku dan beliau memang sudah lama tinggal di luar negeri. Lalu, di masa remaja yang penuh gejolak, seorang pria dan wanita yang baru saja bertunangan, akhirnya hidup berdua di satu atap."


Tanpa banyak kata, aku menjitak kepala Nayu dengan kepalan tanganku. Dia pun meringis kesakitan sambil jongkok.


Dasar, selalu asal bicara. Padahal ini momen serius.


"Ya, tinggalkan saja ocehan Nayu. Faktanya, sepasang siswa SMA yang bertunangan lalu tinggal bersama──tidak mungkin bisa diumumkan begitu saja di sekolah. Sama halnya dengan kegiatan seiyuu, risikonya terlalu besar jika sampai ketahuan. Jadi, kami memilih untuk tidak mengungkapkannya──"


"──Begitu rupanya. Jadi itu cerita awal pertemuan adik Izumi-san dengan Izumi-san dan ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’. Baru sekarang aku bisa memahami latar belakang dari kasus ‘Kamigami’ itu."


Ibu mengucapkannya dengan nada lembut. Lalu, dia menundukkan kepala dengan hormat pada Yuuka.


"Izumi-san, maafkan aku. Masalah skandal kali ini… jika ditelusuri, semua berawal dari keluarga Sakata yang menimbulkan banyak masalah."


"Ti-tidak, sama sekali tidak!! Tolong angkat kepalamu! Tidak ada hal yang membuat Matogi-san perlu meminta maaf pada saya──"


"Tidak. Ada alasannya. Karena aku──dulunya adalah bagian dari keluarga Sakata."


──Dulunya. 


Kata itu menusuk tajam ke dalam dadaku. Namun aku menahannya ──dan melanjutkan cerita tentang kenangan bersama Yuuka.


Event pertama yang diikuti Izumi Yuuna. Sayangnya, hari itu bertepatan dengan kegiatan relawan.


Melihat langit malam saat kegiatan belajar di luar sekolah. Festival musim panas. Kembang api senko hanabi yang kami lihat berdua. Liburan musim panas. Comiket. Festival budaya yang menjadi titik balik Yuuka.


Usahanya membuahkan hasil, terbentuklah Yurayura★Kakumei. Konser mini di Okinawa yang bertepatan dengan study tour juga cukup merepotkan.


Musim dingin, kami pergi ke Hokkaido. 

Ada kenangan tak terlupakan: White After Christmas.


Setelah tahun baru, aku bertemu ayah dan ibu mertuaku untuk pertama kali. Di sana aku menyampaikan tekadku──sebagai calon suami.


Lalu, Hari Valentine.


Putaran kedua pemungutan suara popularitas Delapan Alice.


Kali ini, insiden Kamigami.


──── Banyak hal telah terjadi. Benar-benar terlalu banyak hal, kenangan pun meluap begitu deras. Dan di setiap saat… Yuuka selalu tersenyum di sisiku.


Aku mencintainya. Aku mencintai Yuuka. Dia begitu berharga, begitu kucintai──hingga aku tak tahu harus bagaimana lagi.


"U-uhnyaa… b-baka… Yuu-kun, ini terlalu memalukan, tahu nggak… Aku juga… aku juga sangat mencintaimu. Aku cinta Yuu-kun… Yuu-kun, Yuu-kun…"


Sambil menggenggam erat tanganku, Yuuka berbisik dengan wajah menunduk. Sosoknya yang demikian itu terlalu berharga bagiku── hingga aku pun mengulurkan tangan satunya, dan dengan lembut mengusap kepalanya.


"Seperti itulah… bisa dibilang, hari-hari kami cukup membahagiakan. Tapi, Bu… di dalam diriku, ternyata masih ada──‘anak yang kesepian’."


"…‘Anak yang kesepian’?"


Tentu Ibu tidak langsung mengerti. Aku pun tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya, sampai Yuuka yang mengatakannya padaku. 

Namun──itulah yang paling ingin kusampaikan sekarang.


"Sejujurnya… aku sempat berpikir sudah melupakan Ibu. Tapi setelah Yuuka berkata begitu, aku baru sadar. Aku hanya pura-pura baik-baik saja… padahal sebenarnya aku selalu merasa kesepian. Aku marah, bertanya-tanya kenapa Ibu pergi! Aku selalu berharap… Ibu kembali pulang!!"


──Yuu-kun itu, selalu berusaha keras.

──Tapi di hadapanku, tak apa kok kalau menangis. Tak apa kalau manja sedikit.

──Karena… dirimu yang mana pun, tetaplah berharga bagiku.


Suara Yuuka bergema di kepalaku. Dan bersamaan dengan itu, setetes air mata mengalir di pipiku.


Sejak Ayah dan Ibu bercerai, aku tanpa sadar menekan perasaan itu. Aku kubur jauh di lubuk hati, aku bekukan rapat-rapat. Namun hati yang membeku itu──mencair oleh hangatnya Yuuka, yang bagaikan matahari. Itulah sebabnya, aku sudah berhenti berpura-pura… seolah tidak kesepian lagi.


"Aku juga… punya perasaan yang sama!!"


Seolah terpicu olehku, Nayu berteriak. Bibinya digigit erat, lalu air mata membasahi sudut mulutnya.


"Aku beneran kesal sekali sama Ibu! Tapi ya udah, kalau kita bisa duduk bareng, Ayah, Nii-san, aku, lalu kita bilang ke Ibu ‘jangan seenaknya gitu’! Trus, Ibu yang bayarin kita makan sushi paling mahal!! Habis itu… udah cukup, selesai. Jadi, pulanglah. Pulanglah, Bu…"


Suara di akhir begitu bercampur isak tangis, sampai-sampai sulit kudengar jelas.

"Naayuu-chan!"


Yuuka memanggil namanya. Dia melepaskan tanganku, lalu berbalik menghadap Nayu──dan memeluknya erat-erat.


"Kamu hebat ya, Nayu-chan… berhasil menyampaikan perasaanmu dengan baik. Pintar sekali."


Wajahnya lembut, tenang, nyaris menyerupai malaikat.


Melihat senyum Yuuka itu… aku sendiri jadi merasa seolah ikut dipeluk olehnya──perasaan aneh tapi hangat.


"…Aku mengerti maksud kalian. Namun, untuk sekarang… kita sudahi dulu sampai di sini."


──Namun. Ibu menyatakan itu dengan nada sangat formal.


"Di dalam kantor, kita tidak boleh membicarakan informasi pribadi. Kasus Kamigami baru saja terjadi. Jika sampai ada masalah lagi, masa depan karier Izumi-san benar-benar terancam. Dalam urusan manajemen risiko, kita harus berhati-hati berlipat ganda."


Dengan kata-kata itu, Ibu mencoba memotong pembicaraan, mencoba mengalihkan pandangan dari kami. Aku sempat terhenti, hampir mundur──


"────Jangan lari, Matogi Kei!!"


Saat itu juga. Yang membentak Ibu dari belakang, padahal tadinya hanya mengamati, adalah Raimu. Lalu Raimu melanjutkan dengan suara lantang:


"Jangan sembunyikan kelemahanmu dengan alasan mimpi atau keyakinan!! Engkau adalah Matogi Kei. Seorang yang selalu memberikan haru dan kebahagiaan pada semua yang melihatmu. Tetapi! Saat ini, yang harus kau hadapi bukanlah sebagai Matogi Kei… melainkan sesuatu yang lebih penting, bukan begitu!? Engkau tahu benar hal itu──Sakata Kyouko!!"


"…Benar sekali, seperti yang dikatakan Shinomiya."


Seolah menunggu Raimu selesai, sosok yang perlahan muncul dari belakang adalah──Direktur Rokujou.


"Aku sudah meminta Hachikawa dan Hotta mengurus agar tidak ada orang mendekat. Untuk sementara, pintu depan digunakan untuk mengatasi dampak siaran barusan, jadi gunakanlah pintu belakang ──itu sudah kusampaikan. Lagipula, ini hari Minggu. Hanya segelintir orang yang ada di kantor."


Dengan tenang ia menjelaskan, lalu menatap Ibu lekat-lekat.


"Kalau soal privasi, sudah aman. Jadi tenanglah, Kyouko, lanjutkanlah."


"Reika… apa maksudmu?"


"…Hm, bisa dibilang… penebusan dosa. Aku pernah menyeretmu dan keluargamu ke dalam mimpiku, dan membuat kalian terluka… Aku ingin menebus dosa masa lalu itu."


Sementara Direktur Rokujou berbicara, dari ujung lorong muncul Isami. Disusul oleh Nihara-san dan Masa. Tak lama, Hachikawa-san dan Hotta-san juga ikut bergabung.


Tanpa kusadari, di lobi 60P Production──semua orang yang tadi menunggu di ruang rapat kini berkumpul.


"…Ini tidak seperti dirimu, Reika."

"Ya, memang. Ini bukan seperti diriku biasanya. Tapi, bagaimanapun juga… sampai di sini saja yang bisa kulakukan. Selebihnya, ini adalah masalah yang harus kalian selesaikan──sebagai sebuah keluarga."


"Benar sekali. Jadi, Ibu Mertua? Mari kita mulai ronde kedua pembicaraan keluarga! …Ayo, bagaimana?"


Suasana tegang yang melingkupi antara Ibu dan Direktur Rokujou langsung buyar. Yang mencairkan itu dengan nada ceria penuh semangat──adalah Isami.


Setelah itu, Isami menoleh pada kami, tersenyum dengan gaya sok keren. Lalu perlahan──ia arahkan layar ponselnya ke hadapan kami.


"………Eh?"


Begitu melihat layar ponsel Isami, aku, Nayuu, bahkan Ibu, sama-sama terkejut hingga bersuara.


Tidak heran, wajar saja, bukan? Karena yang terpampang di layar ponsel Isami──────adalah Ayah kami.



"A… nata? Kenapa bisa…"


『Ahaha, kenapa ya? Sebenarnya, Isami-san tiba-tiba menghubungiku. Aku setengah dipaksa untuk mengaktifkan aplikasi Zuum… yah, tak apa lah. Yang lebih penting… sudah lama sekali ya, Kyouko?』


Melalui layar ponsel Isami, akhirnya Ibu dan Ayah──setelah sekian tahun──bertemu kembali. Aku dan Nayu benar-benar kehilangan kata-kata atas kemunculan Ayah yang tak terduga itu. Sementara kami masih tertegun, Isami dengan bangga berkata:

"Anggap saja ini balas dendam kecilku, Nayu-chan. Kali ini aku sengaja memanggil Ayahmu secara mendadak, biar jadi kejutan. Bagaimana? Lumayan kaget, kan?"


"Jangan bercanda, Baka Isami… terima kasih."


Dengan wajah penuh air mata, Nayuu hanya bisa berbisik lirih. Tak lama kemudian──Nihara-san dan Masa menyusul. Mereka bersorak lantang, sampai-sampai seluruh ruangan bergema.


"Heeey, Sakata! Pertarungan klimaks ini, jangan sampai kalah sampai akhir! Yuuka-chan ada di belakangmu mendukung sepenuhnya… jadi pasti baik-baik saja!!"


"Betul itu, Yuuichi! Jangan berhenti!! Kalau kau mundur, awas saja!!"


…Sungguh, ucapan mereka terdengar seperti ejekan keras. Padahal seharusnya, urusan keluargaku tidak ada hubungannya dengan mereka.…………Terima kasih, kalian berdua.


Aku usap kasar sudut mataku yang panas. Lalu kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. 


Aku dan Nayu. Ayah yang tampak di layar Zuum, dan Ibu yang wajahnya penuh kebingungan. Mengitari keluarga kecil kami──ada begitu banyak senyuman.


Nihara-san dan Masa, mengangkat tangan, tertawa lebar, bersorak mendukung dengan sepenuh hati.


Direktur Rokujou, dengan tatapan penuh kelembutan, mengawasi Ibu.


Di sisinya, Hachikawa-san menampilkan ekspresi campuran tangis dan tawa, sementara di bahunya bertumpu tangan Hotta-san yang tersenyum lebar. 

Raimu bersedekap, menatap tenang seperti cahaya bulan, dengan senyum damai.


Adik ipar manisku, Isami, masih mengarahkan ponselnya pada kami sambil tersenyum cerah penuh kebahagiaan.


────Dan tentu saja, di sisiku berdiri orang yang selalu menebarkan senyum bagi semua orang. Tunangan yang paling kucintai──Watanae Yuuka.


"──Ibu. Dan Ayah juga. Maukah kalian mendengarkan?"


Aku berkata pada Ibu, yang masih terpaku menatap layar Zuum. Lalu aku mengutarakan sesuatu──yang pasti akan masuk peringkat pertama dalam daftar "Topik paling memalukan yang diucapkan seorang anak kepada ibunya".


"Aku ingin menikah dengan Yuuka yang ada di sini. Mungkin bukan dalam waktu dekat, tapi──aku pasti akan menikahinya. Menikah, dan menemaninya sampai akhir hayatku."


Yuuka langsung menjerit kecil, "Nyaah!?" wajahnya seketika memerah padam. Aku tak kuasa menahan tawa kecil melihat reaksinya, tapi aku terus melanjutkan.


"Yuuka itu gadis yang aneh. Dia cenderung penakut, gampang gugup kalau bicara dengan orang lain, dan sering membuatku khawatir. Tapi… setiap kali kusadari, dia sudah melangkah maju dengan kakinya sendiri. Dan pada saat itu──dia selalu berhasil membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum. Dia adalah… seseorang yang benar-benar luar biasa."


Selalu──Yuuka memberiku banyak sekali hal berharga.


Cinta. Keberanian. Kebahagiaan. Keakraban. Senyum. Dan kebaikan hati, begitu hangat sampai membuatku ingin menangis.


────Terima kasih, Yuuka. Aku bersumpah akan terus mendukungmu. Dan aku mohon… tetaplah genggam tanganku. Selama kau ada di sisiku, aku bisa dengan tegap berkata──aku akan baik-baik saja, apapun yang terjadi.


Jadi, hari ini──aku akan mengucapkan selamat tinggal pada ‘anak yang kesepian’ di dalam diriku.


"Ibu. Aku ingin… Ibu juga mengakui pernikahanku dengan Yuuka."


Aku menatap lurus ke arah Ibu, dan mengucapkannya.


Mata Ibu bergetar.


"…Mengakui? Tapi itu bukan lagi sesuatu yang bisa aku campuri──"


"──Beberapa waktu dari sekarang, aku dan Yuuka akan mengadakan pernikahan. Pada hari bahagia itu, aku ingin Ibu hadir. Sebagai satu-satunya──ibuku."


Aku melihat Ibu terkejut, menahan napas.


"Bukan sebagai Matogi Kei. Bukan sebagai Arato Kyouko. Tapi sebagai Sakata Kyouko. Sebagai ibu dari pengantin pria──aku ingin Ibu ada di sana. Karena itu, aku ingin menyampaikan ini dengan serius."


"Yuuichi… apa yang sebenarnya kau…"


Ibu masih terdiam ragu. Namun aku tidak memberinya kesempatan untuk menghindar. Aku menundukkan kepala dalam-dalam, lalu berkata:


"Ibu! Tolong──restuilah pernikahanku dengan Yuuka!!"


──Beberapa detik berlalu, terasa seolah abadi. Dengan suara bergetar, Ibu menjawab:


"……Maafkan aku, Yuuichi. Tapi, aku tidak punya……hak untuk menjawab itu…"


Perlahan aku mengangkat wajah.


"Aku terlalu sibuk mengejar ‘mimpi’ yang jauh… sampai-sampai membuat kalian, yang paling berharga bagiku, merasa sedih. Kanehiro-san, Nayu, dan Yuuichi──aku sudah begitu banyak menyakiti kalian…"


Ibu──menangis. Berbeda sekali dengan Matogi Kei, yang dalam urusan ‘Kamagami’ tetap bersikap tegar. Kini ia menumpahkan perasaannya, meratap dalam-dalam.


"……Ibu yang sebodoh ini, tidak pantas merayakan pernikahanmu, Yuuichi. Aku sudah membuang nama keluarga ‘Sakata,’ menjauh dari keluarga, membuat kalian menangis──ibu yang seperti ini. Mana mungkin sekarang tiba-tiba mengaku pantas menyebut diri sebagai seorang ibu…"


"────Menjadi ibu itu tidak butuh syarat apa pun!! Tidak ada yang namanya begitu!!"


Saat itulah. Teriakan putus asa Ibu dipatahkan oleh suara Yuuka.


"Syarat? Hak? Tidak ada yang namanya begitu! Ujian ibu, tes kelayakan ibu, pernahkah ada yang mendengarnya? Siapa pun yang bilang apa, Matogi-san──Kyouko-san! Adalah ibu Yuuichi, karena telah melahirkannya!! Satu-satunya ibu di dunia ini!!"


"Izumi-sa… Yuuka, san…"


Yuuka yang berbicara dengan semangat itu membuat Ibu tersenyum sendu.


"……Terima kasih, Yuuka-san. Tapi, kenyataan bahwa aku telah membuat keluargaku menderita, itu tidak akan pernah hilang. Bagi keluarga… mungkin lebih baik kalau aku tidak ada──"


"Mooohhh! Sama sekali tidak paham, yaaa!!"


Memotong perkataan Ibu, Yuuka tiba-tiba melangkah cepat ke arahnya.


"……Baik. Memang benar, Kyouko-san membuat Yuuichi-san yang sangat kusukai, dan Nayu-chan adik iparku yang manis, merasa sangat kesepian! Mereka terlihat amat sedih!! Untuk itu, jujur saja, aku juga sedikit… marah!"


Dengan nada yang sama sekali tidak menakutkan, Yuuka berkata begitu. Lalu, tepat di hadapan Ibu, ia mengangkat tangan kanannya. Dan──


────pech.


"…Eh?"


Di pipinya yang disentuh lembut oleh telapak tangan Yuuka, Ibu mengeluarkan suara bingung.


"Ya! Dengan ini, selesai sudah!!"


Lalu, dengan senyuman penuh seperti bunga yang mekar, Yuuka menatap Ibu.


"Sudahlah… tidak apa-apa. Kyouko-san tidak perlu menderita sendirian lagi. Dulu memang membuat banyak kesepian, tapi mulai sekarang, cukup sering-seringlah ada bersama mereka. Luka yang pernah ada, bisa diganti dengan banyak kenangan indah ke depannya. Masih bisa diperbaiki. Karena──kita ini keluarga."


"……Yuuka benar, Bu."


Mengikuti kata-kata lembut Yuuka, aku pun membuka suara.


"Di depan keluarga… entah itu tertawa, menangis, manja, atau bahkan egois, semuanya boleh. Jadi, biarkan aku sedikit egois sekarang…… pulanglah, Bu."


"Aku juga setuju. Pokoknya cepat pulang aja. Kalau tidak mau bikin sedih lagi, itu jalan keluarnya. Begitu aja cukup, kan, Ayah?"


『……Iya, tentu saja.』


Saat aku dan Nayu berkata begitu, Ayah tersenyum kecil di balik layar ponsel.


『Kyouko, aku juga ingin kau──pulang. Tidak ada orang lain selain kau yang bisa menjadi pasangan untuk sama-sama melihat tumbuh kembang Yuuichi dan Nayu. Kali ini, mari benar-benar menjadi keluarga yang saling mendukung.』


"Yuuichi… Nayu… Kanehiro-san……"


Tubuh Ibu bergetar, lalu ia jatuh berlutut sambil menangis.


Berkali-kali ia terisak, sambil berkata:


"……Maafkan aku selama ini…… Dan… terima kasih sudah tetap menyebutku keluarga……"

Sebelum aku naik ke kelas dua SMP. Ibu pergi meninggalkan kami, dan sejak itu kami terpisah jauh. Namun. Ada seorang gadis, seperti bunga, yang kembali mempertemukan Ibu dan kami sekeluarga.


"U-um… maaf karena tiba-tiba bicara tidak sopan dengan memanggil Kyouko-san barusan! Aku menyesali hal itu, jadi mohon dimaafkan…!! Lalu, ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada Ibu Mertua!"


Setelah berkata aneh begitu, gadis bunga──Yuuka, membungkuk dalam-dalam, lalu berkata:


"Tolong, Ibu Mertua! Mohon izinkan──Yuuichi-san untuk menjadi milikku!!"


──Itu, kebetulan sekali, hampir sama persis dengan kata-kata yang pernah kukatakan pada ayah Yuuka, saat aku melamarnya.


Terlalu mendadak, aku bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Ibu pun pasti merasakan hal yang sama. Wajahnya terlihat bengong. Namun… perlahan, sudut bibir Ibu mulai terangkat. Dan akhirnya, ia tertawa lepas sambil berkata, "Ahaha!"


"…Hei, Reika. Kau masih ingat tidak, asal-usul nama dari ‘60P Production’ ini, yang dulu kau minta padaku untuk menamainya?"


Ibu bertanya dengan suara lembut. Menjawab itu, Direktur Rokujou pun tersenyum bahagia.


"Tentu saja. ‘60’ diambil dari ‘10 pangkat 60,’ yang mengandung nama ‘Nayuta’. Lalu huruf ‘P’ berasal dari huruf pertama ‘Play’──yang mencakup arti ‘bermain,’ ‘bersenang-senang,’ dan ‘berakting.’ Itu adalah nama penting yang kau pikirkan seolah-olah sedang menamai anakmu yang paling berharga."


Setelah mengangguk pada jawaban Direktur Rokujou, Ibu menaruh tangannya di bahu Yuuka, menyuruhnya mengangkat kepala. Lalu, sambil menatap Yuuka yang sudah mengangkat wajahnya, Ibu menampilkan senyum yang lembut──dan berkata:


"Di dalam waktu yang seluas ‘Nayuta’, mari bermain bersama, bersenang-senang bersama──itulah harapan yang kusisipkan dalam nama ‘60P Production’. Para aktor bisa menjalani hari-hari mereka dengan senyuman. Lalu menyambungkan tongkat estafet senyum itu kepada para penggemar… Aku selalu berharap agar tempat ini menjadi tempat di mana mimpi itu bisa terwujud."


"……Iya!"


"Dan kau sudah memperlihatkan kepadaku, saat di mana ‘mimpi’ku ──‘mimpi Matogi Kei’──terwujud. Terima kasih, Izumi-san. Karena kau sudah menyampaikan sihir senyum yang begitu indah. Dan dengan sihir itu──kau juga membawakan kebahagiaan untuk ‘Kyouko.’"

Terpesona oleh sihir senyum Yuuka. Matogi Kei. Arato Kyouko. Sakata Kyouko──menggenggam tangan Yuuka.


Dengan senyuman yang pernah kulihat dulu────Senyum lembut seorang ibu yang sangat kusayangi.


"Terima kasih, Yuuka-san. Sekarang, gantian aku yang memohon── tolong, jaga Yuuichi baik-baik."


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close