Penerjemah: Miru-chan
Proffreader: Miru-chan
Chapter 6
【Kasus】
Siswa kelas 2 SMA, diduga mengintip pelajaran renang putri, tewas tanpa cedera
Ah…… malas sekali rasanya.
Aku benar-benar lelah menghadapi cuaca bulan Juli yang mulai pengap dan panas. Sudah dua hari sejak acara Arisute, tapi rasa antusiasku belum juga reda.
Begitu aku memejamkan mata, sorakan pada hari itu, penampilan-penampilan yang luar biasa, semuanya masih teringat jelas. Dan tentu saja, sosok Super Deformed Yuuna-chan yang begitu imut juga. Karena itu, jam pelajaran olahraga di jam kedua ini aku memilih untuk ikut duduk menonton saja.
"Heh…… Yuuichi. Jadi kau juga, ya, sudah menguras semua tenaga di acara itu sampai habis, sekarang tak bertenaga lagi?"
"Jangan samakan aku denganmu. Tidak seperti kau, aku kemarin dan lusa tetap masuk sekolah dengan normal."
Di sebelahku, Masa yang juga ikut duduk lemas menonton, sempat demam tinggi setelah acara itu, sampai harus absen dua hari. Pasti itu karena "demam pengetahuan." Otaknya kepanasan karena harus bekerja lebih keras dari biasanya di acara itu.
Sementara aku dan Masa duduk di pinggir lapangan, siswa-siswa laki-laki lain sibuk berlari sprint berkali-kali. Anak-anak populer itu berlari dengan penuh keringat tapi tetap bisa tertawa segar……
entah kenapa, apa mereka itu masokis?
Aku, mau dalam kondisi segar atau lelah, sama sekali tidak bisa merasa senang saat berlari. Masa seharusnya setuju denganku──
"Oh!? Lihat, Yuuichi! Aku dapat SR Deru-chan!!"
"Eh!? Kenapa kau malah main gacha sekarang!?"
"Coba pikir terbalik, Yuuichi…… selain ini, apa lagi yang bisa kulakukan untuk membunuh waktu saat duduk menonton olahraga?"
"Ya menonton, tentu saja. Namanya juga sedang menonton kelas olahraga……"
Aku tentu menegurnya ketika ia dengan santai mengeluarkan ponselnya untuk memutar gacha Arisute. Tapi, Masa bukanlah tipe orang yang bisa ditundukkan dengan logika sederhana.
"Hei…… kau tidak hidup hanya untuk menonton sprint yang membosankan ini, kan?"
"Jangan bawa-bawa argumen ekstrem. Memang benar menonton sprint itu membosankan, tapi itu sama sekali bukan alasan untuk main gacha, kan?"
"Aku tidak akan berhenti, Yuuichi. Aku akan terus maju hingga ke ujung Arisute! Jadi…… Yuuichi, jangan coba──"
"Berisik, kau ini. Kalau ketahuan guru, bagaimana?"
Lihat tuh, guru sedang berkeliling memantau.
Karena perdebatan tak ada ujungnya, aku akhirnya mencoba merebut ponsel Masa. Dia malah melawan dengan sia-sia. Sungguh merepotkan,
orang ini.
"Ah!"
"Eh!?"
Saat kami berebut, ponsel itu terlepas dari tanganku dan terlempar ke belakang, jatuh ke jalan sempit di samping gedung olahraga.
"Kalian berdua, benar-benar menonton pelajaran, kan?"
"Ah, iya. Tidak apa-apa, Pak!"
Aku dan Masa menjawab seadanya.
Begitu memastikan guru kembali memperhatikan kelas, kami pun segera bergerak.
"Astaga, kau ini! Apa yang sudah kau lakukan!!"
"Aku memang salah, tapi kau juga salah, tahu!?"
Sambil bertukar omelan sepele, kami bergegas menuju jalan sempit di samping gedung olahraga tempat ponsel itu jatuh. Jalannya sempit sekali, sampai harus berjalan menyamping untuk bisa masuk.
Untungnya, ponselnya jatuh tidak jauh dari mulut jalan itu.
"Layar masih nyala…… datanya……"
"Ayo cepat keluar, Masa. Kalau ketahuan guru bisa gawat."
"…………"
"Hei, Masa! Kau dengar tidak!?"
"Dasar bodoh! Ini masalah hidup dan mati data Arisute! Menurutmu, mana yang lebih penting, keselamatan data Yuuna-chan atau tidak dimarahi guru!?"
────Aku merasa seperti dipukul keras di kepala oleh kata-kata itu. Aku menghela napas panjang. Lalu menggeleng pelan.
"……Masa. Aku yang salah. Bagaimanapun, data Arisute──nyawa para Alice Idol──tidak bisa digantikan dengan apapun."
"Aku tahu kau pasti mengerti, Yuuichi."
Kami pun menyalakan kembali ponsel Masa, mencoba membuka aplikasi Arisute. Setelah beberapa saat menunggu loading──
『──Love Idol Dream! Alice Stage☆ akan dimulai…… sudah siap?』
Seperti biasa, judul layar muncul dengan suara acak dari salah satu Alice Idol. Dan kali ini, Arisute berhasil menyala tanpa masalah. Bahkan suara yang keluar──adalah Ranmu-chan (CV: Shinonmiya Ranmu).
"Syukurlah, bagus sekali, Masa!"
"……Iya. Ranmu-sama memberkati kita…… itu saja sudah cukup bagiku."
Kami berdua menghela napas lega, dan bersyukur bahwa "satu nyawa" berhasil diselamatkan. Kemudian kami berbalik hendak kembali ke lapangan──
"Hm? Hei, Watanae-san. Tadi kau tidak dengar suara aneh?"
"……Tidak."
Aku mendengar suara dua gadis yang kukenal, tidak begitu jauh dari tempat ini.
Aku dan Masa menahan napas, lalu perlahan mendongakkan kepala. Dinding di samping kami ternyata hanya setinggi leher, dan di atasnya dipasang pagar kawat. Dan di balik pagar itu──
Terhampar pemandangan penuh gadis-gadis sekelas kami, semuanya mengenakan baju renang sekolah.
"……Hei, Yuuichi. Ini, kolam renang kan?"
"Iya…… dan kebetulan, sekarang sedang dipakai untuk pelajaran olahraga khusus perempuan."
Baru sekarang aku teringat. Hari ini memang dijadwalkan, laki-laki olahraga lari sprint di lapangan, sedangkan perempuan di kolam renang. Dalam pandanganku, tampak gadis-gadis yang sedang berenang dan berisik di air, juga beberapa yang bercengkerama di pinggir kolam. Tentu saja, semuanya memakai baju renang sekolah. Dan berdiri paling dekat dengan posisiku──
"Eh, jadi kau langsung pakai kacamata lagi setelah berenang, Watanae-san? Padahal aku ingin sekali lihat wajahmu tanpa kacamata. Pasti kelihatan beda dan makin imut, deh!"
"……Tidak juga."
Seorang gyaru berambut cokelat yang diikat sanggul, baju renangnya tampak sesak di bagian dada──Nihara Momono. Dan seorang gadis yang terkesan kaku, tetap memakai kacamata meskipun rambut kuncir kudanya ia lepaskan, mengenakan baju renang yang pas badan── Watanae Yuuka.
Pasangan ini jelas akan jadi masalah besar bila kami sampai ketahuan.
◆
"Ya ampun, tapi serius deh, aku sampai kagum sendiri. Watanae-san kelihatan luar biasa pakai baju renang sekolah☆"
"……Tidak juga."
"Soalnya kau basah setelah masuk ke air. Entah kenapa…… rasanya agak terlarang, gitu?"
"……Tidak juga."
Yuuka tetap menanggapi dengan dingin, tapi Nihara-san terus saja mengobrol tanpa peduli.
Jadi begini rasanya "dodgeball percakapan." Kalau aku sih, mental sudah ambruk dalam hitungan detik.
Yasudah, yang penting sebelum perhatian mereka beralih ke arah sini, kita cepat-cepat kembali, Masa.
『──Love Idol Dream! Alice Stage☆ Lebih berharga daripada minyak…… ada di sini』
Sekejap kemudian, pandangan Yuuka dan Nihara serentak mengarah ke kami. Kepalaku langsung kosong seketika.
"Maafkan aku…… tapi Yuuichi, aku tidak bisa tenang sebelum mencoba menyalakan aplikasi dua kali untuk memastikan tidak ada masalah……!!"
Hari ini, untuk pertama kalinya aku benar-benar menyesal telah berteman denganmu.
"……Sakata-kun. Kurai-kun. Kenapa kalian ada di tempat seperti ini?"
"Watanae-san, ini jelas sekali…… mereka sedang mengintip. Wah, Sakata akhirnya jatuh juga ke level yang sama dengan Kurai, ya."
Dengan tubuh basah kuyup, Yuuka mengenakan hoodie tipis di atas baju renangnya. Sementara itu, Nihara-san berdiri sambil menyeringai puas menatap kami.
……Dengan baju renang itu, aku pernah masuk mandi bersama Yuuka. ……Tapi waktu itu aku yang dimandikan, jadi kulitnya tidak sampai berkilau seperti sekarang.
Otakku benar-benar korslet di hadapan akhir hidupku…… dan pemandangan erotis baju renang sekolah. Nihara-san mencondongkan tubuh, bertumpu pada lututnya untuk mendekat menatapku. Sekejap──buah dadanya tertekan, dan belahan yang dalam pun tersingkap jelas.
"Kenapa? Mau manja-manja sama aku, Sakata?"
Dengan suara manis menggoda, Nihara-san berbisik.
Aku melirik ke samping──dan melihat Masa, tanpa malu, menatap lurus ke dada Nihara-san.
"Kurai…… jangan lihat ke situ."
"Kenapa!? Kalau kau boleh lihat, aku juga──"
"Diam!"
Nihara-san menyambar papan pelampung terdekat dan menyipratkan air ke Masa.
"Waa!? Ponselku, Arisute-kuuu!?"
Masa panik, lalu bergegas kabur ke arah berlawanan dari lapangan.
──Kenapa dia malah kabur sendiri!?
"……Kau juga mau kabur, ya?"
Tepat ketika aku hendak ikut lari, suara dingin menusuk telinga. Perlahan aku menoleh lagi ke arah pinggir kolam──
Di sana berdiri Yuuka, dengan ekspresi sedingin neraka.
"Jadi kau datang ke sini untuk menatap Nihara-san dengan pandangan cabul? Dasar mesum."
"Hei, bukan begitu, Watanae-san. Sakata jelas-jelas juga ingin melihatmu, kan?"
Bahunya Yuuka tampak sedikit bergetar.
"……Begitukah."
"Kalau begitu, buktikan saja. Begini caranya, tekan sedikit bagian dada……"
Hei, hei!? Yuuka, jangan sampai terprovokasi omongan gyaru itu!?
"Be…… begini, maksudmu?"
Yuuka menekan dadanya, menonjolkan belahan. Memang tidak sebesar Nihara-san dalam hal ukuran, tapi…… kulit putih yang basah kuyup di balik baju renang itu──terlihat begitu indah.
"Tuh, kan? Sakata langsung melotot lihatmu! Parah banget, dasar mesum!"
"Tolonglah, Nihara-san, diam sebentar!"
"Heh? Sok berani ya, padahal kau ini pengintip. Kalau kami berdua berteriak sekarang, tahu tidak apa yang akan terjadi? Kau bisa mati secara sosial, lho?"
"Maaf, sungguh maaf, tolong maafkan aku."
"Baiklah, bagus sekali, sudah mengaku jujur!"
Sungguh kebetulan saja aku berakhir di kolam renang khusus perempuan, tapi…… tidak mungkin aku bisa mengelak dengan alasan itu. Bagaimanapun aku menjelaskannya, dalam situasi ini kami sudah sepenuhnya bersalah.
Untuk menghindari kematian sosial, tidak ada pilihan selain membuang rasa malu dan menjaga agar urusan ini selesai secara damai.
"Watanae-san, Nihara-san. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian ini. Kalau perlu aku akan melakukan apa saja sebagai ganti permintaan maaf. Jadi, bisakah kita selesaikan ini dengan baik-baik……"
"Ehー? Apa ya, aku harus bagaimana, hmmー?"
Nihara-san meletakkan tangan di pipinya sambil menyeringai. Orang ini benar-benar menganggapku mainan.
"……Nihara-san. Sudahlah, biarkan saja."
Di samping Nihara-san, Yuuka membalikkan badan. Dengan suara datar, ia berkata:
"Anak laki-laki memang seperti itu. Tidak perlu repot-repot ditanggapi."
"Wah!! Watanae-san keren sekali! Ya sudahlah, kalau begitu, hari ini aku, Momono-sama, akan membebaskanmu."
Te…… terima kasih. Aku benar-benar tertolong. Nanti sepulang sekolah aku akan menjelaskan semuanya dengan baik…… eh?
"……? Apa yang kau lihat……"
Yuuka menoleh, mungkin menyadari arah pandangku, lalu menaruh tangannya di pinggul. Ia buru-buru merapikan baju renang sekolahnya yang agak ketat dan sedikit terselip.
"Sakata-kun…… kau ini mesum, ya."
◆
Setelah sekolah berakhir dan aku pulang──
"Yuu-kun Baka! Mesum! Cabul! Sudah…… anak laki-laki itu, anak laki-laki itu!!"
Yuuka, yang telah melepas kacamata, berganti pakaian rumah, dan membiarkan rambutnya terurai, mengeluarkan serentetan kata-kata makian. Lalu, dengan suara lirih, ia berbisik pelan──
"……Kalau di rumah, sedikit banyak…… bisa kulihatkan, kok."
Chapter 7
【Andai Saja】
Kencan dengan Izumi Yuuna
【Menjadi Nyata】
Hari Sabtu, saat kami berdua sama-sama tidak memiliki rencana. Aku dan Yuuka menonton bersama sebuah anime komedi romantis yang sudah lama menarik perhatianku.
『……Minami. Itu, pakaianmu……』
『B-bagaimana? Hari ini, karena ini kencan pertama kita, aku mencoba berdandan sedikit. T-tapi……untuk anak perempuan tomboy sepertiku……tidak cocok, ya』
『Mana mungkin begitu!』
Sang tokoh utama berseru, lalu meraih sang heroine ke dalam pelukannya.
『Ehh……Ho-hokuto-kun?』
『Tentu saja kau cantik. Kau yang selalu cantik saja, ketika berdandan begini……jadi puncak dari kecantikan. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Minami』
『──Hokuto-kun』
“…Tokoh utamanya yang mohawk itu terlalu unik, ya, Yuu-kun.”
“Entah kenapa……karena mohawk itu, aku jadi tidak bisa fokus ke dialognya.”
Begitu komentar kami sambil menonton anime itu dengan santai. Lalu aku tiba-tiba bergumam, mengikuti isi hatiku.
“Enak banget ya……yang kayak gitu.”
“Eh, maksudmu adegan yang mana!?”
Yuuka, yang rupanya mendengar dengan jelas, menatapku tajam.
Bukan, maksudku……tidak perlu menatap sampai seperti ingin membuat lubang di wajahku juga.
“Maksudku……situasi kayak kencan pertama dengan pakaian santai gitu, aku ingin banget ngerasain.”
“T-tentu saja benar!!”
Entah kenapa Yuuka malah semangat, ia bangkit dari sofa dan mengepalkan tinjunya.
“Selama ini aku dan Yuu-kun memang sering main bareng di rumah, pergi ke sekolah bareng juga──tapi di luar itu, kita belum pernah pergi jalan bareng! Iya, ayo kita kencan!!”
Yuuka langsung berlari seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, membuatku panik dan buru-buru menariknya.
“Tunggu dulu, Yuuka. Tenang dulu dong.”
“Kenapa? Soalnya ini kan mau jadi kencan seru kita! Aku janji kok──aku akan berdandan dengan benar, tahu?”
“Begini ya……kalau cuma di sekitar sini, kemungkinan besar kita bisa ketemu kenalan dari sekolah, itu bahaya. Kalau pun pergi jauh, hari libur itu siapa pun bisa ada di mana saja, jadi kalau sampai ketemu orang yang kita kenal……itu bisa jadi masalah besar, kan?”
“……Buu”
Meski aku sudah menjelaskan dengan sungguh-sungguh, Yuuka hanya manyun dan memandangku dengan wajah penuh ketidakpuasan.
“Tapi aku pengin kencan diluar……aku pengin jalan bareng Yuu-kun, bersenang-senang……”
Dengan wajah murung, Yuuka mulai menyatukan kedua telunjuknya dan bergumam kecil.
“Ciluk……”
Dia sengaja mengucapkannya, lalu melirik ke arahku. Kemudian, kembali menunduk dengan wajah sedih.
“Ciluk……”
Sekali lagi ia mengatakannya, lalu menatap ke arahku. Dan lagi-lagi, menunduk dengan wajah sedih.
“…Kamu pikir kalau begini, aku bakal luluh, ya?”
“Enggak tuh. Aku cuma sedang menyatakan perasaan sedihku, gitu ajaー”
“Anak kecil, ya.”
“Aku memang anak kecilー. Makanya, kalau acara kencan seru batal, aku jadi sedihー”
Aduh, ya ampun. Tunanganku ini makin lama makin pintar manja. Repot banget, sumpah.
“…Pokoknya, syaratnya adalah: jangan sampai ketahuan kalau aku dan Watanae Yuuka sedang kencan. Kalau itu susah, maka hari ini kita batalkan──”
“Kalau begitu!”
Yuuka langsung mengangkat wajahnya, tersenyum cerah seperti matahari. Lalu, dengan penuh percaya diri ia menunjuk ke arahku dan berkata dengan nada nakal:
“Gampang kok……asalkan orang nggak tahu kalau ini kencan antara Sakata Yuuichi dan Watanae Yuuka, berarti nggak ada masalah, kan?”
Satu jam kemudian. Aku duduk di sofa ruang tamu dengan pakaian santai: kaus putih dan kemeja biru tua tipis di luar. Bawahannya celana jeans biasa. Memang sama sekali nggak mencolok, tapi ya aku cuma punya baju-baju kayak begini.
Yuuka, kira-kira bakal pakai baju apa, ya? Katanya sih mau berdandan, tapi selain seragam dan pakaian rumah, aku hampir nggak pernah lihat dia pakai yang lain. Rok panjang dengan nuansa kalem? Atau celana panjang dengan gaya santai? Pokoknya, melihat sisi lain dari Yuuka pasti bakal seru juga.
“Maaf nunggu, Yuu-kun!”
Suara Yuuka terdengar dari arah lorong. Pintu ruang tamu pun terbuka──dan di sana berdiri……
────Izumi Yuuna.
“…Hah?”
Aku sampai mengucek-ucek mata, menatap lagi. Tapi jelas itu bukan Watanae Yuuka.
Itu adalah──Izumi Yuuna. Yuuka mengenakan kostum Yuuna-chan yang benar-benar sama persis.
“Gimana? Kalau gini, orang nggak bakal sadar kalau ini aku, kan?”
Katanya begitu, lalu berputar satu kali di tempat. Aku cuma bisa tercengang, tak bisa menutup mulut.
Rambut cokelatnya dikuncir kembar tinggi, dengan “antenna hair” bergoyang di sisi pipi. Paduan tunik pink dan rok mini kotak-kotak. Di antara rok dan kaus kaki panjang hitamnya, ada wilayah absolut yang menggoda──itu kostum standar Yuuna-chan, benar-benar disalin dengan sempurna.
“Gimana menurutmu? Hari ini kan kencan pertama kita, jadi aku coba berdandan begini! Eheheh.”
“Acara hari ini, resmi selesai.”
“Eeeeehh!? Kenapa, kenapaaa!?”
Sudah, waktunya bubar. Aku bangkit dari sofa sambil menengadah ke langit, tapi Yuuka buru-buru memeluk lenganku erat-erat.
“Aku nggak terima……! Padahal aku sudah ganti baju biar nggak kelihatan kayak Yuuka lagi!!”
“Tapi ini kan, jelas banget Izumi Yuuna!?”
“Ya iya! Aku berdandan sesuai selera Yuu-kun……artinya, pakaiannya Yuuna! Dan lagi, kalau aku jadi Izumi Yuuna, nggak ada yang bakal sadar kalau aku Yuuka. Jadi sekali dayung, dua tiga pulau kan!”
“Ya ampun. Justru kalau orang lihat Izumi Yuuna jalan bareng laki-laki nggak dikenal, masalahnya lebih parah lagi, tahu!? Fans seiyuu itu paling sensitif soal urusan pacar!”
Lagipula……meski ini cuma versi dua setengah dimensi Yuuna-chan. Kencan sama perempuan yang paling aku cintai di jagat raya, aku rasa jantungku bisa meledak beneran.
“Fufuun♪ Jalan bareng Yuu-kun, kencan keluar♪”
Di dalam kereta yang bergoyang, Yuuka menyenandungkan lagu aneh dengan riang. Rambut cokelatnya dibiarkan panjang lurus, disembunyikan sebagian oleh topi hitam yang ditarik rendah. Pakaiannya tetap: tunik pink dengan rok mini kotak-kotak.
“Rambut dikuncir dua terlalu mencolok, jadi dibiarkan terurai.”
“Supaya wajah agak tertutup, pakai topi.”
──Dengan kompromi itulah kami akhirnya berangkat keluar. Tapi… …tetap saja mencurigakan.
Aku jadi cemas, karena auranya benar-benar mirip selebritas yang lagi jalan incognito.
“Eh, Yuu-kun juga senang, kan?”
Katanya sambil mencondongkan wajahnya, menatapku dari dekat.
Bulu matanya tampak lebih panjang dari biasanya karena riasan, matanya pun terlihat semakin besar. Entah parfum atau body mist,
wangi manisnya lebih terasa daripada biasanya.
Ah──ini benar-benar Yuuna-chan. Rasanya kayak otakku dialiri narkoba, semua fungsi otak berhenti bekerja. Seluruh tenagaku lenyap, pipiku otomatis mengendur. Jadi ini……surga.
“Eh, dengerin nggak, Yuu-kun?”
“Hah!! I-iya. Tentu aja, aku senang kok……”
“……Benarkah? Soalnya kelihatan agak canggung, lho.”
Dengan bibir mungilnya yang manyun, Yuuka menatapku lekat-lekat. Aku bisa merasakan napasnya begitu dekat.
──Aroma dan hembusan napas begini, jelas tidak ada di dalam game “Arisute”. Wajar sih. Tapi justru karena itu……aku makin merasa kalau Yuuna-chan benar-benar muncul di dunia nyata, dan jantungku berdegup makin kencang.
“Hmm……kalau gitu, ayo coba cara ini!!”
“────Eh, tunggu!?”
Gyuuh……
Yuuka tiba-tiba memeluk lenganku erat, lalu menempelkan pipinya ke bahuku. Hangatnya tubuhnya terasa jelas menembus pakaian.
Untung dia pakai topi──kalau tidak, rambutnya yang halus pasti sudah bikin aku kehilangan kewarasan.
“Gimana……rasanya?”
“G-gimana……ya, maksudku……eh……”
Gyuuh……
Yuuka semakin mengeratkan pelukan di lenganku.
Ah……aku bisa mati ini.
“Gimana?”
“Jujur aja, aku cuma merasa kamu lagi menekanku.”
“Bagaimana rasanya, hm?”
Gyuuhhhh……
Sepertinya Yuuka sudah memutuskan, “ini berhasil.” Dia benar-benar berusaha membunuhku.
“Imut! Kamu imut banget!! Jantungku berdebar-debar sampai rasanya mau mati, jadi tolong lepasin dulu!”
Merasa nyawaku terancam, aku pun tak tahan lagi dan langsung menyerah. Mungkin puas dengan reaksiku, Yuuka melepas lenganku dan berkata dengan wajah penuh kemenangan.
“Eheh. Kalau dibilang imut, berarti misi sukses!”
Begitulah, kencan pertama kami dipenuhi semangat Yuuka. Karena diputuskan secara mendadak, kami tidak pergi ke tempat yang keren seperti taman hiburan atau akuarium.
Akhirnya, kami hanya jalan-jalan santai di sebuah kota sekitar tiga stasiun dari rumah.
“Yosh! Kencan keluar, semangat semangaaat!!”
Nggak perlu segitunya juga……
Aku cuma pakai kaus putih dan kemeja biru tua tipis di luar, gaya polos tanpa modis sama sekali. Sementara Yuuka dengan pakaian pink yang manis, rambut cokelat panjang (ditutup dengan topi) terlihat sangat modis.
Apa kami kelihatan seperti pasangan yang nggak seimbang, sampai menarik perhatian orang? Kalau sampai jadi gosip skandal Izumi Yuuna, Yuuka pasti akan terluka……aku benar-benar khawatir.
“Yuu-kun! Yuk, kita masuk ke mal itu?”
Meskipun lokasinya agak terpencil, ternyata mal itu lumayan besar. Kami pun berkeliling di lantai satu.
“Ah, Yuu-kun! Ada toko buku tuhー”
Begitu masuk, aku dan Yuuka langsung menuju ke rak manga. Soal ini, kami berdua memang punya “napas otaku” yang sama.
“Ah, Yuu-kun! Itu kan manga asli dari anime yang tadi kita tonton!”
“Oh iya. Yang ada laki-laki mohawk itu……hah, ternyata udah sampai volume dua puluh tiga!?”
Aku heran, gimana caranya cerita itu bisa bertahan sampai sejauh ini.
Atau mungkin, animenya justru bikin cerita ngawur yang nggak sesuai aslinya.
“……Oh. ‘Hametsu no Yabai-ba’ dipajang numpuk juga.”
“Bener. Ada volume terakhirnya juga. Katanya sih laris banget sampai susah dicari.”
Setiap menemukan manga yang kami kenal, kami pun mengobrol santai.
Sebenarnya ini nggak jauh beda dengan komunikasi sehari-hari di rumah. Tapi entah kenapa──karena Yuuka sedang berdandan ala Yuuna-chan, rasanya jadi segar dan berbeda.
“Eh, Yuu-kun. Boleh kita lihat-lihat toko baju itu?”
“Hmm? Nggak masalah kok.”
“Beneran? Aku dengar, laki-laki biasanya suka kesal kalau nemenin perempuan belanja lama-lama……”
“Itu tergantung orangnya, kan? Aku sih nggak masalah kalau cuma sebentar. Kecuali sampai tiga atau empat jam, itu baru beda cerita.”
Aku jadi ingat waktu Nayu masih di Jepang, aku sering dipaksa nemenin belanja.
Kalau aku tanya, ‘udah selesai belum?’ pasti dijawab, ‘hah? Nggak sabaran banget sih, pantes jomblo. Nggak banget deh.’
Terus, pas mau pulang, dia bilang, ‘Kamu kan laki-laki? Masa barang sebanyak ini nyuruh adikmu bawa? Nggak banget deh,’ sambil nyodorin semua belanjaan.……Kalau dipikir sekarang, itu jelas-jelas nggak adil.
“Kalau gitu, Yuu-kun tunggu sebentar ya! Nanti pas aku coba baju, kamu yang lihat hasilnya!!”
Setelah mengatakan itu, Yuuka buru-buru masuk ke dalam toko. Aku menghela napas, sempat terpikir mau main “Arisute” sebentar──lalu.
“Eh?”
“Heh?”
Mataku bertemu dengan wajah yang kukenal, kebetulan lewat tepat di depanku.
Eh, kenapa bisa!? Padahal aku sengaja pilih kota agak jauh dari rumah……Kenapa────Nihara-san bisa ada di sini juga!?
Chapter 8
【Urgent】
Cara Pulang dari Kencan Diam-diam Tanpa Ketahuan Dia
Belum satu menit sejak Watanae Yuuka ──tunangan sekaligus orang yang menirukan penampilan sang pengisi suara, Izumi Yuuna──masuk ke dalam toko. Entah kenapa, aku malah bertemu dengan gadis gyaru sekelasku──Nihara Momono.
Biasanya kesan yang kutahu tentang Nihara-san adalah seragam yang selalu ia pakai secara asal. Tapi hari ini, dia mengenakan jaket pink dengan rok mini. Di bagian dada jaketnya ada logo lima warna yang belum pernah kulihat sebelumnya. Entah kenapa……sama sekali tidak terlihat gyaru.
“Ke, kebetulan ketemu Sakata di sini……apa ini mungkin takdir!?”
“Jangan berlebihan. Ini cuma kebetulan biasa.”
“……Haa. Kamu bikin suasana jadi hambar, ya? Sama sekali nggak ada mood-nya.”
Sambil berkata begitu, Nihara-san tertawa cekikikan sendirian. Tapi memang, dengan penampilannya yang rapi pakai jaket begini, kesannya terasa berbeda dari biasanya─sementara aku masih memikirkannya.
“Eh? Jangan-jangan Sakata suka gaya pakaian seperti ini, ya? Kamu melotot banget soalnya.”
“Melotot itu kedengarannya buruk! Aku cuma merasa penampilanmu beda dari biasanya, jadi kepikiran aja.”
“Hmm? Emang beda jauh, ya? Menurutmu biasanya aku tuh gimana?”
“Gyaru yang populer.”
“Masih aja ngomong gitu? Aku ini gadis kampung yang introvert, tahu.”
Kamu juga masih ngotot bilang begitu, ya. Padahal Nihara-san jelas bukan introvert, apalagi terlihat seperti gadis kampung.
……hm? Sejak tadi Nihara-san seperti menyembunyikan kantong belanjaan di belakangnya.
“Nihara-san, kamu beli apa itu?”
“Eh……t-tidak, apa-apa?”
Tiba-tiba jawabannya terdengar canggung. Sikapnya jelas-jelas mencurigakan.
“Ya sudah, kalau memang sulit dijelasin nggak apa-apa. Cuma aku lihat kamu bawa kantong itu……eh, bukankah itu dari toko mainan di sebelah──”
“B-bukan! Aku nggak beli sesuatu yang aneh kok! A-aku cuma……iya! Aku datang ke sini buat beli baju aja!!”
Dengan tegas, Nihara-san menunjuk ke toko baju──tepat toko tempat Yuuka baru saja masuk.
“Eh!? Nggak, jelas-jelas kamu bukan mau beli baju, kan!? Kalau aku terlalu penasaran dan bikin nggak nyaman, maaf, jadi nggak perlu maksain masuk ke sana!!”
“Ak-aku nggak maksa! Dari awal memang aku ada urusan di toko itu!
Jadi, aku akan coba berbagai baju……dan Sakata, kamu yang pilih mana yang cocok buatku!!”
“Kenapa malah jadi begitu!?”
Semakin kutolak, semakin keras kepala Nihara-san. Sampai akhirnya situasi benar-benar di luar kendali.
“……Ah. Oh ya, ini nggak ada hubungannya sih, tapi……Sakata. Di dekat stasiun sini ada kafe bernama Limelight. Kamu sama sekali jangan ke sana, ya? Aku bilang gini murni sebagai teman.”
Apa? Maksudnya gimana?
Nihara-san tiba-tiba berkata dengan nada serius, tapi karena aku keburu panik dengan semua kejadian ini, aku sama sekali nggak menyimaknya.
Ya sudahlah, itu kutaruh dulu. Yang lebih gawat adalah──
“Yuu-kun! Dari semua baju ini, mana yang paling kamu suka?”
Di saat yang tidak tepat──Yuuka muncul dengan wajah polos dari balik topinya, sambil berlari kecil mendekat. Aku buru-buru memastikan, apakah Nihara-san melihat Yuuka atau tidak. ……syukurlah, dia lagi ada di bagian dalam toko. Oke, aman.
“Kenapa sih Yuu-kun celingak-celinguk? Ada sesuatu di toko ini yang──”
“Ah, iya! Aku lebih suka yang ini!!”
Sebelum Yuuka sempat menoleh, aku cepat-cepat menunjuk salah satu pakaian secara asal.
“Eh……b-begitu ya. Jadi Yuu-kun suka model begini……baiklah. Aku akan coba pakai, tunggu sebentar!!”
Dengan anggukan penuh tekad, Yuuka pun berlari menuju ruang ganti. Dan saat itu juga──
“Oi, Sakata! Nee, nee! Dari dua baju ini, mana yang menurutmu lebih imut?”
Tanpa memberi jeda, Nihara-san tiba-tiba mendekat sambil menunjukkan beberapa pakaian. Jarak antara mereka berdua sudah terlalu berbahaya, aku benar-benar panik.
Aku menoleh ke sekitar, cemas kalau-kalau Yuuka sudah selesai dan keluar dari ruang ganti. Karena itu, aku bahkan tidak bisa fokus menanggapi Nihara-san.
“Menurutku sih, model yang kalem begini juga oke. Tapi gaya yang agak berani ini juga lumayan, kan?”
“S-sebaiknya kamu pilih sesuai seleramu sendiri……”
“Eh, nggak masalah kan? Bukannya ada yang hilang kalau aku minta pendapatmu. Lagian kalau aku pakai pakaian sesuai selera Sakata……seru juga, kan?”
Meski sudah kutolak halus, Nihara-san terus saja memaksakan diri mendekat.
“Ah, Nona. Sudah selesai ganti bajunya?”
Saat itu──swoosh. Tirai ruang ganti terbuka.
Sial. Ini waktunya habis.
“Y-ya! Aku pilih yang ini aja!! Menurutku yang ini lebih bagus!!”
“……Hmm. Jadi kamu suka model begitu, ya. Baiklah. Aku kan semacam kakak perempuan buatmu, Sakata. Jadi biar aku kenakan yang lebih dewasa ini, biar makin cocok!”
Setelah berkata begitu dengan penuh kepuasan, Nihara-san segera masuk ke ruang ganti. Dan tepat di sebelahnya──Yuuka keluar dengan langkah kecil.
Hiih!? Tolonglah, semoga Nihara-san tidak sadar kalau itu Watanae Yuuka!!
Entah karena doaku terkabul, atau karena penampilan Yuuka terlalu berbeda dari biasanya, Nihara-san benar-benar melewatinya begitu saja dan masuk ke ruang ganti. Syukurlah……aku benar-benar lega.
“Y-Yuu-kun……ini baju yang tadi kamu bilang kamu suka……aku coba pakai. G-gimana menurutmu?”
Dan tepat setelah itu, seolah bergantian, Yuuka kembali dengan wajah canggung. Aku pun perlahan menatapnya──
──Yang berdiri di sana adalah Yuuka dalam arti……berbagai macam, benar-benar berbahaya.
“Ke, kenapa kamu pakai baju kayak gitu, Yuuka!?”
“Eh, jahat banget! Yuu-kun sendiri yang bilang suka ini, kan!!”
Itu yang biasa disebut……sweater rajut “pembunuh perjaka.” Dari sweater rajut tanpa lengan itu, bahu dan ketiaknya terlihat jelas.
Ditambah lagi, bagian punggung terbuka sampai ke bawah, hampir mendekati pantat. Bahkan dari samping, dadanya pun kelihatan.
Jujur saja……ini kayak setengah tubuhnya terekspos, kan?
“Bilang aja, aku juga malu, tahu!? Tapi aku tetap memakainya karena kupikir Yuu-kun bakal senang……kalau setelah itu aku dianggap kayak perempuan murahan, keterlaluan banget!!”
Dengan wajah merah padam, Yuuka bersuara lantang, kali ini benar-benar dengan nada marah. Para pegawai toko menatap tajam ke arah kami, seolah bertanya ada apa.
“Ma-maaf, Yuuka……kamu s-sangat cantik, aku sampai deg-degan──”
“Sa-ka-taaa!!”
Dan di saat paling buruk. Nihara-san berlari mendekat sambil melambai-lambaikan tangan kanannya, sambil memanggil namaku.
──Entah kenapa, dia mengenakan cheongsam (gaun Tiongkok).
◆
“……Heh?”
“……Eh? Siapa?”
Di satu sisi, Yuuka dengan sweater rajut pembunuh perjaka yang mengekspos bahu, ketiak, dan punggungnya.
Di sisi lain, Nihara-san dengan cheongsam, memperlihatkan kakinya yang putih lewat belahan gaun.
──Benar-benar pertemuan neraka.
“Umm……eh? Sakata, gadis super imut ini……temanmu?”
Nihara-san tidak menyadari bahwa gadis di depannya adalah Watanae Yuuka.
Ya wajar sih. Dengan pakaian terbuka begini, tanpa kacamata, dan rambut cokelat……mustahil ia bisa sadar itu Yuuka.
“Ah, i-iya……mungkin bisa dibilang begitu. Maksudku, dia……eh……”
“Ah, aku paham……jadi ternyata kamu nggak serius ke kafe Raimu yang dulu itu, ya!”
Masih dengan cheongsam, Nihara-san menyilangkan tangan di dada dan mengangguk-angguk. Lalu, dengan senyum yang agak rumit, ia berkata:
“Kalau kamu sudah bisa melupakan masa lalu dengan Raimu, aku jujur senang! Tapi ya……padahal aku, Momono-sama ini, berniat manjain Sakata habis-habisan sebagai kakak perempuan spiritualmu. Siapa sangka, ternyata Sakata sudah punya……pacar secantik ini!”
Lalu Nihara-san menunduk sedikit, mencoba menatap wajah Yuuka yang tertutup oleh topinya.
“Senang berkenalan. Aku, Nihara Momono, teman sekelas Sakata! Jadi jangan khawatir, hubunganku sama dia bukan yang mencurigakan, oke?”
“P-pacar……ehehe……”
Yuuka, Yuuka. Jangan pasang wajah senyum-senyum bodoh begitu. Aku jadi malu.
Mungkin karena sadar aku menatapnya, Yuuka──menarik napas lalu memamerkan senyum paling manisnya. Apakah ini──bukan Watanae Yuuka, melainkan mode Izumi Yuuna yang aktif?
“Tidak kusangka bisa bertemu teman sekelas Yuu-kun di tempat seperti ini, aku benar-benar kaget! Dan wow, kamu super imut sekali! Nihara-san, kan? Rambutmu juga……sangat indah!!”
“Oh, rambut cokelat ini? Sebenarnya aku masukin warna kuning juga. Makanya warnanya jadi cokelat terang begini.”
“Ah, jadi ada warna kuningnya, ya. Cantik sekali! Dan gaun Tiongkok itu……wah, terlihat dewasa banget, cocok sekali. Tapi──kenapa kamu pakai cheongsam?”
“Aduh, kalau dipuji gitu malah bikin malu……Sebenarnya aku pilih ini karena……Sakata bilang aku cocok kalau pakai ini, semacam itu.”
Dengan gerakan leher yang mustahil dilakukan manusia normal, Yuuka langsung menoleh padaku dengan tatapan tajam. Hanya dari tatapannya, aku tahu jelas kalau dia sedang menyalahkanku.
“Ya, maksudku……dia tanya menurutku mana yang bagus, jadi aku jawab seadanya.”
“Seadanya!? Astaga, parah banget……aku sudah serius-serius pakai baju sesuai seleramu, Sakata.”
Sekarang gilirannya Nihara-san menatapku tajam. Dihadapkan pada dua ular berbisa sekaligus, aku hanya bisa berkeringat dingin seperti katak yang ditatap.
“Lagipula……bukankah bajumu itu terlalu seksi? Malah terkesan erotis……”
“Sa-salah! Ini bukan soal seleraku, tapi karena Yuu-kun bilang……dia suka yang seperti ini!!”
“……Hah? Jadi Sakata ini……mesum, ya?”
“Tunggu dulu, Nihara-san? Aku bukannya suka pakaian begitu, dengar dulu!!”
“Eh!? Jadi sebenarnya kamu memaksaku pakai baju vulgar kayak gini!?”
“Wah, ini sih namanya shame play. Sakata, kamu jatuh ke level di bawah tanah.”
Semakin aku membela diri, semakin aku terjebak dalam lubang dalam. Dan setelah itu……para gadis yang tampaknya sudah bersekutu, menghujaniku dengan serangan verbal yang tak terbayangkan.
Tiga puluh menit kemudian. Keduanya sudah berganti pakaian normal dan keluar dari toko.
“Aah, capek banget rasanya.”
“Benar……rasanya kayak aku sudah dipermalukan sampai nggak bisa menikah lagi……”
“Yah, ada Sakata kan. Dia kan benar-benar nggak ada aura perempuan. Selama kamu nggak putus darinya, pasti bisa sampai tahap menikah, percaya deh!”
“……Ehehe.”
Sepertinya bahkan Nihara-san tidak menyangka kalau sebenarnya aku dan Yuuka sudah bertunangan.
Tapi……gimana ini? Nihara-san tidak menyadari bahwa ‘pacar’ yang dimaksud itu sebenarnya Watanae Yuuka. Dan karena Nihara-san bukan otaku, dia pasti tidak tahu siapa itu Izumi Yuuna. Jadi tidak mungkin dia menyangka pacarku seorang pengisi suara.
Kalau begitu……biarkan saja Nihara-san mengira aku punya pacar. Mungkin tidak akan ada masalah?
Tidak──tenang dulu.
Sudah dengan wajah "fuhe" seperti itu, apa mungkin aku percaya kalau Yuuka tidak akan keceplosan?……rasanya mustahil.
Sepertinya lebih baik aku jelaskan dari awal kalau dia bukan ‘pacar’.
"Niihara-san. Sepertinya ada salah paham, jadi aku jelaskan…… anak ini bukan ‘pacar’, tapi ‘adik perempuanku’."
“"Hah?"”
Suara Yuuka dan Niihara-san bertumpang tindih dengan sempurna.
"Eh? Tapi adiknya Sakata…… kalau tidak salah, aku pernah dengar dia ke luar negeri, kan……"
"Ya, kebetulan akhir pekan ini dia pulang. Jadi sekalian lama tidak bertemu, kami jalan-jalan bersama…… iya kan, Nayu?"
"Eh? A, anu…… iya! Aku ‘Sakata Nayu’! Adiknya Yuu-kun!!"
Mungkin karena menangkap maksudku, Yuuka tersenyum manis lalu membungkuk sopan. Padahal hanya situasi dadakan, tapi kemampuan aktingnya luar biasa…… memang pantas jadi pengisi suara. Tinggal menunggu, apakah Niihara-san percaya atau tidak──.
"……hmm, begini ya. Sakata…… jujur saja, aku sulit mempercayai itu……"
Dengan tatapan penuh hinaan, Niihara-san menatapku.
Gawat…… jangan-jangan, tetap tidak dipercaya?
Saat aku resah dalam hati, Niihara-san akhirnya membuka mulut──
"Memakaikan baju segitu vulgar pada adik sendiri…… sebagai manusia, kamu itu…… menjijikkan."
──dan begitulah.
Dengan mengorbankan harga diriku, rahasia hubungan kami berhasil disembunyikan sepenuhnya. Aku ingin percaya kalau ini hasil yang bisa disebut "bagus pada akhirnya."
Kalau tidak begitu berpikir…… hatiku benar-benar akan mati.
Chapter 9
Hidupku Memang Sudah Hancur, Tapi Sejak Bertemu Yuuna-chan, Dunia Ini Berubah
"Argh! Yuu-kun, Baka!!"
Yuuka, yang mengenakan topi hitam menutupi kepalanya dalam-dalam, tetap saja mengembungkan pipinya bahkan setelah kami keluar dari pusat perbelanjaan. Rambut panjangnya yang berwarna cokelat berayun lembut diterpa angin. Bersamaan dengan itu, tercium pula aroma parfum yang lebih manis dari biasanya.
"Maaf, Yuuka. Tapi kalau gosip bahwa aku punya pacar menyebar, bisa -bisa terbongkar kalau kau adalah tunanganku, atau ada isu tentang Izumi Yuuna punya pria dekat... rasanya akan banyak hal yang terungkap."
"Kau terlalu memikirkannya, Yuu-kun."
"Justru kau yang kurang menyadari posisimu sebagai seorang pengisi suara, Yuuka. Kalau sampai tersebar di media sosial bahwa Izumi Yuuna berkencan dengan pria biasa, itu akan jadi kehebohan besar, kau tahu?"
Fakta bahwa masih banyak penggemar yang menuntut kesucian dari seorang seiyuu tidak bisa dipungkiri. Namun, Yuuka semakin menggembungkan pipinya.
"Tapi, aku tidak suka kalau dianggap sebagai Nayu-chan..."
"Nihara-san tidak mengenal Nayu, berbeda dengan Masa dan yang lain. Jadi kupikir lebih baik begitu daripada menciptakan sosok fiktif. Tapi, memang tidak enak juga kalau sampai kau dipanggil adik dengan sikap seburuk itu..."
"Bukan itu maksudku! Aku tidak terima karena kau seakan-akan tidak merasa aneh kalau aku disebut 'adik'! Padahal aku tidak lebih muda darimu, Yuu-kun!!"
────Hah? Maksudnya bagaimana?
Aku memiringkan kepala, sementara di sampingku Yuuka manyun bibirnya.
"...Kalau aku dianggap lebih muda darimu, berarti aku dicap kekanak-kanakan. Padahal aku ini wanita dewasa, lho. Aku juga punya pesona dewasa seperti Ranmu-senpai."
"Umm... bagian mana, ya?"
"Argh! Kau meremehkanku! Harusnya tadi aku tetap pakai baju seksi itu saja!"
Itu bahkan sudah melampaui batas "dewasa." Namun, tampaknya Yuuka masih belum puas, bibir bawahnya ia gigit erat-erat.
"Soalnya aku ini anak SMA, jadi kalau terlihat lebih muda itu rasanya kekanakan... memalukan, kan."
Mendengar itu, tanpa sadar aku mengepalkan tangan. Lalu, aku meluapkan perasaanku begitu saja.
"Yuuna-chan itu ceria, polos, apa adanya, dan kadang manja saat merasa kesepian. Tapi ketika aku hendak memperlakukannya seperti anak kecil, dia justru melawan dan berusaha terlihat dewasa... meski kalau mencoba menggoda balik, ujung-ujungnya selalu gagal dan malah terlihat imut. Itulah... itulah menurutku daya tarik Yuuna-chan."
"............Hah?"
"Jadi, kalau kau ingin terlihat dewasa, itu juga Yuuna-chan banget. Tapi pada akhirnya, saat dianggap anak kecil, kau juga tetap Yuuna-chan. Bahkan ketika kau ngotot menolak itu, aku justru merasa kagum—sebagai Izumi Yuuna sejati."
"…Kau sedang meremehkanku, ya? Pasti sedang meremehkan aku, kan!?"
Meski aku sudah menjelaskannya dengan sungguh-sungguh, Yuuka malah semakin mengembungkan pipinya.
Ia menghela napas panjang dan dalam.
"Haaah... Yuu-kun benar-benar tidak mengerti perasaan perempuan, ya. Tapi──termasuk itupun, aku tetap menyukaimu."
Itulah kelemahan orang yang jatuh cinta... begitu.
Dengan masih menyamar sebagai Yuuna-chan, Yuuka bergumam pelan. Setelah itu, sambil berbincang ringan, kami berdua berjalan menuju stasiun. Waktu sudah sekitar pukul setengah dua siang. Terus terang, perutku sudah cukup lapar.
"Hahaha, Yuu-kun, perutmu bunyi tuh?"
"Kita sudah banyak berjalan, ditambah juga aku agak lelah setelah urusan dengan Nihara-san. Kalau sudah pulang nanti, mungkin aku makan mie instan saja biar cepat."
"Hmm... begitu ya..."
Yuuka tersenyum, lalu menatap ke langit. Sambil meregangkan tubuh, ia berkata:
"...Nee, bagaimana kalau kita santai sebentar lagi?"
Nada manja itu membuat jantungku berdegup kencang tanpa bisa kutahan.
"Itu curang, tahu nggak? Dengan suara khas Yuuna-chan seperti itu, aku jadi tidak bisa menolak."
"Fufun♪ Suara adalah senjata utama seorang seiyuu! Jadi ini cara yang paling sahih!!"
Ia mendadak menunjukkan wajah penuh percaya diri. Lalu, sambil bersenandung kecil, Yuuka mendekatkan bibirnya ke telingaku.
"Hei, ini permintaan seumur hidupnya Yuuna... kalau tidak mau menuruti, aku tidak mau, lho."
"Ugh!?"
Aku refleks mundur menjauh dari Yuuka.
"Hampir saja telingaku melayang... makanya kubilang itu curang! Itu kan dialog dari drama suara bulan Maret, 'Jika Kau Lulus Kelak,' kan!?"
"Seperti yang kuduga dari 'Shinigami yang Jatuh Cinta,' kau ingat dengan baik ya☆"
Sekali lagi, Yuuka menempel di lenganku, lalu mendekatkan bibir ke telingaku.
"Ma-kan! Aku mau makan! Kalau tidak, perut Yuuna bisa kempis dan menghilang, lho~"
"Argh... itu kan dialog dari drama suara tahun lalu, 'Alice Idol:
Seratus Permintaan Manja.'"
Dengan serangan suara khas Yuuna-chan yang deras tanpa henti, HP-ku terus menyusut mendekati nol. Sementara aku tersiksa, Yuuka menatapku dengan senyum penuh kemenangan... sepertinya ia memang berniat melanjutkan ini sampai aku menyerah.
"...Haa. Soalnya ini waktu yang cukup ramai, jadi aku agak khawatir... tapi sebentar saja, benar-benar sebentar, ya? Dan jangan sekali-kali melepas topinya, oke?"
"Siap laksanakan, Kapten Yuu-kun!"
Sambil memberikan hormat dengan pose tegap, wajah Yuuka dipenuhi senyum lebar seakan pipinya bisa jatuh.
"Yuuka, belakangan ini kau makin terlihat seperti gadis kecil yang penuh trik ya."
"Gadis ceria, polos, sedikit genit, itulah Yuuna yang jadi kesukaanmu, kan Yuu-kun?"
Sikapnya yang mudah terbawa suasana seperti ini juga... benar-benar mirip Yuuna-chan. Sungguh, dia memang seiyuu yang luar biasa ── ya ampun.
◆
Akhirnya, aku kalah oleh desakan Yuuka. Kami pun masuk ke sebuah kedai kopi yang terletak sekitar dua menit dari stasiun.
Untuk berjaga-jaga, aku memilih tempat yang pelanggannya tidak terlalu banyak, jadi kemungkinan ada yang mengenali seharusnya kecil.
"...Ehehe."
Saat kami sudah duduk di kursi meja dan aku menarik napas lega, Yuuka yang duduk di seberang terkekeh kecil. Lalu, dengan ujung jarinya, ia sedikit mengangkat pinggiran topi yang dikenakannya, lalu menyandarkan dagu di tangan.
Entah karena makeup, matanya tampak lebih bulat daripada biasanya. Bulu matanya pun tampak lebih tebal dari biasanya. Bibirnya juga tampak merah merona, penuh, dan menggoda. Singkatnya──rasanya benar-benar seperti Yuuna-chan muncul di dunia nyata.
"Yuu-kun, wajahmu merah sekali~"
Sambil memainkan helaian rambut cokelatnya dengan jari, Yuuka terkekeh, "Ehehe."
Sebenarnya wajahmu juga sama merahnya... tapi kurasa kalau aku bilang begitu, aku hanya akan membuat situasi makin sulit untuk diriku sendiri.
"Sudahlah. Jangan menatap wajahku, lebih baik lihat menunya."
"Baiklaah. Hmm... yang mana yaa. Kalau Yuu-kun?"
"Aku sih cukup dengan es kopi saja."
"Hah? Cepat sekali memutuskan!"
Yuuka buru-buru mengangkat menu dan mulai memilih dengan wajah serius. Sementara itu, seorang pelayan wanita datang membawa air. Mungkin usianya sebaya dengan ibuku.
"Aduh, senangnya. Ada pasangan muda yang manis sekali mau mampir ke sini."
Sambil meletakkan gelas di meja, pelayan itu tersenyum ramah.
"Soalnya, di sekitar sini jarang ada pengunjung dari luar. Anak-anak muda lokal biasanya lebih suka ke kafe jaringan di sisi seberang stasiun. Jadi melihat ada pasangan muda datang ke sini... entah kenapa membuatku senang sekali. Maaf ya, kalau mengganggu."
"A-ah, t-tidak apa-apa..."
Dari sikapnya yang terbiasa ini, mungkin dia adalah pemilik sekaligus pelayan? Apa pun posisinya, aku tetap saja kurang nyaman berbicara dengan orang asing. Bahkan pergi ke tukang cukur pun bagiku semacam rintangan besar.
"K-kami!? Kami terlihat seperti pasangan!?"
Saat aku masih kebingungan menjawab, Yuuka memotong dengan nada mengejutkan. Pelayan itu sempat terdiam sesaat, lalu tersenyum ramah dan menjawab:
"Tentu saja. Kalian terlihat seperti pasangan manis anak SMA."
"Iya, kan!? Terlihat sebaya, bukan!? Tidak mungkin aku dianggap 'adik,' kan!?"
"Fufufu... Kalian tampak seperti pasangan sekelas yang imut sekali."
"Yes!!"
Wajar saja, kedai kopi lawas memang punya pelayanan kelas atas. Meski cara Yuuka meyakinkan orang seperti ini justru tampak kekanak-kanakan... tapi karena itu mirip Yuuna-chan, rasanya ya tidak apa-apa.
"Kalau begitu, aku pesan es kopi, ya."
"Ah, kalau aku... soda float, dan juga parfait spesial!"
"Baik, silakan tunggu sebentar, ya."
Pelayan itu pun kembali ke dalam. Sementara itu, Yuuka menatapku dengan wajah penuh kemenangan.
"Tuh, kan!"
"Baik-baik. Kau memang terlihat seperti siswi kelas dua SMA seusiaku."
"Benar, kan! Duh, Nihara-san memang keterlaluan!"
Sambil berkata begitu, ia berpura-pura membuang muka.
"Ini, es kopi dan soda float. Lalu, parfait spesial, ya."
Pelayan tadi kembali dengan cekatan, menaruh pesanan di meja. Kami berdua mengangguk singkat, lalu menyesap minuman masing-masing.
"Enak ya, Yuu-kun."
"Iya. Rasanya memang berbeda dari kafe jaringan."
"Itu juga, tapi... kalau di depanku ada Yuu-kun, semuanya jadi terasa enak."
Yuuka tersenyum, lalu menyendok parfait spesialnya. Ketika ia menyuapkannya ke mulut──
"Mm~! Enak banget!! Buahnya segar, manis sekali!!"
"Haha, dari ekspresi wajahmu saja sudah kelihatan betapa enaknya."
Melihat ekspresi Yuuka yang berubah-ubah seperti seratus wajah, aku jadi ikut tertawa. Kemudian, ia menyodorkan sendok berisi es krim ke arahku.
"Yuu-kun, ayo. Aaan~"
"...Hah?"
Karena tiba-tiba, aku refleks terpaku. Yuuka menatapku dari bawah dengan sedikit tersipu, lalu berbisik pelan:
"...Ingat waktu aku sakit flu dulu, kau menyuapiku, kan? Aku belum sempat membalasnya... jadi, sekarang gantian, ya? Aaan~"
"Eh, tidak perlu balas dendam juga tidak apa-apa──"
"Kesempatan!!"
"Mmpf!?"
Mulutku terasa dingin seketika... lalu pelan-pelan manisnya menyebar.
"Sungguh deh, kau ini memaksa sekali, Yuuka."
"Karena Yuu-kun keras kepala, jadinya aku harus pakai cara keras."
Kami pun saling menatap tajam──sampai akhirnya sama-sama meletus tertawa.
"Yuu-kun, ayo. Kali ini dengan jujur, aaan~"
"Baiklah, baiklah. Aku mengerti..."
Saat kugigit sendoknya, meski mulutku terasa dingin, pipiku justru terasa panas.
Namun entah kenapa, rasa es krim itu──lebih enak daripada tadi.
"Terima kasih ya, pasangan manis. Datang lagi lain kali, ya."
Ketika kami membayar, pelayan wanita tadi menyapaku dengan ramah.
"Anakku sebaya dengan kalian, tapi... sama sekali tidak pernah ada urusan cinta. Sebagai orang tua, aku jadi khawatir juga."
Saat itu, tanpa sengaja mataku tertuju pada papan nama di dadanya.
────『Manajer Limelight, Nonohana』.
Ah... aku benar-benar lupa.
Kedai kopi Limelight. Tempat ini──adalah rumah keluarga Nonohana Raimu. Pantas saja Nihara-san sudah menasihatiku sejak awal. Maaf ya, aku tidak menyadarinya.
"Yuu-kun? Kenapa diam saja? Heeey?"
Wajahku yang tanpa sadar terhanyut dalam pikiran, diperhatikan Yuuka dengan tatapan khawatir.
"Ah, maaf. Tidak ada apa-apa, sungguh tidak ada apa-apa."
Setelah membayar, aku pun meninggalkan kafe Limelight bersama Yuuka.
──Hei, Yuuichi! Lain kali, datanglah ke kafe keluargaku.
──Orang tuaku suka sekali mengobrol, jadi aku jarang sekali mengajak teman ke sana.
──Tapi ada menu andalan kami, parfait spesial. Aku ingin sekali memakannya bersama Yuuichi!
Itu janji yang pernah kubuat dengan Raimu. Tepat sebelum kejadian waktu SMP kelas tiga itu... Kami berjanji untuk makan parfait spesial di tempat ini, bersama-sama.
"Hari ini menyenangkan ya, Yuu-kun!"
Di sampingku yang tengah larut dalam lamunan, Yuuka tertawa riang. Senyum polosnya, sampai-sampai bisa menulari kebahagiaan ke hatiku.
"Parfait spesial tadi, enak sekali ya! Rasanya pipiku sampai mau jatuh."
"...Iya, benar."
Memang, parfait spesial itu enak, pantas disebut menu andalan. Tapi mungkin, rasanya terasa jauh lebih enak karena aku menikmatinya bersama Yuuka. Aku tidak mengucapkannya, tapi itulah yang kurasakan.
"Kalau begitu, Yuuka. Nanti sepulangnya, kita tonton saja film anime yang kau bilang ingin sekali kau lihat."
"Iya! Oh, tapi bagaimana kalau kita beli camilan sekalian pulang? Rumahku jadi bioskop, deh!!"
"Padahal baru saja makan parfait, tapi kau masih bisa makan camilan juga ya."
"Makan nasi, parfait, dan camilan itu tiga perut yang berbeda!"
"Perutmu terbagi terlalu banyak, ya itu."
Sambil bercakap ringan seperti itu, aku dan Yuuka tertawa bersama.
Kemudian, aku menoleh sebentar ke arah kafe tadi──dan berbisik dalam hati. Aku, bagaimanapun juga, tetap bisa menjalani hari-hari dengan penuh semangat.
Jadi──kau juga harus tetap semangat, ya, Raimu.
Chapter 10
Izumi Yuuna Menggelar Fashion Show di Rumah → Hasil yang Mengejutkan
Aku sedang berbaring santai di sofa ruang tamu, memainkan gacha Arisute tanpa henti. Event yang dimulai hari ini berjudul “Alice Nadeshiko Tujuh Transformasi☆ Menyambutmu dengan Berbagai Kostum!”.
Para idol Alice mengenakan kostum yang berbeda dari biasanya, menampilkan daya tarik baru──benar-benar event dewa. Seperti yang diharapkan dari pengelola Arisute. Mereka benar-benar memahami kebutuhan para pemainnya.
────Namun.
“Tidak keluar… Yuuna-chan tidak keluar…!?”
Biasanya pada giliran seperti ini, seharusnya sudah muncul, tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda Yuuna-chan datang.
Ting! Sebuah notifikasi RINE dari Masa muncul.
『Hei, Yuuichi! Deru-chan SSR kostum perawat keluar!!』
Aku segera membalas.
『Aku dapat Ranmu-chan UR kostum maid』
Belum lama setelah centang biru muncul, telepon RINE pun masuk.
“Halo, Masa?”
『Yuuichi… kenapa kau yang malah dapat idol favoritku!? Itu UR,
tahu!? Kau ini… masih manusia, kan!?』
“Hanya gara-gara aku dapat gacha, jangan seakan-akan aku monster. Ada kalanya memang begitu, kan? Kali ini, di putaran pertama langsung keluar Ranmu-chan UR.”
『Apalagi kostum maid… Ranmu-sama dengan pakaian maid, ya!? Apa-apaan itu, surga dunia, kan…aku…aku lebih baik mati saja.』
“Kenapa jadi begitu. Kalau mau mati, minimal dapatkan dulu idol favoritmu.”
Begitu dia mulai mengoceh panjang soal kecintaannya pada Ranmu-chan, aku pun tanpa ampun memutus sambungan telepon.
Maaf, Masa. Tapi sekarang aku tidak ada waktu meladeni ceritamu… Karena aku sedang berjuang untuk mendapatkan Yuuna-chan!
“Yuu-kun!”
Tiba-tiba, di tengah aku larut dengan layar ponsel, terdengar suara pintu ruang tamu terbuka diikuti suara Yuuka.
“Ada apa, Yuuka?”
Aku menjawab sekadarnya sambil tetap menekan tombol gacha.
Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku harus mendapatkan Yuuna-chan──eh, UR Rui-chan keluar!? Kenapa UR lain malah keluar, sementara Yuuna-chan tidak kunjung muncul… biasanya cukup lima kali putar sudah keluar, soalnya dia hanya tipe normal…
“Yuu-kun~”
“Hm? Ada apa, Yuuka?”
“Yuu-kun, Yuu-kun, Yuukun? Yukkun♪ Yuu-yuu? Yuyuyuyuyuyu, Yuu-kun!!”
Entah kenapa dia mulai memanggilku dengan berbagai variasi. Tekanan “tolong perhatikan aku” terasa begitu kuat…
Akhirnya aku menurunkan ponsel perlahan dan menatapnya.
──Dan di sana berdirilah…
“Ehehe… nǐ hǎo, Yuu-kun?”
Mata besar dengan bulu mata lentik. Mulut mungil bak kucing. Rambut cokelat khasnya diikat rapi seperti sanggul.
Yuuka──atau tepatnya Izumi Yuuna──sedang berdiri dengan kostum cheongsam belahan tinggi yang sangat berani.
“…Hah?”
Aku sampai mengeluarkan suara aneh, tak menduga pemandangan seperti ini. Melihat reaksiku, Yuuka tersenyum malu.
“B-bagaimana menurutmu, Yuu-kun… jantungmu berdebar, kan?”
“Lebih tepatnya aku bingung. Kenapa tiba-tiba pakai cheongsam ──tunggu, itu! Bukankah kemarin dipakai oleh Nihara-san!?”
“……Betul sekali~. Itu pakaian yang dipakaikan Yuu-kun ke Nihara-san, dan kau kelihatan senang sekali.”
Dengan mata setengah menyipit, Yuuka menatapku tajam. Lalu bergumam pelan.
“Kalau aku memakai baju yang sama, aku juga tidak akan kalah dari
Nihara-san… jadi kemarin aku diam-diam membelinya. Bagaimana, Yuu-kun, cocok tidak al~?”
“Kenapa jadi ngomong ala-ala orang Cina begitu…”
Sungguh, apa yang sedang dilakukan tunanganku ini…
Aku menepuk kening, lalu mencoba menasihatinya.
“Begini, Yuuka. Aku bukannya punya fetish cheongsam, dan bukan juga karena Nihara-san yang memakainya, jadi──”
“Ka-kalau begitu! Bagaimana kalau yang ini!?”
Belum selesai aku bicara, Yuuka berlari ke arah lorong. Kali ini, ia kembali dengan rambut terurai──
“Yuu-kun… nya~”
“Kau ini bodoh sekali, Yuuka!?”
Telinga berbulu, sarung tangan berbentuk cakar dengan bantalan, kostum berbulu dengan perut terbuka, celana pendek berbulu dengan ekor kecil mencuat di belakang.
Singkatnya──kostum kucing yang sangat seksi.
“Ini juga aku beli kemarin… kupikir Yuu-kun pasti suka.”
“Toko itu sebenarnya menjual pakaian macam apa sih?”
Sweater “pembunuh perjaka”, cheongsam, lalu kostum kucing. Jelas bukan toko pakaian biasa.
“Kalau begitu, lihat yang ini juga!!”
Dengan itu, Yuuka kembali menghilang ke lorong.
Entah sejak kapan, ini berubah jadi semacam fashion show Izumi Yuuna…dan kali ini, dengan rambut cokelatnya diikat menjadi kuncir kembar──
“Yuu-kun! Ayo olahraga bareng!”
“Seriusan itu juga dijual di sana!?”
Itu adalah bloomers, sesuatu yang hanya bisa ditemui di dunia dua dimensi. Dengan memasukkan ujung kaus olahraga putih ke dalam, Yuuka mengenakan bloomers biru tua. Rambutnya yang dikuncir dua bergoyang saat ia tersenyum manis.
Sepertinya jelas, toko pakaian kemarin itu secara hukum pasti bermasalah. Selama ini aku belum pernah melihat ada toko yang menjual bloomers. Benar-benar gila.
────Begitulah. Aku berusaha keras mengalihkan perhatian pada hal lain. Tapi sejujurnya, melihat Yuuka yang sedang berpenampilan seperti Yuuna-chan dengan berbagai kostum, bergaya di depanku… jantungku berdetak begitu kencang seakan mau berhenti.
“Yuu-kun, yang mana paling kamu suka? Atau… kamu ingin yang lain…?”
Baru saja ia akan melanjutkan kata-katanya──
Yuuka menatap layar ponsel di tanganku dan tampak terkejut. Tanpa berkata apa-apa, ia berlari kembali ke lorong. Aku penasaran, lalu menunduk menatap layar ponselku.
『Yuuna SR! Dengan kacamata & kuncir kuda berambut hitam, tampil sebagai siswi teladan yang pintar!』
Berbagai emosi bercampur, aku hampir saja berteriak. Yuuna-chan… ternyata, akhirnya kau jadi SR. Pantas saja kali ini susah sekali keluar.
Aku menggenggam ponsel erat-erat, meresapi kebahagiaan karena Yuuna-chan naik tingkat kelangkaan.
Haa… meskipun dengan rambut hitam, Yuuna-chan tetap imut sekali. Dengan kacamata dan kuncir kuda yang membuatnya tampak serius, tetap saja aura imutnya memancar. Perpaduan antara kesan pintar dan imut──seperti biasa, pihak pengelola benar-benar tahu cara bekerja dengan baik. Tapi… penampilan ini agak mirip Yuuka saat di sekolah, ya…
“Sakata-kun. Lihat ke sini.”
Dengan nada datar, Yuuka memanggilku. Aku pun menoleh perlahan ke arah lorong──dan di sana berdiri Watanae Yuuka dalam balutan sweater “pembunuh perjaka”.
◆
Rambut hitam dikuncir kuda. Kacamata dengan bingkai tipis. Mata sedikit sipit, dengan ekspresi datar seperti saat di sekolah. Itulah sosok Watanae Yuuka──hanya saja, ia mengenakan sweater tanpa lengan dengan punggung terbuka lebar.
“…Bagaimana?”
Mungkin karena sedang mendalami karakter “versi sekolah”, cara bicaranya terdengar datar. Namun pakaiannya sangat terbuka, begitu menggoda.…Rasa bersalahnya terlalu berat, sampai aku tak bisa berkata-kata.
“Kali ini, aku mencoba menirukan Yuuna dari event terbaru.”
“Y-ya, memang cocok dengan tema event sekarang sih…”
“…Bagaimana? Cocok…?”
Hii!?
Ia menempelkan bahu telanjangnya ke dadaku, lalu berbisik di telingaku. Telingaku terasa geli, tubuhku serasa kesetrum. Sungguh gawat.
“Lihat, begini… kalau kau muncul dengan gaya seperti Yuuka di sekolah, tapi berpakaian terbuka begini, aku jelas akan berdebar──”
“Berarti, kamu memang berdebar, ya?”
Aduh, sial. Aku baru saja menekan saklar aneh dalam diri Yuuka.
“Tunggu saja. Mulai sekarang… aku akan berubah.”
────Dan sejak itu, dimulailah fashion show Watanae Yuuka. Atau lebih tepatnya, festival cosplay.
“Sakata-kun. Kau menatap begitu lekat… nakal sekali, ya.”
Dengan kacamata dan kuncir kuda, masih berwajah datar, ia mengenakan cheongsam dan memperlihatkan belahan kakinya. Kaki putihnya yang terlihat dari celah membuatku menelan ludah.
“Sakata-kun, aku ini kucingmu… nyaau.”
Dengan kacamata masih terpasang, ia menambahkan telinga kucing dan mulai mengeong, sambil melambai-lambaikan sarung tangan berbentuk cakar. Karena matanya sipit, kesan kucingnya semakin kuat──dan juga terasa sangat berbahaya.
“Sakata-kun… olahraga apa yang mau kita lakukan?”
Tunggu, tunggu!? Kenapa kau tetap dengan gaya Yuuka versi sekolah, tapi kali ini berkuncir dua? Apalagi dengan bloomers, menatapku dari bawah begitu──akal sehatku bisa hancur!
“Sakata-kun. Ini… memalukan.”
Ya, jelas saja!? Apa yang terpikir sampai kau mengenakan seragam sekolah, lalu menambahkan ikat mata di bawah kacamata, bahkan mengikat tanganmu sendiri dengan tali!?
Aku sebenarnya tidak punya fetish semacam itu, tapi… pintu baru dalam diriku hampir terbuka!
“Nyaau~♪”
Sebagai penutup, Yuuka yang melepas wig dan kembali ke mode “rumah” muncul. Dengan telinga kucing, celana pendek berbulu dengan ekor, serta kostum berbulu yang memperlihatkan perutnya, ia melambai-lambai ke arahku──serangan pamungkas untuk mental.
Setelah itu, ia berganti lagi dengan gaun biru muda yang biasa dipakainya, lalu masuk ke ruang tamu dengan wajah penuh kemenangan.
“Jadi, Yuu-kun! Aku sudah mencoba berbagai macam gaya, baik sebagai Izumi Yuuna maupun Watanae Yuuka. Menurutmu, mana yang paling kamu suka?”
Seperti habis menaiki roller coaster puluhan kali, rasanya tenagaku dan semangatku terkuras habis. Aku hanya bisa menunduk lesu di sofa sambil menjawab.
“Kalau aku jawab… kamu mau apa?”
Saat jadi Izumi Yuuna, benar-benar seperti Yuuna-chan muncul di dunia nyata. Baik yang seksi maupun yang imut, semuanya hanya terasa sangat manis.
Saat jadi Watanae Yuuka, kesan gadis kaku di sekolah yang ternyata di hadapanku mengenakan pakaian seperti itu… membuatku hampir kehilangan kewarasan karena rasa bersalahnya.
Jujur, aku tidak bisa menilai yang satu lebih baik dari yang lain.
“Kalau ada yang paling disukai Yuu-kun, aku kepikiran mau menjadikan -nya pakaian sehari-hari. Soalnya… aku ingin Yuu-kun selalu merasa senang bersamaku!”
Ucapan Yuuka yang begitu tulus──membuat dadaku terasa hangat. Maka aku pun menatapnya dan menunjuk langsung ke arahnya.
“Eh? Ada apa, Yuu-kun?”
Yuuka menatapku bingung, sementara aku tersenyum dan menjawab dengan tegas.
“Kalau untuk pakaian sehari-hari, aku paling suka yang biasanya. Yang santai, bisa ketawa, bisa marah, kadang melakukan hal aneh…bersama Yuuka yang seperti itu, aku merasa paling tenang.”
Begitu selesai bicara, aku sadar ucapanku terdengar terlalu berlebihan. Aku buru-buru mengalihkan pandangan dari Yuuka. Mungkin terlalu sok keren barusan……Atau begitulah kupikir, sampai──
“Yuu-kun, aku sayang banget sama kamu!!”
Yuuka melompat memelukku erat-erat.
Saat kulirik ke bawah, kulihat wajahnya menempel di dadaku, tersenyum lebar seperti anak anjing.
Ya, beginilah keseharian kami──dan aku merasa paling tenang dengan itu.
“Tapi… kalau ada pakaian lain yang ingin kau lihat aku pakai, bilang saja ya? M-meskipun kalau terlalu terbuka aku malu, tapi… aku akan berusaha semaksimal mungkin.”
Hal itu ternyata tetap tidak berubah. Tapi ya, justru itulah──dengan semangatnya yang aneh seperti itu──yang membuat Yuuka tetap menjadi Yuuka seperti biasanya.






Post a Comment