-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Gimai Seikatsu Volume 4 Chapter 3

Chapter 3 - 4 September (Jumat) Asamura Yuuta


Pagi ini, hanya ada aku dan Ayahku yang sudah bangun. Saat ini, kami berdua duduk berhadapan.

“Akiko-san dan aku memikirkan hal ini bersama-sama, tahu.”

"Bersama?"

Aku sedang memasukkan nasi ke dalam mangkuk Ayahku, tetapi aku berhenti dalam kebingungan. Aku ingin bertanya bagaimana dua sejoli itu yang terus-menerus berbicara melewati satu sama lain, bahkan mencapai sesuatu yang bisa disebut konsensus. Ketika aku bertanya kepadanya tentang hal itu, dia mengatakan bahwa kami dapat mendiskusikannya melalui LINE, meskipun terlalu repot untuk mengobrol denganku. Kurasa dia berubah dengan caranya sendiri.

“Bagaimanapun juga, aku akan mengambil cuti kerja dan ikut denganmu ke pertemuan orang tua-gurumu. Memang benar bahwa perusahaan tempatku bekerja sedang sibuk. Tapi, aku tidak bisa membiarkan Akiko-san menanggung semua beban sendirian.”

“Oh, tentang itu, Ayah.”

Aku memberitahunya tentang diskusiku dengan Ayase-san tempo hari dan menjelaskan bagaimana kami memutuskan bahwa kami akan mengadakan kedua pertemuan kami pada hari yang sama sehingga Akiko-san hanya perlu mengambil cuti satu hari. Akibatnya, dia juga tidak perlu mengambil cuti kerja.

"Whoa ... Apa kau benar-benar yakin tentang itu?"

Aku mengangguk.

“Ayase-san dan aku memutuskannya bersama-sama. Jadi, itu bukan hanya sesuatu yang aku pikirkan sendiri. Kami lebih suka tidak melakukannya di belakangmu dan membuat lebih banyak pekerjaan untukmu dan kupikir menyembunyikan fakta bahwa kami saudara tiri bukanlah hal yang baik.”

Ketika aku selesai menceritakan semua itu, dia membuat wajah yang lebih bahagia daripada yang pernah kulihat sebelumnya.

“Aku yakin Akiko-san juga akan senang.”

Ayahku kemudian memberi tahuku tentang semua yang telah dia diskusikan dengan Akiko-san. Rupanya, dia ingin menjadi sosok Ibu yang baik bagiku. Secara pribadi, karena aku bukan anak-anak lagi dan sudah dalam perjalanan menuju dewasa, sejak Ayahku menikah lagi, aku mungkin menerima ini sebagai dia mendapatkan istri baru, tetapi belum tentu aku memiliki Ibu baru atau semacamnya. Ayahku dan Akiko-san mungkin merasakan hal yang sama, namun dia melanjutkan, mengatakan bahwa apa yang Akiko-san inginkan bukan hanya menjadi waliku sampai aku cukup umur.

“Akiko-san memberitahuku bahwa dia ingin kita menjadi sebuah keluarga, kau tahu. Dan dia percaya bahwa kita bisa. Jika tidak, maka hubungan yang kami jalin melalui pernikahan kami akan sia-sia.”

Sebuah keluarga, ya? Aku bisa mengerti itu. Dia tidak ingin menjadi Ibuku hanya karena dia harus merawatku. Berbicara hanya dari hubungan kami, kami adalah ibu tiri dan anak tiri, tetapi dia ingin melampaui itu dan menghargai waktu kami berempat bersama sebagai keluarga normal.

“Itulah mengapa aku yakin dia akan bahagia melebihi kata-kata jika dia tahu bahwa kau menerimanya sebagai keluarga, Yuuta.”

Secercah rasa bersalah memenuhi hatiku. Aku benar-benar tidak memikirkannya terlalu dalam.

“Selamat pagi, kalian berdua.” Ayase-san memasuki ruang tamu.

"Ah. Selamat pagi, Saki-chan.”

"Ayase-san, ini sarapanmu."

Dia bangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Jadi, aku ingin bertanya hanya untuk memastikan. Biasanya, dia berangkat ke sekolah sebelum aku, artinya ada kemungkinan dia melewatkannya hari ini.

“Maaf, Nii-san sudah merepotkanmu. Aku akan mengurus sisanya.”

“Nggak apa-apa. Aku juga baru bangun. Jadi, duduklah. Ini ambil, sup miso, nasi dan sumpitmu.”

“Terima kasih, Nii-san.”

"Sama-sama. Tumben sekali kau bangun kesiangan." Aku bertanya dengan iseng, tapi Ayase-san membalikkan smartphone di tangannya, mengarahkan layar ke arahku.

Apakah dia menyuruhku untuk melihatnya?

"…LINE?"

"Ibu bilang dia akan pulang dalam dua jam. Jadi, kita akan melanjutkan percakapan kita dari kemarin."

Benar, itu masuk akal. Ayase-san menyebutkan bahwa dia akan memberi tahu Akiko-san tentang apa yang telah kami berdua putuskan. Sekarang sudah pagi, dia mungkin menerima tanggapan. Pertukaran mereka berlanjut sebentar setelah itu, itulah sebabnya dia akhirnya terlambat untuk sarapan.

"Dia senang."

"Benarkah?"

Melihat Ayahku tersenyum setelah mendengar konfirmasi Ayase-san, aku sekali lagi merasakan sakit yang samar di dadaku.

"Tentang pertemuan orang tua-guru. Kami memutuskan untuk menyerahkannya pada Ibu."

"Jadi, hari apa itu?" kata Ayahku, mengkonfirmasikan.

“Kalau bisa, tanggal 25 September.”

“Tanggal 25… hmm, hari Jumat, ya.” Aku memeriksa kalender dan mengomentari tanggalnya.

"Nii-san?"

“Hm? Ah, tidak ... kupikir itu baik-baik saja. Jika hari itu paling cocok untuk Akiko-san, maka aku akan untuk mendapatkan pertemuanku saat itu. Jadi, Ayase-san—”

Jika Ayase-san dan aku ingin pertemuan kita di hari yang sama, kita harus berkonsultasi dengan guru wali kelas masing-masing dan menjelaskan alasan kita. Yaitu, karena Ibu kami tidak akan dapat mengambil cuti lebih dari satu hari, kami ingin pertemuan kami disatukan. Jika kita melakukan itu, kedua wali kelas kita akan mengetahui bahwa kita adalah saudara tiru.

“Ya, seperti yang kamu katakan, Nii-san.”

“Jika kita berdua berada di kelas yang sama, aku bisa memberitahu mereka sendiri.”

"Tidak apa-apa, aku bisa mengurusnya." Sambil mengunyah nasi, Ayase-san memintaku untuk membiarkannya mengurusnya.

Sampai beberapa saat yang lalu, Ayase-san bukanlah yang terbaik dalam hal semacam ini, tapi kurasa dia juga banyak berubah. Setelah dia selesai makan, dia mengurus piring dan meninggalkan rumah di waktu seperti biasa. Lalu, berangkat sekolah dan di saat yang sama, Ayahku juga berangkat kerja setelah Ayase-san pergi. Sedangkan aku yang terakhir meninggalkan rumah.

Saat aku berjalan ke sekolah, aku melihat langit berwarna biru cerah dan angin sepoi-sepoi terasa sedikit lebih panas dari kemarin. Akiko-san ingin kita menjadi sebuah keluarga. Mungkin aku harus memanggil Akiko-san 'Ibu tiri', seperti Ayase-san memanggil orang tuaku 'Ayah tiri'. Bukan karena aku harus menerimanya sebagai Ibuku. Tapi, agar kami bisa menjadi keluarga yang utuh.

..... Apakah itu sebabnya Ayase-san memanggilku 'Nii-san' sekarang?

* * *

Gerbang sekolah akhirnya terlihat dan aku memutuskan untuk menghilangkan semua pikiran yang berputar-putar di kepalaku.

Lima menit sebelum jam pelajaran pertama, tepat saat bel pertama berbunyi, Maru melenggang masuk ke dalam kelas dari pintu belakang. Mereka yang memiliki latihan pagi biasanya tiba di kelas sebelum pelajaran dimulai. Tentu saja, bukan hanya Maru dari klub bisbol. Orang-orang dari klub lain juga dengan cepat memenuhi ruang kelas. Begitu Maru duduk di depanku, dia sepertinya mengingat sesuatu. Dia berbalik ke arahku.

"Hei, Asamura."

“Hm?”

“Liburan musim panas lalu, kau pergi ke kolam renang bersama Narasaka dan yang lainnya, kan?”

"Eh ... ya, emang kenapa?"

“Ada rumor yang mengatakan kau dan Ayase berteman baik."

“Berteman baik?"

"Tentu saja, rumor adalah rumor. Tapi mengingat bagaimana dia bertingkah belakangan ini, itu sampai pada titik di mana aku tidak bisa menyangkal kemungkinan itu.”

'Kemungkinan' macam apa yang kau pikirkan?

“Jadi ya, bagaimana dengan Ayase?”

Secara alami, aku terkejut. Sedemikian rupa sehingga aku kehilangan kesempatan untuk merespons dengan benar dan malah menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain.

“Menanyakan tentang hubungan asmara temanmu. Itu yang akan dilakukan karakter teman sejati dalam permainan romansa, bukan?”

“Kupikir kau harus menarik garis yang lebih tegas antara fantasi dan kenyataan.”

“Hmph. Sejujurnya, rumor itu baru sampai di telingaku beberapa menit yang lalu. Lagipula, tidak ada bukti untuk mendukungnya.”

Jadi, rumor itu dari klub bisbol 'ya?

Sebuah rumor yang beredar yang mengatakan tentang kedekatanku dengan Ayase-san.

Aku mengingat kembali emosi rumit yang kumiliki untuknya ketika kami menghabiskan waktu bersama pada liburan musim panas di kolam renang. Tapi, di saat yang sama aku memutuskan bahwa aku harus menyingkirkan perasaan ini tidak peduli apa itu. Bagaimanapun, dia adalah adik perempuanku dan begitulah dia mengharapkanku untuk memperlakukannya.

..... Lupakan saja. Singkirkan perasaan ini.

Tapi, untuk alasan tertentu orang-orang di sekitarku sepertinya pernah melihatku dan mereka terus mengingatkanku pada kenangan musim panas itu. Sambil bertanya-tanya apa yang harus kulakukan tentang ini, Aku sedang mempersiapkan kelas yang akan datang ketika aku melihat salinan tertentu di dalam tasku. Ketika aku melihatnya, aku akhirnya ingat. Ayase-san dan aku sudah sepakat bahwa kami baik-baik saja jika semua orang mengetahui hubunganku dengan Ayase-san.

"Dengar." kataku dengan suara tenang.

Ini bukan sesuatu yang harus diketahui semua orang, hanya orang-orang tertentu. Maru mendekat ke arahku, memahami bahwa apa yang akan kukatakan kepadanya akan sulit untuk kukatakan. Seperti yang diharapkan dari sahabatku.

“Ini tentang Ayase-san dan aku—”

Aku memulai penjelasanku, mengatakan bahwa Ayase-san dan aku telah menjadi saudara tiri setelah orang tua kami menikah kembali. Aku juga menambahkan bahwa kami berdua siap jika orang lain mengetahuinya. Tapi, kami juga tidak ingin memberi tahu semua orang tentang hal ini. Aku menjelaskan bahwa aku memberi tahu dia tentang ini karena aku memercayainya dan dia menanggapinya dengan tepat.

"Aku bukan tipe orang yang akan menyebarkan informasi yang begitu rumit."

“Itu sangat membantu.”

“Tetap saja, ini menjelaskan banyak hal.”

“Hm? Apa maksudmu?"

Maru tampak hampir puas.

“Kau tiba-tiba bertanya padaku tentang Ayase, bertingkah seolah-olah kau ingin tahu lebih banyak tentang dia. Jujur saja, itu mengejutkanku. Selain itu, kau bahkan bertingkah seperti seorang pacar."

"Hah? Pacar? Hei ...."

"Benar, semua orang pasti mengira seperti itu, kan?"

Mari kita mundur kebelakang. Tepatnya pada bulan Juni, ada rumor buruk yang beredar tentang Ayase-san. Itu karena penampilannya yang mencolok—meskipun sebenarnya itu adalah pertahanan dirinya. Belum lagi, dia berkeliaran di sekitar Shibuya pada malam hari, yang membuat orang-orang menarik kesimpulan ke arah negatif.

“Itu hanya salah paham. Itu saja."

"Sepertinya begitu. Maaf, aku yang salah. Tapi, sekarang semuanya masuk akal. Juga, berbicara tentang Ayase, aku secara tidak langsung berbicara buruk tentang adik perempuanmu. Jadi, aku minta maaf."

“Yah, itu karena kau tidak tahu saja."

"Aku benar-benar berpikir bahwa kau jatuh cinta padanya, kau tahu?"

Kata-kata ini membuat detak jantungku berdetak kencang. Aku bisa merasakan keringat menumpuk di telapak tanganku.

..... Jatuh cinta padanya… Aku menyukainya?

"Aku tidak-"

“Benar,  maaf. Seharusnya aku tidak perlu menambahkan itu. Tapi, aku merasa lega sekarang. Kalau kau benar-benar mennyukainya mungkin kau kalah bersaing dengan orang itu. Sebagai teman baikmu, aku tidak ingin melihatmu terluka.”

"'Orang-orang itu'?"

“Kau tidak tahu? Setelah liburan musim panas berakhir, popularitas Ayase berubah.”

Menurut Maru, Ayase-san menjadi lebih terbuka terhadap orang-orang di sekitarnya. Bahkan orang-orang yang sebelumnya menganggap buruk atau takut padanya. Sejak dia terbuka dengan orang lain, semakin banyak anak laki-laki yang berbicara dengannya dan tampaknya mereka tertarik padanya. Seperti yang kau harapkan, beberapa dari orang-orang ini mungkin memiliki spesifikasi yang cukup tinggi.

“Meskipun menyakitkan bagiku untuk mengakuinya, aku tidak pernah bisa melihatmu memenangkan perlombaan itu… Tapi, karena kau itu Kakak laki-lakinya. Kau bahkan tidak berada dalam kategori itu."

“Tentu saja tidak.”

“Hebat, bagus.” Maru tampak puas dengan sesuatu.

Saat aku melihatnya, aku mulai berpikir. Seperti yang Maru katakan, karena hubunganku dengan Ayase-san hanya sebatas saudara tiri. Aku tidak bisa ikut campur dalam urusan asmaranya, tidak peduli berapa banyak anak laki-laki yang mendekatinya.

Tapi, bagaimana jika salah satu dari mereka mencoba mendekati Ayase-san dengan motif tersembunyi? Apakah aku harus ikut campur sabagai Kakak laki-lakinya? 

Saat aku sedang memikirkan ini, wali kelasku masuk menandakan jam pertama di mulai. Setelah beberapa jam, pelajaran pertama selesai, lalu wali kelas kami meninggalkan kelas. Begitu wali kelas kami pergi, suasana kelas mulai meledak dalam kebisingan. Banyak dari mereka yang membicarakan tentang aspirasi masa depan.

Sedangkan untukku, aku mencoba membicarakan hal ini dengan wali kelasku di ruang guru untuk mengatisipasi orang lain mengetahuinya. Aku menjelaskan keadaan keluarga kami kepada wali kelasku.

"Begitu, ya. Jadi, Ibu tirimu yang akan datang?"

"Ya."

Setelah pertukaran singkat ini, aku kembali ke kelas.

* * *

Kelas berakhir untuk hari ini. Hari ini, aku memiliki shift di pekerjaan paruh waktuku. Tepat setelah pelajaran terakhir berakhir, aku mengambil tasku. Saat aku sedang mengganti sepatu outdoorku di loker sepatu, sekelompok orang yang agak berisik mendekati area yang sama. Aku menoleh ke arah mereka karena aku mendengar suara yang familiar dan aku melihat Narasaka-san di tengah kelompok. Dengan kata lain, kelompok ini pasti beberapa orang dari kelas sebelah.

Dia dikelilingi oleh temannya, menyeringai seperti biasa dan bahkan berbicara dengan setiap orang di sekitarnya agar mereka tidak merasa diabaikan. Aku juga melihat Ayase-san di antara mereka. Dia berjalan dengan langkah yang tidak terlalu cepat, mengikuti obrolan mereka dari waktu ke waktu.

Ngomong-ngomong, saat ini aku bersembunyi di balik loker sepatu. Aku sendiri juga tidak tahu mengapa aku bersembunyi. Mungin karena aku tidak ingin berpapasan dengan mereka, terutama dengan Ayase-san. Belum lagi, rumor yang beredar tentang kedekatanku dengannya. Padahal aku sendiri yang mengatakan kepadanya bahwa aku tidak masalah jika hubungan kami diketahui orang lain.

Tetapi .....

Aku benar-benar menyedihkan....

Di saat aku bersembunyi dari mereka, saat itu juga aku melihat Ayase-san tersenyum. Aku pikir ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum dengan teman-temannya seperti itu.

Dia dulu agak terisolasi dari teman-teman sekelasnya. Jadi, ini jauh lebih baik. Seperti yang dikatakan Maru, Ayase-san telah berubah. Cara dia memaksa dirinya untuk tidak bergantung pada orang lain yang membuat orang berpikir bahwa dia sombong atau semacamnya. Tapi, kurasa itu semua karena dia tidak tahu bagaimana membuka diri kepada orang lain, seperti dia tidak punya pilihan lain selain mendorong mereka menjauh. Dia belajar bahwa menjadi mandiri tidak sama dengan memutuskan semua koneksimu.

Dia tersenyum lembut dan bergaul dengan orang-orang yang tidak kukenal—jadi mengapa aku terganggu oleh perasaan rumit ini?

* * *

Ketika aku mencapai tempat parkir dekat stasiun kereta api dengan sepedaku, langit sudah berubah menjadi merah tua. Matahari telah terbenam lebih awal. Ini sudah bulan September, tetapi hari-hari akan mulai semakin pendek mulai sekarang. Aku memasuki kantor belakang, berganti seragam dan menuju ke toko utama. Agenda pertamaku hari ini adalah mengatur rak. Aku melewati kasir, menyapa manajer dan berjalan menuju rak. Aku mulai dengan rak paperback, bekerja dari belakang ke depan.

Di sebagian besar toko buku, kau biasanya mengatur buku menurut penerbitnya, bukan penulisnya. Jika mereka berasal dari penerbit yang sama tetapi label yang berbeda, maka mereka akan ditampilkan di rak yang berbeda. Dan kemudian, setelah kau mencapai rak untuk label itu, kau mengatur novel dan buku dengan inisial penulisnya, setidaknya dalam banyak kasus.

Misalnya, ada label bernama MF Bunko J |1| , lalu ada nomor acak Mi-10-16 di sampul belakang. Ini menunjukkan bahwa label ini memiliki banyak penulis yang dimulai dengan 'Mi' dan novel khusus ini diterbitkan oleh penulis ke-10 dan ini adalah volume ke-16—setidaknya itulah cara sederhana untuk menjelaskannya. Dengan hanya mengandalkan nomor ini, mudah untuk mengatur buku-buku yang rusak.

Aku memiliki shift yang terlambat hari ini yang artinya mengatur rilisan terbaru dan menyesuaikan stok sudah selesai. Semua orang telah membuat lebih banyak ruang untuk rilisan baru. Jadi, satu-satunya pekerjaanku adalah meletakkan buku-buku acak yang tersebar kembali ke lokasi yang semula dimaksudkan. Dari waktu ke waktu, aku akan melihat buku-buku acak yang diletakkan di rak yang salah dan aku akan mengembalikannya ke tempat aslinya, yang tentu saja merupakan pekerjaan yang cukup sederhana. Jadi, kupikir aku tidak bisa membaca untuk beberapa waktu selama itu. Tepat saat itu juga—

“Ah, Kouhai-kun. Waktu yang tepat."

Ketika aku berbalik, aku melihat seorang wanita cantik yang familiar dengan rambut hitam panjang berdiri di sana, yang sudah aku tebak dari suaranya. Dia membawa setumpuk buku paperback. Membaca nametag di seragamnya praktis tidak mungkin dalam keadaan itu, tapi aku mengenalnya. Dia Senpaiku di tempat kerja: Yomiuri Shiori.

"Um, Kouhai-kun? Ada apa? Membuat ekspresi seperti itu, hmm?"

"Ah, jangan pedulikan aku, aku baru saja akan mendapat pencerahan."

"Lagi-lagi seperti itu~, Ayolah, ceritakan padaku~"

“Senpai, bisakah kau berhenti bertingkah seperti Om-om yang mencoba menggoda jawaban malu dari seorang wanita yang tidak bersalah? Aku akan menuntutmu atas pelecehan seksual.”

"Astaga. Kesetaraan gender adalah hal yang luar biasa.”

Aku tidak berpikir ini adalah waktu bagimu untuk mengagumi itu.

“Yah, mari kita kesampingkan itu. Lebih penting lagi, Kouhai-kun tersayang. Apa kamu tidak merasa kasihan kepada Onee-san yang membawa setumpuk buku ini?"

"Iya, ya... Aku akan membawakannya."

Buku-buku yang Senpai bawa adalah buku yang akan kami atur kembali di rak. Ketika seseorang membeli di kasir, kami dapat memeriksa apakah kami masih memiliki lebih banyak salinan buku itu yang tersisa dalam stok. Apa yang sebenarnya menakutkan untuk dipikirkan adalah fakta bahwa di era Showa |2| , mereka benar-benar mengandalkan catatan saja dalam hal inventaris buku mereka. Tentu saja, mereka menggunakan kertas untuk melacak stok mereka dan kalau kau mengambil stok, kau dapat memeriksa berapa banyak salinan yang tersisa di toko.

Masalahnya adalah mereka hanya mengandalkan catatan yang ditulis hari demi hari. Saat ini, semuanya terjadi dengan sekali klik berkat basis data yang luas. Setumpuk buku yang kuterima harus ditambahkan ke rak tepat di depanku. Ketika aku melihat lebih dekat pada buku-buku itu, buku itu ternyata berasal dari seri lama yang telah dibuat menjadi serial anime tv series.

“Aku penasaran mengapa series ini sangat laku? Maksudku, aku tahu ini menarik. Tapi, tetap saja..."

“Bunkah kamu pernah membacanya, Kouhai-kun?"

"Hm, Oh!" Sesuatu di dalam ingatanku menyala. "Begitu, adaptasi animenya baru di rilis ya.."

"Tepat. Kita sudah menggunakan POPs |3| dan kita juga memiliki banyak dari mereka yang ditampilkan di rak yang berbeda.”

Ketika Senpai mengatakan itu, aku menoleh untuk melihat ke mana dia menunjuk. Di sudut rak buku bersampul tipis ada alas kecil yang memamerkan setumpuk buku, semuanya dengan sampul yang terlihat. Buku-buku yang saat ini dijual tidak hanya dimasukkan ke dalam rak di mana kau hanya dapat melihat sampul belakangnya, melainkan menerima tingkat iklan di mana mereka diletakkan rata. Di sebelah mereka ada kartu iklan dan plakat tulisan tangan, yang disebut juga POP.

“Fufu, akulah yang membuat POP itu lho."

"He, yang bener?"

"Tentu saja. Aku berusaha keras untuk menulis sesuatu seperti 'Aku sangat terharu, cerita ini cukup membuatmu meneteskan air mata untuk mengisi seluruh mangkuk!', kau tahu."

"Apakah mereka tidak akan marah padamu karena iklan palsu?"

Mengetahui sifat Yomiuri-senpai, itu pasti semacam lelucon aneh lagi. Aku harus memeriksa POP nanti…

Tunggu, kalau aku memeriksanya, itu berarti aku sudah menari di atas telapak tangannya, bukan?

"Hm …"

Saat itulah aku akhirnya menemukan gambaran besarnya. Jika baru saja mulai ditayangkan dan karena sekarang bulan September, itu pasti anime musim gugur. Kalau begitu, seri ini mungkin akan laris manis selama tiga bulan ke depan hingga Desember. Aku menerima buku-buku dari Yomiuri-senpai dan melihatnya.

Seperti yang diharapkan, ada bungkus kertas di atasnya, yang bertuliskan 'Anime saat ini ditayangkan!'. Penerbit mungkin telah mencetak ulang banyak salinan agar sesuai dengan animenya. Jadi, bungkus kertas ini telah ditambahkan. Pada saat yang sama, orang ini juga mengumumkan bahwa akan ada rilisan baru yang akan dijual bulan depan.

"Jadi, volume terbarunya bentar lagi rilis ..."

“Kouhai-kun, kamu sepertinya sangat lelah.”

Ketika Senpai mengatakan komentar aneh itu, aku meliriknya, bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kamu terlihat sangat kelelahan...."

"Tapi, aku makan dan tidur dengan teratur."

“Oke, bukan itu maksudku. Kamu dulu tahu tentang rilisan terbaru dari seri yang kamu sukai setidaknya tiga bulan sebelum itu dirilis, bukan?"

Rilisan terbaru novel atau manga biasanya diumumkan tiga bulan sebelum tanggal rilis. Dengan kata lain, begitulah cara kami, sebagai karyawan toko buku, mengetahuinya juga.

"…Kurasa begitu."

“Kamu sangat kekurangan energi akhir-akhir ini, Kouhai-kun.”

"Tidak, aku .…"

“Ssst, aku sudah melihat menembusmu. Fakta bahwa kamu kehilangan minat pada rilisan terbaru dari serial yang dulu kamu sukai adalah insiden yang cukup signifikan, bukan?”

"Mungkin ..."

Tidak, dia benar sekali. Belum lama ini, aku tidak akan pernah melupakan tanggal rilis berikutnya dari series yang kunikmati.

“Mungkin kamu hanya kesepian karena kamu tidak memiliki banyak shift dengan Saki-chan seperti dulu?” Yomiuri-senpai menunjukkan seringai curiga.

“Kau harus berhati-hati, Senpai. Senyuman seperti itu bisa membuatmu kehilangan popularitasmu.”

“Nah, sekarang, beri tahu Onee-sanmu ini tentang semua masalahmu, anak muda. Ayo, buka hatimu dan lompat ke pelukanku.”

“Kau masih terdengar seperti orang tua. Juga, itu tidak benar."

"Apanya yang tidak benar?"

“Bahwa aku kesepian. Kenapa aku kesepian hanya karena aku tidak bisa bekerja dengan adik perempuanku?”

“Karena aku tidak punya kakak laki-laki, kurasa aku tidak bisa berdebat banyak dalam hal itu. Dan kurasa kamu sangat masuk akal, tapi dia adik tirimu, bukan?”

"Meski begitu, dia tetaplah adik perempuanku." kataku menahan diri untuk tidak mengatakan lebih dari itu.

"Namun, jawaban yang rasional sangat membosankan."

“Dan mengapa itu penting?”

“Baiklah kalau begitu, biarkan aku memberi tahu Kouhai-kun yang sedih ini tentang sesuatu yang menarik.” Yomiuri-senpai mengangkat satu jari. “Bagaimana kalau kamu menghadiri sekolah persiapan di kampusku?"

“Sekolah persiapan? Apakah itu berarti Universitasmu mengundang orang yang ingin belajar di sana?"

"Tepat. Setelah kamu dikelilingi oleh gadis-gadis universitas yang cantik, kamu akan kembali bersemangat dalam waktu singkat."

Seperti yang dia katakan, aku yakin rata-rata pria akan senang memiliki sekelompok gadis universitas yang cantik seperti Yomiuri-senpai di sekitar mereka. Ketika aku melihatnya berbicara dengan beberapa temannya beberapa waktu lalu, teman-teman Yomiuri-senpai semuanya wanita yang menarik. Namun, ada kesalahan fatal dalam rencana induknya ini.

"Senpai, kau kuliah di kampus khusus perempuan, bukan?"

“Ya, emang kenapa?”

“Bagaimana aku, seorang pria, dapat mengunjungi selama sekolah persiapan?”

“Ya ampun, kemana perginya kesetaraan gender kita?!”

Sayangnya, waktu belum cukup maju sehingga seorang pria bisa belajar di universitas perempuan. Aku mengerti bahwa dia khawatir tentangku dan kekurangan energiku baru-baru ini, tetapi aku masih tidak dapat menanggapi dengan senyuman. Aku sendiri bertanya-tanya mengapa aku begitu sedih. Seharusnya tidak ada alasan bagiku untuk merasa seperti ini.

* * *

Shift kerjaku berakhir dan aku langsung pulang. Setelah sampai dirumah, aku menemukan makan malam dan catatan kecil di meja ruang tamu. Meskipun kami makan malam bersama kemarin setelah sekian lama, hari ini aku baru saja mendapat catatan. Ayase-san jelas tidak berniat meninggalkan kamarnya. 

.... Dia tidak menghindariku, kan?

Aku dipenuhi dengan penyesalan karena tidak bisa bertemu langsung dengan Ayase-san dan aku menyadari itu dengan jelas menunjukkan bahwa aku berbohong kepada Yomiuri-senpai selama percakapan kami sebelumnya. Jauh di dalam pikiranku, aku bisa mendengar kata-katanya lagi.

Itu tidak bisa dihindari, kan? Lagi pula, Ayase-san bukanlah adik perempuanku yang sebenarnya.




|| Previous || Next Chapter ||

¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

|1| Label yang menerbitkan Gimai Seikatsu

|2| 25.12.1926 - 07.01.1989

|3| Iklan titik pembelian, dapat menyertakan stiker di lantai dan iklan lain di sekitar produk, cara apa pun untuk menarik perhatian pelanggan
7 comments

7 comments

  • SHIORI
    SHIORI
    22/3/22 17:24
    Mantap min lanjutin 👍
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    29/12/21 07:13
    Disaat saingan masuk biasanya bakal lengket tuh ade kaka
    Reply
  • Yukinoshita yuuno
    Yukinoshita yuuno
    27/12/21 16:33
    Aww onii Chan kesepian
    Reply
  • Kang rebahan
    Kang rebahan
    27/12/21 10:02
    Makin mantap nih,gw suka romance nih Novel karena ngga berkesan lebay,juga ngga terkesan kaku,enak bet di ikutinnya,dan makin kesini makin berasa manisnya
    • Kang rebahan
      Esha Sajaka
      27/12/21 15:28
      akhir2 ini masih sepet bro, belum dpt manis nya sejak chapter terakhir vol. 3
    • Kang rebahan
      Unknown
      31/12/21 21:00
      Ho'oh masih sepet
    Reply
  • Udin
    Udin
    26/12/21 18:00
    Nice min, gasss
    Reply
close