NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V3 Chapter 4 Part 5

 Penerjemah: Ikaruga Jo

Proffreader: Ikaruga Jo


Chapter 4 - Bagian 5 [Pertarungan Satu Lawan Satu]


Jajaran warung di area kuil sepertinya tidak banyak berubah setiap tahun, tapi justru karena itulah ada rasa aman.


Mungkin karena ini acara festival yang spesial, rombongan perempuan terlihat sangat heboh.


"Momoka. Kita sudah makan sedikit di rumah Momoka, tapi kok masih lapar ya? Itu pasti karena kita sedang masa pertumbuhan dan mau jadi dewasa, kan?"


"Betul! Jadi kita tidak rakus, kok!"


Rombongan SMP itu tidak menyembunyikan nafsu makan mereka yang besar.


"S-serius...? Bulan depan ada pro-wrestling persembahan di sini?! A-aku harus cek dari sekarang, mana tempat yang paling bagus untuk melihat ring...!"


Si pro-wrestling otaku itu, yang memegang smartphone, sudah bersemangat dengan pro-wrestling yang sepertinya diselenggarakan oleh grup independen di area kuil.


"Shinji, mau main tembak-tembakan di sana tidak? Aku dari dulu pengen coba main yang begitu, deh~"


Yua sangat ingin bermain.


Tim kami jadi terpecah belah, nih.

"Yuacchi, Nagumo-kun. Yang ini biar Rumi yang urus, kalian berdua main-main saja sepuasnya?"


Yang mengusulkan itu adalah Ousaki.


Ousaki mengedipkan satu mata padaku, seolah hanya aku yang boleh tahu.


Oh, begitu. Ini adalah 'panggung' yang disiapkan Ousaki.


Aku sudah menunjukkan penampilan yang menyedihkan soal yukata, jadi aku harus menebusnya di sini.


"Oke juga. Maaf ya sudah datang jauh-jauh tapi begitu... kita kumpul lagi pas kembang api, kan?"


Aku bertanya pada rombongan perempuan. Tidak ada keluhan sama sekali.


"Kalau begitu, begitu saja ya. Ayo, pergi! Karena sudah jadi anggota Pasukan Ousaki, perkataan pemimpin itu mutlak, lho!"


Ousaki merangkul bahu Tsugumi dan Momoka-chan, lalu menerobos kerumunan menuju bagian dalam kuil.


"Ayo, Pasukan Ousaki?"


"SATU!" (Satu-satunya!/Nomor Satu!)


Mengikuti Ousaki, Tsugumi dan Momoka-chan mengepalkan tinju ke atas.

Gerakan yang terkontrol sekali...


"Ousaki-san, dia benar-benar berhasil menjinakkan Tsugumi, ya..."


"Rumi memang jago ngurusin yang lebih muda. Dia perhatian juga."


Meskipun aku sedikit kesal Tsugumi jadi akrab dengan Ousaki, tapi bagaimanapun juga Ousaki juga peduli padaku, jadi memang benar dia perhatian.


Aku tidak bisa berdiam diri. Ousaki sudah susah payah menyiapkan panggung ini.


"Kalau begitu, kita juga pergi?"


Aku perlahan mengulurkan tangan pada Yua. Karena tangan kiri masih terasa aneh, jadi tangan kanan saja.


"Iya."


Yua langsung membalas genggaman tanganku.


Ini bukan sekadar kencan yang manis dan menggemaskan.


Ini pertarungan.


Semoga ketegangan di telapak tanganku tidak sampai menular pada Yua.



Kami berkeliling ke kios-kios permainan, tapi Yua ternyata tidak begitu terbiasa dengan permainan semacam ini.


"Yah, soalnya ini pertama kali sejak SD, sih~"


Yua berkata sambil memegang pistol tembak yang menembakkan peluru gabus di depan kios tembak-tembakan.


"Bisa dibilang aku sudah lama tidak main ini."


Dia menembak ke arah hadiah yang berjejer seperti boneka Hina Matsuri di seberang meja, tapi jangankan menjatuhkannya, mengenai pun tidak ada tanda-tanda.


"Oh, begitu, kalau begini..."


Yua nekat mencondongkan tubuhnya ke meja.


Yang membuatku khawatir bukan dimarahi bapak penjaga toko, tapi karena dia mencondongkan tubuh, garis bokong Yua terlihat. Aku diam-diam mengubah posisiku ke belakang Yua agar tidak terlihat oleh pengunjung di sekitar.


"Oh, iya, ada cara itu ya."


"Cara apa?"


"Paman, boleh main berdua?"

Yua bertanya, dan si penjaga toko mengangguk tanpa menunjukkan wajah tidak suka.


"Ayo, Shinji, sini-sini."


"Ah, hei..."


Ternyata, karena strategi Yua, aku harus berdiri di belakangnya, menopang Yua yang sedang memegang pistol.


"Shinji lebih jago daripada aku, kan?"


Aku juga tidak jago-jago amat, tapi selama aku tidak menurutinya, aku akan tetap dalam posisi memalukan ini, jadi aku hanya bisa mengangguk.


Untuk menopang pistol yang dipegang Yua yang mencondongkan tubuh, aku juga harus ikut mencondongkan badan.


"Shinji~ Kalau tidak lebih dekat, nanti susah bidiknya, lho."


Yua menarikku, membuatku dalam posisi menindihnya dari belakang.


Padahal aku berdiri di belakang untuk melindungi bokong Yua, tapi tidak kusangka aku malah berada dalam posisi seperti akan menyerang bokong Yua... Ini ketidaksengajaan, jadi aku tidak salah. Lalu, aku mendengar siulan ejekan dari beberapa orang di sekitar, tolong hentikan. Yang jadi tontonan itu tembak-tembakan, bukan aku. Fokus ke sana dong!


Aku memusatkan perhatian untuk menembak jatuh target, demi bisa segera kabur dari eksekusi publik ini.



Pada akhirnya, yang berhasil kami dapatkan setelah semua itu hanyalah sekaleng permen drop.


Lagipula, menembak dalam posisi berdua seperti itu tidak akan meningkatkan akurasi.


Bagi Yua, mungkin dia merasa rugi karena bokongnya diserang, tapi dia terlihat puas saat berjalan di sampingku dengan kaleng permen drop di tangannya.


Yua mengocok kaleng permen drop dan sebuah permen drop putih jatuh ke telapak tangannya.


"Wah, keluar rasa mint."


"Tidak suka?"


"Dari dulu, entah kenapa aku kurang suka."


"Kalau begitu biar aku yang makan."


Aku menerima permen drop dari Yua dan memasukkannya ke mulut.


Sensasi dingin yang menyebar di mulutku membuatku melupakan sejenak kerumunan orang di musim panas, dan rasa canggung berjalan-jalan di festival musim panas bersama teman sekelas perempuan yang spesial.


"Ada apa?"


Aku jadi khawatir Yua menatapku dengan tatapan kosong.


"Tidak, cuma merasa nostalgia saja."


"Nostalgia...?"


"Maaf ya, ini soal aku... Ah, selanjutnya ke sana tidak?"


Ditarik oleh Yua, aku pun melangkahkan kaki menuju kios penangkapan yoyo.


Previous Chapter | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close