NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V2 Chapter 6

Chapter 6 - The Treasure was Sleeping in The Place That Me and Himegi Must Reach

Beberapa hari telah berlalu sejak Natsumi-san meninggal dunia. Sejak saat itu, aku menjalani kehidupanku seperti biasa. Kanako dan Takaki-kyun juga masih bermesraan seperti sebelumnya. Ayah dan ibuku menjalankan rutinitas pekerjaannya. Ya, mereka mencoba untuk kembali ke kehidupan sehari-hari. Itulah keinginan mereka.

 

Sementara itu, aku diundang ke kediaman Himegi-san. Katanya, ada hal penting yang ingin disampaikannya padaku. Aku pun duduk dengan tenang di bangku besar yang beratap di taman, menunggu kehadirannya. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membuatku merasakan kenyamanan dan muncul keinginan untuk menyenandungkan sebuah lagu. Namun, saat aku duduk di sana sambil merenungkan hal itu, seorang pria yang tidak diundang hadir dan masuk dalam bidang pandangku.

 

    “Ah, orang tua itu!”

 

Mataku berpapasan dengan mata pemilik rumah ini. Meskipun kami agak berjauhan, tetapi aku yakin dia melihatku. Kemudian, Ayahnya Himegi memandangiku dengan senyum lebar, lalu mengacungkan jari tengahnya untuk menyapaku. Begitu, dalam keluarga Himegi, mengacungkan jari tengah adalah tanda persahabatan.

 

Aku mengikuti kebiasaan itu, tersenyum dengan senyum yang sempurna dan mengacungkan jari tengah kepada pria tua itu sebagai balasannya. Tentu saja, pria tua itu langsung berdiri dan marah kepadaku. Wajahnya memerah dan berusaha menghampiri aku. Whoa! Apakah dia mencoba untuk melawanku? Dia berusaha berkelahi dengan seorang pesulap? Bagus, aku akan menerima pertarungan itu!

 

Saat aku hendak berdiri demi mempersiapkan pertarungan, seketika ada seekor kucing hitam yang muncul di depan pria tua itu dan menghalangi jalannya. Apa yang aku lihat setelahnya adalah sesuatu yang tidak bisa kupercaya.

 

    “Eh? Hmm?”

 

Ayahnya Himegi berlutut di tempat dan mulai memuja-muja kucing hitam itu.

 

    “Hah? Eh? Hm?”

 

Kenapa pria tua itu tiba-tiba mulai menyembah kucing hitam? Kenapa dia sangat takut pada kucing itu? Sebenarnya kenapa? Apakah kucing adalah hal yang paling penting dalam keluarga Himegi? Apakah di keluarga mereka, kucing itu setara dengan dewa? Atau ini hanya lelucon untuk membuatku tertawa?

 

Namun, adegan tersebut sangatlah nyata. Seorang pria paruh baya dengan serius membungkuk pada seekor kucing. Baiklah, sepertinya aku bisa mendapatkan video yang menarik, jadi aku akan merekamnya dengan smartphone-ku. Akan tetapi, saat aku mau mengeluarkan smarptone-ku dari saku, tiba-tiba—

 

    “Eh? Kucingnya datang ke sini.”

 

Kucing hitam itu mengabaikan ayah Himegi dan mendekatiku dengan langkah pelan. Apa? Apa ini? Aku takut.

 

Sementara itu, ayahnya Himegi memanfaatkan kesempatan tersebut dan langsung berlari menjauh. Hmm? Apa itu? Bukankah kucing hitam ini … adalah kucing yang sama dengan yang kulihat di aula pemakaman?

    “Mata bundar yang khas itu … adalah kucing hitam yang saat itu.”

 

Kemudian, kucing hitam itu naik ke atas pangkuanku. Sepertinya, dia menyukainya.

 

    “Apakah kamu kucing peliharaan di rumah ini? Atau kucing liar karena kamu tidak punya kalung?”

 

Apa pun itu, kucing ini ramah. Lalu, aku membelai punggung kucing hitam itu dengan lembut. Dari apa yang kurasakan, kucing itu dirawat dengan baik dan sangat nyaman saat disentuh.

 

    “Yosh, yosh. Makanan kesukaanmu apa? Keju, ikan? Atau ayam? Katakan saja pada Onii-san apa yang kamu suka.”

 

    “Churu~ rasa kerang.”

 

(TLN: Churu~, salah satu merek makanan kucing di Jepang.)

 

Hm? Ya? Kurasa, aku baru saja mendengar suara.

 

Aku melihat sekeliling. Satu-satunya sosok seperti manusia yang bisa kulihat adalah Himegi-san, yang melambaikan tangan padaku dari kejauhan. Sepertinya itu bukan halusinasi pendengaran, tetapi suaranya Himegi-san. Aku pun membalas dengan balik melambaikan tangan ke arahnya, dan dia tersenyum padaku. Sepertinya dia sudah mendapatkan ketenangannya.

 

    “Seperti biasa, Himegi-san menggemaskan sekali, dah.”

 

    “Terima kasih, sudah merawat cucu-cucuku ….”

 

    “............”

 

Baru saja, aku merasa seolah-olah mendengar kucing itu berbicara. Akan tetapi, itu mungkin hanya imajinasiku.

 

    “Kayaknya aku kelelahan, ya.”

 

    “Maaf telah membuatmu lama menunggu,” ucap Himegi-san.

 

    “Belum lama, sih. Tapi yang lebih penting, kucing ini tidak memiliki kalung. Apa ini kucing keluarga Himegi?”

 

    “Eh? Kucing?” Himegi-san kebingungan.

 

    “Lihat, ini dia ….”

 

Aku mengambil kucing hitam itu dan mendekatkannya ke wajah Himegi-san. Kemudian, Himegi-san terdiam membeku saat melihat kucing hitam itu.

 

Eh? Mungkinkah Himegi-san … tidak menyukai kucing?

 

    “H-Himegi-san?” aku memanggilnya.

 

Kemudian, dia memelototi kucing hitam itu dan—

 

    “—Kishiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!” aku mendengar suara desis.

 

Tidak dapat dipercaya, Himegi-san dengan tatapan tajam nan mengerikan, mengintimidasi kucing hitam itu. Secara alami, kucing hitamnya terkejut dan melarikan diri.

 

    “Eh? Heeee? Eeeeh? K-Kenapa? Apa maksudnya? Sebenarnya, apa yang terjadi, sih?”

 

Tidak dapat dipungkiri, aku terkejut. Kenapa, dia tiba-tiba memusuhi kucing? Eh? Ada apa, sih? Bingung, dah? Serius, ada apa dengan keluarga Himegi? Ada ayahnya yang tiba-tiba membungkuk pada kucing, lalu ada putri kedua yang memusuhi kucing, apa yang sebenarnya terjadi? Sang ayah dan anak perempuannya memiliki emosi yang labil. Apakah aku mampu merawat dan menjaga mereka setelah ini?

 

Natsumi-san, maafkan aku. Aku merasa sedikit tertekan. 

 

    “Sejujurnya, tidak bagus jahat sama kucing, lho?”

 

    “Jika itu benar-benar kucing. Tapi, itu si Sialan yang tidak berguna ….”

 

Himegi-san mencaci maki kucing itu sambil melihat ke arah kucing itu berlari. Dari apa yang kulihat, Himegi-san tidak terlalu menyukai kucing. Setelah itu, dia terus saja menggerutu, mengatakan hal-hal seperti “Sebaiknya cepat-cepat saja dia kembali ke dunia lain” atau “Apa maksudnya sedang menyelamatkan dunia?”

 

Dunia lain? Menyelamatkan dunia? Apakah itu cerita light novel?

 

Kemudian, dia tampak sedikit khawatir dan berkata “Hei, Ouji-kun, apakah kamu akan tertawa jika aku mengatakan bahwa nenekku adalah seorang penyihir?” Dia menanyakan hal seperti itu kepadaku.

 

Tentu saja aku akan menjawabnya dengan jujur, “Aku tidak akan terkejut, dan juga tidak akan tertawa.” Lagi pula, Touka-san sudah memberitahu hal itu padaku.

 

    “Serius? Tapi dia seorang penyihir tahu?” dia terkejut mendengar jawabanku, “Seorang penyihir? Biasanya orang-orang akan tertawa, kan?”

 

    “Jangan khawatir. Aku akan mempercayai perkataanmu,” balasku dengan tenang.

 

    “Terima kasih. Suatu hari nanti, aku ingin kamu mengobrol dengan nenekku.”

 

    “Ya, aku mau. Aku juga ingin bertemu dengan nenekmu suatu hari nanti.”

 

Dengan semua wanita cantik dalam keluarganya, aku yakin neneknya juga pasti cantik. Apakah dia memakai topi runcing karena seorang penyihir? Ataukah dia seperti wanita tua dalam dongeng? Atau yang mengejutkan, dia malah seperti penyihir Lolibaba? Secara pribadi, aku lebih suka penyihir yang cantik dan menarik perhatian seperti Himegi-san.

 

Oh, aku berharap bisa bertemu dengannya suatu hari nanti, di mana hari aku bisa bertemu dan menyapanya dengan sopan.

 

    “Selain itu, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu, Ouji-kun,” katanya.

 

Di tangan Himegi-san ada sebuah buku yang bersampul tebal.

 

    “Untukku?” tanyaku balik.

 

    “Ya. Ini yang aku temukan di kamar Natsumi Nee-san. ......”

 

Dia membalik halaman buku itu dan mengulurkan sesuatu yang terlihat seperti gambar yang terselip di tengah halaman padaku, seolah-olah itu adalah pembatas buku. Lalu, aku menerimanya dan menyadari bahwa itu adalah sebuah foto. Ya, ini adalah foto yang normal bagiku, tetapi mungkin terlihat ajaib bagi keluarga Himegi, layaknya sebuah trik sulap.

 

Aku mengerti rencana Himegi Touka yang sebenarnya.

 

‘Ini adalah balasan untuk bunga matahari yang kamu berikan padaku kemarin!’

 

‘Ha-kun. Sementara kamu di sini, bisakah kamu mengambil foto bunga matahari ini juga?’

 

Aku mengira bunga-bunga itu diimpor atau ditanam di rumah kaca, tetapi perkiraanku itu keliru. Mungkin daging sapi yang kami makan saat itu juga merupakan daging yang berasal dari setahun yang lalu.

 

    “Apakah foto ini adalah trik sulap Ouji-kun? Atau foto gabungan?”

 

    “Tidak, ini bukan trik sulap ataupun foto gabungan,” balasku.

 

Di dalam foto itu, menunjukkan seorang gadis berambut putih. Dia adalah orang yang cantik dan selaras dengan senyumannya yang manis. Sembari mengenakan gaun putih dan topi jerami, dia tampak bahagia bermandikan sinar matahari. Seperti namanya, dia terlihat cantik di musim panas dengan dikelilingi oleh bunga-bunga kuning sambil tersenyum. Di dada kanannya terukir angka 1. Di tangan kirinya, dia memegang jam tangan saku yang pernah kulihat sebelumnya. Angka itu adalah tanda bahwa dia telah melakukan perjalanan ke masa lalu. Jadi … dia telah kembali ke masa lalu.

 

    “Fufufuf ... Kukukuku …. hahahaha! Ha-ha-ha-ha-ha!”

 

Aku tertawa. Aku tertawa sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin aku tidak tertawa? Karena aku memiliki kesalahpahaman besar. Touka-san mengatakan bahwa jam saku itu tidak bisa digunakan lagi ketika angkanya mencapai '0', tetapi itu hanya untuk si penjelajah waktu itu sendiri, dan tidak ada masalah jika ada orang lain yang menggunakan jam sakunya.

 

Tujuan Touka-san adalah untuk menunjukkan ladang bunga matahari kepada Natsumi-san sekali lagi. Apakah itu tujuannya sejak awal? Barangkali, itu adalah rencana yang terpikirkan saat di belakangan, tetapi bagaimanapun juga, tujuan utamanya ... adalah ini.

 

    “Tapi, musim panas lalu dia menjalani operasi dan tidak bisa meninggalkan rumah sakit. Ditambah lagi, tidak ada bunga matahari yang mekar di bulan Mei, kan?”

 

 

    “Tapi, aku dapat meyakinkanmu kalau ini nyata. Ini pasti nyata.”

 

Ya, dia berhasil. Dia berhasil melewati gua yang menakutkan dan menemukan harta karun yang tersembunyi di sana. Syukurlah, aku sangat senang melihatnya. Dia bisa melihat padang bunga matahari yang sedang mekar dengan mata kepalanya sendiri. Dia berhasil mendapatkan keinginannya. Aku turut bersuka cita untuknya.

 

    “Ha-ha-ha-ha-ha … Kukukuku … uh, eh, kuh … uhuhuh ….”

 

Air mataku menetes, mengalir di pipiku. Aku ingin marah pada Natsumi-san, dan mengatakan 'Beraninya kamu membuat kejutan!’. Namun, dia sendiri sudah tidak ada di dunia ini. Aku merasa sangat rindu dan sedih.

 

    “Ini ….” Himegi-san menawariku sapu tangan. Aku menerimanya dan menyeka air mataku.

 

    “Terima kasih,” ucapku.

 

    “Yah, aku tidak tahu apa maksudmu, tapi Nee-san berhasil sampai ke tempat ini. Jadi, aku akan membiarkannya seperti itu.”

 

    “Aku akan memberitahumu suatu saat nanti. Saat kamu sudah benar-benar jatuh cinta padaku. ......”

 

    “Apa-apaan, dah? Hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi.”

 

    “Maka aku akan berusaha untuk membuat hal itu terjadi.”

 

Aku telah belajar banyak hal dari pertemuanku dengan Touka-san dan Natsumi-san. Namun, aku tidaklah cukup pintar atau kuat untuk memanfaatkan semua pengetahuan itu. Aku yakin bahwa aku akan dikalahkan berkali-kali oleh kesulitan yang ada di hadapanku, dan aku bakalan ingin melarikan diri berkali-kali. Meski begitu, aku tidak akan putus asa dan akan terus maju. Karena, di ujung gua yang menakutkan itu, tersembunyi harta karun yang sangat berharga.

 

Aku melihat ‘What If’ itu dengan mata kepalaku sendiri. Itu adalah kisah yang membahagiakan bagiku dan dia. Jadi, rasanya akan menyenangkan untuk melanjutkan ceritanya, meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda.

 

    “Entah kenapa … sikap santaimu itu sedikit menggangguku.”

 

    “Tidak juga. Aku sama sekali tidak santai, tahu?”

 

Menurutku, tidak perlu bertanggung jawab untuk mencintai seseorang. Namun, jika ingin melangkah lebih jauh dalam hubungan tersebut, maka sudah seharusnya menghadapi tanggung jawabnya. Aku merasakan hal itu dengan jelas dalam peristiwa ini. Aku sadar, masih belum berpengalaman dan tidak punya kekuatan. Jadi, tidak peduli orang-orang di sekitar menertawakanku karena dengan entengnya mengemban tanggung jawab itu, aku masih ingin tetap menghadapi Touka Himegi ini sampai akhir.

 

Aku menatap wajahnya dengan tatapan serius, sehingga wajahnya menjadi tersipu.

 

    “Apa? Kenapa kamu menatap wajahku?”

 

Angin pun berhembus.

 

Angin yang tidak bisa disebut sebagai angin musim semi ataupun musim panas. Sudah sekitar dua bulan berlalu sejak aku mengungkapkan perasaanku padanya dan betapa kerasnya dia menolakku. Sejak saat itu, rasanya aku sudah mengenalnya lebih baik. Dia orang yang pemalu, sangat cengeng, keras kepala, egois, dan bahkan memiliki kepribadian yang sulit, tetapi … aku tetap mencintainya.

 

Orang yang harus berada di sampingku adalah Himegi Touka, tiada yang lain. Jadi, mari kita melangkah maju, memulai cerita yang tidak mereka ketahui dari sini.

 

    “Himegi-san, ini tentang kisah hubungan cinta kita …,” kataku tiba-tiba.

 

    “Oh! Tentang itu ....”

 

    “Begini, Himegi-san, aku ingin kamu mendengarkan cerita tentang seseorang yang aku sukai—”

 

Mari kita menabur benih, yang akan membuat semua orang tersenyum. Lalu, seandainya diizinkan, mari kita menyirami benih itu bersama-sama. Jangan khawatir, benih dan mekanisme untuk maju ke dunia baru itu, telah dipercayakan kepada kita ….

 

TL: Zho (YouthTL)


Prev Chapter || ToC || Next Chapter  

0

Post a Comment



close