Setelah memastikan bahwa mereka sudah pergi, Umi dan aku kembali ke arah kami datang. Umi kembali ke rumah Mizore-san terlebih dahulu. Dia harus mengembalikan sepeda dan kotak-kotak itu terlebih dahulu. Jadi, aku pergi ke penginapan terlebih dahulu.
"Ah, selamat datang kembali, Maki-kun!"
Setelah memarkir sepeda di tempat semula, aku memasuki meja depan. Shizuku-san ada di sana dengan pakaian kerjanya dan menyapaku.
Sepertinya ada tamu selain kami hari ini dan dia sedang mengurus mereka.
"Bagaimana kencanmu dengan Umi-chan? Menyenangkan?"
"Ya. Airnya bersih dan tidak ada orang lain di sana, kami bermain air sepuasnya."
"Bagus deh! Oh, ya. Pemandiannya sudah siap kalau kalian ingin menggunakannya. Kalian bisa pilih 'di dalam ruangan atau di luar ruangan'. Beritahu aku, oke? Btw, kemana Umi-chan pergi?"
"Dia kembali ke rumah Mizore-san untuk mengembalikan sepedanya dan banyak barang lainnya... Katanya dia akan ke sini bersama Riku-san."
"Begitu, ya. Kalau begitu, aku akan menyiapkan makan malam sambil menunggu mereka kembali."
Ketika aku menyebutkan Riku-san, ekspresinya berubah menjadi suram untuk sesaat sebelum kembali seperti biasanya.
Aku hendak bertanya padanya tentang hal itu, tapi dia tampak sibuk. Jadi, aku memutuskan untuk bertanya padanya ketika dia punya waktu luang, mungkin setelah makan malam atau sesuatu.
Saat ini, Umi seharusnya sedang menginterogasi Riku-san. Jadi, pada akhirnya aku akan mengetahui ceritanya dari mereka langsung.
Yah, itu kalau Shizuka-san bersedia menceritakannya...
Setelah kembali ke kamarku, aku mengenakan yukata dan menuju ke pemandian terbuka. Tidak mungkin Umi dan aku bisa mandi bersama seperti yang terakhir kali dan jika kami mandi pada saat yang sama, kami akan mengingat hal-hal yang terjadi kemarin. Jadi, kami memutuskan untuk mandi pada waktu yang berbeda.
Saat aku sedang berjalan menyusuri lorong yang sudah dikenal menuju pintu masuk pemandian.
"Hm?"
Di depan pintu masuk, ada tanda kuning kecil dengan tulisan 'Pembersihan sedang berlangsung' yang ditulis dalam huruf merah.
Sejauh yang aku tahu, mereka seharusnya sudah selesai membersihkan pada siang hari. Orang yang bertugas membersihkan sendiri memberiku izin untuk menggunakan kamar mandi.
Apa dia lupa meletakkan tanda itu? Yah, ada karyawan selain Shizuku-san di sini, mereka mungkin sedang memeriksa tempat ini atau semacamnya.
Tetapi, tidak ada suara-suara yang datang dari dalam.
"Aku akan mengintip ke dalam dan melihat apa yang terjadi..."
Tidak ada tanda-tanda tamu lain di dalam ruang ganti. Jadi, tindakanku tidak akan dianggap tidak sopan.
Aku bergumam, 'Permisi' sebelum membuka pintu dengan lembut.
Seperti yang kuduga, tidak ada seorang pun di sini dan tampaknya tidak ada barang yang tertinggal di dalam ruangan. Jadi mungkin tidak ada yang menggunakan kamar mandi-
"Ah, Onii-chan!"
"Reiji-kun?"
Ketika aku mengalihkan pandanganku ke arah pemandian itu sendiri, Reiji-kun memanggilku.
Begitu, ya. Jadi, dia yang menggunakan pemandian itu.
Karena Reiji-kun yang menggunakan pemandian dan bukan pelanggan lain, aku memutuskan untuk bergabung.
Sebelum berendam, aku membasuh tubuhku terlebih dahulu.
"Apa kau yang menaruh tanda kuning di sana, Reiji-kun?"
"Mhm! Mama menyuruhku!"
Aku tahu itu. Orang-orang yang tidak tahu jadwal kerja mereka tidak akan menggunakan kamar mandi jika mereka melihat tanda itu. Shizuku-san mungkin membiarkanku masuk karena tidak seperti pelanggan lain, Reiji-kun sudah akrab denganku, tidak akan menjadi masalah jika aku bergabung dengannya.
"Tapi, Mama bilang kalau ada tamu yang datang, aku harus pergi..."
"Tidak apa-apa, jangan khawatir tentang hal itu, itu hanya aku. Lagipula, kau baru saja masuk, kan?"
"Ya, tapi..."
"Tidak apa-apa. Bahkan jika tamu lain datang, mereka akan berpikir bahwa kita Kakak-adik. Jadi, semuanya baik-baik saja."
Aku tidak ingin mengusirnya dari sini, aku punya hati nurani. Selain itu, ini sepertinya menyenangkan dan aku tidak punya masalah mandi bersamanya.
"Kakakku... Aku mengerti!"
Yakin, Reiji-kun mencelupkan diri ke dalam bak mandi lebih dalam sebelum mendekatiku. Setelah sesi permainan yang kami lakukan sebelumnya hari ini, dia sepertinya menikmati menghabiskan waktu bersamaku.
Aku tidak pernah begitu menyukai anak-anak. Tapi berkat dia, aku mulai berpikir bahwa tidak semua anak itu merepotkan.
"Onii-chan, apa kau akan pulang besok?"
"Hm? Ya. Aku ingin tinggal lebih lama, tapi aku harus sekolah... Bagaimana denganmu, Reiji-kun?"
"Aku juga, besok mulai sekolah."
"Begitu, ya."
"Tapi, aku tidak ingin pergi ke sana..."
"Kenapa?"
"Aku lebih suka tinggal di rumah dan bermain denganmu..."
Baru sekitar setahun atau lebih sejak dia pindah ke sini. Jadi, kurasa dia masih belum terbiasa tinggal di sini. Aku memahami perasaannya karena aku pernah berada dalam situasi yang sama dengannya beberapa kali.
Saat itu, keluargaku masih utuh. Jadi, aku lebih beruntung daripada dia dalam hal itu. Dia seharusnya mengalami waktu yang lebih sulit daripada diriku karena Ayahnya tidak bersamanya.
"Begitu. Aku mengerti perasaanmu, Reiji-kun."
"Benarkah?"
"Mhm. Sampai beberapa waktu yang lalu, aku selalu sendirian. Aku membenci kehidupanku di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Dan seperti Reiji-kun, aku hanya tinggal bersama Ibuku."
"Apa Papamu tidak bersamamu, Onii-chan?"
"Ya."
"Apa kau tidak kesepian?"
"Dulu aku memang kesepian. Tapi sekarang, Umi... Tidak... Apa kau ingat Onee-chan yang bersamaku? Dia selalu berada di sisiku sekarang."
Kalau dipikir-pikir, keberadaannya adalah apa yang membawa warna dalam hidupku. Sejak aku bertemu dengannya, lingkaran pertemananku mulai tumbuh sedikit demi sedikit.
"Apa Onee-chan itu temanmu?"
"Lebih tepatnya orang yang paling berharga dalam hidupku.."
"Begitu, ya. Aku juga ingin memiliki seorang teman..."
"Aku yakin kau bisa mendapatkannya, Reiji."
"Benarkah?"
"Ya. Selama kau berusaha."
Kenyataan bahwa aku tidak memiliki teman sampai SMA bukan karena lingkunganku, tetapi karena diriku sendiri.
Jauh di dalam hati, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa karena aku akan pindah lagi, tidak ada yang mau berteman denganku. Jadi, aku memutuskan untuk menutup hatiku dan tidak berusaha untuk berteman dengan siapa pun.
Namun, setelah bertemu Umi, aku menyadari bahwa jika aku memiliki keberanian untuk mencoba berteman, akan ada seseorang yang akan menerimaku. Tentu saja tidak semuanya akan menjadi orang baik, tetapi hasilnya tidak terlalu penting, yang penting adalah keberanian untuk mencoba.
Aku menatap mata Reiji-kun. Dia menatap balik padaku dengan tatapan tegas, tidak sesuai dengan usianya.
"Tentu saja, kau tidak perlu melakukannya besok. Setiap orang memiliki kecepatannya sendiri. Kalau kau mencoba untuk terburu-buru, itu akan dengan mudah berubah menjadi bencana. Tapi kau tahu. Jik, misalnya, ada seseorang yang ingin kau jadikan teman, cobalah berbicara dengan mereka. Begitulah caraku bisa mendapatkan teman di sekolahku."
Keluar dari mulutku, kata-kata itu terasa aneh untuk diucapkan, tetapi itulah yang aku alami. Jadi, setidaknya itu bisa dipercaya.
"Aku tidak mengerti..."
"Haha, maaf. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan pada saat-saat seperti ini. Jadi, kuharap kau bisa mengingat kata-kataku. Mungkin itu akan berguna di masa depan."
Setelah mengatakan itu, aku menepuk kepalanya... Benar juga, Ayahku biasa melakukan ini kepadaku sepanjang waktu... Nah, tidak ada salahnya melakukannya pada Reiji-kun. Jadi, aku terus melakukannya.
"Onii-chan..."
"Ya?"
"Jadilah temanku."
"Tentu."
Kami sudah berteman. Jadi, aku tidak berpikir bahwa dia perlu mengatakannya dengan lantang, tapi ini seharusnya baik-baik saja.
Setidaknya ini akan menjadi pengalaman yang baik baginya.
Setelah itu, kami mandi bersama sambil secara acak berbicara tentang gim dan apa pun yang terlintas dalam pikiran. Setelah beberapa saat, kami keluar dari bak mandi bersama.
"Sampai jumpa nanti, Onii-chan!"
"Mm. Sampai nanti. Itu janji, oke?"
Setelah itu kami berdua berpisah.
Karena aku akan pergi besok, aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi. Tapi, aku tidak khawatir karena kita akan selalu memiliki kesempatan untuk itu. Bagaimanapun juga, kita adalah teman.
Hubungan ini tidak akan pernah terputus.
Selama kira tidak mencoba memutuskannya dengan tangan kita sendiri.
Setelah berpisah dengan Reiji-kun, aku menuju ke arah meja depan dimana Shizuku-san berada.
"Shizuku-san."
"Ah, selamat datang kembali, Maki-kun. Gimana mandinya?"
"....Shizuku-san, apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Riku-san?"
"Ehh?! U-Um..."
Meski aku tahu ini bukan urusanku, tetapi aku akan mencoba menggunakan kartu 'keegoisan anak-anak' di sini.
Post a Comment