Penerjemah: Sena
Proffreader: Sena
First Step — Buletin Klan
“Konsultasi Curhat oleh Senpen Banka”
“Krai-san, soal kotak saran yang sempat kita umumkan itu, ya...”
“Hah? ...Aah... Iya, sepertinya memang pernah dibahas ya.”
Aku membelalakkan mata melihat Eva datang sambil membawa sebuah kotak besar yang bisa dipeluk.
Di Klan First Step, kami rutin menerbitkan buletin sebagai sarana berbagi informasi. Salah satu segmen baru yang diajukan belum lama ini adalah “Konsultasi Curhat oleh Senpen Banka.”
Aku pribadi tidak terlalu paham, tapi katanya lucu kalau seorang ahli strategi sepertiku menjawab curhatan. Terlepas dari ada tidaknya peminat, aku pun setuju... dan sepertinya persiapannya sudah selesai?
“Karena kotaknya di lounge sudah penuh, jadi aku bawa ke sini...”
“!? Serius...?”
Eva membuka kotaknya dan menumpahkan isinya. Surat-surat menumpuk di atas meja, membuatku tak bisa menahan kerutan di kening. Aku setuju karena kupikir takkan ada yang benar-benar mengirim... dan juga, ini terlalu cepat!
Sebenarnya aku agak enggan, tapi ya sudahlah. Aku ambil satu surat paling atas, amplop berwarna merah muda.
“Baca dulu ya... ‘Aku sangat menyukai Master. Kuat, baik hati, pintar, keren, hampir tak ada kekurangan. Tapi... satu hal saja, ujian yang Master berikan terlalu kejam seperti latihan militer ekstrem. Aku tahu itu demi kebaikanku, tapi kalau begini terus aku bisa mati suatu hari nanti. Aku tahu Master tak bermaksud jahat, tapi bagaimana ya caranya supaya latihannya bisa sedikit dilonggarkan? (P.N. Hunter Junior yang Imut)’”
“..........”
Eva berkedip lalu menatapku.
Penuh keluhan dan perasaan. Ini masih disebut kotak saran, kan?
Dan siapa itu Hunter Junior yang Imut...?
Rasanya Tino tidak akan menyebut dirinya sendiri “imut”...
“...Yah, lupakan saja yang ini. Lanjut...”
“Baca lagi... ‘Tolong sediakan seseorang di ruang pelatihan yang boleh aku tebas kapan pun.’ ...Ini pasti dari Luke.”
“Dia memang konsisten, ya...”
Ya tidak bisa lah. Jelas-jelas tidak boleh. Lanjut.
“Surat kuning ini... ‘Kalau begitu, bagaimana kalau kita sediakan penjahat atau makhluk sihir mirip manusia yang boleh ditebas kapan pun di ruang latihan? Luke yang minta.’”
“!? Tentu saja tidak boleh!”
Eva menatapku terbelalak. Tapi ya, aku sudah tahu itu. Siapa juga yang menulis beginian? Sepertinya ada beberapa hunter yang cukup gila di Klan ini.
Karena semakin malas, aku buka surat-surat lainnya satu per satu.
“‘Manusia Lemah, tolong lebih beres! Aku selalu bingung jawab apa setiap kali teman-temanku bertanya soal kau, tahu tidak! (P.N. Noble yang Terlalu Cantik)’ ...Sopan sekali ya bahkan di surat.”
“‘Tolong sediakan minuman keras di lounge.’ ...Kau itu selalu bawa minuman sendiri, kan!”
“‘Anggota Klan yang tidak punya semangat mending keluarkan saja. Dengan begitu kerjaan berkurang dan kita bisa fokus berburu. Lagian, mengurus orang lemah pasti bikin Krai-chan capek juga, kan? Aku pintar sekali ya!’ ...Yah, tidak, tidak, tidak.”
“‘Tolong jangan cuma beli artefak terus. Sekali-kali pikirkan masa depan dan menabung dong! Kau masih ingat utangmu ada berapa?’ ...Apa ini masih bisa disebut saran?”
Aku berharap dapat saran yang lebih membangun. Atau setidaknya, yang butuh jawaban dari “Senpen Banka”!
Eva pun sudah tampak pasrah. Sepertinya banyak yang cuma ikut-ikutan menulis karena penasaran.
“‘Sempat ragu mau kirim atau tidak, tapi aku akan tanyakan secara jelas di sini. Krai, kau tim Liz atau tim Sitri? Memang dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan, jadi aku paham kalau kau terus menghindari jawabannya. Tapi sikapmu yang terus plin-plan itu, sebagai manusia, bagaimana?’”
“...I-ini... siapa yang menulisnya...?”
“A-aku tidak tahu!!”
Eva menggeleng dengan panik. Tulisan tangannya ini... jangan-jangan, Ansem—... ah, tidak, tidak...
...Kotak saran ini menyeramkan. Segmen ini dibatalkan saja.
Akhirnya aku membuka satu surat terakhir, sederhana, hanya dilipat dua. Tulisan tangan di dalamnya terlihat malas, seakan tak ada semangat.
“‘Setiap kali aku sadar, semua orang sudah menghilang. Mereka ke mana sebenarnya? —Eliza Peck.’”
Aku juga tidak tahu!!
Tino pada Saat Itu
“Ada apa, Tino? Kali ini kau ditinggal, ya?”
“…Katanya ini cuma keputusan sederhana karena masih terlalu dini untuk menerima permintaan pengawalan.”
“…Be-Begitu ya. Sayang sekali.”
Mendengar ucapan dari Lyle, salah satu anggota Klan, Tino menatapnya tajam penuh ketidakpuasan.
Memang sejak awal, Tino belum resmi menjadi anggota Strange Grief, jadi dia tidak selalu terlibat dalam setiap misi.
Kalau diajak, ya repot juga (apalagi kejadian terakhir saat dia diubah jadi katak adalah pengalaman paling traumatis sepanjang kariernya sebagai seorang hunter), tapi kalau ditinggal, tetap saja terasa sepi.
Namun jelas, kemampuan Tino masih belum cukup untuk mengawal seorang kaisar dari negara besar. Lagipula, kakak-kakaknya juga sepertinya tidak diajak… Eh? Eh!?
Saat Tino melotot bingung karena tak habis pikir dengan aksi nekat yang terjadi, Lyle mendadak teringat sesuatu dan berkata,
“Oh iya, Tino. Ada pesan dari Sitri. Katanya, ‘Tolong urus Nomimono ya’. Semangat, ya!”
“!?”
◇◇◇
Aku tidak diberi tahu soal ini, aku sama sekali tidak dengar apa-apa!?
Atau jangan-jangan… alasanku ditinggal kali ini itu──
“──Nyaaaaaaaaaaaaah!!”
Cakar tajam dan mematikan, tubuh raksasa yang membentang beberapa meter, sepasang sayap besar yang memungkinkan terbang dengan bebas ke segala arah, serta ekor tajam seperti pedang. Tapi masalah terbesar dari chimera ini adalah: ia tak pernah jinak kecuali kepada Master dan Sitri Onee-sama.
Chimera yang diberi nama Nomimono itu sempat masuk dalam daftar tiga besar makhluk buas paling dibenci oleh anggota First Step—dan itu masih baru-baru ini. Para hunter yang biasanya ditugasi merawatnya oleh Sitri Onee-sama selalu pulang dalam keadaan babak belur.
Tatapan matanya yang bersinar kini menilai Tino—yang seharusnya sedang liburan bersamanya—hanyalah seonggok daging empuk.
Kalau Master atau Sitri Onee-sama ada di dekatnya, dia bisa jinak. Tapi begitu mereka pergi sebentar saja, ya beginilah jadinya.
Tino mundur dengan langkah cepat menghindari cakar yang menyapu dari kaki depan yang kekar. Lantai logam di arena latihan yang jadi kandang Nomimono pun sudah porak-poranda. Mungkin dia kurang diajak jalan-jalan, makanya sekarang tenaga berlebih itu disalurkan ke arah yang salah. Makanan yang disiapkan (daging monster) pun hanya diacak-acak—karena rupanya Nomimono lebih tertarik pada Tino daripada daging monster.
“Nyaaaaaaaaaaaa!!”
“Ini gila! Tidak mungkin bisaaaa!! Hiii!?”
Kalau ini terjadi di dalam Treasure Hall, sudah pasti butuh seluruh party untuk menangani makhluk selevel ini. Jelas kekuatannya melampaui Wolf Knight yang mereka hadapi di Sarang Serigala Putih.
Kaki depannya yang seolah cuma “bermain-main” itu saja punya daya hancur yang cukup untuk melumat tubuh mungil Tino jadi lempeng. Kalau tak menghindar dengan presisi dan waktu yang cukup, dia bisa tetap terpental hanya karena gelombang kejutnya.
“Nomimono! Duduk! Baik! Aku menyerah! Master!!”
Di dekatnya tampak kandang yang sudah hancur dan rantai kalung yang putus tergeletak begitu saja. Ajaib juga belum ada yang jadi korban. Apa mungkin, ini dianggap normal dan seharusnya bisa dikendalikan?
Kenapa harus bertaruh nyawa di dalam kota!? Latihan macam apa ini yang bisa berujung dimakan kalau gagal!? Lebih parah dari latihan ekstrem Sitri Onee-sama yang biasanya.
Tino sudah mandi keringat hanya untuk menghindar, tapi gerakan Nomimono tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Bahkan sebaliknya, ia terlihat seperti sedang mempelajari pola serangan Tino.
Oh iya, katanya makhluk ini punya kecerdasan yang sangat tinggi.
Ingin memelihara monster seganas ini tanpa membunuhnya… level 8 memang punya cara berpikir yang berbeda.
“A-Aku sudah muak! Kalau begitu──”
Tino pun mengambil jarak dan dengan tekad bulat mengenakan Over Greed. Tak disangka, topeng yang ingin dia hindari penggunaannya justru dipakai dalam situasi seperti ini…
Tubuhnya mulai berubah sambil mengeluarkan bunyi keretakan, dan rasa kekuatan serta keperkasaan luar biasa memenuhi raganya. Mata Nomimono berkilat makin tajam.
“Nyaa-nyaa!”
“Sepertinya dia senang karena targetnya jadi lebih “berisi” sekarang.”
Mengabaikan komentar sinis dari topeng, Super Tino berteriak lantang:
“Datanglah, kucing nakal! Akan aku beri hukuman yang setimpal!!”
Tubuhnya yang besar… yah, kalau agak kebablasan pun tak sampai mati. Atau, kalau sampai mati pun, itu namanya pembelaan diri.
Nomimono menerjang. Tino justru masuk ke dalam jangkauan.
Tekanan luar biasa dari tubuh raksasa itu menyerangnya dari dekat. Kaki depannya melayang turun, tapi Tino merunduk, menghindar, lalu menembakkan serangan telapak ke rahangnya.
Dentuman keras merambat lewat lengannya, hingga tulangnya berderak. Tapi tidak ada waktu untuk peduli rasa sakit.
Gerakan Nomimono sempat terhenti sejenak—dan Tino memanfaatkan momen itu untuk berputar.
“Haaaaaaaaaaaaaaaah!!”
“Nya!?”
Tendangan memutar penuh tenaga menghantam kepala Nomimono yang dipenuhi surai lebat. Rasanya seperti menendang tembok logam.
Serangannya masuk telak—dan saat Tino yakin akan kemenangan itu… Nomimono hanya diam, lalu bersuara pelan.
“Nyaa—“
“!?”
Tak terduga. Tubuh Tino langsung terjepit oleh tubuh besar itu dan kehilangan keseimbangan.
Tatapan mata bercahaya itu semakin dekat. Tino berusaha kabur, tapi tubuhnya tertahan dan tak bisa bergerak. Saat ia merasa ajal sudah di depan mata, Nomimono malah melakukan sesuatu yang tak terduga:
Sesuatu yang hangat dan kasar menyentuh pipinya.
Lidah. Lidah panjang itu menjilati pipi dan leher Tino.
“Sepertinya dia mulai dari mencicipi dulu… tak kusangka monster macam ini masih ada di zaman sekarang.”
Topeng itu bicara penuh rasa haru.
Aku tidak butuh komentar aneh semacam itu! Aku butuh solusi untuk kabur!!
Tiba-tiba, pintu arena latihan terbuka lebar. Nomimono mengangkat kepalanya, dan Tino pun memaksakan pandangannya ke arah pintu.
Yang masuk adalah sosok tak terduga—anggota terakhir dari Strange Grief, Eliza Onee-sama.
Eliza Onee-sama melihat arena yang berantakan, Nomimono, dan Tino yang sedang diserang. Lalu dengan ekspresi kosong dan tanpa sedikit pun ketegangan, ia berujar:
“…Lagi-lagi ditinggal.”
Pintu pun menutup kembali. Nomimono mengeluarkan suara “nyaa?” bingung, lalu kembali mencicipi.
Akhirnya, Tino sadar benar akan situasi dan berteriak sekuat tenaga:
“To-tolong tunggu sebentar! Eliza Onee-sama, tolong aku!!”
Cara Bergaul dengan kaum Noble ②
“Master! Aku sudah tidak tahan lagi dengan sikap kaum Noble itu terhadap Master!”
“...Eh?”
Suara Tino yang biasanya tidak pernah berteriak padaku membuatku mengeluarkan suara bodoh karena terkejut. Pipi Tino memerah, dan tinjunya yang tergenggam erat bergetar halus, seolah menahan amarah. Memang banyak kaum Noble yang merendahkan manusia, dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Tapi, kalau Tino yang biasanya tenang bisa sampai semarah ini, pasti ada sesuatu yang luar biasa terjadi. Siapa gerangan yang ia maksud?
Saat aku masih bengong, Tino membanting tangannya ke atas meja dan berseru keras.
“Berani-beraninya dia menyebut Master—yang telah menyelesaikan begitu banyak insiden di ibu kota—dengan sebutan ‘manusia lemah’! Itu sudah keterlaluan dan tidak sopan! Ini bisa jadi preseden buruk!”
“Hmm... ah, jadi begitu ya.”
Dari ucapannya, aku mulai bisa menebak siapa yang dimaksud. Di antara banyak kaum Noble yang berbicara tajam, hanya Kris yang biasa menyebutku “manusia lemah.”
Aku pribadi tidak terlalu peduli dipanggil apa pun, tapi rupanya Tino punya pandangan berbeda.
“Tidak apa-apa kok. Meski dipanggil aneh-aneh, toh tidak ada ruginya—”
“Ada ruginya, Master! Wibawa Master bisa berkurang! Di Klan ini, melawan Master itu adalah pelanggaran aturan!”
Tino berseru dengan mata berkaca-kaca. Tapi... memangnya ada aturan begitu?
Ya sudahlah, kalau soal wibawa, mending hilang sekalian.
Saat itu, Liz yang tadi sempat keluar ruangan kembali datang. Mungkin dia sudah mendengar pembicaraan tadi. Meski lebih temperamental dari Tino, Liz hanya menghela napas panjang.
“Haah... Tino, kau masih ngomongin itu juga? Mending abaikan saja kata-kata dia.”
“!? Liz Onee-sama!? Tapi dia telah menghina Master!”
Melihat protes langka dari muridnya sendiri, Liz mengangkat bahu dengan gaya sedikit dewasa.
“Dia itu cuma menggoda, kok. Tidak usah ditanggapi terlalu serius, itu buang-buang tenaga.”
Ngomong-ngomong, Liz juga dulu pernah melapor hal serupa padaku. Memang guru dan murid itu sama saja, ya.
Dan aku juga senang bisa melihat tanda-tanda pertumbuhan dari Liz.
Tino menoleh ke arahku seolah kehilangan semangat setelah mendengar tanggapan tak terduga dari gurunya.
Benar juga. Lawan yang bisa membuat Liz kehilangan semangat itu tidak banyak.
“Kris itu anak baik, kok. Dia jujur... walau dulu sempat sering membuat masalah, sekarang dia sudah cukup menyatu dengan Klan.”
Kaum Noble memang mudah disalahpahami. Dalam masyarakat manusia, mereka sering dikucilkan karena gaya bicara atau sikap mereka. Tapi itu lebih karena perbedaan budaya. Kalau melihatnya dari sudut itu, kita semua bisa lebih saling memahami.
“Eh...? Apa ada kaum Noble yang jujur?”
“Ada, kok.”
Jujur, mudah percaya pada orang lain, dan karena itu juga mudah tertipu. Itulah Kris Argent, seorang kaum Noble.
Awalnya dia masuk ke Starlight juga karena dibujuk Lapis dan kawan-kawan lalu dibawa keluar dari hutan. Bahkan di Zebrudia dia pernah tertipu beberapa kali dan terseret dalam masalah. Akhir-akhir ini dia sepertinya sudah mulai terbiasa, jadi tidak terlalu banyak masalah lagi. Tapi mungkin karena itu juga dia selalu bersama Lapis—untuk jaga-jaga.
“Tapi, Liz Onee-sama! Di lounge dia bilang kalau Master itu cuma manusia yang kebetulan beruntung saja dan tidak bisa diandalkan!”
“Hmm, ya sudah, kan? Siapa juga yang anggap serius omongan dia?”
“!?”
Itu sudah jadi semacam tradisi tahunan. Mungkin Tino belum pernah mengalami langsung karena timing-nya belum pas, tapi semua orang lainnya sudah menganggap itu hal biasa.
Lagipula, memangnya salah?
“Sebenarnya, dia terlalu suka dengan Krai-chan. Waktu ngobrol bersama telinganya sampai bergerak-gerak.”
“Eh!?”
“Entah dia suka atau tidak, yang jelas dia kelihatan sangat senang setiap kali ngobrol dengan Krai-chan.”
Kelihatan senang itu hal yang baik. Kalau memang dia sedikit suka padaku, mungkin itu karena dulu, waktu awal pembentukan Klan, Starlight dan party lain belum terlalu mengenal kami, aku yang pertama kali mengajaknya bicara.
Entahlah, di antara semua anggota Starlight, aku memang yang paling gampang didekati...
Diajak main, dia pasti ikut. Tidak diajak, nanti malah dimarahi. Diminta bantu isi daya artefak, dia juga mau. Mulutnya memang pedas, tapi tidak ada rasa jahat di baliknya.
Kalau semua kaum Noble seperti Kris, mungkin mereka akan lebih mudah diterima. Meskipun... bisa-bisa malah punah karena terlalu polos.
“Pokoknya, jangan terlalu diambil hati. Tino, kau pasti bisa jadi teman baik untuk dia.”
“Jadi begitu... ternyata cukup rumit, ya.”
Tino bergumam dengan ekspresi sulit dijelaskan setelah mendengar perkataanku.
Tino dan Kris sebenarnya mirip... Tapi, miripnya di mana, ya?
Saat aku memikirkan itu, Liz tiba-tiba menatap Tino tajam dan berkata,
“Lagipula! Meski berkali-kali diberi ujian oleh Krai-chan, dia tetap mau ikut setiap kali diajak! Kau juga jangan cuma protes, Tino, belajarlah dari dia!”
“!?”
Ah, iya. Sama-sama sering diperlakukan semaunya oleh pemimpin—dalam hal ini, guru, untuk Tino.
Kencan Terbaik
“Uooooooooh! Sudah lama sekali sejak kita, ke, n, caaaan, uoooooooooh!”
“Uoohh...”
Saat Liz mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi sambil merentangkan tubuh sepenuhnya, aku mengikuti dengan lesu.
Orang-orang yang lewat memandang Liz dengan tatapan aneh, mungkin karena auranya yang meluap-luap penuh energi.
Menjadi seorang hunter level tinggi memang bukan perkara mudah. Perburuan, melatih Tino, juga latihan pribadinya sendiri—Liz sangat berdedikasi mengejar level yang lebih tinggi. Jujur saja, kalau aku berada di posisinya, aku pasti sudah kewalahan.
Aku sendiri biasanya cukup santai, jadi kesempatan berkencan (atau lebih tepatnya, jalan-jalan keliling ibu kota kekaisaran) bersama Liz nyaris tidak pernah ada. Bahkan, sudah begitu lama sejak terakhir kali, sampai-sampai aku tak ingat kapan tepatnya.
Hari ini, Liz tampil berbeda dari biasanya. Ia memakai rok dan berdandan, terlihat jauh lebih bersinar dari biasanya. Justru karena ia mengenakan pakaian seperti gadis biasa, artefak yang menutupi kakinya jadi sangat mencolok.
Liz sendiri tidak peduli, tapi aku bisa merasakan jelas bisik-bisik dan tatapan orang-orang yang tertuju pada kami.
Tapi, tak apa. Selama Liz senang, aku pun ikut bahagia. Biarpun menarik perhatian, aku tak masalah. Entah itu belanja, jajan, atau sekadar jadi tukang bawa barang, aku akan menemaninya.
Kalau itu bisa menjadi sumber semangat untuk esok hari, dan menjadikannya lebih ramah pada orang-orang di sekitarnya—yah, aku juga bukan tidak suka kencan, kok?
Besok pasti ototku nyeri semua. Dan kalau Liz tiba-tiba menyerang warga sipil, aku harus menghentikannya...
Saat aku memantapkan tekad itu, Liz tiba-tiba mendekat dan menatapku dari jarak sangat dekat. Sepertinya ia sedang dalam suasana hati yang luar biasa baik. Bahkan tanpa menyentuh, aku bisa merasakan panas tubuhnya.
“Hari ini, Krai-chan... kencannya beda dari biasanya. Aku ada sesuatu yang ingin aku dapatin.”
“Heeh... apa? Sudah lama juga, jadi aku akan menemanimu.”
Aneh juga... Kau biasanya tidak punya banyak keinginan, padahal profesimu thief, lho.
Liz menggambar lingkaran kecil di dadaku dengan jari telunjuknya, lalu berbisik pelan.
“Hmm... sebenarnya bukan barang berharga... tapi... kepala kelompok Mawar Merah.”
“Hmm... mawar? Kau mau... bunga mawar?”
“Iya! Boleh tidak?”
“Boleh kok. Ya, mawar, ya... Kalau cuma itu, aku bisa kasih hadiah buatmu.”
Ingin mawar merah, ya... Liz ternyata punya sisi imut juga.
Walaupun aku biasanya kere, aku masih bisa beli bunga untuknya.
“Satu tangkai cukup?”
Begitu kutanya, Liz membelalakkan mata lalu merengut.
“...Eh? Cuma satu tangkai? Tidak cukup dong. Aku mau sebanyak mungkin!”
Hah? Sebanyak mungkin? ………Mawar itu mahal, lho?
“Maksudmu buket, ya?”
“Iya iya! Buket bunga! Krai-chan sangat mengerti!”
Dia sampai melompat dengan satu kaki, kelihatan begitu senang.
...Ya sudahlah. Walau mahal, kalau cuma buket mawar, asal tidak lebih dari 100 ribu gil masih aman.
Lalu Liz berkata:
“Terus ya... hari ini aku juga ingin makan sesuatu.”
“Eh? Jarang-jarang sekali. Apa yang kau mau?”
Liz memang tipe yang lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Seperti kebanyakan hunter, nafsu makannya luar biasa. Aku iri setengah mati.
Dia mendekap lenganku erat-erat, lalu menatap ke atas dengan suara manja:
“Hmm... aku ingin... keputusasaan kelompok Mawar Hitam.”
“...Kenapa semua yang kau sebut itu hanya mawar?”
Dan tunggu dulu, makanan? Apa itu makanan?
“Iya iya! Begini! Mawar Merah dan Mawar Hitam itu bermusuhan, kan? Tapi belakangan ini, saat mau aku serang, mereka malah kerja sama... terus menghilang begitu saja. Jadi aku berpikir, mumpung ada Krai-chan, sekalian saja, begitu~”
Oke, oke, aku mengerti... tapi sebenarnya aku tidak mengerti apa-apa.
Tapi yang jelas, dia ingin “mawar”. Kalau sampai disebut “dimakan”, mungkin maksudnya camilan atau semacamnya?
Liz itu tidak suka makanan manis, jadi kalau dia sampai bilang ingin, pasti itu sangat enak. Jadi aku jadi semangat juga.
“Ya sudah, ke mana saja juga boleh. Aku akan menemani.”
“Yaaay! Krai-chan baik sekali!”
Liz berseru riang, memeluk lenganku dan menggesekkan pipinya dengan manja.
“Kalau begitu, aku mau pamer, ya~ Krai-chan, gandengan tangan yuk? Soalnya aku yakin mereka itu tipe yang impulsif. Kalau lihat kita lengah, mereka pasti akan menyerang. Jadi kita bisa kencan sambil menjebak mereka, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui?”
Eh? ………Ada yang aneh?
Tapi sebelum aku sempat berpikir lebih jauh, Liz sudah menarik lenganku dengan kuat, dan keraguan itu pun lenyap.
“Ayo kita jadikan ini kencan terbaik, ya, Krai-chan!”
◇◇◇
Seperti yang bisa diduga, kencan pertamaku setelah sekian lama dengan Liz berubah menjadi pengalaman yang menegangkan, penuh dengan jeritan dan keputusasaan (dari pihak lawan).
Aku sendiri sebenarnya hanya ikut berlarian ditarik-tarik oleh Liz, dan baru tahu bahwa tujuan utamanya adalah melenyapkan dua kelompok kriminal yang mengusung nama “Mawar” setelah semuanya berakhir. Yah, aku juga salah karena tidak mendengarkan penjelasannya dengan benar, tapi satu-satunya hal yang bisa dibilang menyelamatkan hari itu adalah kenyataan bahwa Liz terlihat sangat menikmati semuanya.
Setelah kejadian itu, kami menetapkan satu aturan yang sangat masuk akal: dilarang berburu saat sedang kencan.
Namun pada akhirnya, aturan tetaplah aturan—kenyataannya, kencan-kencan berikutnya pun tetap penuh kekacauan.
Tapi, itu adalah cerita lain.
Konsultasi Masalah oleh Senpen Banka – Bagian ②
“Eh? Kita akan mengadakan sesi curhat lagi?”
“Sepertinya, bagaimana pun juga, semua orang tetap punya masalah masing-masing... Lagipula, sesi yang lalu cukup populer, jadi kupikir kenapa tidak kita coba sekali lagi.”
Aku menyilangkan kaki mendengar ucapan Eva.
Menjadi seorang hunter bukanlah pekerjaan yang mudah. Kegiatan yang dilakukan pun sangat beragam, dan tak jarang membuat seseorang menyimpan masalah yang tak bisa diceritakan ke orang lain. Memang, memberi konseling bukan bagian dari pekerjaan seorang Master Klan, tapi aku ini hunter level 8, yang cukup tinggi di antara yang lain. Bahkan aku sempat diberi reputasi macam “jenius licik” dan semacamnya, jadi aku cukup sering jadi tempat curhat. Belum lama ini, aku juga mengisi kolom konsultasi di buletin Klan—yang kukira aku jawab seadanya saja, tapi ternyata malah jadi populer.
“Kali ini, sesi tatap muka. Silakan lewat sini.”
“Eh... Serius?”
Aku mengikuti arahan Eva dan masuk ke salah satu ruangan di Clan House. Di dalamnya hanya ada satu meja dan dua kursi.
Rasanya seperti mau wawancara kerja, tapi meja itu setengahnya ditutupi sekat, jadi aku tidak bisa melihat siapa yang duduk di seberang. Mirip bilik pengakuan dosa di gereja.
“...Tapi, mereka tetap tahu kan kalau aku yang dengar curhatnya?”
“Jangan pedulikan hal-hal kecil.”
Kenapa dia semangat sekali soal ini... Jangan-jangan karena aku sering memberinya semua kerjaan ke dia dan malah santai-santai?
Seperti yang dikatakan Eva, aku duduk di sisi meja yang tak terlihat dari pintu masuk. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu dibuka.
“UOOOOOOOOOOOH! Aku yang pertama, ya!”
Suara yang bersemangat.
Aku langsung menyadari kelemahan fatal dari sistem ini. Meskipun pakai sekat, suaranya tetap ketahuan.
Seperti biasa, si maniak penebas itu duduk dengan antusias, lalu berbicara dengan nada cukup serius.
“Eh, jadi begini, Krai. Belakangan ini tidak ada yang mau sparing denganku. Bahkan anak-anak di dojo, begitu aku mengayunkan pedang, mereka langsung membuang senjata mereka. Ini mana bisa jadi latihan!”
Dia menyebut namaku juga. Dan meskipun nadanya serius, isi curhatnya itu... banyak sekali bagian yang membuatku ingin komentar.
Aku menarik napas panjang, lalu menjawab seadanya:
“Gunakan teknik bayangan. Lalu bertarunglah melawan dirimu sendiri. Musuh sejati adalah dirimu sendiri.”
Jawaban yang terlalu asal-asalan, tapi Luke malah keluar ruangan dengan wajah puas.
Aku sedikit merasa bersalah, tapi apa pun yang aku ucapkan pasti tidak akan masuk ke dia juga, jadi ya sudahlah.
Sambil santai minum teh, tamu berikutnya datang.
“Ryu-ryu-ryuuu-ryuu!”
“Pe-penyampai pesan: Sitri-chan!”
Aku mendengar dua suara yang familiar.
Jujur, ini benar-benar di luar ekspektasi, tapi aku sudah masuk ke mode ‘asal jawab’ jadi tidak terguncang.
...Kalian akrab sekali, ya. Dan ngomong-ngomong, si Underman itu sepertinya sudah dapat hak tinggal tetap ya? Akhir-akhir ini aku sering lihat mereka di ibu kota. Status mereka sekarang seperti apa sebenarnya?
Underman itu duduk dan langsung bicara dengan bahasa yang tak kumengerti.
“Ryunn-ryu-ryuu-ryuuryuu”
“‘Wahai raja, tenaga kerja kami mulai menunjukkan eksistensi di ibu kota. Mohon arahan selanjutnya. Juga, Sitri ini adalah wanita yang luar biasa dan sangat pantas jadi pasangan raja. Direkomendasikan sekali,’ begitu katanya. Kyahh!”
“Ryun!? Ryuryu-ryuuu! Sitryuu!”
“Eh, aduh!? Ryuulan-chan, jangan pukul aku!”
Suara bashin bashin terdengar cukup keras, diiringi teriakan Sitri.
Kalian berdua... sebenarnya ke sini mau ngapain?
Tapi ya, kelihatannya kalian bahagia.
Dan sepertinya kata-kata Sitri bisa dimengerti Underman ya? Jangan mengajari bahasa manusia ke makhluk (?), ras lain (?)!
Aku berdeham kecil, lalu asal menjawab:
“Ryuryuryuu-ryuu-ryuryu-ryuu.”
“!! RYUUUUUUUUUUUUUUN!!”
“!? S-sungguh kejam, Krai-san!”
Untuk mereka ini, cukup bilang ‘ryu-ryu’ asal-asalan dan semuanya aman...
Sambil teriak-teriak, Sitri dan sang putri Underman pun meninggalkan ruangan.
Entah mereka puas dengan jawabanku atau tidak, tapi sepertinya mereka tidak benar-benar mengharapkan jawaban serius.
Matahari mulai terbenam. Dari jendela terlihat langit jingga yang indah.
Sepertinya sudah hampir selesai, ya? Saat aku mulai berpikir begitu, pintu kembali terbuka, dan seseorang duduk dengan ragu-ragu di hadapanku.
“Anoo... Master. Boleh aku curhat sedikit?”
Tamu terakhir rupanya Tino.
Akhirnya, sepertinya aku bisa dapat curhatan yang normal.
Tino terdiam cukup lama, tapi saat aku menunggu dalam hening, dia akhirnya bicara dengan ragu-ragu.
“Belakangan ini... Aku merasa keberadaanku semakin tidak kelihatan, ya? Seperti bayanganku semakin tipis... Kupikir mungkin sudah saatnya menunjukkan sisi lain dari diriku──”
“…………”
Curhatan itu... NG. (Not Good)
Setelahnya, Sang Putri
“Putri Murina ingin melihat pelatihan para ksatria?”
“Ya. Aku sudah mengatakan bahwa ini bukanlah tontonan yang layak bagi seorang putri kekaisaran, tapi ia tetap memaksa. Sepertinya ada perubahan dalam perasaannya sejak bimbingan itu.”
Beberapa kilometer dari Kastil Kekaisaran Zebrudia, tempat latihan milik kesatuan ksatria sedang dipenuhi hiruk pikuk.
Di Zebrudia, di mana banyak hunter kelas atas berkeliaran, pasukan ksatria pun dituntut memiliki kekuatan yang cukup untuk menanggulangi mereka. Latihan yang dijalani sehari-hari sangat keras, namun inspeksi dari anggota keluarga kekaisaran adalah peristiwa yang amat langka. Terlebih lagi, jika bukan Kaisar Radrick yang dikenal sebagai pejuang ulung, tetapi Putri Kekaisaran sendiri, maka benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
Putri Murina dikenal sebagai sosok yang jarang tampil di panggung depan keluarga kekaisaran. Namun, bagi para ksatria dan bangsawan, ia tetaplah anggota darah utama kekaisaran. Bukan berarti latihan sehari-hari mereka dilakukan setengah hati, namun kehadiran sang putri jelas membuat semangat mereka semakin membara. Mereka pun harus berterima kasih pada Senpen Banka yang baru-baru ini, atas perintah langsung sang Kaisar, memberikan bimbingan padanya.
Saat itu, sang putri pun masuk ke dalam area latihan, dikelilingi para pengawal kehormatan dan mengenakan gaun sederhana.
Udara seketika menegang. Tempat latihan ini penuh dengan lumpur dan keringat. Mulai dari pelatihan fisik dasar, pertarungan simulasi, hingga latihan skenario taktis—semua ini bukanlah tontonan yang layak bagi seorang putri kekaisaran, apalagi putri bangsawan biasa.
Namun, sang putri tidak memperlihatkan sedikit pun keraguan. Ia menatap sekeliling dengan tenang, mengangguk pelan seolah telah memahami segalanya, lalu berkata kepada jenderal yang merupakan pimpinan pasukan:
“Terima kasih atas kerja keras kalian. Maafkan kunjungan mendadak ini. Aku sangat menghargai pengabdian kalian semua terhadap Zebrudia.”
“Yang Mulia… itu kata-kata yang amat mulia. Para ksatria pasti akan sangat terinspirasi.”
Jenderal berwajah sangar itu berdiri tegak dalam ketegangan. Lalu sang putri berkata dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu:
“Kalau boleh tahu, Jenderal, seperti apa bentuk pelatihan yang biasa dilakukan di tempat ini?”
Dari tempatnya berdiri, sang putri bisa melihat sekelompok ksatria sedang melakukan latihan fisik dasar dan beberapa lainnya melakukan pertarungan simulasi.
Biasanya, jika ada bangsawan yang melakukan kunjungan seperti ini, para ksatria akan memamerkan pertarungan besar antar kelompok. Namun tampaknya sang putri secara khusus meminta untuk melihat latihan yang sebenarnya.
“Ya, Yang Mulia. Di tempat ini, kami mengadakan berbagai bentuk pelatihan fisik dan teknik, tanpa mencakup pembelajaran teori. Mulai dari pelatihan dasar, peningkatan keterampilan individu, hingga taktik kelompok... Saat ini, latihan dasar sedang berlangsung di sana. Meski keterampilan bertarung penting, kemampuan fisik adalah fondasi segalanya.”
“Eh!? Tidak ada pelajaran teorinya?”
“Ya? Tidak ada, Yang Mulia. Untuk itu, kami memiliki ruang kelas khusus di dalam ruangan.”
“…Begitu ya… Benar juga. Belajar sambil menghindari serangan memang mustahil. Aku juga... berpikir seperti itu.”
Sang putri bergumam pelan, seolah sedang meyakinkan dirinya sendiri atas fakta yang sangat wajar itu. Menyadari bahwa para ksatria dan pengawalnya memandang heran, ia buru-buru berkata:
“Kalau begitu, tentang latihan dasar itu—”
“Ya. Yang sedang berlari dalam perlengkapan lengkap itu adalah bagian dari latihan dasar. Selain itu ada juga latihan ayunan pedang, dan—”
“Permisi… Maaf kalau lancang. Tapi... aku tidak melihat adanya oni yang mengejar mereka. Di mana oni-nya?”
“…Oni?”
Jenderal yang terkejut membelalakkan matanya. Sang putri menjawab dengan ekspresi sungguh-sungguh:
“Ya. Kalau tidak ada oni yang mengejar, bukankah mereka hanya sekadar berlari saja? Dalam pelatihan yang aku terima, selalu ada oni yang mengejar dan menyerang dari belakang saat kami lari sekuat tenaga. Siapa yang bertugas sebagai oni di tempat ini?”
“……”
Oni? Yang mengejar dan menyerang? Mungkinkah maksudnya instruktur? Tapi... sayangnya, para instruktur di kesatuan ksatria tidak pernah menyerang prajuritnya saat latihan fisik dasar.
Saat jenderal terdiam kebingungan, sang putri bertepuk tangan seolah baru menyadari sesuatu.
“Ah! Aku mengerti! Ini berarti masih tahap pemanasan, ya? Aku tidak sempat melakukan tahap ini karena masih belum cukup mahir waktu itu, tapi aku pernah lihat para prajurit berlari di luar kereta. Pasti latihan sesungguhnya dilakukan di Treasure Hall! Oni-nya juga ada di sana, kan? Untuk memperkuat kemampuan fisik, menyerap Mana Material memang cara yang paling masuk akal.”
“…Yang Mulia, memang benar kadang kami mengadakan latihan di Treasure Hall, tapi... itu lebih ke latihan simulasi tempur. Fokus utama pasukan ksatria adalah pertempuran kelompok. Dan ya, daya serap Mana Material adalah tantangan yang kami hadapi. Namun dibanding negara lain, kekaisaran kita memiliki lebih banyak Treasure Hall, jadi daya serapnya masih cukup tinggi.”
Putri mengedipkan mata, sedikit memiringkan kepala, lalu mengalihkan topik.
“Begitu ya... Memang berbeda dengan para hunter. Ngomong-ngomong, latihan seperti apa yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan terhadap kondisi abnormal? Aku hanya sempat mendapat bimbingan sebagian soal itu dan...”
Itu pertanyaan yang sulit. Tapi memang benar—dalam menghadapi monster, ketahanan terhadap racun dan kelumpuhan adalah hal yang sangat penting. Sang jenderal tersenyum dan dengan bangga menjawab:
“Pertanyaan yang tajam sekali, Yang Mulia. Di kesatuan kami, untuk membangun ketahanan terhadap berbagai kondisi abnormal, kami mencampurkan racun buatan institut sihir ke dalam makanan sehari-hari secara hati-hati.”
“Aku… mengerti? Tapi... maaf, ini hanya pendapat awamku, ya. Bukankah dengan begitu, hanya ketahanan terhadap racun buatan manusia saja yang akan terbentuk?”
“!?”
“Lalu… bagaimana pelatihan untuk mengembangkan tekad bertahan hidup saat menghadapi situasi hidup dan mati? Sejauh yang aku lihat, tidak ada satu pun prajurit yang sedang sekarat, jadi aku bertanya-tanya...”
…Latihan seperti apa sebenarnya yang diterima oleh sang putri kekaisaran ini?
Saat semua prajurit yang sedang latihan mulai merasakan sebuah kesadaran bersama, dengan wajah polos dan manis, sang putri terus melontarkan pertanyaan mengerikan—hingga akhirnya jenderal, dengan wajah tegang, hanya bisa berkata:
“S-sungguh luar biasa, Yang Mulia... Kami akan menjadikan masukan ini sebagai bahan pertimbangan dalam pelatihan ke depan.”
Balasan Budi dari Imouto Kitsune
“…………Kikikan-san itu, kurang kewaspadaan……”
Gadis phantom bertopeng rubah—Imouto Kitsune—duduk manis di seberang dan berkata dengan ekspresi cemberut.
Siang bolong. Di tengah pusat ibu kota Kekaisaran yang gemerlap. Kimono putih pendek yang dikenakannya memang tidak cocok dengan suasana sekitar, namun tidak ada seorang pun yang memperhatikannya. Di atas meja di antara kami, terletak bekal inari sushi yang baru saja secara kebetulan aku temukan sedang dijual.
Meskipun ibu kota Zebrudia adalah kota besar, sushi bukanlah makanan yang mudah ditemukan. Apalagi inari sushi, bahkan bisa dibilang sangat langka.
Aku yang menemukannya secara tak sengaja saat berjalan-jalan dan melihat restoran yang menjualnya secara terbatas, langsung membelinya secara impulsif. Lalu karena tahu kalau Imouto Kitsune, si pecinta aburaage, pasti menyukainya, aku pun mengirim pesan padanya menggunakan ponsel kesayanganku.
Jumlahnya terbatas, lho……
Begitu kupanggil, Imouto Kitsune langsung datang, dan setelah mendengar penjelasanku, ia menegaskan dengan nada serius.
“Aku dan Kikikan-san…… bukanlah teman”
“Eh!? …………Bukan teman surat-menyurat?”
“………………Rival. Dan itu istilah kuno”
“Eeh…… padahal aku tidak merasa pernah bersaing sama sekali”
“…………”
Sebagai phantom dari Treasure Hall dengan tingkat kesulitan estimasi level 10 Lost Inn, mungkin saja dia adalah lawan yang bahkan teman-teman masa kecilku pun akan kesulitan menghadapinya. Sementara aku yang lemah ini jelas tak punya peluang.
Wah, jadi serba salah…… padahal aku tidak punya niat khusus. Aku hanya melihat bekal yang sepertinya akan disukai oleh Imouto Kitsune, jadi aku kirimkan pesan… Tapi apa dia malah jadi curiga?
“Ini bukan hadiah, lho”
“…………Kalau begitu, apa?”
“……Salam musim panas? Soalnya akhir-akhir ini panas sekali”
“…………”
Imouto Kitsune sempat terdiam seperti sedang bertarung dengan batinnya sendiri. Tapi akhirnya, ia mengangkat wajah yang sedari tadi tertuju ke bekal inari sushi di atas meja, dan berkata:
“Aku adalah siluman rubah yang penuh harga diri. Kalau itu persembahan aku akan terima, tapi belas kasihan tidak. Aku juga tidak ingin menjadi terlalu akrab.”
“Eh!? Padahal sudah susah-susah aku belikan, jadi tidak mau dimakan?”
“…………Kalau begitu, mintalah imbalan, manusia”
Imbalan……? Imbalan? Apa dia akan mengabulkan permintaan?
Imouto Kitsune kembali menatap bekal inari sushi seperti anjing yang disuruh “tunggu”.
Permintaan, ya permintaan. Tak perlu ditanya lagi, permintaanku yang paling utama adalah pensiun dengan tenang. Tapi, permintaan seperti itu pasti tidak bisa dikabulkan, bahkan oleh Imouto Kitsune.
Aku hanya sempat berpikir sejenak. Tapi itu bukan karena sudah menemukan jawabannya.
Imouto Kitsune meraih bekal inari sushi, lalu berkata:
“Baiklah, manusia. Aku akan menerima permintaanmu”
“Eh!? Padahal aku belum bilang apa-apa……”
“Dengan kekuatanku, membaca kedalaman hati Kikikan-san adalah perkara yang mudah.”
Imouto Kitsune melompat turun dari kursinya, lalu menunjuk ke arahku dan dengan suara lantang menyatakan:
“Kikikan-san itu──merasa bosan! Keinginan Kikikan-san adalah mencari hiburan!”
“!?”
Seketika tubuhku serasa tersambar petir.
Memang, aku sedang bosan. Memang, tidak ada kerjaan! Kalau tidak, aku tidak akan keluyuran seperti ini! Tapi—masa itu keinginanku yang utama!?
Aku ingin pensiun, bukan sekadar mencari hiburan!
Saat aku membeku, Imouto Kitsune melompat dengan riang dan dengan semangat tinggi menyatakan:
“Kikikan-san, akan kuundang ke Festival Rubah!”
◇◇◇
“Sejujurnya, itu sangat menyenangkan.”
“Ah, begitu ya... Senang mendengarnya.”
Tino berkata dengan wajah yang tampak tegang.
Di tangannya ada sebuah foto yang diambil di Festival Rubah yang diundang oleh Imouto Kitsune.
Tempatnya tidak diketahui. Mungkin karena kekuatan Imouto Kitsune, kami dipindahkan dalam sekejap.
Di ibu kota, saat itu masih siang, sementara di sana sudah malam.
Ratusan kedai berdiri berjejer dan lentera yang bersinar lembut. Di langit malam, ribuan kembang api meledak. Kami di sana mungkin hanya sekitar satu atau dua jam, tapi menurut Imouto Kitsune, itu adalah ruang yang sebenarnya tidak bisa dimasuki oleh manusia biasa.
Kami makan, melihat, dan bermain berbagai hal, namun satu-satunya yang bisa dibawa pulang adalah sebuah foto yang diambil oleh seorang rubah yang kami temui di jalan. Foto itu memperlihatkan Imouto Kitsune dan aku sedang duduk di bangku, menikmati bekal inari sushi.
Strange Grief suka dengan festival. Aku sudah mengunjungi banyak kota dan melihat berbagai festival, namun festival rubah ini sangatlah magis dan salah satu yang terbaik.
“Ini sangat cocok untuk mengisi waktu luang.”
“Tapi, Master... Gadis bertopeng rubah ini, itu... Aku hanya mendengar sedikit, tapi dia sepertinya sangat berbahaya, bukan?”
“Permen kapas, apel karamel, takoyaki... semuanya enak.”
“Ma-master adalah dewa, Master adalah dewa...”
Tino mulai meyakinkan dirinya sendiri. Ia mengambil foto dari tangannya dan menyorotkan cahaya padanya.
“Lain kali, aku ingin membawa Tino dan yang lainnya juga.”
“!?……… I-ya...”
Tino menjawab dengan mata kosong.
“Tenang saja, tidak perlu membuat wajah seperti itu, tidak terlalu berbahaya kok.”
Aku tersenyum keras kepala, lalu memasukkan foto itu ke dalam album.
Para Korban Setelah Itu
Hari ini pun berjalan lancar, mereka kembali dari eksplorasi Treasure Hall tanpa satu pun anggota party yang tertinggal.
Sayangnya, mereka tidak menemukan artefak kali ini, tapi sumber penghasilan seorang Treasure Hunter bukan hanya dari artefak. Informasi seperti peta bagian dalam Treasure Hall, data mengenai phantom yang menghuni tempat itu, serta bahan-bahan dari monster yang mereka buru di sepanjang jalan, termasuk tumbuhan obat langka yang hanya tumbuh di daerah kaya Mana Material, semuanya bisa dijual demi keuntungan. Bahkan jika tidak membawa pulang satu pun barang dagangan, Mana Material yang melimpah di dalam Treasure Hall tetap memperkuat kemampuan para hunter. Hari demi hari, party mereka terus melangkah menuju level yang lebih tinggi.
Setelah menyerahkan urusan administrasi pasca-penjelajahan kepada rekan-rekannya, Gilbert Bush melangkah santai menyusuri gedung Asosiasi Penjelajah. Di dekat konter, ia melihat sosok yang dikenalnya.
Seorang pria bertubuh besar. Rambut cokelat gelap dan bekas luka di atas mata kiri.
Greg Zangief, seorang hunter level 4. Sudah cukup lama mereka saling kenal, dan pengalaman melintasi garis hidup dan mati bersama dalam Sarang Serigala Putih masih terpatri jelas dalam ingatan.
Ia pernah mendengar bahwa Greg membeli sebuah golem dalam lelang sebagai pengganti Tino, yang kemudian menyeretnya ke dalam berbagai macam masalah. Namun sudah lama tidak melihatnya. Saat pergi ke kota pemandian air panas pun, Rhuda ikut, tapi Greg tidak terlihat.
Yang membuatnya terkejut, Greg mengenakan pakaian rapi yang jarang dipakai para hunter.
Di pinggangnya tergantung pedang yang dulu didapat dari Sarang Serigala Putih. Gilbert mengangkat tangan kanannya dan menyapa.
“Wah, sudah lama ya, paman!”
Greg menoleh dan menatap Gilbert.
“Hm...? Oh, Gilbert. Sedang mengurus administrasi setelah berburu ya?”
“Ya, diserahkan ke anggota lain. Tapi, paman, belakangan ini aku tidak pernah melihatmu, apa masalah waktu itu sudah selesai?”
Golem yang dibelinya atas perintah Senpen Banka kabarnya ternyata barang yang sangat berharga, hanya dikenal oleh segelintir orang.
Sejak insiden itu, Greg dibombardir oleh kontak dari berbagai organisasi, perkumpulan dagang, bahkan bangsawan. Meski katanya benda itu langsung diambil alih oleh orang-orang Senpen Banka, jadi tidak sempat dicuri, stres yang ia alami pasti luar biasa. Gilbert yang selama ini jadi petarung garis depan dan menyerahkan semua urusan administratif pada rekan-rekannya pun tak bisa membayangkan beratnya.
Namun sekarang dia, yang bahkan bisa bicara dengan ramah pada hunter lain, telah menjadi orang yang lebih dewasa—telah tumbuh.
Tinggal satu langkah lagi: mendapatkan kembali Pedang Purgatory yang ia titipkan pada Senpen Banka.
Saat Gilbert mengangguk-angguk puas dalam hati, Greg berkata dengan ekspresi sedikit canggung.
“Oh iya, aku belum bilang, ya. Aku sudah berhenti jadi hunter.”
“?? Hah? K-Kenapa...?”
Greg Zangief. Level 4. Dari pengalaman mereka di Sarang Serigala Putih, dia adalah hunter dengan kemampuan tempur dan pengambilan keputusan yang stabil. Meski hanya kelas menengah sebagai Treasure Hunter, dari segi pengalaman dan penilaian, dia lebih unggul dibanding Gilbert. Tak heran dia sudah cukup lama berkecimpung di dunia ini.
Greg menggaruk pipinya dan menjawab Gilbert yang terbelalak.
“Yah, kupikir lebih baik berhenti sebelum mengalami cedera serius. Di Sarang Serigala Putih, aku sadar kalau aku memang tidak punya bakat di bidang ini.”
“Tidak mungkin! Paman, waktu itu kita berdua berhasil mengalahkan Wolf Knight bersama, kan!”
“Dasar bodoh! Kau masih pemula waktu itu! Kalau kemampuanku tidak jauh beda denganmu, yang baru mulai jadi hunter, itu tandanya aku sudah mentok. Aku bahkan tidak merasa bisa menyusul Zetsuei sepertimu. Aku sudah bisa lihat batasku.”
Ekspresinya terlihat lega, seolah dia benar-benar puas dengan keputusannya.
Memang, walaupun Gilbert mengakui kekuatan Greg, dia tidak pernah merasa bahwa Greg adalah orang yang tak bisa disusul. Dunia hunter itu sangat berbahaya—hanya segelintir yang bisa pensiun dengan tubuh utuh. Bahkan Zetsuei dengan kemampuan tempur luar biasa belum tentu tahu apa yang akan terjadi padanya di masa depan.
Kalau dipikir-pikir, cara Greg keluar dari dunia itu bisa dibilang cukup beruntung.
Namun, bagi Gilbert yang baru memulai dan sedang semangat menaklukkan Treasure Hall, itu masih kisah yang jauh. Saat ia terdiam, Greg melanjutkan.
“…………Makanya, selanjutnya aku akan jadi pedagang yang melayani para hunter. Menyediakan peralatan yang dibutuhkan hunter, atau mencarikan hunter yang tepat untuk perusahaan atau Asosiasi—bisnis semacam itu.”
“…………Haa?”
Gilbert menatap Greg, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Dia memang tidak tahu banyak soal pedagang, tapi bukankah dunia pedagang dan hunter itu dua dunia yang sangat berbeda?
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi aku juga sudah cukup lama jadi hunter, jadi aku punya cukup banyak koneksi di kalangan hunter, dan juga simpanan uang.”
“Tapi... Paman, kau kan cuma kelas menengah. Apa bisa sukses?”
Level 3 sudah dianggap mandiri dalam dunia hunter, tapi level maksimal adalah 10. Kabarnya ada jurang besar antara level 4 dan 5, jadi level 4 masih belum bisa disebut elit.
Hunter berlevel tinggi biasanya bergaul dengan hunter selevel juga. Jadi menurut Gilbert, Greg tidak mungkin punya koneksi sehebat itu.
Lagipula, kalau dia memang punya koneksi luar biasa, tidak mungkin dia masih mentok di level 4.
Bukan bermaksud meremehkan, hanya kekhawatiran yang membuatnya melontarkan kata-kata itu. Namun Greg merespons dengan wajah serius dan bangga.
“Dasar bodoh, Gilbert! Aku ini orang yang menggantikan Senpen Banka dalam membeli golem itu, tahu!”
“P-paman, jangan bilang—”
“Aku tidak bohong! Memang begitu kenyataannya! Setelah kejadian itu, aku dapat kontak dari banyak perusahaan dan bangsawan, loh!”
Orang ini—tak diragukan lagi. Dia mencoba memulai bisnis sebagai pedagang dengan menjual prestasinya dalam memenangkan lelang golem itu.
Gilbert bukannya kesal—dia justru terkesan dengan kelicikan Greg.
Katanya dalam dunia bisnis, yang paling penting adalah kepercayaan. Hanya segelintir orang yang tahu detail sebenarnya soal lelang itu, dan memang benar Greg yang menggantikan Senpen Banka waktu itu.
Lagipula, hanya dengan fakta bahwa dia terhubung dengan salah satu hunter level 8 paling legendaris di ibukota kekaisaran, Senpen Banka—seseorang yang jarang sekali menampakkan diri—sudah cukup untuk mendapatkan perhatian baik dari banyak orang.
Bahkan Gilbert sendiri, yang berhasil melewati ‘Seribu Ujian’ di Sarang Serigala Putih, mulai dikenali oleh para hunter lain.
Setelah lama terdiam, Gilbert akhirnya berhasil berkata satu kalimat.
“…………Paman, kalau ada apa-apa, aku akan bantu. Minta saja apa pun.”
“Hei hei, kenapa mendadak serius begitu! Kalau memang mau bantu, ya cepatlah naik level, jadi orang penting, beli barang dari toko ku, atau titip jual artefak padaku! Sebelum pengaruh Senpen Banka lenyap dan aku mati kelaparan!”
Greg menepuk-nepuk punggung Gilbert sambil tertawa lepas. Ia tampak jauh lebih bersinar dibanding saat terakhir mereka berpisah.
Siapa sangka semuanya akan jadi seperti ini──
Sekarang, yang bisa Gilbert lakukan hanyalah sebisa mungkin memakai jasa toko Greg.
Mungkin harus bicara pada sang pemimpin? Saat ia memikirkan itu, tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari belakangnya.
“Haah!? Senpen Banka, kau bilang!? Barusan kau menyebut Senpen Banka, ya!?”
Suara yang dipenuhi tekanan itu membuat alis Greg berkedut.
Mendengar suara yang familiar, Gilbert menoleh ke belakang.
“Wah, bukankah itu paman Arnold?”
Hunter level 7 yang baru-baru ini memasuki Zebrudia dan kini tengah meroket dengan sukses besar dalam menaklukkan Treasure Hall—Arnold Hail, Gourai Hasen.
Di dekatnya berdiri seluruh anggota party yang ia pimpin, Falling Mist.
Karena latar belakang mereka sebagai mantan bangsawan luar, mereka kini menjadi salah satu party yang paling menarik perhatian di ibu kota kekaisaran. Eigh Lalia, tangan kanan Arnold sekaligus wakil pemimpin party, menyapa Gilbert dengan ramah.
“Yo, Gilbert, sudah lama ya. Perburuannya lancar?”
“…Lumayan. Kalau kalian?”
“Ah, kami sedang bersiap untuk menantang Treasure Hall level 7. Sungguh, Arnold-san itu tak pernah tahu caranya berhenti.”
Tak sedikit orang yang tahu bahwa Gourai Hasen pernah terlibat masalah dengan Strange Grief di sebuah bar, tetapi hampir tak ada yang tahu tentang insiden setelahnya di kota pemandian air panas—Suls.
Sejak mereka bubar di Suls, Gilbert tak pernah lagi terlibat dengan mereka, tapi tampaknya mereka semua baik-baik saja.
Arnold bergumam pelan, urat di dahinya tampak menonjol.
“Senpen Banka... Senpen Banka... Sial, pria itu menganggapku ini apa, sebenarnya!?”
“Arnold-san, Senpen Banka itu pernah mengajakmu menerima permintaan jadi pengawal Kaisar, kan? Ya, meskipun tentu saja kau menolaknya. Dan akhirnya, lihat saja hasilnya.”
“Ahh. Itu yang katanya diserang pembunuh dalam perjalanan ke pertemuan, lalu kapal terbangnya jatuh, ya...”
Itu kabar besar, bahkan sampai terdengar oleh Gilbert yang biasanya kurang peka terhadap gosip.
Tubuhnya merinding tanpa sadar.
Orang itu... bahkan saat kami tak terlibat dengannya, dia tetap saja menyebarkan ‘Seribu Ujian’ ke segala penjuru.
Pantas saja ditakuti semua orang.
Lalu, Greg mendekat dan menyapa Arnold yang masih bergumam sendiri dengan wajah memerah.
“Arnold, Gourai Hasen. Jadi kau adalah orang yang terkenal itu—aku sudah dengar banyak soalmu.”
“Hmph... Siapa kau?”
“Ah, aku Greg, seorang pedagang. Dulu aku adalah seorang hunter, tapi setelah terlibat dengan Senpen Banka... ya, aku akhirnya berhenti dari dunia hunter.”
“Apa... katamu!?”
Gilbert memilih kata-kata dengan hati-hati saat memperkenalkan Greg, namun Arnold menatapnya tajam dengan ekspresi menyeramkan.
Meski begitu, sepertinya dia tidak sedang marah, melainkan memang begitulah wajah bawaannya.
Tampaknya kejadian di kota pemandian air panas itu benar-benar jadi trauma tersendiri baginya.
Kalau saja Gilbert waktu itu sedikit lebih sadar terhadap keadaan sekitar, mungkin ia juga akan trauma. Pemandangan pertempuran antara bandit dan Underman terlalu absurd untuk dicerna oleh dirinya saat itu.
…Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini kadang terlihat para Underman bekerja dalam proyek jalan atau konstruksi di ibu kota. Sebenarnya itu semua bagaimana ceritanya?
Greg, yang tampaknya sangat bersemangat sebagai pedagang, langsung mulai menawarkan barang dagangannya.
“Apa pun yang kau butuhkan, aku bisa sediakan. Alat, senjata, bahkan informasi—walau begini aku ini dulu adalah seorang hunter yang cukup lama aktif di ibu kota, dan juga orang yang pernah mewakili lelang milik Senpen Banka.”
Dia benar-benar berniat hidup dari bisnis ini. Salut juga.
“Hmph... ‘apa pun bisa disediakan’, ya. Anggap saja ini karena takdir. Eigh, belilah perlengkapan untuk perburuan berikut dari orang ini.”
“Baik. Lagi pula, kami juga masih dalam tahap memilih mitra dagang utama.”
Karena sifat Arnold yang—suka atau tidak—memperhatikan orang lain, mata Greg tampak berbinar.
Seorang hunter level 7 pasti hanya menggunakan barang-barang mahal.
Kalau dia bisa menjalin hubungan baik di sini, hidupnya akan aman untuk sementara waktu.
“Ehhe... meskipun aku bilang apa saja, informasi tentang Senpen Banka itu, tetap saja sulit didapat...”
Greg tampak sedikit malu, dan Arnold mendengus sebal.
“…Kalau sampai kau bilang bisa mengumpulkan semuanya, malah aku tak akan percaya.”
“Tepat seperti yang kau katakan.”
Tampaknya hubungan ini akan berjalan lancar.
Gilbert dan Arnold memutuskan untuk terus mendaki puncak sebagai hunter lewat ‘Seribu Ujian’ dari Senpen Banka, sementara Greg memilih jalan lain. Semua orang memang punya hidupnya masing-masing.
Saat suasana menjadi sedikit sentimentil—tak biasa bagi mereka—tiba-tiba terdengar suara keras dari dekat.
“Senpen Banka, kau bilang!?”
Arnold dan Greg sama-sama menoleh. Yang berdiri di sana adalah sekelompok orang berpakaian lengkap dengan perlengkapan kesatria resmi.
Di barisan terdepan, berdiri seorang pria besar berambut pirang kusam.
Jubah mewah yang dikenakan di atas baju zirahnya dihiasi lambang keluarga bangsawan—jelas ia berasal dari kalangan atas.
Jika dibandingkan dengan bayangan umum masyarakat tentang seorang kesatria, auranya memang sedikit terlalu menekan, tapi justru itulah bukti bahwa ia bukan sekadar ornamen.
Wajah yang belum pernah dilihat. Bahkan Gilbert, dengan statusnya, tak mungkin bisa bertemu langsung dengannya.
Dari warna zirah para kesatria di belakangnya, bisa diduga bahwa mereka dari Pengawal Khusus—Ksatria Divisi Nol.
Kesatria besar itu melangkah mendekat tanpa ragu, lalu menatap Arnold.
“Kalian... teman dari orang itu?”
Eigh langsung menyela.
“Tidak, kami bukan temannya. Tapi... baju zirahmu sangat mengesankan. Siapa Anda, kalau boleh tahu?”
“…Begitu ya. Maaf… semenjak terlibat dengan pria itu, aku jadi mudah tersulut.”
Senpen Banka… berapa banyak sumber masalah yang sudah dia tabur, sebenarnya?
Pria di depan mereka ini… jelas bukan orang sembarangan. Di Zebrudia, di mana kadang para kesatria harus turun tangan menghentikan keributan antar hunter, orang-orang lemah tak akan bertahan di dalam pasukan.
Aura Mana Material yang terasa darinya bahkan bisa menyaingi para hunter.
Saat itu, Chloe datang dengan langkah cepat.
“Lord Franz, maaf membuat Anda menunggu. Silakan lewat sini.”
“Hmm. Benar-benar... ibu kota akhir-akhir ini terlalu kacau. Semua karena pria itu! …Maaf, sudah mengganggu waktumu.”
Kesatria bernama Lord Franz itu berbalik dengan wibawa besar.
Arnold, Eigh, dan Greg semua terdiam terpaku menatap punggungnya.
“Lord Franz... kepala keluarga Ergmann, ya.”
“Jadi meskipun pria itu menjadi pengawal Kaisar, tetap saja dia membuat banyak musuh di kalangan bangsawan…”
Bahkan Arnold tampaknya tak menyangka. Ekspresinya tampak kaku.
Lalu terdengar suara wanita yang tenang.
“Lho? Ada apa ini? Kalian semua berkumpul lengkap...”
Yang berbicara adalah alkemis dari Strange Grief, Sitri Smart.
Dengan jubah hijau tua dan botol-botol ramuan tergantung di sabuk, dia menatap mereka dengan mata membulat dan tangan menutup mulut.
Di belakangnya berdiri beberapa Underman berbadan besar yang familiar.
“!?”
“Apa... a-a-a-apa-apaan kalian ini—“
Arnold menatap Sitri dan para Underman itu bergantian, seolah sedang melihat musuh bebuyutan. Mengingat sejarah mereka, wajar kalau dia reaktif seperti itu. Malah aneh kalau Sitri bisa menyapa dengan santai seperti itu.
Dan, justru giliran mereka yang ingin bertanya: ada apa sebenarnya?
Para hunter lain yang kebetulan berada di Asosiasi Penjelajah mulai memperhatikan mereka dari kejauhan, karena Sitri membawa makhluk-makhluk yang jelas non-manusia.
Menyadari tatapan Gilbert, Sitri menjelaskan dengan santai.
“Ah, aku membentuk perusahaan konstruksi karena ingin memanfaatkan tenaga para Underman. Kukira orang-orang akan takut kalau tiba-tiba aku membawa mereka dalam jumlah banyak... oh iya, mereka juga yang sedang memperbaiki istana yang setengah hancur gara-gara Shin’en Kametsu.”
“Ryuuuuuuuuuuu!!”
Salah satu Underman mengeluarkan raungan berat. Ekspresi Greg membeku.
Perempuan ini... tak kalah gila dengan Senpen Banka.
Melihat kekacauan seperti itu lalu malah terpikir bisnis… mungkin malah lebih parah dari Zetsuei?
Saat semua orang membeku di tempat, Deep Black—julukan Sitri—menarik napas panjang.
“Jangan-jangan, kalian sedang membuat ‘Komunitas Korban’ atau semacamnya? Kalau iya, saran dariku: lebih baik jangan, itu hanya membuang-buang waktu saja.”
Laporan Investigasi Rahasia Ksatria Divisi Nol: Mengenai Pergerakan Senpen Banka
Kekaisaran Zebrudia, Ksatria Divisi Nol. Ini adalah pengawal pribadi langsung di bawah kaisar, pemegang kekuasaan tertinggi Kekaisaran Zebrudia. Mereka bertugas sebagai mata dan telinga sang kaisar dalam mengumpulkan informasi, dan di saat yang lain menjadi tangan dan kaki untuk menyingkirkan bencana. Mereka adalah elit di antara para elit. Kewenangan yang diberikan kepada mereka jauh lebih besar dibandingkan pasukan ksatria lainnya; mereka memiliki hak untuk memberi perintah kepada berbagai lembaga dalam negeri dan bahkan mengambil alih komando pasukan ksatria lain dalam keadaan darurat.
Di ruang rapat khusus yang dibangun dalam istana kekaisaran Zebrudia untuk Ksatria Divisi Nol, Komandan Ksatria Divisi Nol, Franz Ergmann, sedang memeriksa laporan yang baru saja diterimanya.
Laporan itu berisi hasil penyelidikan terhadap seorang hunter tertentu yang dikumpulkan melalui badan intelijen.
Hunter level 8, Senpen Banka, Krai Andrey. Seorang pria tak tertahankan yang selalu muncul tanpa rasa gentar di tengah insiden-insiden besar, bersikap santai seolah mengejek Franz—dan pada akhirnya Kekaisaran itu sendiri. Namun, dia juga adalah penyelamat yang menggagalkan percobaan pembunuhan terhadap sang kaisar.
Untungnya, telah dipastikan bahwa Senpen Banka tidak memiliki niat memberontak terhadap Kekaisaran. Namun, karena ada kemungkinan mereka akan meminta kerja sama darinya di masa depan, tentu saja mereka tidak bisa tidak menyelidikinya.
Laporan dimulai dengan informasi dasar mengenai Senpen Banka. Setelah membacanya sepintas, Franz tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan alisnya.
“Hmm… pencapaian yang konyol.”
Kekaisaran Zebrudia sangat memprioritaskan hunter-hunter yang andal. Dengan level 8 saja, seseorang sudah dapat menikmati berbagai layanan di Kekaisaran. Namun, jika dilihat dari usianya, pencapaian Krai sudah terlalu luar biasa.
Ia adalah pemimpin dari party yang ditakuti semua orang, Strange Grief, dan juga Master Klan dari Klan muda yang kini hampir semua orang tahu, First Step. Dalam beberapa tahun sejak dibentuk, Klan itu telah menjelajahi hampir seluruh Treasure Hall tingkat tinggi di sekitar Zebrudia dan menumpas berbagai kelompok bandit yang bahkan pasukan ksatria pun kesulitan menanganinya. Franz telah mendengar kabar tentang pencapaian tersebut sebelumnya, namun saat diselidiki secara menyeluruh seperti ini, baru tampak bahwa desas-desus itu justru terlalu meremehkan kenyataan.
Dalam laporan itu tercatat berbagai prestasi Senpen Banka yang bahkan Franz belum pernah dengar.
“Pria itu… mengatur ini dan itu di belakang layar, lalu membungkam semua pihak... Sial, aku sama sekali tak paham apa yang ada di pikirannya!”
Jika ia hanya menutup-nutupi skandal di dalam Klan atau partynya, itu masih bisa dimengerti. Namun, menurut penyelidikan intelijen, pria itu bahkan membungkam informasi tentang hal-hal yang tak perlu disembunyikan—seperti penyelesaian misi yang sulit, penumpasan monster jahat yang menimbulkan kerusakan besar, atau bahkan sekadar membantu orang lain. Tentu saja, mungkin ada alasannya. Tapi jika melihat daftar pencapaian yang dikumpulkan seperti ini, tindakannya terlihat terlalu tidak konsisten dan tidak masuk akal, seperti ulah seseorang yang hanya ingin bersenang-senang. Dari tulisan dalam laporan itu saja terasa betapa bingungnya pihak intelijen.
Yang lebih aneh lagi, meskipun ia tampak berusaha menghentikan penyebaran informasi, cara yang digunakan terlalu ceroboh. Banyak insiden yang dibungkamnya, tapi selain dari “permintaan bungkam”, dia tidak mengambil tindakan lain. Seharusnya, jika seorang hunter level 8 benar-benar ingin mengubur informasi itu sepenuhnya, tidak mungkin laporan ini bisa dibuat dengan begitu mudah.
“…Ini tidak baik. Kalau aku terus memikirkannya, itu hanya akan membuat kepalaku sakit. Dan itu pasti yang dia inginkan.”
Memikirkan lebih dalam hanya akan memperparah sakit kepala. Toh, ini Krai Andrey. Tidak akan mengherankan jika tujuannya menyembunyikan informasi dengan cara setengah-setengah itu semata-mata hanya untuk membuat Franz kebingungan. Tapi bukan itu yang menjadi fokus utama laporan kali ini.
Franz berdeham kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke laporan tentang pergerakan terakhir Krai.
Dan apa yang ia lihat begitu konyol hingga membuat Franz tak bisa menahan suara terkejut.
“…Pria itu… apa dia sedang tidak punya kerjaan?”
Seperti yang diharapkan dari badan intelijen terbaik milik Kekaisaran Zebrudia, laporan itu mencatat gerakan Senpen Banka dengan detail sampai ke satuan menit. Dari saat ia bangun pagi hingga tidur malam, dicatat di mana dan apa yang dilakukannya, dengan sangat rinci. Tampaknya badan intelijen benar-benar mengerahkan segalanya untuk penyelidikan ini. Namun, tidak ada satu pun informasi seperti yang diharapkan Franz.
Franz mengharapkan rahasia dari seorang ahli strategi ulung. Tapi hasilnya adalah—tidak ada aktivitas mencurigakan. Tidak ada tanda-tanda pengumpulan informasi. Bahkan, waktu yang ia habiskan di luar Clan House sangatlah sedikit, hampir tidak ada interaksi dengan pihak luar, dan sebagian besar waktunya dihabiskan menggosok-gosok artefak di kamarnya. Ditambah lagi, semua permintaan pekerjaan dari luar ia tolak dengan alasan sedang sibuk. Melihat semua itu, Franz hanya bisa mencengkeram rambutnya dengan frustasi.
Ini sudah keterlaluan untuk ukuran manusia. Jangan-jangan ada kesalahan… misalnya, mungkin Krai menyadari sedang dibuntuti… Tapi, tunggu sebentar.
“Katanya penyelidikan dilakukan selama seminggu—kenapa hanya ada laporan lima hari? Dua hari sisanya ke mana? Hah? Kalian benar-benar sudah menyelidiki dengan baik, kan?”
Franz mengangkat wajahnya, berharap setidaknya ada satu informasi yang bisa diselamatkan. Namun, agen intelijen hanya memberikan ekspresi malu dan menjawab,
“Sepertinya selama dua hari itu, dia tidak keluar dari tempat tidur. Masih perlu saya laporkan, Tuan?”
Rencana Penaklukan Ibu Kota Kekaisaran
Saat pertama kali dibawa ke sini, aku terkesima oleh perbedaan peradaban.
Manusia yang melimpah ruah, serta deretan bangunan dengan variasi yang mencolok. Baik dari segi struktur maupun kekuatannya, semua itu tidak cocok bagi Ryuulan dan bangsanya, Underman—kaum penghuni bawah tanah. Namun, kota yang terbentang di bawah cahaya dan udara segar itu terlihat bagaikan sesuatu yang benar-benar bersinar.
Penduduk permukaan tidak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Ryuulan yang datang dengan kereta kuda, hanya menatap dengan rasa ingin tahu. Semua ini berkat arahan dari pengikut Raja.
Dan jika tidak diserang, Ryuulan pun tak akan menyerang sembarangan.
Sejak awal, manusia bukanlah musuh bagi kaum Ryuulan. Bahkan, manusia tidak layak disebut musuh. Kemampuan yang diasah di bawah tanah yang gelap dan keras jauh melampaui manusia permukaan. Jumlah lengan saja sudah berbeda.
Namun, kota itu terlalu besar. Memang, negeri bawah tanah tempat tinggal Ryuulan juga luas, tapi jika berbicara soal luas permukaan, kota ini lebih unggul. Dalam hal kekuatan militer pun, ada beberapa manusia yang memancarkan aura yang bahkan melampaui para prajurit Underman. Jika harus bertempur, maka satu-satunya peluang menang hanyalah dengan mengerahkan seluruh pasukan Underman di bawah komando Raja.
Namun, jika serangan frontal tidak memungkinkan, maka cukup gunakan metode lain.
Beberapa bulan lalu, satu-satunya impian adalah mencapai permukaan. Kini, impian itu seolah sudah menjadi kenangan jauh di masa lalu. Setelah menginjakkan kaki di permukaan dan mengenal dunia, tujuan baru Ryuulan hanya satu:
──Menguasai kota ini.
Kota raksasa ini lebih cocok bagi Raja yang baru──yakni Ryuulan dan suami tercintanya.
Memang, Ryuulan dan bangsanya masih belum memahami budaya di sini, bahkan belum bisa memahami bahasa penduduk permukaan. Butuh waktu agar komunikasi bisa berlangsung lancar.
Namun, Ryuulan punya sekutu kuat yang sangat memahami budaya manusia.
Orang yang membawa mereka naik kereta kuda ke kota ini, yang juga akrab dengan Raja. Seorang manusia dengan rambut pirang-merah muda dan aroma feromon waspada yang selalu menyebar dari tubuhnya.
Sebagai putri dari bangsa Underman, Ryuulan tidak terlalu menyukai tipe seperti itu. Tapi, jika tujuannya sejalan, maka itu hal yang berbeda. Untuk mencapai tujuan, semua yang bisa dimanfaatkan akan dimanfaatkan. Itulah cara hidup Underman.
Langkah pertama adalah menunjukkan bahwa kaum Ryuulan berguna bagi kelompok yang tinggal di kota ini. Saat ini, mereka masih menarik perhatian saat berjalan di luar, tapi dengan berjalannya waktu, itu akan menghilang.
Kaum Ryuulan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki manusia permukaan. Lengan yang tumbuh dari kepala bisa digunakan untuk pekerjaan presisi, menjadi kaki di medan yang sulit, dan kekuatannya jauh melebihi manusia biasa. Mereka bisa bergerak di medan yang paling berat sekalipun, punya kemampuan tempur tinggi, dan tidak mengenal rasa takut akan kematian.
Meski tidak bisa berbicara dalam bahasa Ryuulan, pengikut Raja memahami maksud mereka dengan baik. Dalam membangun kehidupan di kota ini dan membiasakan diri dengan budaya manusia, adaptasi mereka pun berjalan cepat.
Kota di permukaan sangat menyenangkan. Yang paling penting, mereka bisa menikmati cahaya matahari sepuasnya.
Di depan sebuah gedung bobrok yang menjulang di sudut kota, seorang manusia berbicara kepada para Ryuulan yang telah berkumpul.
“Kalau begitu, aku serahkan padamu hari ini juga.”
“Ryu—!” (Baiklah!)
Atas instruksi Ryuulan, para Underman menyerbu bangunan tersebut. Dengan kekuatan lengan mereka yang kokoh, mereka meruntuhkan gedung dan mengubahnya menjadi puing-puing.
Bangunan di permukaan memang memiliki gaya berbeda dari yang ada di bawah tanah, namun dalam hal membongkar sesuatu tanpa menghancurkannya, tak ada yang bisa mengalahkan Underman.
Bangunan tua itu pun runtuh dalam sekejap. Tidak butuh waktu lama hingga lahan itu menjadi tanah kosong.
Kerapihan kerja mereka membuat para manusia di sekitarnya berbisik kagum. Padahal membangunnya jauh lebih sulit, tapi manusia permukaan sungguh makhluk yang aneh.
Setelah memeriksa hasilnya, manusia yang berinteraksi dengan Ryuulan berkata dengan penuh semangat:
“Hebat sekali. Murah dan cepat──jadi ini yang disebut Ryuulan Construction ya... Wujud mereka memang aneh, tapi kerjanya sungguh serius. Aku akan mengandalkan kalian lagi.”
Mereka memang tak sepenuhnya paham apa yang diucapkan manusia itu, tapi nuansanya bisa ditangkap.
“Ryuryuu!” (Serahkan saja padaku!)
Saat ini, tugas Ryuulan dan pasukannya hampir semuanya adalah kerja fisik. Sekitar 30% konstruksi, 30% pembongkaran, 30% pertarungan, dan sisanya 1%. Tapi, permintaan pekerjaan semakin hari semakin meningkat. Saat ini, jumlah Underman di permukaan masih sangat sedikit, tapi tidak lama lagi mereka harus mendatangkan lebih banyak. Dan jika mereka sudah bisa berkomunikasi, jenis pekerjaan yang bisa mereka ambil akan jauh lebih beragam.
Kaum Ryuulan jauh lebih unggul daripada manusia permukaan.
Setelah menyelesaikan lima pekerjaan yang telah dijadwalkan, mereka kembali ke markas bersama para prajurit. Mereka berhati-hati agar tidak membuat orang sekitar merasa terintimidasi, dan tak lupa membalas lambaian tangan dari anak-anak.
Suami Ryuulan adalah manusia permukaan. Ia mungkin tidak menyukai tindakan kasar terhadap sesama. Ryuulan pun tidak ingin menentang kehendak Raja terlalu banyak.
Di markas, pengikut Raja yang membawa mereka ke kota ini sedang menunggu. Di sampingnya berdiri sesosok makhluk humanoid mengerikan yang mengenakan kantung di kepala. Begitu melihat Ryuulan, ia langsung tersenyum lebar.
Markas Ryuulan terletak di sebuah gedung besar yang terkenal akan kekuatannya. Tak ada perabot selain meja, bahkan tempat tidur pun seadanya, namun ruang kosong yang tersedia memungkinkan untuk menampung banyak prajurit.
“Selamat datang kembali. Bagaimana kehidupan di ibu kota kekaisaran?”
Ucap pengikut Raja dengan senyum cerah.
Ryuulan masih belum benar-benar memahami apa yang dikatakan, namun ia pun membalas dengan senyum serupa.
“Ryuryuu-ryuryuuryu!”
(Semua berjalan lancar. Rencana berjalan dengan baik. Katakan pada suamiku bahwa kota ini akan segera menjadi miliknya.)
◇◇◇
“Dengan senang hati! Mereka bisa bekerja tanpa tidur selama 24 jam! Para Underman yang aku bawa ini benar-benar sempurna sebagai tenaga kerja. Jumlahnya bisa disesuaikan, mereka punya stamina dan kekuatan fisik yang luar biasa. Mereka rajin, setia pada sang putri, dan bahkan kalau mati pun tidak akan mengeluh.”
Mendengar pernyataan Sitri yang diucapkan dengan senyum lebar, sang pedagang yang meminta pengiriman tenaga kerja pun membalas dengan senyum kaku.
“Itu memang luar biasa... tapi tempatmu benar-benar black company, ya.”
TL/N: Black company = istilah untuk perusahaan yang mengeksploitasi tenaga kerja secara ekstrem.
Catatan Pengadilan Senpen Banka
“──Terdakwa, maju ke depan.”
Bersamaan dengan suara khidmat adik perempuanku yang sangat kukenal, sekeliling dipenuhi oleh cahaya.
Di ruang sidang yang strukturnya menyerupai sebuah aula besar, tampak wajah-wajah yang cukup familiar.
Di podium depan, duduk di kursi hakim dengan ekspresi dingin adalah Lucia, mengenakan seragam sekolah seperti biasa.
Bangku-bangku penonton di sekelilingnya dipenuhi oleh para hunter dan staf dari Asosiasi Penjelajah yang kukenal, juga para pegawai dari toko-toko langgananku—semuanya menatap ke arahku yang berdiri di depan Lucia.
Aku mengedip bingung, tak mengerti situasinya, lalu Lucia mulai mengetuk palu kecilnya di atas meja dengan bunyi tok tok, dan berkata:
“Dengan ini, pengadilan hunter terhadap terdakwa Krai Andrey dimulai. Terdakwa Krai Andrey, dalam waktu lebih dari lima tahun sejak mengunjungi ibu kota kekaisaran Zebrudia, telah mempermainkan berbagai pihak dan memperlakukan hukum kekaisaran seperti tisu basah—mudah robek dan tak berarti. Para korban, silakan maju ke depan—“
...Hakim, itu tidak adil, kan?
Maksudku, siapa yang bilang ‘seperti tisu basah’?
Begitu Lucia berbicara, para penonton mulai berdiri satu per satu dan mengelilingiku.
Orang pertama yang maju adalah Franz-san, salah satu tokoh penting kekaisaran yang akhir-akhir ini sering berurusan denganku.
Wajahnya tetap saja sangar seperti biasa. Dengan suara lantang, ia mulai menuntutku:
“Terdakwa menyalahgunakan kecerdasannya yang luar biasa untuk menyesatkan para petinggi kekaisaran. Bahkan mempercayakan Yang Mulia Putri Murina kepada rekan-rekannya, lalu memberikan pendidikan yang sama sekali tidak pantas untuk seorang putri dari negara besar. Sebagai hunter level 8 yang seharusnya menjadi panutan, tindakan tersebut sangat tidak pantas. Terlebih lagi, ia mencoba menyelesaikan semua ini hanya dengan bersujud, dan terus-menerus mempermainkanku secara pribadi. Oleh karena itu, kami dari pihak Zebrudia menganggap bahwa tindakan terdakwa setara dengan pengkhianatan terhadap negara, dan hukuman mati adalah keputusan yang pantas.”
Itu keterlaluan...
Hanya karena sedikit bercanda masa langsung dihukum mati!?
Lagipula aku bahkan tidak bercanda kok!
Saat aku terdiam karena terkejut, Lucia mengangguk dengan serius dan berbicara dengan suara tenang:
“Pembela, silakan ajukan pembelaan.”
“Ya. Saya pembela, Sitri.”
Dari bangku di ujung, berdirilah Sitri yang mengenakan jas dan berkacamata.
Di belakangnya berdiri Kilikil-kun, juga memakai jas. Bukankah itu sudah termasuk penghinaan terhadap pengadilan?
Sitri menatapku sambil tersenyum manis, lalu menyatakan dengan tegas:
“Dalam kasus ini, terdakwa tidak bersalah. Negara yang bisa terjungkal hanya karena tingkah main-main terdakwa adalah negara yang bermasalah. Sekian.”
“Apa... katamu!?”
Hei... itu sama sekali bukan bantahan yang masuk akal!
Namun, Lucia mengangguk besar, lalu dengan gerakan dramatis mengetukkan palunya ke meja.
“Dengan ini, saya nyatakan: terdakwa tidak bersalah. Alasannya karena... dia tidak bersalah. Pengadilan tidak punya waktu untuk menangani perkara konyol seperti ini. Jumlah korban sudah menumpuk.”
Kenapa ini terdengar sangat bodoh...?
Dan kalau dipikir-pikir secara logis, bukankah aneh kalau para korban sendiri yang menuntut langsung!?
“Korban berikutnya, silakan.”
Franz-san langsung terjatuh lemas.
Mengabaikan itu, Sitri—yang baru saja menjadi pembela tadi—menyingkirkan Franz yang ambruk, menatapku dengan mata berkaca-kaca sambil berteriak:
“Saya, Sitri Smart, adalah korban!
Terdakwa, meski telah memiliki pasangan sepertiku, malah menggoda banyak perempuan—murid lah, hunter lah, dan entah siapa lagi—dan tidak pernah pulang ke rumah! Akhir-akhir ini pun kami bahkan tidak bisa tidur bersama lagi! Tolong... tolong hukum dia!”
Ini benar-benar sudah kelewat batas... Alurnya kacau, tuntutannya ngawur, dan aku sama sekali tidak merasa melakukan semua itu.
Bahkan Lucia pun sampai mengernyitkan dahi mendengar ini.
“...Pembela, silakan beri pembelaan.”
“Hah!? Siapa yang pasangan, hah!? Krai-chan itu milik Liz-chan, jelas-jelas bukan milikmu!”
Liz yang juga memakai jas berdiri dari bangku pembela dan berteriak tajam dengan suara tinggi, alisnya berkerut.
Di sampingnya, Tino hanya bisa gemetaran. Ini semua jelas bukan bentuk pembelaan—apa sebenarnya ini!?
Tiba-tiba Kilikil-kun entah dari mana mengeluarkan simbal dan mulai membunyikannya shaan-shaan, sementara Sitri berteriak:
“Lihat sendiri, Hakim Lucia! Pembela malah mengancam saya! Dia maling perempuan!!”
“Diam! Baik pembela maupun korban, harap diam!!”
Lucia membanting palu dengan sekuat tenaga.
Dengan mata sejernih kristal, ia menyapu pandangan ke seluruh ruang sidang, lalu mengumumkan:
“Pengadilan sudah mempertimbangkan semua pendapat. Putusan: pembela dan korban—dihukum mati.”
Ini... ini benar-benar pengadilan yang kacau balau...
Ansem dan Luke muncul atas perintah Lucia, lalu menyeret keluar Sitri dan Liz yang sedang meronta-ronta.
Lucia, yang tadi duduk di kursi hakim, kini berjalan ke arahku, menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara:
“Aku, Lucia Rogier, adalah korban. Terdakwa terlalu malas dan telah menyusahkan aku sebagai adik tirinya dan juga semua orang di sekitarnya—“
Hukum telah mati.
◇◇◇
Aku terbangun karena suara eranganku sendiri. Sepertinya aku tertidur sambil menelungkup di meja kerja.
“Rasanya aku baru saja mimpi yang sangat gawat…”
Saat aku menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata begitu, Lucia yang duduk di sofa menatapku dengan wajah cemberut dan berkata:
“Itu karena kau tidur dengan posisi aneh.”
Entah kenapa, tampak muram ya, Krai-kun.
“Selamat pagi. …………Huh? Ada apa? Wajahmu tampak muram.”
“Ah… Aku baru saja menerima kabar buruk.”
Menanggapi pertanyaan Eva, Krai Andrey—Master Klan dari First Step, seorang hunter level 8 dengan julukan Senpen Banka dan dikenal karena strategi jeniusnya yang nyaris seperti peramal masa depan—menghela napas lesu.
Eva, sebagai Wakil Master Klan First Step, memiliki tugas untuk menjadi tangan kanan Krai yang selalu sibuk, membantu dalam pengelolaan Klan. Namun, terkadang bantuan tersebut sedikit menyimpang dari pengelolaan Klan itu sendiri.
Sudah beberapa tahun mereka saling mengenal, dan Eva tahu bahwa strategi Krai yang jenius menjangkau ke berbagai bidang.
Melihat ekspresi murung itu, Eva tanpa sadar mengernyit. Krai yang terkenal dengan kepiawaiannya membaca situasi, justru jarang membicarakan isinya kepada orang lain. Eva pun secara alami belajar membaca makna tersembunyi di balik ekspresi itu.
“Kabar buruk…? Apa itu?”
“……Bukan apa-apa. Bukan hal yang perlu kau khawatirkan, Eva. Hanya urusan pribadi saja… Tadi malam aku teringat sesuatu—tapi sudah terlambat. Sayang sekali.”
Dengan kata-kata seperti itu, mana mungkin Eva tidak merasa penasaran?
Kabar buruk.
Krai yang ia kenal, Senpen Banka, kalaupun dibilang buruk, adalah orang yang bertindak semaunya; kalau dibilang baik, dia adalah pribadi yang tenang dan tak tergoyahkan.
Bahkan ketika diundang ke White Sword Gathering, atau saat berhadapan dengan kelompok bandit internasional yang menjadi buronan saat liburan, atau ketika menjadi pengawal kaisar sambil membawa dua pengkhianat sekaligus, tak sekalipun ia menggunakan istilah “kabar buruk.”
Lagipula, sebagai seorang hunter level 8 termuda di ibu kota kekaisaran dan pemimpin Strange Grief yang membuat anak kecil pun terdiam ketakutan, sangat jarang ada hal yang tidak bisa ditangani oleh Krai.
Namun kini, Krai Andrey justru mengatakan… kabar buruk?
“…………Apakah itu terkait pembelian? Atau… penjualan?”
Eva Renfied adalah seorang pedagang. Ia memiliki investasi di berbagai tempat.
Krai memang tidak terlalu bisa dipercaya sebagai peramal karena selalu tahu kejadian besar tanpa informasi apa pun sebelumnya, tetapi ia tetap merupakan sumber informasi yang sangat berharga.
Eva bertanya dengan hati-hati, agak ragu-ragu. Krai berkedip lalu menjawab dengan santai.
“Eh…? Kalau dibandingkan, mungkin ini lebih ke penjualan daripada pembelian.”
“Eh??? Eh???”
“Dan… Eva itu memang lucu. Yah, bisa dibilang… penjualan, sih.”
“Penjualan…! Menjual, ya! Baiklah, aku mengerti.”
Memang pantas disebut kabar buruk jika itu datang dari Krai. Tidak diragukan lagi bahwa guncangan besar akan melanda ibu kota, bahkan bisa jadi lebih besar daripada percobaan pembunuhan terhadap kaisar.
Menahan saham dalam situasi seperti ini terlalu berbahaya. Walaupun Krai tidak akan memberitahu secara spesifik apa yang akan terjadi, ia tetap harus memperingatkan kenalannya.
Saat Eva hendak keluar dengan langkah cepat, terdengar suara disertai helaan napas dari belakang.
“Yah, ini tentang pai edisi terbatas, jadi kurasa sudah terlambat…”
“K-kita tidak akan tahu sebelum mencobanya!”
Perebutan pai yang hanya tersedia dalam waktu terbatas… Dengan kata lain, jual cepat.
◇◇◇
“Pimpinan cabang, kami mendapat kabar dari Eva. Katanya, Senpen Banka, ada kabar buruk. Tampaknya… ini tentang penjualan.”
“…………Apa?”
Mendengar laporan bawahannya, kepala cabang yang bertanggung jawab atas seluruh urusan dagang Serikat Wells di ibu kota Kekaisaran Zebrudia, refleks mengusap janggutnya yang lebat.
Serikat dagang Wells adalah salah satu perusahaan dagang terbesar yang memiliki jaringan di berbagai negara. Di antara banyak cabangnya, cabang yang berada di ibu kota Kekaisaran Zebrudia ini merupakan salah satu yang meraih keuntungan tertinggi.
Dan yang selama ini mendukung kesuksesan tersebut secara diam-diam adalah informasi tak tetap yang dikirimkan oleh mantan anggota Serikat Wells yang kini telah keluar—seorang pedagang bernama Eva Renfied.
Kekaisaran Zebrudia saat ini tengah berada di puncak kejayaannya. Namun, seiring dengan kejadian penyerangan dalam White Sword Gathering, akhir-akhir ini serangkaian insiden mencurigakan dan berbahaya mulai bermunculan. Situasi itu cukup mengkhawatirkan, hingga tak bisa diabaikan oleh para pelaku usaha. Faktanya, ada beberapa perusahaan kecil yang sudah muak dengan situasi tersebut dan memilih untuk meninggalkan ibu kota.
Bahkan Serikat Wells pun pernah dibuat waspada ketika desas-desus tentang keterlibatan ‘Rubah’ mulai terdengar.
Namun, Kekaisaran Zebrudia bukanlah negara kecil yang bisa begitu saja ditinggalkan. Sebagai pemasok utama artefak dan peralatan sihir, negara ini memiliki peran penting yang tidak dapat digantikan.
Sebagai imbal balik dari penjualan barang dagangan kepada Klan dengan harga sangat murah, mereka mendapatkan informasi yang mampu membuat keputusan bisnis menjadi sedikit lebih akurat.
Memang, informasi dari Eva sering kali tidak jelas, seperti ramalan dari Institut Astrologia. Namun tetap saja, informasi tersebut sangat berharga. Jika tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, setidaknya mereka bisa bersiap. Bisa menentukan langkah. Bisa menetapkan sikap.
Waktu lelang dulu, mereka tidak mendapat informasi apa pun, tapi sekarang Eva Renfied sudah berada di pihak Senpen Banka. Tak adil untuk menyalahkannya. Lagipula, pihak Serikat Wells sendiri tidak ingin menjadi musuh seorang hunter level 8.
Penjualan. Kata itu menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi keseluruhan Zebrudia akan memburuk.
Mereka segera memeriksa apakah ada pergerakan mencurigakan yang terjadi akhir-akhir ini di wilayah Zebrudia.
“Ada informasi yang lebih spesifik?”
“Tidak… seperti biasa, kabarnya samar. Tapi katanya ini berkaitan dengan edisi terbatas—dan… atasan atau tingkat atas, begitu. Mungkin juga sudah terlambat.”
“Edisi terbatas… tingkat atas… tidak, jangan-jangan maksudnya ‘atasan’?”
Ada sesuatu yang terlintas di benaknya. Sang kepala cabang menajamkan pandangannya dan berbicara kepada bawahannya.
“Kalau tidak salah, ada permintaan mendesak dari seorang bangsawan kekaisaran, bukan?”
“Benar. Barangnya sudah kami siapkan. …Tapi, itu hanya bahan makanan, lho? Katanya untuk pesta ulang tahun putrinya. Memang ada beberapa bahan yang sulit diperoleh, tapi──”
“Bahan makanan… bahan makanan, ya… Memang, ini permintaan dari seorang bangsawan. Kalau gagal memenuhinya, reputasi serikat bisa jatuh. Tapi… tetap saja, ini aneh.”
“Selain permintaan itu, kami belum menerima permintaan aneh apa pun dari bangsawan.”
Bawahannya menjawab dengan tegas. Serikat dagang Wells tidaklah kecil sampai bisa dikendalikan oleh satu orang saja, tapi semua transaksi penting pasti sampai ke telinga kepala cabang. Transaksi dengan kalangan bangsawan terutama, adalah urusan yang membutuhkan kehati-hatian ekstra.
Kepala cabang terdiam sejenak dengan mata terpejam, lalu segera mengambil keputusan.
“……Tak bisa dihindari. Tak ada pilihan. Gandakan pengamanan—tidak, jadikan tiga kali lipat. Barang yang diminta pun siapkan dengan cadangan lebih banyak dari biasanya. Kalau ada sisa, berikan saja sebagai hadiah.”
Jika ini soal penjualan, secara sederhana berarti nilai dari Serikat Velz bisa saja merosot.
Para bangsawan Kekaisaran Zebrudia, mungkin karena pengaruh dari sifat Kaisar di puncak kekuasaan, umumnya cukup dermawan.
Meskipun gagal menyediakan bahan makanan untuk pesta ulang tahun seorang putri bangsawan, mungkin tidak akan menjadi masalah besar. Namun, tak ada salahnya berjaga-jaga.
◇◇◇
Ibu Kota Kekaisaran, Zebrudia.
Di salah satu sudut bar yang terletak di Distrik Dekadensi, sekelompok pria berwajah garang tampak berkumpul, berbicara dengan wajah saling mendekat.
“Ada sebuah gudang milik Serikat Dagang Wells yang dijaga ketat. Kabarnya, mereka menyimpan barang titipan dari seorang bangsawan. Ada juga desas-desus bahwa Asosiasi Penjelajah mengerahkan puluhan hunter level 5 ke atas. Katanya sih barang itu cuma makanan, tapi mana mungkin mereka mengerahkan penjagaan seketat itu hanya demi bahan makanan biasa? Apa kau tidak penasaran, mereka sebenarnya sedang melindungi apa?”
“Ah, aku juga dengar soal itu. Katanya, Senpen Banka sendiri sedang waspada agar barang itu tidak dicuri. Gara-gara kabar itu, beberapa organisasi besar mulai menjalin kerja sama untuk mengincarnya. Kalau sampai seorang level 8 ikut waspada, pasti barang itu sangat berharga... Situasinya bakal kacau.”
◇◇◇
“...Master, hari ini, entah kenapa suasananya agak muram, ya? Ada apa, ya?”
Ruang Master Klan.
Saat aku sedang bersantai di tempat biasa seperti biasanya, Tino bertanya dengan nada hati-hati.
Pagi tadi Eva juga mengatakan hal yang serupa. Jangan-jangan, ekspresiku memang mudah terbaca?
Sebenarnya, hanya ada satu hal yang terlintas dalam pikiranku. Itu adalah... kejadian tadi malam.
“Ah, bukan hal besar, sih. Cuma sedikit kabar buruk saja...”
“Ka-kabar buruk!? A-apa itu!?”
Tino bereaksi dengan keterkejutan yang berlebihan, berhasil mencairkan suasana. Anak yang baik.
Sayangnya, ini memang bukan hal yang terlalu serius. Yah, meskipun menurutku pribadi ini termasuk kabar buruk tingkat atas.
Aku baru ingat kalau kemarin adalah hari terakhir penjualan pai semangka musiman di toko kue favoritku.
Aku penasaran bagaimana mereka bisa membuat pai dari semangka, yang notabene mengandung banyak air—bagaimana cara mereka membuatnya? Tapi, aku lengah.
Sebagai hunter pencinta makanan manis secara diam-diam, ini benar-benar kegagalan besar.
“Ah... sepertinya aku mulai menua... Manisnya malah jadi bumerang.”
“!?! Master... Sebenarnya... apa yang terjadi denganmu...”
Ya... seperti semangka itu... fufu.
Sambil tersenyum murung karena betapa remehnya masalah ini, Tino tiba-tiba melihat jam dan buru-buru berkata.
“Ah, aku ada tugas pengawalan di Serikat Dagang Wells! Aku berangkat dulu! Katanya sih, untuk mengawal bahan makanan, tapi mereka mengumpulkan banyak hunter... Katanya juga ada risiko. Master... apakah Anda tahu sesuatu tentang ini?”
“Tidak juga. Tapi... namanya juga pengawalan, wajar saja ada risikonya, bukan?”
Tak ada pengawalan yang tanpa risiko. Aku belum pernah sekalipun menerima misi pengawalan yang benar-benar berjalan mulus dari awal sampai akhir.
“Kalau kami berhasil menyelesaikan misi, katanya kami akan diberi imbalan langsung berupa barang. Master, apakah ada sesuatu yang ingin Anda makan?”
Imbalan berupa barang...? Tugas yang agak unik juga.
Aku berpikir sejenak, lalu memiringkan kepala sambil berkata:
“Umm... semangka?”
“Se...mang...ka?”
Tino berkedip-kedip, tampak terkejut.
Yah, wajar saja. Siapa juga yang menyangka ada yang repot-repot menjaga semangka?
Lagi pula, sekarang belum musimnya... Tapi justru karena belum musim, mereka menjual pai semangka—itulah yang membuatku tertarik, sebenarnya.
Aku melambaikan tangan dengan santai, mengantar kepergian Tino si pekerja keras dengan senyum di wajahku.
“Selamat jalan. Semangat ya, jaga keamanan baik-baik. Hati-hati.”
“Y-ya! Aku berangkat!”
Tino menggeleng-gelengkan kepala kuat-kuat untuk mengusir kebingungannya, lalu dengan suara penuh semangat, ia keluar dari ruang Master Klan.
Perebutan Senpen Banka di Musim Dingin
Musim dingin telah mencapai puncaknya, dan ibu kota kekaisaran Zebrudia yang biasanya riuh pun kini diselimuti suasana yang lebih tenang.
Tergantung pada kondisi iklim setempat, para Treasure Hunter biasanya membatasi aktivitas mereka saat musim dingin. Hal ini karena Treasure Hall akan mengalami perubahan karakteristik akibat pengaruh musim. Terutama saat musim dingin, sering muncul perubahan yang merugikan bagi para hunter, seperti medan yang membeku dan kemunculan phantom dengan serangan bertipe es yang sulit untuk ditanggulangi. Oleh karena itu, Asosiasi Penjelajah pun selalu mengeluarkan peringatan.
Tentu saja masih ada hunter yang tetap beraktivitas seperti biasa, tapi aku pribadi termasuk golongan yang lebih memilih tidak keluar rumah selama musim dingin.
Mungkin karena salju turun semalam, pemandangan ibu kota yang terlihat dari ruang Master Klan kini telah berubah menjadi hamparan putih yang menakjubkan.
Di jalan utama yang terlihat dari jendela, beberapa orang sedang membersihkan salju.
Pada musim seperti ini, permintaan pekerjaan dari Asosiasi Penjelajah pun dipenuhi oleh tugas-tugas membersihkan salju. Mungkin saja di antara mereka ada hunter yang sedang libur karena tokonya tutup sementara, dan tidak tahu harus berbuat apa di tengah waktu luangnya.
Aku cukup menyukai musim dingin di Zebrudia.
Asalkan bisa tetap tinggal di ruangan yang hangat tanpa harus keluar rumah, ibu kota yang diselimuti salju terlihat sangat indah. Para hunter yang biasanya ribut pun jadi sedikit lebih tenang—itu juga hal yang aku suka. Makanan hangat jadi terasa lebih lezat, dan kalau pergi ke lounge, aku bisa bertemu dengan anggota Klan yang biasanya jarang terlihat. Itu juga cukup menyenangkan.
Sambil menghela napas kecil penuh rasa syukur, aku menyesap teh buatan Wakil Master Klan yang membuat tubuh hangat, dan menyipitkan mata menikmati ketenangan ini. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama—pintu tiba-tiba terbuka lebar disertai suara keras yang mengejutkan hingga bahuku terangkat.
“Krai-chan! Katanya seekor Absolute Glacial Dragon muncul di Pegunungan Gratia! Ayo kita buru bersama!”
Yang menerobos masuk adalah Liz. Sekalipun sedang musim dingin, Liz tetap penuh semangat, dan seperti biasa, mengenakan pakaian terbuka yang memperlihatkan kulit sawo matangnya. Napasnya yang terlihat putih di udara dingin seolah memperjelas antusiasmenya yang tak padam.
Berbeda denganku, Liz tampaknya termasuk tipe yang tidak menghentikan aktivitas di musim dingin.
Pegunungan Gratia adalah rangkaian gunung besar yang membentang jauh di utara, di luar ibu kota. Dengan ketinggian mencapai ribuan meter, puncaknya selalu diselimuti salju sepanjang tahun. Bahkan di musim panas, tempat itu penuh dengan monster kuat yang berkeliaran—tempat yang tak ingin kudekati sedikit pun.
“Minta saja dengan Ansem atau Luke.”
“Ansem-nii dan Luke-chan sedang latihan meditasi dengan berdiri di bawah air terjun, jadi mereka tidak bisa!”
Apa yang mereka lakukan di tengah cuaca seburuk ini...?
“...Kalau begitu, minta saja pada Lucia.”
“Lucia-chan sedang mencoba mencairkan seluruh salju di ibu kota menggunakan Mana-nya sekarang.”
Apa teman masa kecilku memang tak ada yang bisa diam?
Liz menumpukan kedua tangannya di atas meja dan membungkuk ke arahku. Ekspresi wajahnya seperti anak anjing yang ekornya bergoyang-goyang. Kalau dia punya ekor, pasti sekarang sedang mengibas kencang. Tidak, aku tidak mau! Kenapa aku harus mempertaruhkan nyawa mendaki gunung di tengah musim dingin begini?
“...Kalau begitu, minta saja pada Sitri?”
Maaf, Liz, tapi aku benar-benar tidak berniat melangkahkan kaki keluar dari Clan House selama musim dingin. Tepat saat aku menunjukkan sikap enggan secara terang-terangan, pintu terbuka lagi.
“Krai-san! Di Danau Latum yang sudah kita awasi sejak lama, Ice Element muncul dalam jumlah besar! Ini kesempatan langka, kalau kau ada waktu, mau ikut mengumpulkan bersamaku? ...Eh? Onee-chan?”
Yang muncul adalah Sitri—yang barusan kubicarakan.
Danau Latum adalah danau besar yang terletak jauh di selatan ibu kota. Dikenal karena keindahannya, namun dikelilingi hutan dan gunung, dan dipenuhi monster hingga belum banyak dijamah manusia. Di musim dingin, danau ini membeku sepenuhnya. Memang tidak seberbahaya Pegunungan Gratia, tapi tetap saja itu bukan tempat yang pantas didatangi di musim dingin. Dan benar saja, Liz dan Sitri memang sangat mirip.
“Hah? Krai-chan itu mau ikut aku berburu Absolute Glacial Dragon, tahu!? Jangan ganggu, dong! Sit sana pergi sendiri saja. Oh ya, mau kupinjamkan Tii?”
Aku tidak ikut, tahu...
Suara hatiku yang diam diabaikan begitu saja, dan Liz mulai melancarkan serangan verbal. Senyum di wajah Sitri pun menghilang.
“Agdra (Absolute Glacial Dragon)? Apa yang kau pikirkan, Onee-chan!? Itu naga level 8 yang bahkan membuat party level 7 pun habis tak bersisa! Menantangnya di musim dingin—aku tidak akan melarangnya kalau kau mau pergi sendiri, tapi jangan seret-seret Krai-san ke dalam bahaya! Krai-san akan ikut aku mengumpulkan Ice Element! Ini cuma bisa dikumpulkan di musim ini, tahu!”
Aku juga tidak akan ikut...
“Hah? Memang Agdra itu musuh yang berat, tapi kalau bersama Krai-chan pasti bisa menang! Lagipula, Ice Element juga sama bahayanya, kan! Mereka itu keturunan dewa, lho! Dan kau mau hadapi mereka tanpa Magi? Kalian bakal beku jadi es! Kalau memang harus pilih bahaya, mending hadapi Agdra bersamaku, iya kan? Iya, kan?”
Tunggu... kupikir kau cuma mengumpulkan bahan atau sesuatu, tapi ternyata Ice Element itu makhluk hidup!? Aku tidak mau ikut dua-duanya!
“Itu bukan sembarang Ice Element, tahu! Itu adalah High Ice Element yang super langka! Aku mungkin tidak bisa sendirian, tapi kalau Krai-san ikut dan kita mengerahkan waktu selama sebulan, kemungkinan menangnya tinggi! Aku sudah siapkan markas di dekat sana juga! Aku tidak butuh Tii-chan, kalian mending berburu Agdra saja berdua!”
Luar biasa. Mereka sepenuhnya mengabaikan kehendakku dan Tino. Melihat kedua gadis itu saling beradu argumen dengan sengit, aku hanya bisa menghela napas panjang.
Semangat mereka memang bagus, tapi serius, aku tidak akan bisa membantu banyak kalau ikut.
Liz pun menghembuskan napas keras dan menunjuk Sitri dengan penuh semangat, lalu berkata sesuatu yang benar-benar gila.
“Baiklah. Krai-chan, kau yang putuskan! Biar adil, kan? Tidak boleh saling dendam! Ya, Krai-chan? Kau lebih memilih aku daripada Sitri, kan?”
“...Mengerti. Krai-san, tolong... Katakan dengan jelas pada Onee-chan yang selalu merepotkan ini, bahwa kau lebih ingin bersamaku!”
Sitri langsung memeluk lenganku erat dengan mata berkaca-kaca.
Dan... pertempuran pun dimulai.
◇◇◇
Dengan mata yang berbinar penuh semangat, Liz melingkarkan tangannya dari punggung ke leherku, menyandarkan tubuhnya sambil menyampaikan argumennya dengan penuh semangat.
“Dengar, Krai-chan. Pegunungan Gratia di musim dingin itu pasti indah sekali, lho. Krai-chan kan suka pemandangan bersalju, kan? Itu gunung tempat para dewa tinggal, dan hampir tidak ada yang pernah mencapai puncaknya. Mungkin memang agak dingin, tapi bukankah itu sangat romantis? Memang sih, Agdra di musim dingin itu termasuk kelas tertinggi di antara ras naga dan sangat berbahaya. Tapi kalau kita berdua berhasil mengalahkannya, pasti bisa untuk sangat dibanggakan, kan? Dan, dan... memang sekarang aku belum tentu bisa menang lawan Agdra, tapi sebenarnya itu tidak masalah!”
Ia lalu menatapku penuh harap dan mulai berkhayal dengan suara menggebu.
“Coba bayangkan, di tengah badai salju yang membuat jarak 1 meter saja tidak kelihatan, aku terluka dan pingsan. Lalu, Krai-chan yang berhasil mengusir Agdra dengan gagah berani, memanggulku di punggung dan mencari gua di tengah pegunungan salju! Di dalam gua itu, aku dibaringkan... tapi suhu tubuhku menurun dan hampir membeku. Saat melihatku dalam kondisi begitu, Krai-chan tanpa ragu melepas pakaianku, lalu memelukku kulit ke kulit untuk menghangatkanku! Lalu aku sedikit sadar, lihat wajah Krai-chan dan merasa tenang... Bagaimana? Keren sekali, kan!? Rasanya seperti petualangan besar yang super romantis! Iya kan? Iya kan!?”
Sementara itu, Sitri menarik ringan lenganku, seolah baru saja mendapat ide cemerlang, lalu berkata dengan penuh keyakinan.
“Danau Latum juga tidak kalah indah, lho! Di musim dingin, permukaan danau membeku total, berkilau seperti cermin! Di atasnya, para Ice Element menari-nari tanpa henti, menciptakan pemandangan luar biasa indah yang terasa bukan dari dunia ini. Dan yang paling penting, aku beda dari Onee-chan. Aku sudah mempersiapkan segalanya! Selama musim panas, aku bolak-balik ke sana dengan susah payah dan membangun rumah yang indah di dekatnya! Ada penghangat ruangan, persediaan makanan cukup untuk tiga bulan, semuanya lengkap! Bahkan ada kamar mandi dan kasur yang empuk!”
Ia melanjutkan tanpa jeda, dengan penuh semangat:
“Memang sih kawanan High Ice Element itu berbahaya seperti Agdra, bahkan Magi yang hebat pun enggan menghadapinya. Tapi kalau Krai-san ikut, aku yakin pasti bisa! Selama kita tinggal di sana, aku yang akan mengurus semuanya! Aku akan memasak makanan kesukaan Krai-san, dan bahkan... mencuci punggung Krai-san juga! Kalau Krai-san mau, aku pun tak keberatan menyerahkan diriku... Anggap saja ini seperti liburan kecil, ya?”
Ugh... mereka terlalu semangat. Saat aku mendengarkan rayuan panas mereka yang makin menjadi-jadi, pintu kamar kembali terbuka.
Masuklah seseorang dengan langkah hati-hati—murid Liz, yang sejak tadi kepemilikannya diperebutkan terus, Tino.
Dengan pandangan tertunduk, ia bertanya dengan pelan:
“Maaf… Master… karena salju turun… maukah… buat boneka salju bersamaku?”
Hahh… apa aku ini selebriti? Aku memandang ketiganya satu per satu, lalu membelalakkan mata dan mengerahkan seluruh tekadku untuk berkata dengan lantang dan jelas:
“Karena dingin, aku tidak mau!!”
Ensiklopedia Artefak Senpen Banka
Artefak—itulah bentuk paling agung dari segala misteri yang ada di dunia ini.
Benda-benda yang dihasilkan dari berbagai Treasure Hall di seluruh dunia ini merupakan rekreasi masa lalu yang diwujudkan melalui Mana Material, dan hampir seluruhnya mengandung kekuatan supranatural yang begitu luar biasa sehingga mustahil direproduksi dengan teknologi modern (atau bahkan tak ada yang berpikir untuk mencobanya).
Peradaban masa lalu yang direproduksi pun kebanyakan berasal dari zaman purba yang sudah lama musnah tanpa meninggalkan dokumen apa pun, sehingga artefak memiliki nilai yang sangat tinggi, baik dari segi kegunaan praktis maupun sisi akademis.
Mungkin karena daya tarik luar biasa dari artefak itu pulalah, profesi bernama Treasure Hunter—orang yang mempertaruhkan nyawa demi mengambil artefak dari Treasure Hall yang berbahaya—bisa menjadi sesuatu yang begitu umum di masyarakat.
Aku, yang dijuluki Senpen Banka, memutuskan menjadi seorang hunter karena ketertarikan masa kecilku. Saat itu, aku mendengar kisah petualangan seorang hunter dan merasa sangat terinspirasi, seperti anak kecil pada umumnya, ingin mengalami petualangan serupa. Namun, meski kini aku telah menjadi seorang hunter dan kemampuan asliku yang tak seberapa sudah terbongkar, aku masih tetap berada dalam profesi ini—karena telah jatuh hati pada pesona artefak.
Hobiku adalah mengoleksi artefak. Jumlah koleksiku terus meningkat sejak aku pertama kali menjadi hunter, sampai-sampai pernah menyewa gudang khusus untuk menyimpannya. Walaupun kemudian aku berhenti karena tempat itu sempat dibobol pencuri.
Dengan berbagai cara—bahkan sampai berhutang pada Sitri—aku berhasil mengumpulkan ratusan artefak hingga saat ini. Meskipun kebanyakan dari benda-benda itu tak terlalu berharga, aku cukup bangga menyebutnya sebagai koleksi yang luar biasa. Biasanya, seorang hunter hanya membawa empat atau lima artefak saja, karena keterbatasan dalam pengisian daya energi dan tingkat penguasaan terhadapnya. Maka, kemungkinan besar aku adalah pria dengan koleksi artefak terbanyak di seluruh Ibu kota Kekaisaran.
Bahkan museum pun tak mengoleksi artefak sebanyak ini. Satu-satunya yang mungkin bisa menyaingi koleksiku hanyalah guruku—seorang appraiser (penilai) sekaligus kolektor artefak, Matthis, pemilik toko artefak Magis Tail.
Hari ini, izinkan saya memperkenalkan berbagai artefak yang telah kukumpulkan selama menjadi Treasure Hunter—ada yang berguna, ada yang tidak, tapi semuanya penuh cerita yang menyenangkan dan menarik.
◇◇◇
Hari ini, yang akan saya perkenalkan adalah artefak Chain Type (tipe rantai).
Secara umum, rantai mungkin bukanlah sesuatu yang akrab dalam kehidupan sehari-hari, namun artefak Chain Type cukup banyak jumlahnya. Konon, hal ini disebabkan karena pada zaman kuno pernah ada sebuah peradaban yang berkembang pesat dan menggunakan berbagai jenis rantai dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, jika kita pergi ke toko artefak yang cukup besar, hampir pasti ada satu sudut yang dikhususkan untuk Chain Type. Sebegitu banyaknya variasi dan jumlah produksi artefak rantai.
Kebanyakan artefak Chain Type memiliki kekuatan utama “pengekangan.” Cara kerjanya sederhana: dilemparkan ke musuh, dan jika mengenai, rantainya akan melilit dengan sendirinya lalu mengekang target. Prinsip dasarnya seperti itu. Jika terdapat nilai tambah lainnya yang berguna, harganya akan meningkat.
Namun, di kalangan para hunter, artefak Chain Type bukanlah kategori yang populer.
Sekilas memang terlihat bahwa artefak rantai bisa digunakan untuk menangkap kriminal, tetapi jika hanya untuk mengekang, sebenarnya tidak perlu sampai menggunakan artefak. Mengikat dengan tali pun bisa, memakai rantai biasa yang dijual umum juga bisa. Bisa pula menggunakan borgol atau membuat lawan pingsan dengan paksa. Lagipula, sebagian besar metode itu jauh lebih hemat biaya. Teknik pengekangan adalah dasar bagi seorang hunter berpengalaman, jadi tidak memilih artefak rantai sebagai salah satu senjata yang dibawa masuk akal adanya.
Namun, saya ingin menentang pandangan itu.
Kelebihan artefak Chain Type terletak pada kemampuannya untuk mengekang musuh tanpa harus mendekat. Walau memang, kesempatan untuk menggunakan kelebihan itu sangat jarang muncul──
Sebagai contoh, ini salah satu koleksi saya.
Sebuah rantai berwarna perak dengan pemberat elegan di ujungnya. Salah satu rantai pertama yang saya peroleh, dan saya rawat serta gunakan dengan penuh kasih sayang sejak saat itu. Nama rantai ini adalah──Dog’s Chain.
Kemampuannya adalah autonomous action (aksi mandiri). Saat diaktifkan, Dog’s Chain akan membentuk wujud menyerupai seekor anjing dan menerkam target yang diperintahkan oleh pemiliknya untuk kemudian mengekangnya. Selain pengekangan, rantai ini juga bisa diperintahkan untuk mengambil barang tertentu. Meskipun tidak memiliki taring atau cakar, ia cukup bisa diandalkan.
Rantai tipe makhluk hidup seperti ini merupakan sekitar separuh dari semua artefak Chain Type. Rupanya, peradaban asal mula artefak rantai ini menciptakan berbagai macam makhluk hidup dari rantai dan hidup berdampingan dengan mereka. Meski kini tak ada cara untuk mengetahui alasan mereka melakukan itu, jika hanya dari pengalaman pribadi──rantai berbentuk anjing seperti ini, setelah lama digunakan, dapat menumbuhkan rasa sayang, mungkin dulunya mereka memang dijadikan hewan peliharaan.
Dog’s Chain adalah rantai yang ramping, tetapi ada juga rantai yang tebalnya seukuran lengan seperti Big Cat’s Chain, atau Snake’s Chain yang tidak hanya mengekang tetapi juga bisa membunuh dengan cara mencekik targetnya. Ada juga Cat’s Chain, yang juga saya miliki, bertingkah nakal dan sesuka hati. Rantai-rantai semacam ini jumlahnya sangat banyak dan bervariasi, sehingga ada hunter yang langsung mengernyitkan dahi saat menemukan artefak rantai di Treasure Hall.
Ciri lain dari rantai tipe makhluk hidup adalah bahwa mereka dapat mengenali dan setia pada pemiliknya. Mereka tidak makan atau buang air, tetapi jika sering diaktifkan dan disayang-sayang, kita bisa melatih mereka melakukan trik tertentu.
Rantaiku juga dulunya tidak mau menurut, tapi berkat Lucia yang melatihnya dengan baik, kini ia menjadi mitra yang setia dan dapat diandalkan. Ini adalah pengetahuan yang tidak banyak diketahui──atau lebih tepatnya, tidak ada yang peduli.
Mungkin…… kerepotan dalam merawat itulah salah satu alasan mengapa artefak rantai tipe makhluk hidup tidak populer. Saya sendiri belum pernah melihat hunter lain menggunakan artefak tipe ini.
Oh ya. Ada satu lagi kelemahan. Rantai tipe makhluk hidup sangat boros energi.
Hanya dengan berjalan sedikit saja, mereka bisa kehabisan Mana dan kembali menjadi rantai biasa. Jika digunakan untuk mengekang target yang kuat dan agresif, siap-siaplah untuk mengorbankan seluruh Mana hanya untuk sekali pakai.
Dog’s Chain bisa melompat sendiri dan kembali sendiri, tapi jika kehabisan Mana di tengah jalan──tentu saja dia tidak akan kembali. Harus berhati-hati dalam penggunaannya.
Nah, itu tadi tentang rantai tipe makhluk hidup. Tetapi artefak Chain Type tidak hanya terbatas pada tipe itu saja──masih banyak jenis lainnya.
Sebagai contoh, ini: sebuah rantai panjang lebih dari 100 meter, dengan 106 borgol terpasang di sepanjangnya. Nama artefak ini adalah Crime Parade.
Sepertinya dulunya digunakan untuk mengikat para tahanan. Saat diaktifkan, orang-orang yang terikat di borgol akan kehilangan kemampuan untuk melawan dan secara otomatis berjalan mengikuti orang yang memegang ujung rantai.
Karena membuat target kehilangan kehendak bebas, mungkin bisa digolongkan sebagai artefak tipe manipulasi mental.
Sekilas terdengar kuat──namun, ada satu kekurangan fatal.
Artefak ini tidak bisa diaktifkan kecuali SEMUA borgol digunakan. Bahkan kuncinya pun tidak akan berfungsi jika tidak digunakan secara penuh. Karena Crime Parade memiliki 106 borgol, berarti diperlukan 53 orang tahanan. Rasanya tidak masuk akal untuk bisa menggunakannya dengan normal. Apalagi kalau Mana-nya habis, efeknya langsung hilang──hampir tidak ada kegunaan praktis.
Banyak artefak memiliki batasan-batasan aneh seperti ini. Mana Material memang menciptakan artefak dengan meniru peradaban masa lalu, tapi bukan rekreasi yang sempurna. Artefak yang tercipta hanyalah tiruan permukaan belaka.
Kemungkinan besar, batasan jumlah orang pada Crime Parade ini tidak ada pada versi aslinya di zaman kuno. Tidak masuk akal jika harus mengikat semua orang dahulu agar bisa berfungsi. Mungkin yang ditiru oleh artefak ini bukanlah alat itu sendiri──melainkan “pemandangan” atau “adegan” yang diciptakan oleh alat aslinya.
Namun──sebenarnya, artefak ini tidak benar-benar membutuhkan 53 orang.
Jika borgol diikatkan ke kaki dan tangan dengan cermat, satu orang bisa memakai empat pasang. Artinya, jika salah satu hanya memakai dua borgol di kedua tangan, total hanya dibutuhkan 27 orang. Meski begitu, artefak ini tetap sulit dipakai, dan fakta itu tak akan mengubah reputasinya.
Ah, tenang saja. Setelah mendengar sejauh ini, Anda mungkin berpikir bahwa artefak Chain Type adalah barang-barang yang menyusahkan──namun tentu saja, ada juga yang kuat.
Silakan lihat rantai indah yang satu ini.
Rantai hitam dengan ornamen seperti tanaman merambat──sekilas tidak tampak seperti rantai. Ini adalah mantan barang koleksi sang penilai artefak terkenal, Matthis Cardol. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dan membawa Tino bersama untuk memohon agar diberikan.
Nama dari artefak Chain Type yang terlihat seperti karya seni ini adalah──Sleeping Beauty.
Kebanyakan artefak Chain Type dijual murah, namun satu-satunya yang bernilai tinggi adalah tipe yang memberikan efek status abnormal.
Rantai ini tampak rapuh dan indah, tidak memiliki kekuatan untuk mengekang, namun mampu membawa target yang diikat ke dalam tidur yang sangat dalam. Bahkan hunter yang kebal terhadap obat tidur pun akan terpengaruh oleh kekuatan rantai ini.
Orang yang tertidur karena efek rantai tidak akan pernah terbangun dengan sendirinya. Fungsi tubuh benar-benar berhenti seperti membeku──dan jika tidak ada pertolongan dari luar, ia akan terus tidur dalam keabadian. Tentu saja, karena ada batas Mana, mustahil tidur selamanya, tetapi jika Mana terus diisi dari luar, ia bisa tetap tidur selama bertahun-tahun.
Sebuah artefak mengerikan yang bisa digunakan untuk kejahatan. Matthis-san bersikeras bahwa saya tidak boleh sembarangan menggunakannya sebagai syarat saat memberikannya. Nyatanya, saya hanya pernah menggunakannya beberapa kali saja.
Namun──beruntungnya, ada beberapa batasan yang menurunkan nilai praktisnya secara drastis.
Inilah alasan saya hanya menyimpannya di kamar dan tidak membawanya kemana-mana──dan mungkin juga alasan Matthis-san bersedia memberikannya.
Pertama──artefak ini tidak berefek pada target yang sedang bergerak.
Kedua──hanya berlaku pada target yang sedang berbaring.
Ketiga──orang yang tertidur tidak akan bangun hanya dengan diguncang, namun jika tubuhnya dipindahkan, ia akan segera terbangun.
Batasan yang sangat ketat. Dengan batasan seperti itu, sulit digunakan untuk eksplorasi. Tak heran jika benda ini termasuk dalam koleksi pribadi Matthis-san.
Saat menjelaskan artefak ini, Matthis-san pernah berkata, “Tampaknya manusia kuno pun punya hati nurani.”
Namun, menurut saya, itu tidak sepenuhnya benar──karena setelah menerima artefak ini dan melakukan beberapa pengujian, saya menemukan beberapa fakta baru. Menurut saya──manusia kuno itu romantis.
Rantai ini memang membuat target terbangun saat dipindahkan──tapi, ada satu pengecualian.
Jika target yang tertidur diangkat secara perlahan dalam posisi bridal carry──alias “gendongan sang putri”──ia tidak akan terbangun.
Dan──meski target tidak akan bangun dengan sendirinya, ada satu cara untuk membangunkannya: sebuah ciuman.
Ini bisa dikatakan sebagai batasan aneh lainnya. Mungkin masih ada kondisi lain, namun saya berhenti menguji lebih lanjut dan memutuskan untuk menyimpan artefak ini selamanya.
Oh ya, tidak mungkin melakukan pelecehan seksual terhadap orang yang tertidur dengan artefak ini.
Hanya ciuman yang diizinkan──jika mencoba melakukan lebih dari itu, duri beracun akan tumbuh dari rantai dan melukai siapa pun yang menyentuh target. Alasan saya berhenti menguji adalah karena Liz dan Sitri hancur babak belur karenanya.
◇◇◇
Baiklah, sepertinya saya sudah terlalu banyak bicara, tapi sampai di sinilah perkenalan kali ini. Masih banyak koleksi rahasiaku yang belum kuungkap, namun jika saya mencoba menceritakan semuanya, sebulan pun takkan cukup.
Setiap artefak memiliki beragam kemampuan dan batasan. Kadang, ia menunjukkan sifat-sifat tak terduga di luar hasil penilaian seorang penilai artefak, sehingga tidak mudah untuk ditangani. Meskipun agak disayangkan, bisa dimaklumi jika para hunter memilih untuk tidak membawa terlalu banyak artefak dan hanya menguasai beberapa yang benar-benar bisa mereka percaya.
Namun demikian, artefak juga merupakan satu-satunya cara bagi orang biasa untuk menjadi pahlawan.
Apa yang kutunjukkan kali ini hanyalah sebagian kecil saja. Namun, jika dengan itu Anda bisa sedikit saja memahami daya tarik dari artefak, maka saya akan sangat berterima kasih.
Post a Comment