NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V3 Chapter 4 Part 4

 Penerjemah: Ikaruga Jo

Proffreader: Ikaruga Jo


Chapter 4 - Bagian 4 [Pertarungan Musim Panas]


Meskipun daerah kami adalah tempat yang terpencil di Tokyo, festival musim panas diadakan dengan sangat meriah. Bukan hanya banyak kios berjejer, tapi juga kembang api ditembakkan dengan heboh.


Festival yang diadakan di Kuil dengan halaman luas dan di dasar sungai di dekatnya itu, tahun ini juga dipadati banyak orang. Kuil itu dipenuhi orang karena ada warung dan kios di halamannya, jadi sulit sekali untuk bergerak bebas.


Semua pasti penduduk lokal. Kalau di Tokyo, ada banyak festival yang lebih besar, jadi tidak mungkin mereka sengaja datang ke sini.


Hari sudah gelap gulita, malam.


Aku dan Yua sedang menunggu Tsugumi dan Kakak beradik Ousaki datang di sebuah taman kecil dekat Kuil.


Kami memilih taman ini sebagai tempat berkumpul karena ada menara jam tinggi yang bisa jadi penanda. Tapi sepertinya semua orang berpikir sama, taman kecil di sudut permukiman ini sudah penuh sesak. Aku duduk di pagar yang mengelilingi ayunan, dan di sampingku Yua juga melakukan hal yang sama.


"Lama sekali... Semoga tidak tersesat."


"Baru lima menit lebih kok, lagipula ada Rumi juga, jadi pasti baik-baik saja."


Yua santai saja.


"Shinji harusnya pakai yukata juga dong. Kan lagi festival."


"Aku pakai juga tidak akan keren. Lagipula, menurutmu aku punya pakaian khusus party-goer yang cuma dipakai waktu festival begitu?"


"Kamu dendam sama yukata, ya?"


Yua tampil rapi dan cantik di sana.


Yukata biru tua dengan motif bunga putih dan merah yang mencolok seperti kembang api, dan obi berwarna kuning. Rambutnya yang biasanya terurai kini diikat, memperlihatkan lehernya. Gaya rambutnya sama dengan Tsugumi. Karena rambut Yua lebih panjang, kunciran kuda dan kepangannya terlihat jauh lebih bagus. Di tangannya ada tas yang serasi dengan suasana yukata, dan dia memakai sandal geta kasual.


Jauh berbeda denganku yang cuma pakai kaos, celana pendek, dan sneakers.


Meskipun aku tidak akan memakai yukata, tapi melihat penampilan Yua, aku jadi berpikir mungkin tidak buruk juga untuk dilihat.


"Yukata itu—"


"Apa, apa! Shinji, mau kasih komentar, ya?!"


"Bukan, bukan begitu..."


Aku terkejut melihat Yua yang maju mendekat lebih dari yang kubayangkan.


Memang, sejak Yua berganti yukata, aku belum pernah memberinya komentar. Tapi, aku berharap dia menganggap ketidakmampuanku untuk menatapnya langsung selama beberapa waktu setelah dia berganti pakaian sebagai pujian.


"Itu, sudah punya dari dulu?" tanyaku.


"Sepertinya tahun lalu juga aku pakai."


"Berarti tahun lalu juga pergi ke festival di suatu tempat, ya?"


"Bukan di sini sih."


Mengingat Yua, dia pasti pergi ke festival besar di suatu tempat, bukan festival lokal seperti ini.


"Di acara yang dress code-nya yukata, dan menyewa satu klub—"


"Tunggu, sudah cukup. Hentikan."


Kata 'klub' yang keluar dari mulut Yua membuat penolakan otak-ku aktif sepenuhnya. Aku mau tutup telinga saja.


"AKU TIDAK MENDENGAR APA-APA."


"Kamu jangan mikir yang tidak-tidak, ya? Itu bukan acara yang mencurigakan, tapi semacam acara kumpul-kumpul perempuan seperti pesta perpisahan festival sekolah—"


Saat aku menulikan diri di hadapan Yua si party-goer.


"Yua-san! Shin nii... Shinji-niisan!"


Rombongan Tsugumi datang.


"Tsugumi! Yukata!"


Kemunculan Tsugumi mengubah dunia yang tandus menjadi dunia dongeng seketika, dan otakku yang tidak bisa memprosesnya mengeluarkan kosakata yang biasanya tidak pernah kugunakan, seperti, 'Tsugumi imut banget!'. Yah, agak khawatir juga sih mode "dewasa"-ku mulai goyah.


"Kan sudah kubilang, itu acara kumpul-kumpul perempuan seperti pesta perpisahan festival sekolah... Aduh, tidak dengar sih!"


Meskipun leherku dicekik oleh Yua, aku mendekati Tsugumi.


Momoka-chan dan Ousaki juga memakai yukata. Momoka-chan memakai yukata berwarna light pink, dan Ousaki memakai desain yang ambisius dengan kain merah dan garis hitam. Dia pasti menyesuaikannya dengan warna ciri khas Nagumo Hiroki.


"Nagumo-kun, mau pergi festival dikelilingi cewek-cewek tapi pakai baju begitu? Meremehkan, ya?"


Saat aku merasa tenang melihat Tsugumi ber-yukata, suara dingin Ousaki menyambar.


"Sudah kubilang hari ini itu pertarungan penting, kan...! Ini 'Ittenniyon' buat Nagumo-kun, lho...!"


Dia mencubit telingaku dan berbisik di dekat telinga.


"Aku tahu, aku tahu, jadi tolong jangan copot telingaku dulu."


Mendengar permohonanku, Ousaki berhenti mencubit telingaku. Bagaimana kalau telingaku jadi seperti telinga elf dan jadi imut?


"Yuacchi, maaf ya~ Keretanya penuh—"


Ousaki menarik Tsugumi dan Momoka-chan menuju Yua, dan obrolan meriah antar gadis pun dimulai.


"Kalau begitu, sebelum kembang api mulai, kita kelilingi warung di area kuil?"


Saat aku bergabung dengan kerumunan gadis ber-yukata, aku akhirnya menyadarinya.


Orang di sekelilingku pakai yukata, tapi aku sendiri pakai pakaian biasa.


Padahal seharusnya aku sudah terbiasa dengan menjadi berbeda dari yang lain, tapi tiba-tiba saja aku merasa sangat malu karena memakai pakaian yang berbeda.


"Shinji, kan sudah kubilang sebaiknya pakai yukata juga."


Yua menghela napas pasrah, tapi tetap meletakkan tangannya di lengan kiriku.


"Yah, tidak ada gunanya juga melihat Nagumo-kun pakai yukata."


Ousaki sendiri memeluk lengan kananku.


"Shinji-niisan juga pakai kok waktu SD. Kenapa sekarang malu?"


"Onii-san kan ramping, jadi pasti cocok juga pakai yukata."


Pasangan akrab Tsugumi dan Momoka-chan berjalan di depanku.


Aku merasa aneh, seolah-olah aku memakai yukata meskipun hanya memakai pakaian biasa, karena tenggelam di antara para gadis ber-yukata.



Previous Chapter | Previous Chapter

0

Post a Comment

close