¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Tanggal 1 Januari, hari kunjungan ke kuil tahun baru telah tiba.
Nyaris tidak ada orang yang terlihat di kota, seakan-akan hiruk-pikuk selama beberapa hari terakhir hanyalah kebohongan belaka.
Sepertinya ada banyak orang yang bergegas pulang ke kampung halaman mereka sejak malam tanggal 31 Desember atau ada juga yang hanya tinggal di rumah meskipun tetap berada di kota, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk menurun drastis.
Sandai telah sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya dan hal-hal lain di akhir tahun. Tapi untuk awal tahun, tempat kerjanya akan ditutup dan begitu juga dengan kafe tempat Shino bekerja.
Meskipun tempat-tempat tertentu yang buka untuk bisnis di awal tahun mungkin ramai, namun tempat-tempat seperti akuarium atau kafe tidak akan memiliki banyak pelanggan, meskipun mereka buka. Dan semua orang akan menuju ke arah kunjungan ke kuil tahun baru. Jadi, sesuatu seperti pameran kuil akan menarik banyak orang.
Sepertinya tempat-tempat seperti toko ritel akan tetap buka tanpa khawatir, tetapi tidak sedikit juga toko-toko atau tempat usaha lain yang tutup. Tergantung pada situasinya, periode ini juga dapat digunakan untuk menghubungi pemasok mereka untuk pemeriksaan peralatan, perbaikan dan semacamnya.
Ketika Sandai tiba di rumah Shino dan Miki untuk menjemput mereka, ia mendapati mereka berdua mengenakan kimono lengan panjang.
Miki tidak terlihat berbeda meskipun dengan pakaian yang berbeda, tapi... Shino memiliki pesona yang tak terlukiskan yang berbeda dari biasanya.
Alasannya mungkin karena gaya rambutnya. Dia menggunakan ikat rambut bunga untuk mengikatnya ke belakang dan mengenakan jepit rambut hias. Tengkuknya bisa terlihat, membuatnya terlihat seksi.
"Miki, obi-mu agak sedikit longgar. Aku akan memperbaikinya, jadi berdirilah."
"Obinya longgar? Apa kamu tidak salah lihat, Onee-chan?"
"Nggak lah. Sini sebentar."
"Mm, tolong perbaiki Onee-chan."
"Sikapmu itu membuatku kesal saja."
Meskipun menghela nafas lelah, Shino mulai memperbaiki obi Miki. Shino terlihat kasar pada Miki, tapi pada dasarnya dia sangat peduli.
Ketika Sandai sedang menunggu kimono Miki diperbaiki, Neko mengintip dari dalam toko tahu.
"Fujiwara-kun, makasih sudah mau mengajak Miki."
"Tidak, jangan dipikirkan... Juga, kurasa Miki-chan mungkin ingin bersenang-senang bersama Shino."
"Daripada bersenang-senang 'bersama' Shino. Aku pikir dia hanya ingin menggoda Onee-chan nya itu... Yah, tolong jaga mereka. Sebenarnya, aku juga ingin Daigo-san mengucapkan terima kasih, tapi dia sedang keluar sebentar dan akan kembali dalam 1-2 jam. Setelah itu selesai, tidak akan ada pekerjaan lagi untuk hari ini."
Sambil tersenyum kecut, Neko kembali ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukannya. Dan pada saat itu, kimono Miki sudah selesai diperbaiki.
Dengan suasana santai, mereka naik kereta dan menuju ke kuil tahun baru. Lokasinya adalah kuil besar di sub-pusat kota.
Meskipun di dekat rumah Sandai atau area komersial tampak agak sepi, kuil itu penuh sesak dengan orang-orang.
Mereka membungkuk dan pergi melewati gerbang torii. Mereka memperhatikan untuk tidak berjalan lurus ke tengah. Begitu tiba di depan altar, mereka memberikan persembahan uang, membunyikan lonceng, bertepuk tangan dan berdoa dengan menengadahkan tangan. Sandai merasa perlu membungkukkan badan satu atau dua kali sebelum bertepuk tangan, tetapi ia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan detail kecil itu.
Dan begitulah yang terjadi.
Miki menarik lengan baju Sandai dan berbisik pelan ke telinganya.
"(... Onii-chan. Tentang pakaian dalam yang dipilihkan Miki.)"
Hadiah Natal berupa pakaian dalam yang diberikan Sandai adalah sesuatu yang dia minta Miki untuk memilihnya.
Meskipun Sandai yang pada akhirnya memutuskan untuk membeli dan membayarnya, namun sebenarnya Miki juga terlibat di dalamnya.
"(Onii-chan tau. Di rumah, Onee-chan terus memandangi pakaian dalam itu dan selalu menyeringai. Fufu, tampaknya Onii-chan berhasil, ya~)"
Shino telah menunjukkannya mengenakan pakaian dalam itu saat liburan di pemandian air panas. Jadi dia merasa bahwa Miki cukup senang dengan itu, tetapi untuk berpikir bahwa Miki menyukainya sampai menyeringai...
"Ada apa, kalian berdua?" Shino bertanya dan memiringkan kepalanya.
Sandai dan Miki melambaikan kedua tangan mereka, menyangkal telah terjadi sesuatu.
"Eh, tidak. Bukan apa-apa kok. Benar, kan? Onii-chan."
"Benar. Bukan apa-apa."
"Btw, Onii-chan dan Onee-chan, apa yang kalian doakan?"
Miki mengalihkan topik pembicaraan dengan baik. Tanpa ada alasan untuk melewatkan kecerdikannya, Sandai langsung menyambarnya.
"Aku berdoa agar Shino dan aku bisa selalu bersama."
"Ehehe, aku juga berdoa agar aku bisa selalu bersama denganmu~"
"Haaah... mengesampingkan Miki yang sudah tahu dari awal dan menahan rasa manis yang membuat muntah ini... Miki ingin menarik undian keberuntungan!"
"Undian keberuntungan, ya..."
"Kalau dipikir-pikir, kita masih belum mengambilnya, kan?"
Mereka masih belum mendapatkan undian keberuntungan. Akan sangat penting untuk meramalkan keberuntungan tahun ini dan akan terasa mengecewakan jika tidak mendapatkannya ketika datang untuk mengunjungi kuil tahun baru. Jadi, mereka memutuskan untuk melakukannya.
* * *
Mereka mencoba mengundi nasib dan itu merupakan keberuntungan yang luar biasa bagi Sandai dan Shino. Terutama keberuntungan yang romantis, itu adalah keberuntungan yang luar biasa bagi keduanya.
Pada slip keberuntungan Sandai tertulis: Jika kau berada dalam suatu hubungan, orang tersebut adalah pasangan yang baik sekali seumur hidup yang tidak akan pernah muncul lagi dalam hidupmu. Jadi, jangan biarkan dia pergi.
Pada slip keberuntungan Shino adalah: Kau akan bersama dengan orang yang sedang menjalin hubungan denganmu saat ini seumur hidup tanpa pernah bertengkar.
Itu adalah hal yang sangat menggembirakan.
Namun, berbeda dengan mereka berdua, Miki mendapatkan nasib yang sangat buruk. Pipi Miki bergerak-gerak dan bahkan alisnya pun sedikit berkedut.
"Kenapa hanya Miki yang 'sangat sial'? Selain itu, keberuntungan uang sangat buruk. 'Kau akan kehilangan lima kali lipat jika kau serakah'. Jadi berhati-hatilah, katanya."
Mempertimbangkan perilaku Miki sehari-hari, nasib yang sangat buruk bahkan akan tampak seperti sebuah peringatan yang tepat... namun, ketika melihat dia membuat wajah yang bisa meledak menjadi tangisan setiap saat, entah bagaimana itu menyedihkan.
Karena itu tidak bisa dihindari, Sandai memutuskan dan mengatakan dia akan memberikan Miki uang jajan, memberinya kesempatan sekali lagi untuk bercemin.
"Eh? Kamu mau memberi Miki uang jajan? Onii-chan, apa tidak apa-apa?"
"Aku yakin kamu akan mendapatkan keberuntungan yang luar biasa selanjutnya."
"Yaay! Makasih, Onii-chan~!"
Setelah menyerahkan uang 500 yen, Miki langsung pergi ke tempat yang menjual slip keberuntungan.
Segera setelah itu, "Haaah," Shino menghela nafas, setelah melihat semuanya. "Aku sudah pernah mengatakannya sebelumnya, tapi kamu tidak perlu bertindak sejauh itu untuk Miki~. Dia hanya akan terbawa suasana."
"Meksi kamu mengatakan itu, tapi dia hanya seorang anak kecil." [TN: Oh, mulai dari sini. Mimin ubah pengucapan Sandai ke Shino, dari 'Kau' ke 'Kamu']
"Astaga, kamu terlalu baik padanya."
Meskipun begitu, Shino terlihat agak senang juga.
Sebenarnya ia mungkin ingin bersikap tegas pada Miki, tapi sepertinya perasaan hangat karena melihat kebaikan pacarnya menang.
Melihat Shino tersenyum lembut, Sandai menyadari bahwa ia belum memuji kerja keras Shino hari ini.
"... Oh, ya. Mungkin sudah terlambat. Tapi, hari ini kamu tampak berbeda dari biasanya. Tentu saja, keimutan mu masih sama. Juga, jepit rambut hiasnya juga lucu."
"Oh, mungkinkah kamu akhirnya menyadarinya?"
"Aku hanya tidak yakin kapan harus mengatakannya."
"Makasih... Mari berpegangan tangan."
Dengan cara apa pun, mereka bergandengan tangan erat-erat dan saling berdekatan.
"Ini adalah keberuntungan yang luar biasa!"
Dan teriakan kegembiraan Miki pun terdengar, tampaknya ia mendapatkan keberuntungan yang luar biasa.
Nah, kunjungan ke kuil tahun baru akan berakhir dengan ini, tapi... mereka memutuskan untuk bersenang-senang dan tidak langsung pulang. Mungkin mengharapkan gelombang orang yang mengunjungi kuil, tidak hanya ada kios-kios makanan di daerah itu, tetapi juga tempat-tempat untuk bersenang-senang, seperti tempat di mana orang dapat mencoba kaligrafi atau drum taiko, mengadakan kompetisi kartu karuta dan bahkan sesuatu seperti mengadakan kompetisi pada permainan papan sugoroku besar di mana orang sungguhan yang maju.
"Onee-chan! Onee-chan! Miki ingin berpartisipasi dalam kompetisi sugoroku! Butuh 2.000 yen, tapi Miki tidak membawa uang sebanyak itu. Boleh, kan~?"
"Uang uang uang... Kamu menyuruh Sandai membayar slip keberuntungan tadi dan sekarang aku? Sebenarnya, bukankah 2.000 yen untuk satu game terlalu mahal? Menyerahlah."
"Slip keberuntungan dan sugoroku itu berbeda!"
"Tidak peduli apa yang kamu katakan, aku tidak akan-"
"-Ini akan menjadi kenangan indah! Nee kumohon, Onee-chan~! Anggap saja ini sebagai kenangan indah untuk Miki!"
Miki berulang kali menundukkan kepalanya. Shino memasang wajah yang sangat tidak senang, tapi melihat air mata di sudut mata Miki, Shino akhirnya mengalah.
"Haaah... ya ampun... ini tidak baik untukmu," atau begitulah yang dikatakan Shino, tapi ia memiliki kepribadian yang akhirnya akan menyerah saat dimintai tolong.
Dan Miki mungkin memahami hal itu. Itulah mengapa dia menilai bahwa dia bisa melakukan serangan dan berani melaluinya dengan cerita isak tangis.
"Baiklah, Miki akan pergi sekarang."
Setelah mendapatkan uangnya, wajah Miki yang menangis seketika berubah menjadi wajah yang tersenyum dan ia berbaris di antrian peserta di tempat sugoroku.
"Miki itu... ada apa dengan wajahnya yang tersenyum."
"Kamu tertipu, ya."
"Sial~ Aku tidak akan tertipu lain kali!"
Shino bertekad seperti itu, tapi dia mungkin akan dimanfaatkan oleh Miki dengan berbagai cara dan tertipu lagi, pasti.
Mengesampingkan hal itu, baik Sandai maupun Shino tidak ikut bermain sugoroku. Jadi, mereka memutuskan untuk duduk di tempat duduk penonton yang sudah disiapkan dan menonton Miki bermain sugoroku.
"Yah, ini juga untuk menciptakan kenangan untuk Miki kali ini. Jadi, aku rasa tidak ada salahnya."
"Padahal tadi kamu melarangku. Tapi, kamu sendiri cukup lembut pada Miki-chan. Benar-benar Kakak yang baik hati."
"Ughh~ Hmm~, mungkinkah kamu cemburu pada Miki?"
Itu hanya sedikit menggoda dan sama sekali bukan kata-kata yang keluar dari rasa cemburu, tetapi rupanya itu terlihat seperti itu bagi Shino.
Sedangkan untuk mengoreksinya... tidak perlu. Bahkan jika itu salah, apa yang harus dikatakan pada saat seperti ini adalah: itu benar.
"Yah, aku tidak menyangkalnya. Aku sangat mencintaimu dan aku tak ingin Miki-chan mengambilmu dariku."
"Mau bagaimana lagi. Sini~"
Shino merentangkan kedua tangannya. Kemarilah, katanya. Sandai memeluk Shino dan segera menempelkan bibirnya ke bibir Shino.
Ini akan berakhir seperti ini, jadi tak masalah untuk tidak memperbaikinya.
Saat suasana hati yang manis dan sakit-sakitan memenuhi ruangan, seseorang yang duduk di kursi sebelah menyadari hal itu dan berteriak, "GW JUGA PENGIN PUNYA PACAR!!!" dan berlari pergi sambil memegangi kepalanya.
Mereka tidak menyadari hal itu dan setelah berciuman sambil menikmati ciuman mereka, mereka melanjutkan pembicaraan mereka.
"Btw, bagaimana reaksi suvenir di tempat kerja paruh waktumu? Di tempat kerjaku, mereka menerimanya dengan senang hati."
"Biasa saja, kurasa... Sebenarnya, saat aku mengatakan aku pergi berwisata denganmu, banyak yang lebih tertarik untuk mendengar tentang bagaimana perjalanannya daripada oleh-olehnya."
Di tempat kerja paruh waktu Shino, daripada suvenir itu sendiri, tampaknya suvenir cerita lebih populer.
"Aku bercerita banyak hal, tetapi yang paling membuat mereka bersemangat adalah ketika aku bercerita tentang bagaimana kamu bersikap lembut padaku saat berhubungan seks pertama kali, kurasa. Dan aku juga membual!"
Bagi makhluk yang disebut perempuan, bahkan urusan cinta pun akan menghidupkan percakapan, tampaknya.
Sandai bisa menganggapnya hanya sebagai topik yang memalukan untuk didengar atau dibicarakan. Namun setelah mendengarkan dengan seksama, ia mengerti bahwa ada alasan yang tepat bagi para gadis untuk menyukai topik seperti itu.
"Yah, membicarakan hal seperti ini memang mengekang."
"Mengekang?"
"Kau tahu, gadis-gadis itu sangat rumit dalam hal percintaan. Ada juga yang disebut gadis-gadis yang hobi merebut pacar orang lain. Jadi, seperti menyombongkan diri dan secara tidak langsung mengatakan 'Aku sudah saling mencintai dengan pacarku sehingga tidak ada celah atau apapun untukmu bergerak' adalah hal yang tepat."
Itu adalah sesuatu yang akan membuatmu ragu dan secara tidak sengaja berpikir apakah memang ada gadis seperti itu, tetapi ketika melihat kenyataannya, itu sama sekali tidak aneh.
Contohnya, skenario yang pasti pernah disaksikan oleh hampir semua orang di masa kecilnya: banyak anak perempuan yang memperebutkan satu anak laki-laki.
Di taman kanak-kanak, sekolah dasar, bisa juga di mana saja. Tapi bagaimanapun juga, perebutan itu tidak dimulai hanya karena: Aku suka anak itu.
Ada juga anak perempuan yang berpartisipasi dengan alasan seperti itu: anak laki-laki yang populer di kalangan semua orang atau yang disukai oleh seseorang dan semacamnya mulai terlihat menarik dan aku tidak tertarik padanya sebagai lawan jenis, tetapi itu membuatku menginginkannya.
Ini adalah semacam kebiasaan, tetapi ada juga banyak orang dengan kebiasaan seperti itu yang tidak sembuh bahkan setelah menjadi dewasa. Contoh yang sempurna adalah kasus di mana wanita yang pertama kali angkat bicara dalam skandal perzinahan selebriti yang sesekali menjadi berita utama di majalah mingguan atau berita.
Singkatnya, pengungkapan hubungan cinta adalah salah satu bagian dari tindakan pencegahan untuk menghilangkan celah semacam itu-ketika berpikir demikian, bahkan Sandai pun dapat dengan mudah memahaminya.
Sementara itu, ketika mereka sedang berbincang-bincang tentang keadaan para gadis, tampaknya sugoroku telah berjalan dengan baik, karena Miki entah bagaimana telah mencapai garis finis di tempat pertama sebelum mereka menyadarinya.
Rupanya ada semacam hadiah untuk juara pertama, karena Miki membawa pulang tiket penukaran. Kita berbicara tentang Miki yang cenderung serakah. Jadi dia pasti sangat gembira... meskipun, entah mengapa, ada mendung di wajahnya.
"Miki-chan, kamu dapat peringkat pertama tapi tidak terlihat senang, ya? Apa yang salah?"
"...Tiket penukaran ini."
Miki menunjukkan tiket penukaran tersebut. Di tiket penukaran tertulis bahwa ia bisa menukarkannya dengan kombo oven microwave uap panas yang mampu memasak dua tingkat.
Itu adalah peralatan rumah tangga kelas atas dengan harga enam digit yen, tapi... juga bukan sesuatu yang menarik bagi Miki. Dia mungkin lebih suka diberi uang daripada barang seperti itu.
Meskipun, itu bukanlah hadiah yang buruk. Ada juga seseorang yang akan senang dengan sesuatu seperti ini. Begitu dekat.
"Bukankah kamu luar biasa, Miki! Benda itu mahal sekali~!"
Sebagai seseorang yang memiliki hobi memasak dan membuat kue, Shino terlihat sangat senang.
"Lagipula ini bukan sesuatu yang bisa Miki dapatkan sendiri dan juga bukan sesuatu yang Miki inginkan. Jadi Miki akan memberikannya padamu, Onee-chan..."
"Makasih~ Aku sangat mencintaimu!"
Dari sudut pandang Shino, ia baru saja memberikan 2.000 yen dan kembali menjadi sesuatu yang diinginkannya dengan harga enam digit yen. Jadi tak ayal ia merasa seperti baru saja memenangkan lotre.
Tak terasa, waktu pun berlalu dan hari sudah malam. Hal itu terjadi dalam perjalanan pulang mereka. Ketika Shino sedang menuju ke toilet, Miki berbicara dengan Sandai.
"Ada apa?"
"Onii-chan, apa kamu tidak ingat janji dengan Miki?"
"Janji?"
"Pakaian dalam hadiah Natal, jika Onee-chan senang dengan itu, kamu berjanji untuk membayar Miki ekstra. Dia benar-benar senang dengan itu. Jadi, tolong berikan tambahan yang dijanjikan."
Sekarang dia teringat akan hal itu.
Ia memang pernah membuat janji seperti itu.
Sudah pasti juga bahwa mengingkari janji dengan seorang anak kecil tidak akan baik dalam hal pendidikan mereka. Jadi, Sandai memutuskan untuk memberinya hadiah tambahan yang berfungsi sebagai hadiah Tahun Baru juga.
Seperti yang sudah diduga, 10.000 yen akan terlalu banyak dan juga merupakan pengeluaran yang menyakitkan bagi Sandai. Jadi, hanya beberapa lembar uang 1.000 yen.
Sebelum Shino kembali, Sandai bergegas ke mini market terdekat, membeli amplop kertas kado Tahun Baru, memasukkan uang itu ke dalamnya dan memberikannya pada Miki.
"Fuheh..."
Ketika Miki memeriksa uang kertas di dalam amplop, ia menjentikkan dan menghitungnya dengan jari-jarinya, lalu menyeringai.
Ketika memikirkan tentang pendidikan, Sandai merasa lebih baik membuang janji itu dan tidak memberikannya pada Miki, tapi... dia sudah terlanjur memberikannya. Tidak ada yang bisa dilakukan pada saat ini.
"Hmm? Miki, kenapa kamu senyum sendiri?"
"Bukan apa-apa~. Ini tidak ada hubungannya denganmu, Onee-chan."
"Begitu?"
Hanya Shino yang tidak tahu apa-apa. Tapi, lebih baik bagi Shino tidak mengetahuinya. Setidaknya itulah yang Sandai rasakan.
Post a Comment