NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 Chapter 3

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 3 

【Urgent】

 Cara yang Benar Menulis Permohonan di Tanabata


“Baik, semuanya! Cepat duduk di tempat masing-masing!!”


Pintu kelas terbuka keras-keras, dan wali kelas kami, Gousaki Atsuko-sensei, masuk ke dalam. Teman-teman sekelas yang tadinya asyik mengobrol segera kembali ke bangku masing-masing.


Seperti biasa, Gousaki-sensei memulai homeroom.


“Anak-anak, kalian tahu hari ini tanggal berapa? Kalau begitu, Nihara.”


“Eh?”


Dengan wajah bingung karena tiba-tiba ditunjuk, Nihara-san menyentuh bibirnya lalu menjawab:


“Hmm, Tanabata, kan?”


“Betul, Tanabata. Kalau begitu, Watanae. Kau tahu apa arti hari Tanabata?”


“Ya.”


Yuuka pun berdiri perlahan, lalu mendorong kacamata di wajahnya.


“Hari di mana Orihime dan Hikoboshi, yang terpisah oleh Sungai Amanogawa, bisa bertemu sekali dalam setahun… begitu pemahamanku. Sebagai tradisi, orang biasanya menggantungkan permohonan yang ditulis di kertas tanzaku pada bambu atau batang sasa.”


Memang luar biasa, Watanae Yuuka di sekolah.


Dengan wajah tanpa ekspresi sedikit pun, ia melontarkan jawaban sempurna──menciptakan aura yang terasa sangat sulit didekati. Padahal kalau di rumah, ia banyak bicara dan hanya seorang gadis manis yang suka menempel pada orang lain.


Saat aku melamun memikirkan itu, Gousaki-sensei tertawa kecil dengan senang hati.


“Karena itu, supaya kita bisa menikmati Tanabata bersama-sama, OSIS sudah menyiapkan acara khusus. Kalian lihat bambu yang ada di halaman sekolah, kan? Silakan tulis permohonan kalian di tanzaku, lalu gantungkan di sana. Tidak masalah juga kalau ingin anonim.”


Ketika kulihat dari jendela, memang ada sebatang bambu besar yang sudah dipasang di halaman sekolah. OSIS memang anak-anak yang populer, ya… sampai bisa menggerakkan sekolah untuk bikin acara begini. Itu jelas bukan sesuatu yang bisa kulakukan. Dan kemudian… dengan spidol di tangan, aku menatap tanzaku yang dibagikan.


Permohonanku, ya.


“Sakata, kamu kelihatan mikir keras banget. Lucu, deh.”


Aku langsung mendongak, dan melihat Nihara-san menatapku sambil terkekeh.


“Kamu sudah selesai menulis, Nihara-san?”


“Iya. Soalnya doaku selalu──satu aja.”


Tanzaku yang ia sodorkan ke arahku bertuliskan besar-besar:


『Perdamaian Dunia』


“Eh… Nihara-san, kamu lagi bercanda, kah?”


“Enggak. Itu memang permohonan seriusku.”


Ucapan yang kedengarannya seperti pahlawan. Ah, ngomong-ngomong soal pahlawan, tempo hari di toko aku lihat mainan──


“Udahlah, Sakata cepat tulis! Jangan kebanyakan ngobrol!!”


Padahal dia sendiri yang mulai mengajakku bicara… tetap saja, pola pikir gyaru memang tidak pernah bisa kupahami. Tapi yah… meskipun orang lain tidak mengerti, kalau itu permohonan yang tak bisa dikompromikan dalam hati, itu wajar saja. Aku pun punya── permohonan seperti itu.



Begitu aku keluar ke halaman sambil membawa tanzaku, sudah banyak murid yang berkerumun di sekitar bambu. Aku menunduk, melihat permohonan yang kutulis sendiri:


『Semoga “dia” bisa bahagia』


Aku tidak menuliskan nama, dan tentu saja tidak menandatangani.


──Yuuna-chan. Setiap kali aku memejamkan mata, senyumnya selalu memberi energi dan semangat. Seorang idola yang luar biasa, seakan melampaui dimensi. Ujung rambut cokelatnya yang sedikit melengkung, gaya kuncir kembar yang lucu. Mata sayunya yang cocok dengan wajah manisnya. Bibirnya yang mungil, mirip kucing. Dengan tunik pink, rok mini kotak-kotak, serta kaus kaki hitam setinggi paha──celah di antara rok dan kaus kaki itu menciptakan absolute 

territory yang membuat jantungku berdebar.


Dewiku──Yuuna-chan. Di dalam imajinasiku, ia tersenyum malu-malu sambil berkata:


────”Yuu-kun! Hari ini kita nonton anime bareng, yuk?”


Aku terkejut dan segera membuka mata. Karena suara itu memang suara Yuuna-chan… tapi sekaligus bukan. Dan juga, bukan suara sang pengisi suara, Izumi Yuuna. ──Melainkan suara tunanganku di rumah, Yuuka.


“Sedang apa?”


Suara datar dari belakang membuatku tersadar. Saat aku menoleh, yang ada hanyalah Watanae Yuuka versi sekolah.


“Di belakangmu ada antrean, cepatlah.”


“Ah, iya… maaf.”


Aku buru-buru menggantungkan tanzaku di bambu, lalu memberi giliran pada Yuuka. Tapi ketika hendak berjalan kembali ke kelas… perasaan tidak enak muncul di dadaku.…Jangan-jangan Yuuka menulis sesuatu yang aneh? Meski aku tahu tidak sopan, aku pun menoleh ke belakang dan menajamkan mata ke arah tanzaku yang ia gantungkan.


『Aku sangat mencintai Yuu-kun Kelas 2-A Watanae Yuuka』


Aku langsung panik, berlari ke bambu, dan meraih tanzaku itu. Yuuka sempat terkejut, tapi segera kembali ke ekspresi datarnya.


“Sakata-kun. Kembalikan.”


Tidak, tidak, tidak!? Jelas saja ini tidak boleh dibiarkan!

Sambil melirik sekitar, aku dan Yuuka buru-buru pindah ke balik pohon besar di tepi lapangan.


“…Hei, Yuu-kun. Kembalikan. Itu permohonan paling pentingku.”


“Eh… ini terlalu banyak hal yang salah sampai bikin kepalaku pusing. Pertama, ini bahkan bukan permohonan. Ini lebih seperti pernyataan perasaanmu, kan?”


“Tapi aku sungguh merasa begitu…”


“Kalaupun iya, coba pikir. Kamu tulis nama lengkap dan kelasmu di situ, apa yang akan terjadi? Semua orang bakal heboh bertanya ‘Siapa Yuu-kun yang disukai Watanae-san!?’ Gosip bakal menyebar secepat kilat.”


Jangan meremehkan kekuatan gosip.


“Kalau sampai orang tahu kita tinggal serumah, apa yang terjadi? Pasti heboh sekali, kan? Apalagi kamu juga Izumi Yuuna, seorang pengisi suara. Kamu harus benar-benar hati-hati dengan pandangan orang.”


Bagi seorang seiyuu muda, skandal dengan pria adalah hal yang bisa berakibat fatal.


Aku teringat baru-baru ini ada seorang pengisi suara perempuan yang ketahuan tinggal bersama pacarnya──dan langsung jadi bulan-bulanan di internet. Para penggemar yang sebelumnya mendukungnya,seketika berbalik menghujat. Pemandangan neraka semacam itu──aku tidak mau, sama sekali tidak mau, Yuuka yang selalu berusaha keras sampai harus mengalaminya. Baik sebagai tunangan Yuuka, Sakata Yuuichi, maupun sebagai penggemar nomor satu Yuuna-chan yang menyebut dirinya “Shinigami yang jatuh cinta”──aku sungguh merasa begitu.


“T-tapi! Kalau aku menulis kebohongan di tanzaku, nanti bisa-bisa aku kena hukuman langit… sesuatu yang buruk bisa terjadi!”


“…Apa?”


Karena sama sekali tidak menyangka dengan alasan itu, aku tanpa sadar mengeluarkan suara aneh. Yuuka menatapku dari bawah, menggigit bibir mungilnya erat-erat.


“Makanya aku ingin menuliskan namaku dengan jujur, dan menyampai-kan perasaan ‘aku sangat mencintai Yuu-kun’ itu sampai ke Amanogawa.”


“…Eh? Memangnya Orihime dan Hikoboshi itu dewa atau semacamnya?”


“──Sakata. Kalian ngapain di sini?”


Tiba-tiba ada suara menyapa. Aku dan Yuuka buru-buru menjaga jarak. Pelan-pelan kami menoleh.


“Eh? Kenapa Watanae-san juga ada di sini?”


“…Kebetulan lewat saja.”


Yuuka dengan cepat memasang wajah tanpa ekspresi dan membetul-kan kacamatanya. Jelas-jelas mencurigakan, tapi wajah serius Nihara-san menunjukkan kalau dia sedang memikirkan hal lain dan tidak peduli pada itu. Di tangannya──terlihat tanzaku milikku.


『Semoga “dia” bisa bahagia』(catatan: maksudnya, semoga Yuuna-chan bisa bahagia)



Yuuka menatapku dalam-dalam, karena aku sudah lebih dulu merebut tanzakunya. Aku menyembunyikan tanzaku Yuuka di belakangku, sambil menatap lurus ke arah Nihara-san. Dan──Nihara-san yang sedang memegang tanzaku milikku, kali ini memasang wajah serius yang jarang kulihat darinya.


────Apa-apaan situasi ini?


“Pertama-tama, maaf ya, Sakata… aku tanpa izin lihat tanzakumu.”


“Ah, enggak… yah, iya sih.”


“Aku tahu salah, tapi aku mau tanya… siapa ‘dia’ yang kamu maksud di sini?”


Jawaban yang tepat seharusnya: Yuuna-chan dari Arisute. Seandainya saja aku bisa langsung menjawab begitu. Memang, waktu aku berdebat soal “oshi” dengan Masa aku sampai ribut sendiri, tapi pada dasarnya aku tidak suka orang lain tahu aku ini otaku. Aku tidak ingin jadi bahan gosip, jadi aku tidak bisa dengan mudah mengakuinya.


“…Begitu, ya.”


Aku masih diam, tapi entah kenapa Nihara-san malah mengangguk 

kecil, seakan sudah mendapat jawaban yang ia butuhkan. Ia lalu menghela napas panjang.


“Sebaiknya kamu belajar untuk melupakan. Terus memulai cinta yang baru, biar semangatmu bisa balik lagi. Urusan kayak gini tuh──”


“…Apa?”


Dia memberi nasihat seperti sedang serius, tapi maaf. Aku benar-benar tidak merasa nyambung. Entah bagaimana ia menafsirkan reaksiku, Nihara-san kembali menghela napas.


“Lihat muka kamu. Masih kelihatan, kan? Di hatimu, dia masih ada.”


“Dia siapa?”


“Jangan pura-pura bodoh, deh. Maksudku… Raimu, lah.”


Raimu.


Begitu nama itu terdengar, seketika darahku seperti surut dari seluruh tubuh. Luka lama berdenyut lagi. Kalau mau gaya ala chuunibyou, rasanya seperti “Bangkitlah, tangan kanan yang tersegel!”


“‘Semoga Raimu bisa bahagia’… gitu, kan. Serius deh, Sakata, lebih baik kamu benar-benar melupakan Raimu.”


Tepatnya, kau yang baru saja mengingatkanku padanya. Padahal aku benar-benar sudah hanya memikirkan Yuuna-chan.


Nonohana Raimu──aku tidak akan pernah lupa. Nama gadis yang kusukai waktu kelas 3 SMP. Saat itu aku menjalani hidup sebagai “otaku yang berlagak populer.” Aku sok keren, sok merasa diriku oke. Aku sama sekali tidak pernah terpikir akan ditolak──sampai aku nekat menyatakan cinta padanya.

“Hei. Kita… mau pacaran, nggak?”

“Maaf, ya. Aku tidak bisa.”


Keesokan harinya, kabar penolakanku langsung tersebar ke seluruh kelas. Aku jadi bahan olok-olokan, ejekan, sampai akhirnya aku menolak masuk sekolah. Di titik paling rendah hidupku, aku diselamat-kan oleh sosok dewi──Yuuna-chan. Dan gadis yang mewakili “masa lalu kelam” itu──adalah Nonohana Raimu.


“…Tuh, kan. Mukamu kelihatan banget kayak mau nangis.”


Ya gara-gara siapa, coba. Gara-gara siapa. 


Makin buruk karena Nihara-san sama sekali tidak bermaksud jahat.


“Hmm, tapi yah… memang nggak gampang sih. Aku ngerti kok. Kakakmu ini paham.”


“Kakak apanya. Kita seumuran, tahu.”


“Sebagai kakak secara mental──Nihara Momono ini siap membantu Sakata! Mau satu bantuan, dua bantuan, bahkan lebih pun, aku bakal kasih!”


“Aku nggak minta, sumpah!?”


Meskipun aku menolak dengan jelas, begitu semangatnya gyaru ini sudah menyala, dia tidak bisa dihentikan.


“Oke, oke. Memang cara paling ampuh buat melupakan cinta lama adalah dengan cinta baru. Sudah, aku sudah putuskan! Biar Sakata bisa tersenyum lagi, aku bakal mencurahkan cinta sebesar-besarnya buatmu!!”


“Aku bilang, aku nggak minta, kan!?”

“Waktu itu aku juga sudah janji, kan? Pas liburan musim panas nanti, aku bakal masakin makanan terenak buatmu! Habis itu aku temani tidur, kugendong, kuciumi kepalamu──pokoknya bakal kuperlakukan kayak bayi!!”


“Makanya aku bilang, aku nggak minta──mugyuh!?”


Sebelum sempat menyelesaikan kalimat, sesuatu menempel di wajahku, membuatku bahkan sulit bernapas. Aroma manis yang tidak bisa dijelaskan. Lembut, hangat, dan begitu nyaman────tunggu, ini jelas bukan hal yang benar, kan!?


“Mugyuh, mugyuh……puhah!?”


Dengan sekuat tenaga aku melepaskan wajahku dari sesuatu itu, lalu menghirup napas panjang. Dan, seperti yang sudah kuduga──di depanku ada dada besar milik Nihara-san.


Melalui celah blazer yang setengah terbuka, bahkan belahan dadanya pun terlihat jelas. Nihara-san melipat lengannya erat, seolah sengaja menonjolkan bagian dadanya.


“Tuh kan, Sakata…? Manjalah sepuasmu padaku. Rasakan cinta ini sepuasnya. Dan semua masa lalu yang menyakitkan… ayo kita hempaskan bersama~”


“Aku nggak minta, aku benar-benar nggak minta! Lagian aku itu, sungguh, soal Raimu sudah──”


“Perilakui tercela.”


Seketika, suara sedingin es memotong percakapan konyolku dengan Nihara-san. Pelan-pelan aku menoleh──dan kulihat Yuuka dengan tatapan sedingin salju.


“Yuu……Watanae-san?”


“Ini sekolah. Bukan tempat untuk membicarakan hal-hal ringan tentang cinta dan perasaan.”


Orang yang baru saja menulis di tanzaku “Aku sangat mencintai Yuu-kun” itu sekarang berkata begitu.


“Ah, m-maaf, Watanae-san……iya ya. Kita kan lagi di sekolah.”


Begitu Yuuka berkata demikian, Nihara-san langsung kehilangan semangatnya dan melangkah kembali ke arah gedung sekolah. Tersisalah──aku dan Yuuka.


“Eh, anu, Yuuk──”


“……Yuu-kun, Baka.”


Begitu Nihara-san pergi, IQ Yuuka langsung turun drastis. Pipi mungilnya mengembung, dan ia berkata dengan nada yang sama sekali tidak sesuai dengan orang yang tadi baru saja menyebut “pergaulan bebas.”


“……Kalau sudah pulang ke rumah, aku bakal bikin kamu sadar kalau lebih bahagia menghabiskan waktu mesra denganku.”


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close