NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

KanoUwa: after story Volume 1 Chapter 6

 


Penerjemah: Tensa

Proffreader: Tensa


Kabedon si Setan Kecil


"Senpai, lingkaran pertemanan senpai di kampus sempit ya?"

Pertanyaan mendadak Shinohara membuatku tertawa.

Aku menghentikan kegiatan mencuci piring dan menoleh ke arah kouhai yang sedang berbaring di kasur.

"Kamu tahu kata 'nggak sopan'?"

"Tahu kok. Dan aku juga tahu senpai sama sekali nggak peduli soal itu."

"Yah, memang sih, aku nggak terlalu peduli."

Bisa menentukan lingkaran pertemanan sendiri adalah hal yang bagus sekaligus menakutkan dari kuliah.

Aku ikut UKM juga karena tahu kalau tidak bergabung dengan kelompok seperti itu, aku pasti tipe yang akan mengurung diri di rumah.

"Tapi belakangan ini lumayan meluas lho."

Sejak kenal Shinohara, aku juga jadi punya lebih banyak kenalan di UKM-nya Ayaka.

Punya satu orang dekat seperti Shinohara saja sudah membuat kehidupanku jadi sangat berbeda dari sebelumnya.

Sama seperti saat aku berteman dengan Ayaka di SMA, kehidupanku berubah.

Saat aku berpikir begitu, suara nyaring Shinohara terdengar.

"Itu itu, maksudnya aku kan? Maksudnya senpai jadi dekat denganku kan!"

"Eh?"

Shinohara yang bangkit dari kasur tersenyum memandangku.

"Yah, begitulah."

"Muhuhu. Senpai nggak jujur ih~"

"Lho, tadi kan aku nggak ngomong apa-apa yang aneh..."

"Maksudku sikap senpai sehari-hari!"

Shinohara berdiri dan berjalan mendekatiku.

Saat aku mundur tanpa sadar, langsung menabrak tembok.

Kamar kos mahasiswa memang sempit, merepotkan.

"Senpai~"

Lengannya menyapu telingaku.

Lengan ramping Shinohara terentang tepat di samping wajahku.

Yang disebut kabedon*, posisi seperti ini. (*Catatan: Kabedon adalah istilah Jepang untuk gerakan mengurung seseorang dengan tangan bertumpu di tembok)

"...Kenapa kabedon?"

Mendengar pertanyaanku, Shinohara mengerucutkan bibir.

"Sikap tenang seperti ini yang nggak jujur. Padahal harusnya sudah—"

Sambil berkata begitu, Shinohara meletakkan tangannya di dadaku.

"—lho kok biasa aja!? Harusnya deg-degan dong!"

"Hatiku nggak bisa ngikutin perubahan mendadak gini!"

Kalau seiring dengan perasaan yang makin memuncak, mungkin jantungku juga akan berdebar.

Tapi kalau tiba-tiba di-kabedon saat sedang ngobrol sambil cuci piring, jujur saja rasa bingung yang menang telak.

Tentu saja, faktor terbesarnya adalah karena aku sudah terlanjur terbiasa berdua saja dengan Shinohara, itu tidak bisa dipungkiri.

"Nggak terima, sekarang juga harus deg-degan!"

"Jangan minta yang mustahil, bodoh!"

Aku menyelinap di bawah lengan rampingnya, lalu mengulurkan tangan dari belakang Shinohara.

"Hya!"

"Tuh kan, kalau tiba-tiba gitu kamu juga kaget kan?"

Meskipun ini pertama kalinya aku melakukan kabedon, dengan ini Shinohara pasti mengerti perasaanku—

"...Shinohara?"

Aku memanggil kouhai yang tidak bereaksi.

Saat kulepaskan tangan dari tembok, Shinohara berbalik sambil berkata "Ah, umm."

Karena jarak yang terlalu dekat, ekspresinya tertutup rambut dan tidak terlihat jelas.

"...Gimana menurutmu?"

"...N-nggak buruk sih?"

"Kok malah lumayan suka..."

Aku masih belum bisa memahami betul apa yang membuat kouhai ini tersentuh.

Tapi yah.

Tidak buruk juga rasanya bisa menggoda balik si setan kecil.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close