Chapter 1 - Nasib Lebih Normal dari yang Diharapkan, ya? (5 September-12 September)
[Bagian 1]
Berpikir bahwa akan sangat berat baginya untuk pergi ke pekerjaan paruh waktunya dengan seragam kotor, Sandai meminjamkan pakaiannya. Namun, ada perbedaan tinggi badan dan fisik antara pria dan wanita. Jadi tentu saja, ukurannya tidak pas dan sangat longgar ketika Shino memakainya.
"Oh, ini terasa luar biasa~"
"Senang mendengarnya. Dengar, aku akan memberimu kantong kertas juga."
"Hmm? Kantong kertas?"
"Kantong kertasnya cukup besar jadi kau bisa menaruh seragammu di sana. Kalau kau mendapatkan dry cleaning ekspres dalam perjalanan ke tempat pekerjaan paruh waktumu, kau bisa mengambilnya saat kau kembali."
"Ara, kamu baik juga~"
"Begitu? Nah, sekarang.. cepat pergi sana." Sandai menunjuk ke arah pintu masuk.
Dia sudah melakukan semua yang bisa dia lakukan. Jadi, sekarang semua ini sudah selesai atau begitulah seharusnya. Tapi untuk beberapa alasan, gyaru cantik di depannya tetap diam dan tidak mencoba untuk bergerak.
"Nee, bukankah kamu terlalu dingin padaku? Ah, aku tahu! Kamu pasti memikirkan apa yang harus kamu lakukan jika orang tuamu melihat situasi ini sekarang, kan? Maksudku, kamu pasti memikirkan apa yang akan kamu jawab jika ditanya orang tuamu dengan membawa seorang gadis ke rumah. Yah, aku tidak melihat orang tuamu sih. Hm, mungkin mereka sedang bekerja atau berbelanja dan sepertinya mereka akan segera pulang?"
Mungkin mencoba untuk bermain-main dan menggodanya, Shino tampaknya berpikir bahwa dia telah memukul titik lemah siswa SMA dengan komentarnya tentang orang tua ... Meskipun, itu sama sekali tidak berhasil melawan Sandai. Bagaimanapun juga, orang tuanya berada di luar negeri karena alasan pekerjaan.
"Ejekan itu tidak akan berhasil padaku," Sandai mengangkat bahunya dan mengklaim ketidakefektifannya. "Lagipula, aku tinggal sendirian."
Mendengar itu, Shino langsung kesal dan cemberut. Namun, dia tampaknya telah memikirkan cara lain untuk menggoda beberapa saat kemudian.
"Hm, kamu hebat sekali bisa hidup sendirian. Oh, mungkinkah kamu mengoleksi bebeapa buku mesum~? Pikirkanlah, kamu tinggal sendirian di rumah dan orang tuamu pergi bekerja. Jadi, kamu bisa mengoleksi sebanyak yang kamu mau, tau~"
Seperti orang-orang seusianya, Sandai tentu saja memiliki hal semacam itu juga, tetapi dia menyimpan sebanyak mungkin data yang tersimpan di PC-nya.
Namun, bukan berarti dia tidak memiliki barang fisik yang disembunyikan. Sikap Sandai yang tenang sebelumnya berubah agak panik saat Shino mulai mencari-cari hal yang di inginkannya.
"Oi, bodoh! Berhenti!"
"Ufufu, kenapa kamu panik, hm~? Jangan bilang padaku..."
"Kau akan menemukan banyak sekali manga. Tapi, kau tidak akan menemukan buku-buku nakal sekeras apapun kau mencoba. Kau tidak akan menemukan apa-apa. Lupakan tentang itu, cepat keluar sana."
"Aww ayolah, jangan terlalu tegang seperti itu."
"Apa maksudmu 'aww'. Apa kau mencoba terlihat imut atau semacamnya?"
"Aku bisa kok. Rawr~ rawr~."
"Diam! Cepat pergi! Shoo, shoo, shoo!"
Setelah mengusir Shino keluar sambil mendorong kantong kertas tempat seragamnya dilemparkan ke dalam padanya, Sandai menutup pintu depan lebih cepat dari yang bisa dilihat mata dan duduk di tempat.
"Astaga, gadis itu.. Dia benar-benar manusia yang hidup di dunia yang berbeda; baik indera dan nilai-nilai umum kita terlalu berbeda. Aku benar-benar tidak akan pernah mengobrak-abrik rumah seseorang. Oh yah, mulai besok kita tidak akan lagi terlibat satu sama lain."
Sandai berbicara pada dirinya sendiri tentang semacam tatanan masyarakat atau kebenaran.
Bahkan jika suatu peristiwa yang tidak teratur terjadi di dunia, hal itu tidak akan menjadi norma dan akan selalu berusaha untuk kembali ke bentuk aslinya.
Itu adalah hal seperti itu.
Meskipun, ada pengecualian untuk semuanya.
Sandai tidak menyadarinya-bahwa dia sendiri telah menjadi pengecualian itu.
* * *
Keesokan paginya, Sandai mengeluarkan buku-buku R-18 untuk dibuang ke tempat sampah.
Alasannya adalah usaha Shino kemarin yang gagal dalam menggeledah isi kamarnya.
Meskipun Sandai berpikir bahwa kesempatan untuk menghadapi krisis yang sama akan sangat rendah, dia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kemungkinan yang sangat tipis bahwa hal itu mungkin terjadi dan hal berikutnya yang dia tahu, dia telah mengikat buku-buku nakal itu.
Dia ingin sekali menjualnya untuk mendapatkan uang jika memungkinkan, tetapi statusnya sebagai siswa SMA menjadi penghalang. Dia harus menunjukkan tanda pengenal untuk menjualnya dan sekolahnya pasti akan dihubungi pada saat itu. Itu akan membuatnya menjadi hal yang sangat merepotkan.
Saat dia melihat tempat pengambilan sampah melalui jendela, dia melihat truk sampah tiba dan dua pekerja melemparkan buku-buku itu ke belakang truk.
Meskipun itu tentu saja kemauan Sandai sendiri untuk menyerahkan barang-barang fisik, anehnya sedih baginya untuk melihat buku-buku R-18 yang diikat dengan tali menghilang.
Meskipun dia sudah menyalinnya dan menyimpannya di PC-nya, dia tidak perlu merasa sedih, meskipun...
Bagaimanapun juga, sekarang Sandai akan kembali lagi untuk menjalani kehidupan sekolahnya yang biasa, santuy dan kesepian seperti biasanya-
-Atau begitulah seharusnya.
Sandai sendiri sama sekali tidak mengharapkan hal ini dan dia tidak bisa kembali ke kehidupan sekolahnya yang biasa. Penyebabnya adalah Shino.
Sebelum pelajaran pertama dimulai, Shino tiba-tiba datang menghampiri Sandai dan mengajaknya ngobrol.
"Ini pakaian yang kupinjam saat aku numpang mandi di rumahmu. Oh, ya. Cuma mau ngasih tau aja, tempat pekerjaan paruh waktuku itu disebuah kafe dan itu ada beberapa manisam yang dibuat di sana juga!" kata Shino dengan suara ceria dan lantang sambil meletakkan pakaiannya dan apa yang tampak seperti manisan ucapan terima kasih di atas meja Sandai.
Mengesampingkan fakta bahwa dia bermaksud memberikan pakaian itu, lingkungan sekitar bahkan lebih terkejut dengan kata-kata dan tindakan Shino daripada Sandai, pihak yang bersangkutan.
Hubungan dengan lawan jenis Shino, seorang wanita cantik terkemuka, adalah topik yang menarik bagi para siswa/i tanpa memandang tahun ajaran, kelas atau jenis kelamin mereka dan Sandai tiba-tiba menjadi pria yang paling ditunggu-tunggu, sebagai 'pria' yang membawa Shino ke rumahnya dan selain itu meminjamkannya kamar mandi.
Desas-desus yang langsung memicu rumor itu tidak hanya di dalam kelas, tetapi dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah. Sandai yang penyendiri bahkan tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk memberikan penjelasan.
Dia akan diawasi kemanapun dia pergi dan bisikan-bisikan tak henti-hentinya terdengar.
"Aku menonjol dengan cara yang merepotkan... Mengapa... apa aku harus melalui ini... Ayo, tolong cepat bangun jika ini adalah mimpi buruk..."
Hanya setelah sekolah berakhir dan Sandai bergegas pulang ke apartemennya dan mengunci pintu depan, akhirnya dia bisa menarik napas.
Sambil mengerutkan kening pada kelelahan yang melonjak, Sandai pertama-tama pergi untuk mendorong pakaian yang dikembalikan ke dalam lemari dan menyimpannya.
Tapi, kemudian sebuah memo kecil berwarna cherry-blossom berkibar turun dari celah pakaian.
'Ini nomor HP-ku! Aku hanya memberikan informasi kontakku kepadamu saja loh~!'
ID aplikasi pesan dan nomor telepon tertulis pada memo bersama dengan teks tersebut.
"Apa-apaan ini... Apakah ini hal di mana kau menelepon dan Kakak laki-laki yang menakutkan itu menjawab? Atau mungkinkah dia mencoba menyeretku ke MLM atau semacamnya?"
Aku tidak akan jatuh pada jebakan semacam itu ..
Sandai meremas memo itu, melemparkannya ke tempat sampah dan menuju ke mejanya sambil menghela napas. Melupakan semua itu untuk saat ini, dia mulai belajar untuk membunuh waktu sampai dimulainya anime larut malam.
Ada cara untuk menghabiskan waktu dengan membaca manga atau light novel, yang sering dia lakukan juga, tetapi kecepatan Sandai dalam membacanya agak cepat dan saat ini dia tidak memiliki backlog.
Begitulah cara Sandai menghabiskan waktunya: belajar pada waktu seperti itu. Belajar adalah cara santai untuk menghabiskan waktu bagi Sandai, yang dekat dengan rutinitas atau kebiasaan sehari-hari.
Dia akan memiliki pilihan untuk pergi ke kota seandainya dia memiliki teman, tetapi Sandai adalah seorang penyendiri. Dia tidak punya teman untuk di ajak nongki santuy.
-Pemuda yang membosankan.
Dilihat dari luar, tidak diragukan lagi kehidupan sehari-hari Sandai akan tampak seperti itu dan bisa dikatakan memang begitu. Namun, sebagai ganti dari kesepian yang pahit seperti itu, dia juga memperoleh hasil dalam apa yang disebut 'nilai'. Faktanya, dia selalu menduduki peringkat pertama di tahun ajarannya sejak pendaftaran.
"....Kalau dipikir-pikir, aku diberi konfeksi, huh. Nama tokonya tertulis di tasnya. Jadi, kurasa ini benar-benar bukan jebakan atau semacamnya."
Dia membuka tas konfeksi untuk memeriksa isinya dan melihat bahwa itu berisi amarettis. Karena tidak ada bau yang aneh dan sepertinya tidak akan sangat pedas ketika dimakan, Sandai mengambil satu dan melemparkannya ke dalam mulutnya.
Rasanya lezat dengan rasa manis yang pas. Tidak peduli seberapa gyaru-nya Shino, sepertinya dia benar-benar tidak berniat untuk menggoda orang dengan makanan.
"...Ini enak."
Dia meraihnya sambil melanjutkan belajar dan amarettisnya habis tak lama kemudian.
...Aku hanya berharap aku tidak akan mendapat perhatian aneh besok, pikir Sandai sambil merangkak ke tempat tidur, setelah selesai belajar hingga larut malam dan selesai menonton anime yang telah dia tunggu-tunggu.
...Meskipun, pada kenyataannya, itu tidak akan berjalan seperti yang dia harapkan. Sayangnya, tidak ada perubahan keesokan harinya -tidak, jika ada, malah bertambah buruk.
'Jadi aku mendengar Yuizaki-san pergi ke rumah seorang pria dan nunpang mandi di sana...'
'Seorang wanita mandi di rumah seorang pria... Mereka pasti habis ngewe. Gw yakin, mereka pasti ngewe 'kan!? Aku juga ingin merasakan tubuh mempesona Yuizaki juga!'
'Sepertinya pria yang disebut Fujiwara atau semacamnya adalah seorang penyendiri yang suram. Apa yang Yuizaki lakukan dengan pria seperti itu? Aku jelas pria yang lebih baik di sini.'
'Mungkin orang itu telah mencuci otaknya dengan hipnotisme...? Itu atau kelemahannya. Aku ingin tahu apakah aku juga bisa membuat Yuizaki menjadi milikku jika aku bisa mengetahui kelemahannya.'
Pihak yang secara tidak bertanggung jawab menciptakan rumor mungkin sedang bersenang-senang, tetapi pihak yang digosipkan sangat tertekan. Sandai secara bertahap terdorong ke sudut mental, isi pelajaran masuk ke telinganya dan keluar dari telinga yang lain, dan ketika berjalan, dia kehilangan keseimbangannya dan langkahnya menjadi goyah.
Meski begitu, dia tidak bisa menutup mulut orang lain. Dia hanya bisa bertahan. Sandai memutuskan untuk meringkuk seperti kura-kura di tempat duduknya dan menunggu waktu berlalu.
Tapi kemudian dia ditusuk dari belakang dengan ujung pensil mekanik. Sandai menoleh ke belakang dan bertanya-tanya apa yang terjadi, dan menemukan Shino yang tersenyum di sana.
Ngomong-ngomong, orang yang duduk di belakangnya adalah gadis gyaru itu sendiri, Yuizaki Shino.
Apa yang dia lakukan...Ah, aku mengerti. Jika dia terlibat denganku, aku akan semakin terpojok oleh orang-orang di sekitar. Dia pasti ingin menggodaku dengan cara itu. Hal semacam itu menyenangkan untuk ditonton dari pinggir lapangan...
Sandai sekarang ingin mengajukan komplain, tetapi justru itulah reaksi yang dicari Shino. Jadi Sandai memutuskan untuk mengabaikannya, tidak ingin memperburuk situasi.
"Poke poke, poke."
"....."
"Tanggapanmu?"
"....."
Jika dia tidak memberikan reaksi, Shino kemungkinan besar akan kehilangan minat dalam waktu yang lama. Gadis gyaru seharusnya memiliki kepribadian seperti itu.
Jadi, hal yang harus dia lakukan adalah duduk diam dan menunggu waktu berlalu.
Kalau dipikir-pikir, pikir Sandai, lingkungan sekitar juga berangsur-angsur tenang seperti, 'Mungkin ada semacam kesalahpahaman,' dan semuanya akan diselesaikan...
Rencana Sandai sebagian besar membuahkan hasil.
Sekitar waktu makan siang, colekan Shino berhenti dan dia mulai menikmati percakapan dengan teman-temannya sendiri.
Meskipun pandangan dari sekitar masih tidak menunjukkan nyanyian memudar, pasti itu baru saja terjadi. Dia merasa agak terhibur dengan berpikir bahwa hal itu akan berhenti tidak lama lagi.
"....Mungkin masih akan memakan waktu, tetapi sepertinya kehidupan sehari-hariku entah bagaimana bisa kembali."
Sandai makan siang sendirian di kantin sekolah, "Fiuh," menghela napas lega, kembali ke ruang kelas dan menaruh tangannya di pintu-tetapi berhenti sejenak ketika dia mendengar suara Shino dan teman-temannya berbicara dari dalam.
'Nee, Shino, apa benar kamu pergi ke rumah Fujiwara?'
'Ah, Mn. Itu benar. Aku meminjam kamar mandinya dan beberapa pakaian juga.'
'Benarkah? Apa cowo seperti Fujiwara itu tipemu? Fujiwara yang seorang penyendiri?'
Mengetahui bahwa dia sedang difitnah, pelipis Sandai mulai mengeluarkan urat dan berkedut.
Namun,
'Ini bukan tentang selera atau apapun... Hanya saja, kupikir dia pria yang baik hati..'
'Baik hati?'
'Kau tahu, alasanku pergi ke rumah Fujiwara adalah karena kecerobohanku yang membuatku terjatuh ke selokan. Aku juga da pekerjaan paruh waktu. Jadi, saat aku berpikir aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu, dia berkata, 'Mau datang ke rumahku? Aku bisa tahu bahwa dia sama sekali tidak memiliki motif tersembunyi. Makanya, aku ikut dengannya. Dan, seperti yang kuduga. Dia tidak melakukan sesuatu yang aneh kepadaku. Hora? Fujiwara baik hati, kan?'
'Daripada baik hati, itu lebih ke pengecut sih, kurasa.. Tapi yah, kurasa kamu juga sangat sensitif terhadap hal semacam itu.'
'Dan kamu juga langsung menyadari motif tersembunyi dan sering menolak mereka dengan agak kasar melalui respon dan sikap mereka bahkan sebelum berbicara dengan mereka.'
'Shino... mungkinkah kamu tidak pernah pacaran dengan seorang pria bahkan sekali pun?'
'I-itu benar... karena aku tidak terbiasa dengan pria...'
"Begitu, jadi ada juga gadis seperti itu di dunia nyata, ya? Ini sangat berharga." gumam Sandai.
Mungkin... Yuizaki tidak seburuk itu dari kebanyakan gadis... kurasa, pikirnya dan kemarahannya mereda setelahnya.
Sandai diam-diam meninggalkan pintu dan pergi untuk menatap keluar jendela di koridor.
Langit biru jernih membentang tanpa henti dan suara jangkrik dan panas musim panas yang tersisa di sekitar kulitnya perlahan-lahan meresap ke dalam tubuhnya.
* * *
Menjelang sore, Shino melanjutkan serangan colekannya.
Adapun alasan untuk melakukannya lagi... Sandai tidak begitu yakin, tapi bagaimanapun juga, permusuhannya terhadap Shino memudar dan dia bimbang apakah kali ini dia harus merespon atau tidak.
Namun, itu tidak berarti bahwa dia mendapat perubahan hati yang cukup untuk secara proaktif mencoba terlibat dengannya hanya karena permusuhannya memudar. Jadi, dia masih melanjutkan rencana untuk mengabaikannya. Dalam hal kedudukan asli di sekolah, itu adalah hubungan alami di mana kedua belah pihak tidak akan terlibat sejak awal dan dia juga punya perasaan yang kuat bahwa itu harus kembali ke kondisi normal seperti itu.
Meskipun, secara mengejutkan tanpa merasa muak di lain waktu, Shino terus menyodok punggung Sanda keesokan harinya dan hari setelahnya ketika dia melihat celah, bertentangan dengan pemikiran Sandai.
Tentang waktu tanda tampaknya mulai terbentuk di punggungnya, Sandai akhirnya menoleh ke belakang, menilai bahwa dia sepertinya tidak akan berhenti kecuali dia menghadapinya dan berbicara.
Kemudian dia menemukan Shino membuat wajah yang tampak kesepian. Sandai juga tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata pada ekspresi yang tidak dia duga.
"A-Ada apa dengan wajahmu itu..."
"....Aku sedang menunggu, kau tahu?"
"Menunggu? Untuk apa?"
"Hmph." Shino kemudian tiba-tiba memalingkan wajahnya. "Meskipun aku menaruh memo di sana..."
Gumaman dari Shino begitu kecil sehingga Sandai tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Namun, jelas bahwa itu semacam kata-kata yang mengekspresikan perubahan perasaan dan Shino menghentikan serangan colekannya sejak saat itu, tidak lagi mencoba untuk terlibat.
Dan kemudian seolah-olah cocok dengan itu, tatapan dan ketertarikan terhadap Sandai dari lingkungan sekitar mulai tenang, meskipun sedikit demi sedikit.
Meskipun itu berjalan sedikit berbeda dari yang diharapkan, Sandai seharusnya senang karena ini adalah akhir yang dia harapkan... bisa dibilang, yang muncul di hati Sandai bukanlah sukacita, tetapi perasaan kabur dan samar-samar.
Perasaan tidak menyenangkan yang tidak pernah pergi itu melekat di hatinya terus bertahan bahkan setelah satu dan dua hari berlalu.
Mengapa Shino membuat wajah yang tampak kesepian? Meskipun ia jelas-jelas tidak memberikan reaksi apapun, dia tidak mengatakan hal-hal yang kejam, mengancamnya atau apapun...
Ketika Sandai menyadarinya, dia hanya memikirkannya sepanjang waktu dan hari ini juga, dia terus memikirkannya sampai sepulang sekolah.
Dia mengerti bahwa dia tidak bisa terus seperti ini. Hal itu akan menjadi penghalang bagi kehidupan sehari-harinya jika berkepanjangan. Jadi, dia harus melakukan yang terbaik untuk mengatur hatinya sendiri.
Solusi yang diambil Sandai setelah banyak kekhawatiran adalah solusi yang sangat sederhana 'lupakan saja' dan 'berpura-pura tidak pernah melihatnya'..
"....Yosh."
Sandai menampar kedua pipinya sendiri dan berusaha untuk menjalankan keperluannya seperti biasa sambil menyadari alam bawah sadarnya.
Setelah kembali ke apartemennya, mandi lebih awal, memeriksa manga dan light novel yang baru dirilis, dia mulai belajar.
Waktu berlalu dalam sekejap mata.
Hal berikutnya yang dia tahu, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Untuk beristirahat sejenak, Sandai pergi membuat kopi dan menyalakan TV. Baik drama atau program berita yang sedang diputar pada sekitar waktu ini, tetapi dia tidak memiliki minat khusus dalam drama sehingga dia memilih program berita.
'Badai mendekat dengan cepat. Badan Meteorologi telah mengeluarkan peringatan bahwa badai akan menerjang dalam dua jam dan orang-orang harus menahan diri untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu. Juga, sebagai tanggapan terhadap topan, layanan kereta telah ditangguhkan untuk hari ini dengan kereta terakhir berangkat lebih awal pada pukul 20:28.'
Dia pergi untuk memeriksa keadaan di luar melalui jendela dan melihat hujan deras dan angin kencang. Dia tidak menyadarinya karena dia sedang asyik belajar, tetapi topan itu tampaknya mendekat tanpa disadarinya.
"Sepertinya aku tidak bisa keluar... Yah, bukannya aku tidak ada kegiatan di luar," gumam Sandai dan bel pintu berbunyi. "...Siapa sih? Pengiriman ke rumah atau sesuatu? Tidak, aku tidak ingat pernah meminta paket kiriman malam... Sebenarnya, mereka tidak akan datang di tengah-tengah kekacauan tentang topan yang akan datang bahkan jika aku memintanya. Jangan bilang itu bukan perekrutan agama baru, bukan? Dan berkata seperti 'Badai ini adalah murka sang Dewa~'."
Sandai menyalakan fungsi bicara dan video interkom, lalu membeku. Dia menemukan Shino di sana.
【Anu. Maaf, mengganggumu malam-malam begini. Aku baru selesai dengan paruh waktuku dan ingin pulang. Tapi, tiba-tiba kereta berhenti karena badai. J-Jadi, Er.... bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini?】
Sandai mengerti itu bukan pengiriman paket malam atau perekrutan agama baru.
Tapi tetap saja, bagaimana cara yang tepat untuk menanggapi hal ini?
Bingung, namun, tidak bisa meninggalkan Shino sendirian bersin-bersin, "Achoo!" Sandai bergegas turun ke pintu masuk.
"Yuizaki..."
"Yahoo."
"....Aku akan menyiapkan air hangat. Jadi, masuklah sekarang."
"Eh? Beneran nih?"
"Kau akan masuk angin jika pakaianmu basah seperti itu dan di luar dingin. Jadi, masuklah."
"Mn, Makasih banyak.."
Setelah menarik Shino ke dalam rumahnya, Sandai mengisi ulang air panas di bak mandi dan melemparkan baju ganti dan handuk mandi ke ruang ganti dan meminta Shino memegangnya.
"Wawah! ...Muu~ yang bener dong ngasihnya. Lain kali kamu harus lebih lembut saat menghadapi seorang gadis atau kamu tidak akan populer, kau tahu?"
"Bukannya aku menjalani hidupku untuk menjadi populer," kata Sandai, bercampur dengan desahan.
Shino menggembungkan pipinya dan cemberut. "Karena kamu selalu saja begitu dingin... Aah tidak, bukan itu..." Shino menggumamkan sesuatu. "Kamu benar-benar tidak terlihat memikirkan hal-hal aneh. Jadi, kurasa aku juga tertarik."
Meskipun, suaranya terlalu kecil untuk didengar Sandai, jadi dengan tangannya diletakkan di telinganya, "Ya? Apa kau mengatakan sesuatu?" tanyanya balik. "Kau punya keluhan atau apa?"
"Hmph." Shino menjulurkan lidahnya dan berpaling.
Aku penasaran dengan apa yang dia katakan, tapi rasanya aku tidak akan mendapatkan jawaban bahkan jika aku memaksanya untuk memberitahuku. Mungkin tidak mengatakan sesuatu yang penting..
Sandai menyerah melakukannya dan menutup pintu ruang ganti.
Siluet Shino yang terlihat melalui kaca buram ruang ganti menghela nafas dan mulai melepaskan seragam sekolahnya. Saat bayangan hitam itu meletakkan tangannya pada pakaian dalam, Sandai tiba-tiba berpikir, Kalau dipikir-pikir... manga dan light novel sering memiliki situasi semacam ini di mana akan berkembang menjadi adegan lucky sukube.
Mengingat bahwa banyak hal mesum yang tersimpan di PC-nya, bukan berarti Sanda tidak tertarik pada perkembangan mesum -meskipun, seperti yang diharapkan, ada garis yang jelas antara kenyataan dan karya kreatif.
Dalam fiksi, para gadis akan dengan mudah memaafkan penyimpangan, tetapi tidak demikian halnya dalam kenyataan. Itu adalah hal yang jelas, atau lebih tepatnya, dia punya rasa takut yang tinggi untuk menyebabkan bekas luka emosional. Shino khususnya -risiko itu sepertinya mungkin terjadi padanya.
Shino pernah mengatakan pada teman-temannya: 'Aku tidak terbiasa dengan anak laki-laki'.
Itu hanya sesuatu yang kebetulan didengar Sandai, tetapi Sandai mengingatnya.
Nada suara Shino tidak terdengar seperti berbohong. Jadi itu mungkin benar dan selain itu, Sandai memiliki sesuatu yang muncul dalam pikirannya.
Pada awalnya, ketika berbicara dengan Shino yang jatuh ke selokan. Dia mengambil sikap yang sedikit kasar. Hanya setelah dia benar-benar meminjamkannya kamar mandi, sikapnya sedikit melunak.
Jika Sandai tidak menyukai Shino, maka serangan bunuh diri yang menyamar sebagai insiden akan menjadi hiburan singkat, tetapi bukan berarti dia tidak begitu menyukai Shino. Pengabaian itu murni karena dia pikir harus ada pemisahan.
Jadi, Sandai hanya kembali ke ruang tamu dan diam-diam menunggu Shino selesai mandi.
Jarum detik pada jam dinding berputar-putar dan jarum menit bergerak.
Lagi dan lagi itu terus berulang, menggerakkan jarum jam ke depan, 10 menit, 20 menit, 30 menit.
Berbeda dari Sandai yang akan mandi dengan cepat, tampaknya itu adalah mandi yang lama bagi Shino.
"Yah, aku juga mendengar anak perempuan mandinya agak lama dan sebagainya."
Sandai menatap ke luar melalui jendela dan dengan lekat-lekat menyaksikan hujan deras dan angin kencang yang semakin kuat. Dia memeriksa jam lagi setelah beberapa waktu berlalu dan menemukan bahwa sudah hampir satu jam.
Tak lama setelah itu, Shino keluar bersama dengan baju ganti yang Sandai pijam.. baju itu terlihat agak besar untuk Shino.
"Hauuh~."
Wajah Shino tampak senang, mungkin karena tubuhnya telah menghangat.
Dia sangat riang meskipun membuat kondisi dan perasaannya kacau dalam banyak hal, itu tidak lebih dari masalah cara berpikir dan persepsi pribadi Sandai, dan Shino tidak melakukan sesuatu yang salah.
Sandai juga bisa sampai pada pandangan objektif atau lebih, sehingga tanpa mengungkapkan secara ekspresif apa yang ada dalam pikirannya, dia biasanya berbicara pada Shino yang sedang meremas bantal sofa dengan kedua tangannya.
"... Kau mandi cukup lama juga yak.."
"Mau bagaimana lagi, gadis itu butuh waktu agak lama, tau.."
"Hm, begitu 'ya. Aku sih cuma butuh 10-15 menit."
"Cepat sekali!? Apakah semua laki-laki seperti itu?"
"Entahlah, aku tidak punya banyak teman. Jadi, aku tidak tahu. Tapi, kurasa hampir semua anak laki-laki sama sepertiku. Btw, aku punya satu hal yang ingin kutanyakan."
"...Sesuatu yang ingin kamu tanyakan? Apa itu?"
"Kupikir kau bilang akan memakan waktu satu jam dengan kereta untuk sampai ke rumah, bukan? Aku tahu itu bukan jarak rumah yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tapi..."
"Tapi?"
"Apa kau yakin mau tinggal di sini? Begini-begini, aku tetap seorang pria, kau tahu? Dan juga, tidak ada orang lain selain aku di rumahku. Jadi, apa orang tua yang mengizinkan hal semacam itu?"
"Ah... aku mungkin akan dimarahi kalau mereka tahu, tapi... yah tidak apa-apa. Aku sudah mengatakan kepada mereka bahwa aku tinggal di rumah temanku."
Mendengar hal itu dari Shino, Sandai hanya bisa menganga. Sementara itu, Shino yang melihat reaksi Sandai, terkekeh seolah-olah melihat sesuatu yang menarik.
"Aku senang kamu mengkhawatirkanku... Tapi, semuanya baik-baik saja, tau. Aku tidak pernah berbohong seperti ini sebelumnya. Jadi, aku cukup dipercaya oleh orang tuaku. Jangan khawatir."
"Jadi begitu, ini pertama kalinya kau berbohong? Aku punya firasat ini tidak akan baik-baik saja."
"Nee, apa kamu tahu? Dari tadi kamu membalas dengan balasan yang lucu."
"Aku hanya mengatakan hal-hal secara acak. Lebih penting lagi, kenapa kau tidak tinggal di rumah temanmu saja daripada di rumahku? Maksudku, kau bisa menemukan beberapa teman yang tinggal di sekitar sini kalau kau mencobanya, bukan? Terlebih lagi, di sekitar sini dekat dengan sekolah kita dan kupikir ada banyak dari mereka yang memutuskan untuk bersekolah dengan alasan seperti 'Sekolah di sini cukup dekat dengan rumahku dan perjalanannya ke sekolah mudah'.."
"Hmm, aku sih gadis dari sekolah kita yang tinggal di sekitar sini. Tapi... tiba-tiba mengatakan 'Biarkan aku menginap di rumahmu malam ini' itu hanya akan merepotkan mereka, kan?"
"Jadi, kau ingin mengaakan 'tidak apa-apa' untuk merepotkanku."
"Bukan begitu... Hanya saja, rumahmu yang pertama kali muncul di pikiranku.."
Shino membuat mata anak anjing dan memainkan jari-jari manisnya seperti anak kecil.
Sandai terkejut dengan gerakan meminta maaf yang sangat jelas itu dan kehilangan semua motivasi untuk bertanya secara detail tentang alasan kunjungannya.
"Jadi, yah... kau memilih tempatku dan itu sudah terlambat. Yah, tidak ada gunanya mengatakan ini dan itu."
"Mn, yang berlalu biarlah berlalu~"
"Aku benar-benar iri padamu karena bisa bertindak seperti yang kau inginkan, Yuizaki."
"Ehehe, mendengarmu mengatakan itu entah mengapa membuatku malu.."
"Tidak, itu bukan pujian.. Haah.. Jadi, apa yang akan kau lakukan dengan seragam sekolahmu yang basah ini? Jika dibiarkan saja, itu akan bau 'kan?"
"Aah, tentang itu... dengan badai ini... dry cleaner mungkin tidak akan buka, bahkan yang beroperasi 24 jam sehari, kan?"
"Yah, mereka pasti sudah tutup sih.."
"Nah, kan? Yah, mau bagaimana lagi. Kurasa aku akan mengeringkannya sendiri. Apa kamu punya deterjen, pewangi dan ember?"
Sandai membuat suara bodoh, "Eh?" atas permintaan Shino.
...Seorang gyaru yang tampaknya tidak memiliki petunjuk tentang pekerjaan rumah tangga yang mencuci pakaian? Sebenarnya, apakah seragam bisa dicuci sendiri?
Meskipun dia tidak bisa menyembunyikan kebingungannya, untuk saat ini Sandai meminjamkannya kepada Shino sesuai permintaannya sambil mengambil deterjen dan ember.
Dan kemudian Shino menggulung ujung baju tidurnya dan mulai mencuci seragamnya dengan cekatan di kamar mandi.
"...Aku punya mesin cuci, kau tahu?"
"Yang ini harus dicuci dengan tangan. Pernahkah kamu melihat label pada seragamnya?"
"Label?"
"Lihat, di sini." Shino menunjukkan bagian dalam seragamnya yang sedang dicuci. Ada label dengan gambar yang tampak seperti tangan yang dicelupkan ke dalam ember. "Ilustrasi ini berarti kamu harus mencucinya dengan tangan ketika kamu melakukannya sendiri. Jadi, tidak boleh menggunakan mesin cuci."
"Aku belum pernah memeriksa hal ini sebelumnya... Meskipun kau ini gadis gyaru, tapi kau juga tahu tentang dasar-dasar mencuci baju, ya?"
"Tidak sopan, begini-begini aku juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tau~"
Ah, benar juga ... Sangat tidak sopan menilai orang hanya dari penampilannya saja, aku lupa akan hal itu...
"Maaf, aku sudah mengatakan hal yang aneh."
Ketika membuat kesalahan, entah itu masalah sepele atau serius. Semakin banyak alasan yang dibuat, semakin dalam kerusakan yang akan terjadi. Lebih baik meminta maaf secara langsung karena lukanya akan dangkal.
Post a Comment