NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 8 Epilogue

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Epilogue

#1 Setelah itu……


"Uooooooohhhhhh! Ranmu-samaaaaaa!!"


Tiba-tiba saja, telingaku berdenging karena Masa yang duduk di sebelahku menjerit sekeras-kerasnya.


Memang sih ini konser, tapi tetap ada batasnya, kan……? Nanti aku serius akan menuntutmu, tahu.


"Heeey, Sakataaa! Ranmu-chan itu nggak kelewat imut, ya!?"


Mungkin karena terpengaruh oleh Masa, kali ini Nihara-san yang duduk di sisi lain memeluk bahuku sambil mengguncang-guncangkanku dengan heboh. Lembutnya tubuh yang terasa tembus dari sweater rajutnya pun ikut menekan.


Nihara-san…… waktu SMA saja sudah luar biasa, tapi sekarang malah makin berkembang terlalu jauh, kan?


…………Bukan! Bukan itu maksudku!


"Jangan nempel begitu, Nihara-san. Lagi pula pernikahan sudah dekat, aku mau menghindari tindakan yang bisa bikin Yuuka salah paham."


Sambil menyingkirkan Nihara-san, aku berbisik begitu.


Sementara itu, di atas panggung Tokyo Dome──Shinomiya Ranmu. Dengan pakaian ungu yang mewah, ia berputar anggun, lalu dengan lantang menyatakan:


"Semuanya! Aku akan terus membidik tempat yang lebih tinggi. Jadi mulai sekarang pun…… bersiaplah dan tetap ikuti aku!!"


"……Ah. Yuu-kun! Yu, u, kunnn!!"


Setelah konser selesai. Aku, Masa, dan Nihara-san tiba di izakaya privat tempat kami janjian.


Begitu masuk ke ruang privat, Yuuka yang sudah menunggu langsung ──melompat memelukku tanpa jeda.


Ear-muff kesayangannya sempat menyentuh pipiku dengan lembut.


"Berpisah sebentar dengan Yuu-kun itu rasanya sepi…… tapi, bisa bertemu lagi seperti ini! Aku dan Yuu-kun memang benar-benar diikat oleh benang merah takdir, ya!!"


"Apa-apaan sih!? Kita cuma duduk terpisah antara kursi umum dan kursi tamu undangan waktu konser! Tadi kita juga berangkat bareng dari rumah, kan!!"


"……Tehe☆"


Jangan 'tehe' juga. 


Dari zaman SMA tingkahmu nggak berubah sama sekali, ya, Yuuka?


"Haaaahhh…… pasangan mahasiswa yang mesra-mesraan…… indah sekali, yaaaa……"


"Hiiih!?"


Suara penuh dendam itu muncul dari belakang Yuuka──Hachikawa-san. Sudah mabuk sake.


"Kurumin, jangan iri. Tingkah mesranya Yuuna-chan dan 'Otouto'-kun ini bukan baru sekarang saja, kan."


Yang minum bersama Hachikawa-san dengan riang adalah Hotta-san.


Hotta-san…… wajah baby face-nya bikin tiap kali ia minum kelihatan seperti melanggar hukum. Kalau aku bilang begitu, pasti dia marah, jadi tak akan kukatakan.


"Aduh. Kurumi-san, Hotta-san, jangan bilang pasangan mesra dong."


"Mana bisa dibilang bukan pasangan mesra. Itu mah level dunia, bisa dibanggakan."


"Sa-laaaah. Bukan 'pasangan'…… tapi 'suami-istri'! Kami sudah daftar pernikahan, lho! Lagipula, pernikahan sudah dekat!! ……Heheh. Kami ini suami-istri, suami-istri~. Eheee~"


"Yang perlu dikoreksi bukan itu, Yuuka!? Jangan mendadak senyum-senyum sendiri!"


"Ahahaha! Tetap saja, Yuu-chan dan Sakata nggak pernah berubah, ya. Iya, Kurai?"


"Tch, selalu saja pamer…… ah, Bang, satu bir!"


Dengan suasana yang masih sama seperti dulu. Pesta setelah konser solo pertama Shinomiya Ranmu di Tokyo Dome──berlanjut hingga larut malam.



Berkat rencana ayahku yang agak gila, aku dan Yuuka pertama kali bertemu saat musim semi kelas dua SMA. Sejak itu…… sudah hampir empat tahun berlalu.


──Setelah lulus SMA, aku dan Yuuka masuk universitas yang sama. Saat itu, masa penugasan ayah di luar negeri juga berakhir, jadi ayah dan Nayu pulang ke rumah keluarga…… maka aku dan Yuuka pindah ke apartemen yang berjarak dua stasiun dari rumah.


Tanpa terasa, kini kami berdua sudah berusia dua puluh tahun. Dan setelah Maret ini berakhir──kami naik ke tahun ketiga kuliah.


Waktu berjalan benar-benar cepat.


"Tadaimaaa~!"


Setelah pesta selesai, aku dan Yuuka pulang ke apartemen. Dengan kondisi agak mabuk, Yuuka langsung menjatuhkan diri ke futon, wajahnya melunak.


"Hehehe~…… memang rumah sendiri itu paling bikin tenang, ya~"


Di samping bantal Yuuka, ada snow globe dengan hiasan lumba-lumba merah muda. Itu kubelikan saat study tour ke Okinawa waktu kelas dua SMA, dan sampai sekarang Yuuka masih merawatnya dengan baik. Sementara di samping bantal milikku──ada boneka kecil karakter idol Alice, Yuuna-chan.


Bertahun-tahun berlalu, pesona Yuuna-chan sama sekali tak pernah pudar. Benar-benar…… bagiku, Yuuna-chan adalah idol abadi.


"Gyuuu~. Dan…… ham!"


"Hyaa!?"


Saat aku sedang menatap boneka Yuuna-chan, tiba-tiba Yuuka memelukku dari belakang──dan menggigit manja di sekitar leherku. Aku langsung menggeliat, menepuk-nepuk pahanya.


"Aduh…… sudah kubilang jangan di leher terus."


"Hehehe~. Maaf ya, Yuu-kun~. Tapi soalnya…… ekspresimu saat tersentak itu, terlalu imut, sih!"


"Mau kubalas, ya?"


"……Asal sudah habis mandi, sih…… boleh kok?"


Kalau sudah begitu, aku nggak bisa membalas. Curang sekali, Yuuka.


"Itu, nanti saja dipikirkan…… tapi, Yuu-kun tahu nggak? Yuuna itu…… akan terus ada di hati semua orang yang sudah mencintainya. Baik aku, Yuu-kun…… semua orang. Untuk selamanya, ya."


Masih bersandar di punggungku, Yuuka berbisik lembut di telingaku.


Suara itu──tak salah lagi, suara Yuuna-chan. Karena itulah aku bisa berkata dengan tulus sambil tersenyum.


"Ya. Yuuna-chan akan selalu ada di dalam hatiku. Karena itu, mulai sekarang pun…… aku akan terus tertawa dan hidup bersamanya."


──Desember tahun lalu.


Pada hari peringatan lima tahun, Love Idol Dream! Alice Stage☆ resmi menutup layanan. Waktu itu, sejujurnya aku dan Masa merasa seperti akan mati karena kehilangan yang begitu besar.


‘Arisute’ sudah menjadi bagian dari hidupku, jadi memikirkan bahwa aku tak akan bisa login lagi untuk selamanya saja rasanya sangat menyakitkan.


Tapi…… seperti yang Yuuka bilang. Aku sadar, Yuuna-chan akan selalu hidup di dalam hati kami. Karena itu, sekarang aku sudah tidak merasa terpuruk lagi. Segala sesuatu yang berwujud pasti akan berakhir suatu saat nanti.

──Namun kenangan indah yang pernah ada, tidak akan pernah hilang.


"Ngomong-ngomong, Ranmu-senpai tadi luar biasa sekali, kan! Konser solo di Tokyo Dome, dengan penampilan yang begitu percaya diri! Benar-benar pantas disebut diva, Shinomiya Ranmu!"


Sambil menggesekkan pipinya ke pipiku, Yuuka berkata dengan wajah gembira.


"Oh iya, katanya Hotta-san sebentar lagi akan muncul di acara variety show, lho. Acara terkenal itu, Ogoru! Kawakamasu Goten!! Hebat sekali ya, Hotta-san itu multi-talenta!"


"Kalau menurutku, bakat itu justru diasah karena kalian, Yuuka."


──Meski Arisute sudah berakhir, karier sebagai pengisi suara mereka tetap berlanjut. Itu berlaku juga bagi tiga orang yang dulu tergabung dalam Yurayura★Kakumei with Yuuyu.


──Shinomiya Ranmu.

Sekitar tiga tahun lalu, ia mulai banyak membintangi peran utama di anime televisi. Salah satu lagu tema anime yang ia nyanyikan bahkan sempat viral besar-besaran di media sosial. Sejak itu, ia juga aktif sebagai artis solo. Dengan bakat akting dan kemampuan vokal yang membuatnya dijuluki diva, Shinomiya Ranmu akhirnya berhasil menggelar konser solo di Tokyo Dome hari ini.


──Hotta Deru.

Namanya semakin sering terlihat di anime dan game, tapi yang paling menonjol justru kiprahnya di radio internet. Kemampuan berbicaranya semakin terasah, sampai-sampai kini ia juga mulai diundang ke acara komedi sebagai bintang tamu. Entah karena berkat atau gara-gara Yuuka dan yang lainnya…… Hotta Deru kini perlahan-lahan menjadi seorang multi-talenta.


──Dan Izumi Yuuna.

Terus terang…… dibandingkan dua orang tadi, kiprahnya tidak begitu besar. Ia memang muncul di beberapa anime TV, tetapi sering kali hanya sebagai teman tokoh utama, atau karakter tamu untuk beberapa episode. Kesempatan untuk memerankan tokoh penting masih jarang datang kepadanya.……Bukan karena kasus ‘Kamigami’ dulu membuatnya dijauhi, bukan begitu. Ia tetap konsisten mendapat panggilan untuk anime, radio internet, maupun pekerjaan lainnya. 


Meskipun kiprahnya terlihat sederhana, Izumi Yuuna tetap melanjutkan kariernya sebagai pengisi suara. Dan setiap kali ia tampil, para penggemar selalu berkata:


──Berkat Yuuna-chan, aku bisa semangat lagi hari ini…… dengan senyum di wajah.



Setelah itu, aku dan Yuuka bergantian mandi, lalu berbaring bersama di futon. Karena pesta tadi terlalu meriah, tahu-tahu sudah lewat tengah malam.


"Nee, Yuu-kun. Tinggal sedikit lagi ya, sampai hari pernikahan kita."


Saat aku menoleh ke samping, Yuuka yang bersembunyi di dalam futon menatapku dalam-dalam.


"Tanggal enam April. Hari saat kita pertama kali bertemu dan bertunangan, empat tahun lalu. Tak ada hari pernikahan yang lebih tepat dari itu…… eheh."


Wajah Yuuka tampak begitu bahagia, seolah akan meleleh. Yuuka memang tipe yang sangat menghargai hari-hari peringatan.


Dulu, kami bahkan sempat merayakan tiga bulan pertunangan.

Adapun hari pencatatan pernikahan kami jatuh pada tanggal 14 Februari. Hari Valentine, hari ulang tahun Yuuka, sekaligus hari pernikahan──jadilah hari yang penuh makna. Tapi kurasa itu justru sangat cocok untuk kami.


"Nanti Yuu-kun harus terpana melihatku memakai gaun pengantin, ya? Kalau sampai melirik perempuan lain…… aku bakal benar-benar cemberut, lho!"


"Tidak mungkinlah. Siapa pun yang sampai melirik orang lain saat pernikahannya sendiri, pasti sudah kerasukan iblis."


"Iblis berdada besar, mungkin?"


"Aduh, mulai lagi…… pokoknya aku hanya tertarik pada Yuuka. Jadi tenang saja."


"Heheh. Aku juga hanya tertarik pada Yuu-kun…… Baka!"


Dengan suara manja, Yuuka langsung menyelam ke dadaku. Di dalam futon, ia memeluk erat tubuhku dan melilitkan kakinya.


"Baiklah. Sekarang tidur ya, Yuuka. Sudah hampir jam satu."


"…………Tidak mau."


Masih menempel di dadaku, Yuuka perlahan mengangkat wajahnya. Dengan pipi yang memerah, ia menatapku dari bawah──dan berbisik manja, seolah memohon:


"Aku belum mau tidur…… Baka."



"Ah. Selamat siang, Yuu nii-san. Cuacanya sangat indah hari ini, 

benar-benar hari yang sempurna untuk pernikahan, ya?"


"Eh…… Isami. Kenapa hari ini pun kau masih pakai pakaian laki-laki?"


Saat aku dan Yuuka tiba di gedung pernikahan, dua adik perempuan kami sudah lebih dulu menunggu di lobi. Cepat sekali mereka berdua.


Jadi. Hari ini, adik mempelai wanita yang ikut menghadiri acara, Watanae Isami (mahasiswa tahun pertama), entah kenapa datang dengan setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu──alias bergaya cross-dress pria.


"Kan? Dasar bodoh, anak ini. Benar-benar tidak tahu norma. Melanggar kode berpakaian. Malu-maluin Jepang, sumpah."


Sebaliknya, adik kandung mempelai pria, Sakata Nayu (kelas 3 SMA), mengenakan gaun tanpa lengan.


Tatapannya tetap tajam seperti biasa, dan rambutnya tetap pendek. Tapi entah kenapa, penampilan itu malah membuatku teringat masa kecil Nayu──kesannya jadi agak manis.


"Fufu… Nayu-chan terlihat sangat cantik, lho. Seperti putri yang muncul dari dongeng. Bagaimana? Mau menari waltz bersamaku?"


"Nyebelin! Aku nggak cantik!! Mending kamu nari sama arwah gentayangan aja sana!"


"Berani bilang begitu? Nayu-chan, apa kau lupa siapa aku? Aku ini guru lesmu, lho? Masa depan ujian masuk universitasmu ada di tanganku! Ayo, segera tarik kata-katamu dan panggil aku Isami-sensei!!"


"Kuuh… kamu ini……!! Nii-san! Maaf, tapi hari ini bukan lagi hari pernikahanmu──melainkan hari kematian Isami!!"

Hei, berhenti! Jangan sampai pernikahanku ternoda darah keluarga sendiri.


"Ei!"


"Aw! Cubit jidatnya sakit banget, Yuuka…… eh? Kamu, kebetulan lagi marah ya?"


"Iya. Aku lagi sangat marah. Jadi──ayo cepat minta maaf."


Nada suara Yuuka yang sedingin es membuat Isami langsung gentar, lalu buru-buru menundukkan kepala sambil meminta maaf pada Nayu.


──Isami pindah ke Kanto saat masuk SMA. Musim semi ini, dia sudah jadi mahasiswa, tapi masih sering main ke rumahku atau ke rumah Nayu.


Sementara itu, Nayu yang masih tinggal di rumah orang tua, kini duduk di kelas 3 SMA──dan sudah harus menghadapi ujian masuk universitas.


Sebagai persiapan, dia memutuskan menghemat biaya dengan meminta Isami jadi guru privatnya──dan itu jelas sebuah kesalahan fatal. Hasilnya adalah situasi aneh ini: Isami menggunakan posisi “guru” untuk membalas dendam dengan menjahili Nayu.


"……Apa-apaan sih, Nii-san? Jangan senyum-senyum gitu. Nggak usah bernafsu gara-gara lihat adik kandung sendiri pakai gaun."


"Hei, aku nggak begitu, bodoh! Aku cuma merasa senang aja melihat kalian berdua sekarang bisa akur kayak saudari kandung, itu aja!"


"Hah!? Siapa juga yang akur!? Lebih tepatnya, kami ini orang asing yang penuh permusuhan!!"


Orang asing penuh permusuhan, katanya.


"Lagipula, Nii-san tuh kenapa sih? Gayanya kayak orang bijak, sok tahu lagi. Apa Nii-san udah tua renta? Atau mungkin tenaganya udah disedot habis-habisan? Cih!"


"Ini gedung pernikahan, tahu!? Kamu juga masih SMA, jadi tolong jaga ucapan──"


"Eh…… Maaf ya, Yuu-kun? Apa aku yang kebanyakan minta manja, ya?"


────Hening seketika. Bahkan saat sudah menginjak usia dua puluh tahun, Yuuka tetap saja mengeluarkan pernyataan bom nuklir khas dirinya. Kami semua hanya bisa terdiam. Dan akhirnya──Pernikahan antara aku dan Yuuka pun dimulai.




#2 Bahagia karena dirimu ada


Aku dipakaikan tuksedo oleh para staf gedung pernikahan.


Begitu berdiri dengan pakaian pengantin pria, entah mengapa, perasaan yang sangat tidak tenang menyergapku.


Apa ini? Jenis ketegangan yang belum pernah aku rasakan sepanjang hidupku. Pernikahan… sungguh menakutkan.


"Oh, Nii-san sudah selesai ganti baju ya. Wah, keren juga, kelihatan oke banget."


"Fufu… luar biasa, Yuu nii-san. Penampilanmu tidak kalah menawan dibanding aku."


Begitu aku masuk ke ruang tunggu keluarga, adik-adikku langsung menyambut dengan komentar seperti itu. 


Suasana akrab itu sedikit menenangkan hatiku. Lalu, dari belakang Isami dan Nayu──muncul ayah dan ibu Yuuka.


"Yuuichi-kun, pakaian itu sangat cocok untukmu. Benar-benar menunjukkan sosok pria dewasa."


"Yuuichi-san, tolong jaga Yuuka baik-baik ya… Kehidupan rumah tangga biasa tidak masalah! Tapi yang terlalu aneh itu bisa melukai tubuh──mmph!?"


"……Misora, diam dulu. Terlalu vulgar, tahu? Oke?"


Ayah mertua menutup mulut ibu mertua, sambil berkeringat dingin. Aku paham sekarang… ternyata memang ayah mertuaku yang jadi penyeimbang, sementara ibu mertuaku suka asal bicara.

Saat aku memikirkan hal-hal tak penting itu──


"Ahahaha! Sempurna sekali, Yuuichi. Serasa aku melihat diriku dua puluh tahun lalu. Benar kan, ibu?"


"……Fufu. Mungkin begitu. Tapi menurutku, wajahnya lebih mirip denganku. Yuuichi terlihat tampan, karena dia adalah anakku juga."


Orang tuaku──Sakata Kanehiro dan Sakata Kyouko──bercanda sambil tenggelam dalam dunia mereka sendiri.


"Itu memang ada benarnya. Kyouko, sampai sekarang pun matamu masih indah bercahaya… lebih cantik daripada siapa pun."


"Tunggu… bodoh. Apa-apaan sih kamu, ngomong begitu di sini."


"……Ehm, maaf, tapi kalau mau mesra-mesraan bisa nggak pulang aja? Serius, deh."


Kenapa sih orang-orang ini, bukannya bersiap menghadiri pernikahan anaknya, malah sibuk masuk ke dunia berdua? Lagipula, ini kan pemandangan nomor satu yang paling tidak ingin dilihat seorang anak ──orang tua bermesraan.


Tapi, yah──untuk hari ini aku biarkan saja. Toh, mereka berdua akhirnya memenuhi harapanku: hadir bersama-sama di hari pernikahanku.


Sekitar tiga tahun lalu, setelah keributan “Kamigami” berakhir. Matogi Kei, alias Arato Kyouko, kembali menjalin hubungan dengan keluarga Sakata. 


Awalnya, hanya sekadar makan malam bersama ketika ayah dan Nayu pulang ke Jepang, atau merayakan Natal bersama.


Setelah ayah dan Nayu benar-benar kembali ke Jepang, ibu mulai sesekali menginap di rumah.


Hari demi hari, frekuensi itu bertambah. Sampai akhirnya, tanpa sadar, mereka tinggal bersama sepenuhnya. Dan pada akhirnya ──sekitar satu tahun lalu, ayah dan ibu resmi menikah kembali. Karena itulah, sekarang ibuku bukan lagi Arato Kyouko. Sama sepertiku, pengantin pria hari ini──ia kini bernama Sakata Kyouko.


"──Pengantin wanita sudah selesai berdandan. Akan kami persilakan masuk."


Di tengah riuhnya obrolan keluarga Sakata dan keluarga Watanae, tampaknya persiapan Yuuka sudah selesai. Aku membetulkan dasi kupu-kupuku, menelan ludah, lalu menatap ke arah pintu ruang tunggu. Dengan dituntun staf wanita, yang masuk ke dalam ruangan adalah── ────Yuuka, yang kini mengenakan gaun pengantin putih nan suci.


"……Ah……"


Yuuka, yang dibalut putih tanpa noda, bagaikan dewi yang turun dari lukisan. Pipi dan bibirnya yang merona berkat riasan, justru makin menonjolkan pesona sehat dan imutnya. Cantik, manis, sampai-sampai dadaku terasa sesak. Aku hanya bisa diliputi perasaan sayang yang meluap-luap pada Yuuka.


"Bagaimana…… kelihatannya? Cocok, tidak? Omong-omong, penampilan Yuu-kun dengan tuksedo itu…… fuhuhuuu kelihatan tampan banget…"


"Yuuka, wajahmu! Jangan pasang ekspresi aneh begitu, kamu pengantin wanita lho!! Aduh, bahkan di hari pernikahan pun, baik ibu maupun Yuuka──para wanita keluarga Watanae ini memang ada-ada saja!"


"……Bilang begitu, padahal ada satu orang yang nekat datang dengan 

pakaian pria."


Kecantikan Yuuka sempat membuat pikiranku kosong sejenak. Tapi setelah melihat tingkahnya yang ceroboh seperti biasa, aku merasa lebih tenang. Lalu, setelah urusan salam keluarga selesai──


Aku dan Yuuka pun diarahkan staf menuju kapel.



"──Selanjutnya, pengantin pria, Yuuichi-san, dipersilakan masuk. Hadirin sekalian, sambutlah dengan tepuk tangan meriah."


Begitu suara MC terdengar, pintu besar di depanku perlahan terbuka. Di hadapanku terbentang jalan putih──virgin road.


Aku menarik napas panjang, lalu melangkah maju. Dari kiri dan kanan kursi tamu, terdengar tepuk tangan meriah. Tiba di tengah jalan, aku berhenti sejenak, kemudian berbalik menghadap pintu kapel.


"Berikutnya, pengantin wanita, Yuuka-san. Ia akan masuk didampingi ayahnya, Rikushirou-san. Hadirin sekalian, sambutlah dengan tepuk tangan meriah."


Bahkan sebelum MC selesai berbicara, riuh tepuk tangan sudah bergema. Di tengah suasana itu, Yuuka yang mengenakan gaun pengantin, menunduk menerima veil dari ibunya. Lalu, dengan digandeng ayahnya, ia melangkah perlahan menyusuri jalan putih.


Biasanya, sosok ayah mertuaku memberi kesan tegas dan kaku. Namun hari ini, ia justru menampilkan senyum lembut. Dan di sudut matanya──terlihat butiran air mata yang besar. Yuuka dan ayahnya berhenti tepat di depanku.


"……Yuuichi-kun. Tolong jaga Yuuka, ya."


"……Baik. Ayah."


Menggantikan ayah mertua, kali ini aku menggenggam tangan Yuuka. Lalu kami berdua melangkah bersama, menapaki sisa jalan suci itu── hingga akhirnya tiba di depan altar.


"──Dengan ini, kami akan memulai upacara pernikahan antara mempelai pria, Yuuichi-san, dan mempelai wanita, Yuuka-san. Sesuai permintaan kedua mempelai, upacara ini akan dilangsungkan dalam bentuk jinzenshiki (upacara di hadapan para saksi)──"


Ahh… rasanya benar-benar tidak nyata. 


Dulu, sampai empat tahun lalu, aku sungguh-sungguh berpikir bahwa pernikahan adalah kuburan hidup. Tapi lihatlah diriku sekarang── benar-benar sedang berdiri di pelaminan.


Sungguh. Hidup ini memang… tak pernah bisa ditebak.


"Selanjutnya, tibalah saatnya untuk ikrar pernikahan dari kedua mempelai. Yuuichi-san, Yuuka-san, silakan."


"Baik!!"


Pengantin wanita dalam balutan gaun putih suci menjawab dengan penuh semangat. Kemudian, aku dan Yuuka pun menyampaikan ikrar yang telah kami susun bersama──kepada semua tamu yang hadir.


"Kami, di hadapan hadirin yang hadir, menyatakan ikrar pernikahan ini. Dalam perjalanan hidup mendatang──baik dalam sehat maupun sakit, kami berjanji untuk saling mencintai sepanjang hayat, dan hidup sebagai suami istri."


"Dan──meski kelak kami menjadi kakek dan nenek, kami ingin tetap selalu bersama, tetap bahagia berdua. Sambil saling tertawa, kami 

akan membangun keluarga yang hangat."


"Mempelai pria, Yuuichi."


"Mempelai wanita, Yuuka."


Begitu ikrar itu berakhir, tepuk tangan meriah bergemuruh memenuhi seluruh kapel.


Sekilas aku menoleh ke samping, dan bertemu pandang dengan Yuuka dalam gaun putih──terlihat lebih dewasa dari biasanya. Itu terasa lucu entah bagaimana──dan kami berdua pun tersenyum bersama.


"Selanjutnya, tibalah saatnya pertukaran cincin. Pertama, mempelai pria, Yuuichi-san, akan menyerahkan cincin kepada mempelai wanita, Yuuka-san."


Begitu MC selesai bicara, aku dan Yuuka saling berhadapan di depan altar. Aku mengulurkan tangan ke arah kotak cincin di atas altar── dengan jari yang sedikit gemetar, kupaksakan untuk membuka tutupnya.


Di dalamnya, terletak cincin perak yang sudah sangat kukenal. Ya──itulah cincin pertunangan yang kuberikan pada ulang tahun Yuuka yang ketujuh belas.


"……Benar-benar ini tidak apa-apa?"


"Iya. Aku maunya yang ini."


Aku bertanya dengan suara pelan, dan Yuuka menjawab mantap, tanpa ragu.


──Karena ini cincin pernikahan, seharusnya kita beli yang lebih bagus, yang lebih layak, kan?

Bahkan di rumah pun, aku sudah berkali-kali mengatakannya. Tapi jawaban Yuuka selalu sama.


──Tidak perlu yang mewah atau mahal.

──Cincin pertama yang Yuu-kun berikan inilah, yang bagiku paling berharga di dunia.


Aku menggenggam lembut tangan kiri Yuuka yang ramping dan indah. Lalu menyematkan cincin penuh kenangan itu di jari manisnya.


"Terima kasih. Selanjutnya, mempelai wanita, Yuuka-san, akan menyerahkan cincin kepada mempelai pria, Yuuichi-san."


Dengan wajah penuh senyum lebar, Yuuka buru-buru mengambil cincin dari kotak lain di altar. Cincin itu──berpasangan dengan miliknya, cincin perak kembar.


"Yuu-kun. Tangannya, sini."


Dengan suara manis nan pelan, ia berkata demikian.


Kemudian ia menggenggam tanganku, dan menyematkan cincin itu di jari manisku.


"Selanjutnya, kedua mempelai akan mengikat janji cinta abadi dengan sebuah ciuman. Mempelai pria, Yuuichi-san, silakan angkat veil pengantin wanita, Yuuka-san."


…………Akhirnya tiba. Ciuman pernikahan. 


Dalam manga atau anime, aku sering melihatnya. Tapi begitu diriku sendiri yang harus melakukannya──ketegangannya luar biasa.


"…………"


Dengan wajah memerah, Yuuka sedikit menunduk, lalu perlahan menutup mata. Aku menelan ludah dengan keras. Menegakkan punggung, menyiapkan diri.


"……Pelan-pelan ya, Yuu-kun?"


"…Tentu saja, ini pernikahan kita. Yuuka juga jangan berlebihan, ya?"


"……Aku tidak akan, ini kan pernikahan. Baka."


Lalu aku mengangkat veil Yuuka. 


Dengan lembut, kupeluk bahunya yang mungil──────dan kami mengikat janji abadi itu, dengan sebuah ciuman.



Pada hari jadi empat tahun pertemuan kami──


Aku dan Yuuka berhasil melangsungkan pernikahan terbaik. Namun, bahkan setelah upacara pernikahan berakhir, kami tidak diberi kesempatan untuk bernapas lega. Tanpa jeda, kami segera── berlanjut ke resepsi pernikahan.


"…………Haaah."


"Oi, Yuuichi! Itu bukan wajah yang boleh dipasang pengantin pria, tahu!! Jangan kendor semangatmu!"


Saat aku termenung di kursi utama, tiba-tiba suara Masa, yang sudah berdiri dengan setelan jas, menyadarkanku.


"Ya aku tahu, Masa… tapi resepsi pernikahan ini luar biasa menguras tenaga, tahu? Kalau tidak curi-curi istirahat saat jam makan, aku bisa tumbang nanti."

Resepsi sudah dimulai dengan masuknya kedua mempelai──lalu pidato sambutan dari tamu kehormatan, dilanjutkan toast, lalu pemotongan kue pengantin. Semua berjalan lancar. 


Ngomong-ngomong, pidato sambutan kuberikan tanggung jawabnya pada Direktur Rokujou. Dengan sikap penuh wibawa, ia menyampaikan ucapan selamat yang luar biasa indah──benar-benar sosok seorang pemimpin sejati.


Ucapan toast kuserahkan kepada seorang seiyuu populer yang sedang naik daun──Shinomiya Ranmu, atau yang lebih dikenal dengan nama panggungnya, Nonohana Raimu.


Dengan gaya seperti sebuah drama suara, ia membuka pidatonya, lalu melantunkan kata-kata “Kanpai!” yang menggema. Suasana pun sontak memanas, seluruh hadirin bersorak riang.


Dan saat ini──Yuuka sedang meninggalkan ruangan untuk berganti busana. Waktunya, sejenak, bagi para tamu untuk bercengkerama.


"Sa—ka—ta! Selamat ya, atas pernikahannya!! Aku tuh bener-bener seneng banget, sumpah!!"


"Heh… N-Nihara, jangan dorong-dorong! Dari dulu sikapmu ke aku emang seenaknya banget ya!?"


Mendorong Masa ke samping, yang muncul adalah sosok gyaru ceria ──yang kini jadi mahasiswi party people, Nihara Momono (anggota klub tokusatsu).


…Tapi serius, apa-apaan dengan gaun itu? Belahan dadanya terbuka begitu lebar, sampai-sampai selebritas luar negeri pun mungkin akan kabur dibuat minder.


"Hei, Sakata. Kamu harus benar-benar membahagiakan Yuu-chan ya? 

Kalau tidak, aku tidak akan maafkan kamu! Ingat waktu aku jadi bintang tamu di film All Runner, suara Kamen Runner dipakai buat jurus baru──Mosquito Voice Shoot! Bisa-bisa aku pakai ke kamu loh!!"


"Menyeramkan sekali… lagipula, kamu sendiri nggak bisa kan bikin suara nyamuk begitu, Nihara-san."


"Nihara ada benarnya, Yuuichi. Bersikaplah jantan──tidak, tepatnya bersikaplah seperti rakyat yang dulu pernah mencintai Arisute! Jangan pernah lepaskan tangan orang yang berharga bagimu, untuk selama-lamanya!!"


"Dengar-dengar seperti kata bijak, tapi aku nggak ngerti maksudmu apa."


Begitulah, aku, Nihara-san, dan Masa, ribut-ribut di kursi pelaminan. Lalu──


"Ahaha! Kalian berdua, Momono dan Masaharu, masih sama saja ya. Suasananya terasa begitu nostalgia."


"Kalau menurutku, waktu kamu sama Yuuna-chan main di ‘Yurakaku’ juga persis begini kok, Ranmu."


Dengan gaun pesta yang mempesona, Nonohana Raimu yang berwajah imut──terlihat seperti “tenggelam” oleh gaun dewasanya──turut menghampiri kursi pelaminan.


"Hotta-san. Hari ini aku bukan Ranmu, aku Raimu. Jadi panggil aku Raimu, ya?"


"Baik-baik. Tapi kalau begitu, aku juga bukan Hotta, kan?"


"……Nama aslimu Shitahotta Derumi, kan?"

"Siapa yang Shitahotta Derumi! Jangan pura-pura salah sebut! Aku punya nama asli, Sekiya Airu!! Sudah kubilang sebelumnya!"


"Itu hanya gurauan kecil, kok."


Sekiya-san (alias Hotta) naik pitam, sementara Raimu pura-pura menggoda. Kalau Yuuka ikut nimbrung di sini, pasti suasana ‘Yurakaku’ akan benar-benar kembali lengkap.


Tapi, lama tak bertemu, Raimu… Kini dia bisa tertawa begitu ceria.


"Rasanya di sini seperti di kantor agensi saja, penuh wajah yang kukenal. Jadi tenang rasanya. Benar begitu, Hachikawa?"


"Benar. Di kursi keluarga juga ada Matogi-san. Momono-chan dan yang lain juga wajah yang sudah akrab. Jadi, lumayan lega rasanya."


Sambil berkata begitu, Hachikawa-san meneguk isi gelasnya sampai habis.


"Ah… Hachikawa-san. Kalau merasa sudah tidak kuat, tolong keluar sendiri ya? Kalau sampai mabuk lalu bikin keributan di resepsi, itu bakal runyam sekali…"


"Aku tidak akan mabuk lalu ribut! Aku ini orang dewasa! Lagi pula ini air! Benar-benar air dengan kadar alkohol nol persen! Aku sengaja tidak minum alkohol hari ini supaya tidak merepotkan orang lain!!"


"Padahal waktu pesta penutupan kemarin, gawat banget lho, Kurumi-san. Kamu terus-terusan nempel ke Deru-chan… eh maksudnya Airu-chan. Akhirnya malah ketiduran di pangkuannya."


"Jangan panggil aku Airu-chan! Aku ini lebih tua darimu, hargailah sedikit!!"


"Betul tuh, Momono. Kalau mau hormat, panggil saja Derumi-senpai."


"Oke, Raimu! Aku jadi kepancing, ayo kita naik ke atap sekarang juga!"


…Apa yang mereka lakukan sih, di pernikahan orang begini?


Tapi, suasana penuh nostalgia dan hangat inilah yang membuatku dan Yuuka bisa sampai sejauh ini. Sungguh, terima kasih, kalian semua. 


Lalu aku melirik sebentar──ke arah bunga geranium merah yang menghiasi meja pelaminan. Bunga favorit Yuuka itu, dipilih oleh staf gedung pernikahan untuk menghiasi ruangan ini. Tentu saja──juga dipakai sebagai bunga dalam buket pengantin.


……Pernah suatu kali, Yuuka mengatakan begini:


Dulu, dirinya bagaikan geranium putih.

“Hidupku dijalani sambil berpikir──‘Aku tidak percaya pada cintamu’.”


Namun kemudian──geranium kuning.

Berkat banyak pertemuan tak terduga, Yuuka mulai berubah.


Lalu──geranium merah muda.

Dengan tekad di dada, Yuuka mampu mengalahkan dirinya yang lemah.


Ada banyak kesedihan, ada banyak luka. Ada malam-malam ketika ia ingin menangis sambil berkata, “Aku tidak percaya pada cintamu.” Tapi saat ia bertemu dengan senyum seseorang──dan melangkah bersama──suatu hari, bunga itu berubah merah──


────‘Bahagia karena dirimu ada’.


Itulah saat bunga itu menjadi bunga kebahagiaan.



☆Ayo kita tertawa bersama, ya?☆


Setelah keluar sebentar dari ruang resepsi dan pindah ke ruang rias, aku pun duduk. Tak lama kemudian, staf gedung pernikahan datang silih berganti, dan dalam sekejap──mereka mewujudkan persis seperti yang aku minta: mengganti busanaku.


Dari gaun pengantin putih murni yang sejak kecil selalu kuimpikan,

menjadi gaun berwarna pink yang sangat manis, dihiasi bunga-bunga.


Memang, geranium merah──bunga yang berarti “Bahagia karena dirimu ada’”──adalah bunga yang paling kusukai. Tapi ketika memikirkan gaun apa yang kupakai untuk berganti busana,

jawabannya jelas…… pink.


Bagiku, Izumi Yuuna adalah sosok yang tak tergantikan. Seorang Alice Idol──Yuuna. Tak ada warna yang lebih cocok untuk hari istimewa ini selain pink, warna yang menjadi ciri khas dirinya.


"……Yuuna, terima kasih. Karena bisa bertemu denganmu, aku berhasil keluar dari ruangan kaca itu, dan menjadi Izumi Yuuna. Aku bisa bertemu dengan Shinigami-san yang jatuh cinta, bisa bertemu dengan Yuu-kun, dan bisa bertemu dengan begitu banyak orang…… Aku benar-benar sayang padamu, Yuuna. Untuk selamanya, dan selamanya……"


Ketika bergumam seperti itu seorang diri, aku hampir saja menangis.


Tidak boleh, tidak boleh. Riasan yang sudah dipoles dengan susah payah bisa rusak nanti.


Sambil menahan air mata, aku pun perlahan bangkit dari kursi. Dan saat menoleh, mataku tertuju pada sebuah telegram dan hiasan bunga sakura dari kain felt di atas meja.


『Aku berdoa agar hidup Yuuka-chan ke depannya selalu dipenuhi kebahagiaan yang tak pernah berubah.』


……Sakura-chan. Kamu baru saja lulus sekolah kejuruan dan mulai bekerja, jadi sayangnya tidak bisa hadir hari ini. Tapi aku menerima dengan jelas perasaanmu itu. Terima kasih. Meskipun kita berjauhan, aku akan selalu mendoakan kebahagiaanmu juga, Sakura-chan.


"……Lihat tuh, aku hampir nangis lagi! Aduh, aku ini gimana sih……"


"──Baik, mempelai wanita. Waktunya masuk, silakan bersiap-siap."


"Eh!? Y-ya, baik!!"


Setelah diingatkan staf, aku pun segera menguatkan hati.


────Dan tersenyum lebar. Kusapu bersih semua air mata dengan senyum itu. Senyum Yuu-kun, hari-hari penuh tawa bersamanya──

sudah berhasil menghapus masa laluku yang pahit, juga hati rapuhku yang dulu.


"Baiklah, Yuu-kun…… aku akan datang sekarang. Tunggu aku, ya?"


Sebagai seorang pengisi suara, mungkin aku tidak terlalu menonjol.

Di luar lingkaran teman dekatku, aku masih saja canggung dalam berkomunikasi. Tapi semua itu──adalah bagian dari diriku, Watanae Yuuka.


Meskipun aku seperti ini, tolong teruslah bersamaku mulai sekarang.


Aku mencintaimu, Yuu-kun.




#3 Merangkai Senyuman yang Sebanyak-banyaknya


“……Hm?”


Ketika musik BGM mulai mengalun dan pintu menuju ruang resepsi terbuka…… aku sedikit memiringkan kepala. Entah kenapa, sepertinya susunannya berbeda dari saat latihan, ya?


Tuxedo putih yang kupilih ini──karena Yuuka begitu bersemangat sambil berkata, “Yuukun, cocok banget! Keren, terbaik!!”


Setahuku, setelah Yuuka selesai berganti busana, kami akan bertemu kembali. Lalu kami berdua masuk bersama…… itu seingatku. Tapi sekarang terasa agak janggal. Yah, untuk sementara aku hanya bisa mengikuti alurnya saja.


Begitulah, aku pun masuk ke ruang resepsi, berjalan menuju kursi pelaminan──saat itulah, musik BGM mendadak berhenti, dan seluruh lampu padam.


Eh…… apa ini? Kecelakaan? Atau malah insiden?


Ketika aku masih kebingungan, pembawa acara wanita bersuara lantang.


"Para hadirin, mohon maaf sudah mengejutkan Anda semua. Ini adalah…… pertunjukan kejutan dari mempelai wanita, Yuuka-san, bahkan sang mempelai pria, Yuuichi-san, tidak mengetahuinya! Baiklah, sekali lagi──mari kita sambut kehadiran mempelai wanita, Yuuka-san, dengan tepuk tangan yang meriah!!"


…………Hah? Pertunjukan kejutan? Apa maksudmu, Yuuka?


Saat aku mulai panik, pintu masuk aula──tersorot cahaya spotlight. Mengikuti cahaya itu, aku pun menoleh ke arah pintu. Dan saat pintu terbuka──


“──Sakata-kun. Kenapa malah melamun begitu? Bukankah kamu sudah bersumpah akan menikah denganku?”


Yang berdiri di sana adalah Yuuka, yang telah selesai berganti busana. Mengenakan gaun pink──warna yang identik dengan Yuuna-chan. Memakai kacamata. Rambutnya diikat model kuda.


…………Ya. Benar sekali. Itu adalah Yuuka versi sekolah. Sosok Yuuka yang selalu kulihat di kelas saat SMA──versi pengantin.


“Kenapa menatapku begitu? Aku merasa mendapat tatapan seperti hewan buas, tahu”


“Ya jelas kulihat! Kalau mempelai pria mengabaikan mempelai wanita, itu malah lebih menakutkan, kan!?”


“……Hm?”


Hei, jangan miringkan kepala begitu santai. Aku sendiri rasanya ingin memiringkan kepala sampai patah tulang leherku.


“──Fufufu. Jangan kira ini sudah selesai, ya? Yuu-kun!”


Kepada diriku yang kepalanya sudah kacau balau…… Yuuka versi sekolah tersenyum licik. Lalu aula kembali gelap. Beberapa detik kemudian, Yuuka kembali tersorot cahaya──


“Aduh! Karena kamu menikah dengan Yuuna, kamu harus janji akan membuatku bahagia selamanya…… kalau tidak, aku tidak akan pernah memaafkanmu, tahu!!”


Sekejap, aku serasa memuntahkan darah.


Tolong hentikan…… suara Yuuna-chan sebagai kejutan itu terlalu mematikan bagiku……


Ya. Kali ini Yuuka berubah menjadi──Izumi Yuuna versi pengantin. Melepas kacamatanya, memakai wig cokelat panjang dengan gaya kuncir kembar. Senyumnya manis, bibirnya mungil seperti kucing. Berbeda dengan Yuuka aslinya, Yuuna memancarkan pesona yang polos sekaligus memikat.


“Bagaimana? Kamu kaget, kan? Shinigami-san yang jatuh cinta!”


“Ehm…… bukankah lebih baik jangan menyebut 'Shinigami'? Ini pernikahan, lho”


“Kalau begitu…… Dewa kehidupan-san yang jatuh cinta?”


“Norak!? Jangan sembarangan mengganti namaku! Panggil saja yang biasa──Sakata Yuuichi!!”


Percakapan kami yang terasa sehari-hari itu──mendatangkan tawa, tepuk tangan, dan sorakan dari para tamu.


Suasana itu begitu hangat, membuatku benar-benar merasakan kebahagiaan kami berdua. Lalu, setelah kegelapan terakhir── Yang muncul adalah Yuuka asli, dengan gaun pinknya. Senyumnya bersinar seperti bunga yang sedang mekar. Benar-benar…… cantik sekali.


“…………Yuu-kun. Apa pun yang terjadi nanti, aku pasti akan selalu berada di sisimu. Aku berharap, bahkan puluhan tahun ke depan pun, kita tetap bisa hidup bahagia berdua. Jadi…… aku akan sangat senang kalau kamu bisa mencintaiku, dalam wujudku yang mana pun!”


Di bawah cahaya sorot lampu, Yuuka tersenyum sambil mengucapkan kata-kata itu. Melihat sosok istriku yang hanya bisa kusebut sebagai imut, aku pun tanpa sadar──tersenyum.


“…………Itu sudah jelas. Aku mencintai semua sisi dirimu, Yuuka. Apa pun yang terjadi, aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu. Jadi, Yuuka──mari kita bahagia bersama.”


Aku segera berlari ke arah Yuuka. Di bawah sorot lampu yang gemerlap, aku merengkuhnya──dan kami berciuman.


Dari ruang resepsi, terdengar tepuk tangan meriah yang nyaris mengguncang ruangan. Aku yakin, semua orang yang ada di sana juga sedang tersenyum…… begitulah yang kurasakan.



Ketika pesta resepsi sudah memasuki penghujung acara, kami diarahkan oleh pembawa acara untuk berjalan menuju taman.


Dalam perjalanan…… Nayu, yang juga mengenakan gaun, berkata santai seolah itu hal sepele.


“Ah. Nii-san, aku lupa menyampaikan pesan titipan dari Gouaki-sensei. Katanya, 'Kalian berdua harus berusaha keras untuk hidup bahagia, ya!!' Lucu, kan?”


“Hm? Ah iya, benar juga, Nayu. Tahun lalu dan tahun ini, wali kelasmu memang Gousaki-sensei, ya? Rasanya lega juga mendengar kalau beliau tidak banyak berubah.”


“Eh, tidak juga kok? Bulan Juli nanti beliau masuk cuti melahirkan, soalnya”


“Apa!? Sejak kapan Gousaki-sensei menikah!? ……Eh, tunggu? Nayu, kamu ke mana!?”

Tepat ketika rasa penasaranku memuncak, dia malah mengakhiri obrolan sepihak begitu saja. Dan selagi aku masih memikirkan itu──


Akhirnya──tibalah saatnya bagi sang pengantin wanita untuk melemparkan buket bunga.


“Baik, semuanya! Kalau begitu, aku lempar ya-?”


Dengan membelakangi kami, Yuuka memeluk erat buket geranium merah itu. Di belakang Yuuka, sudah berdiri para wanita yang belum menikah.


“Eiiー!!”


Dengan teriakan semangat, Yuuka melemparkan buketnya tinggi-tinggi ke udara. Buket geranium itu berputar di langit, diterangi sinar matahari──lalu perlahan jatuh.


“Eh!? Ah! U-um…… aku dapat”


Yang berhasil menangkapnya dengan tepat──adalah Hachikawa-san.


“Bagus tuh, Kurumin. Memang buket itu memilih orang yang paling membutuhkannya, kan”


“Selamat ya, Hachikawa. '60P Production' juga punya tunjangan karyawan yang lengkap, jadi meskipun menikah, kau bisa bekerja dengan tenang”


“Reika…… tidak usah membicarakan hal seperti itu di acara pernikahan, kan”


Sekiya-san, Direktur Rokujou, dan bahkan Ibu…… semua orang dari '60P Production' pun ikut bersorak ramai.


“Aku juga ingin banget lihat penampilan pengantin Kurumi-san! Kalau dibuat beda konsep gimana, misalnya pakai kostum monster 

pengantin? Aku bakal pilihkan kaiju yang cocok untuk pernikahan!!”

“Orang yang mau pakai kostum di acara pernikahan cuma Momono-san saja, deh…… biarkan aku saja yang mengurus. Aku akan menata Kurumi-san jadi wanita tercantik”


“Hei, jangan samakan pernikahan dengan acara cosplay. Tapi ya…… kalau dipikir, penampilan Yuuka-san tadi juga mirip cosplay sih”


“Nonohana Raimu benar juga sih. Yah, tapi…… kalau semua senang, bukankah itu baik juga?”


“……Heeei! Jangan seenaknya meributkan soal pernikahanku di masa depan!!”


Nihara-san dan Isami melontarkan ide-ide nyeleneh. Lalu Raimu dan Nayu menanggapinya dengan santai. Malu sendiri, Hachikawa-san akhirnya berseru kencang.


Sambil menonton semua orang bersenda gurau──Masa tiba-tiba menepuk punggungku dengan keras.


“Hei, Yuuichi! Katanya kita mau foto bareng dengan Hachikawa-san yang dapat buket itu! Kau ini, jangan malah bengong, dasar pengantin utama!”


Lalu, aku dan Yuuka pun──berdiri di depan kamera. Di sisi Yuuka, berdiri Hachikawa-san yang memegang buket. Disusul Nayu dan Isami, Nihara-san dan Masa, Raimu dan Sekiya-san…… semua ikut berkumpul di sekitar kami.


Ibu dan Direktur Rokujou bilang terlalu malu untuk ikut berfoto, tapi mereka berdiri dekat, dengan senyum penuh kebahagiaan sambil mengawasi kami. Tentu saja, Ayah, Ayah Mertua, dan Ibu Mertua ──juga memandang kami dengan wajah yang damai.


“……Hei. Kalau ada seruan dari Yuuka-san, bukankah semua orang bisa tertawa lebih lepas?”


“Eh!? Raimu-san, jangan seenaknya memberi tantangan aneh di acara pernikahan begini!”


“Tapi ya…… memang benar juga kata Raimu. Kalau mendengar suara Yuuka, aku rasa bukan cuma aku, semua orang juga bisa menampilkan senyuman terbaik”


“……Hehehe. Baiklah, kalau begitu aku akan lakukan!!”


“Kamu memang gampang terbakar semangat, ya”


Dengan wajah penuh antusias, Yuuka menjelaskan kepada semua orang yang berkumpul.


“Baiklah semuanya! Setelah aku bilang 'Isse, no, deー', aku akan menyerukan sebuah kata. Setelah itu, kalian semua harus mengikuti dan mengucapkannya dengan keras, yaー!!”


Begitu staf mengangkat kamera untuk memotret──Yuuka pun berteriak dengan penuh semangat.


“Semuanyaaa! Mari kita tertawa bersamaー!! Isse, no, de…… Aku cinta kalian semuaー!!”


────Senyuman yang dirangkai Yuuka hari ini.


Semoga selamanya, terus──bermekaran tanpa henti.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close