NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 Chapter 4

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 4 

 Karena Ini Tanabata, Kupikir Akan Kusebar Saja Sejarah Kelamku


Setelah hari penuh keributan akibat kejadian di Tanabata berakhir, aku pun pulang. Aku dan Yuuka duduk berdampingan di sofa, masing-masing hanya menyeruput kopi tanpa sepatah kata pun.


“…………”

“…………”


Penampilan Yuuka sudah berubah ke mode rumah. Rambutnya yang biasanya diikat ekor kuda kini terurai, ujung-ujungnya mengembang lembut. Tanpa kacamata, matanya yang agak sayu membuatnya terlihat lebih muda dari usianya. Dari pakaian rumah yang longgar, tersingkap bagian bahu dan dada, memancarkan pesona yang menggoda. Kakinya yang putih mulus pun tampak semakin menonjol karena ia tidak mengenakan kaus kaki.


“E-ehm, Yuuka……”


“Uwaaaan, Yuu-kun Baka!!”


Begitu aku mencoba membuka percakapan, Yuuka langsung meledak seperti bom. Ia mengibaskan kedua lengannya dengan heboh, sambil melotot ke arahku dari bawah.


“Jadi pada akhirnya, kamu memang lebih suka yang besar kan! Kayak Nihara-san!!”


“Hei hei hei, aku nggak pernah bilang begitu kan!? Lagi pula, Yuuka, kamu terlalu memikirkan soal itu!!”


“Uuuh…… soalnya, kan ada pepatah, ‘yang besar bisa menggantikan 

yang kecil’”


Aku rasa, itu bukan ungkapan yang cocok dipakai dalam konteks seperti ini. Apa dia punya semacam kompleks soal ukuran dadanya?


Sementara aku berpikir begitu, tepat di hadapanku, Yuuka masih manyun dan mulai meremas-remas dadanya sendiri dengan wajah kesal……。


“Hentikan, hentikan itu!”


“Kenapa? Karena dengan dadaku, kamu tidak bisa merasa puas?”


“Bukan itu! Aku bilang hentikan karena bikin perasaanku jadi aneh!!”


Tak peduli besar atau kecil, melihat seorang gadis meremas dadanya sendiri──itu rangsangan yang terlalu berbahaya bagi siswa SMA. Bisa mati, dalam banyak arti.


──── Prrriiiiing♪


“Uwah!?”


Pada saat yang begitu tidak tepat, ponselku berbunyi. Aku langsung membalikkan badan ke arah lain dari Yuuka dan mengangkat teleponnya.


“Halo?”


『Haaah…… Nii-san, kenapa sih tiap kali selalu nggak pernah angkat di nada pertama? Dasar didikan buruk banget』


Begitu sambungan tersambung, yang langsung meluncur keluar adalah makian tak masuk akal.


Itu suara adikku──Sakata Nayu. Ia masih SMP kelas dua, tinggal bersama ayah yang ditempatkan kerja di luar negeri.


Oh ya, ibu tidak ada di keluarga kami. Beberapa tahun lalu, beliau bercerai dan sejak itu tak pernah lagi berhubungan dengan kami. ……kalau dipikir-pikir, didikan kami sama saja kan? Kenapa tiba-tiba aku yang dibilang didikan buruk?


『Kenapa diam aja? Nggak banget deh. Paling nggak kasih satu kalimat manis dong, ke adikmu yang baik hati udah nelpon』


“A-ah…… lama nggak ketemu ya”


『Ugh, parah banget. Itu kalimat monyet juga bisa』


“Bukankah itu berlebihan?”


『Wah, berani nyaut balik. Ini pelecehan deh. Gila, punya mentor pelecehan di keluarga』


Pertama kalinya aku dengar istilah mentor pelecehan! 


Tapi ya, kupikir memang tadi aku agak dingin saat menanggapi teleponnya. Jadi aku coba memperbaiki sikap.


“Gimana kabarmu? Sudah lama banget ya, sejak terakhir kita ngobrol begini”


『Ih, geli. Nggak kuat』


Ditolak mentah-mentah.


“K-kenapa!? Aku cuma berusaha ramah karena sudah lama nggak ngobrol──”


『Secara naluri udah nggak bisa diterima. Serius deh, coba tunjukkan kasih sayang ke adikmu dengan lebih tulus』


“K-kasih sayang……? Apa sih yang kamu omongin? Malu banget──”


『Justru Nii-san yang salah, kok diambil serius? Lucu banget』


Aku mulai kepikiran untuk menutup telepon. Sambil menghela napas karena sikap adikku yang semaunya sendiri itu──


“U-um, Yuu-kun…… telepon itu, jangan-jangan dari Nihara-san?”


Mungkin karena tadi kami baru saja membicarakan Nihara-san, Yuuka jadi salah paham ke arah yang tidak masuk akal.


“Tentu saja tidak, kan? Nihara-san nggak pernah telepon aku sebelumnya”


“Kalau begitu…… mungkin, Raimu-san?”


“Itu malah lebih mustahil!!”


Aku mati-matian menyangkal, tapi Yuuka sudah menaruh tangan di dagu, bergumam seolah-olah sedang jadi detektif.


“……aku mengerti. Yuu-kun bilang tanzaku itu ditulis untuk ‘Yuuna’. Tapi itu hanya pengalih perhatian. Sebenarnya, maksudnya adalah ‘Raimu’ yang Nihara-san sebut! Dan kebetulan sekali, di saat ini ada telepon…… Jadi pasti Raimu-san!”


“Apa-apaan itu!? Itu bahkan bukan deduksi!!”


『……Nii-san, berisik. Raimu? Kenapa Nii-san ngomongin perempuan brengsek itu sama Yuuka-chan?』


“Yah, ceritanya panjang…… tapi coba gini deh. Aku akan nyalakan speaker, jadi kau perkenalkan dirimu langsung ke Yuuka, biar nggak terjadi kesalahpahaman”


『Hah? Ribet…… ya sudahlah』


Aku menekan tombol speaker dan meletakkan ponsel di atas meja.

Yuuka menatap layar ponsel dengan wajah serius, menarik napas dalam──


“A-aku, namaku Watanae Yuuka. Kamu…… siapa?”


『……Namaku adalah Nonohana Raimu. Iblis mesum yang telah mencuri hati Sakata Yuuichi』


Teriakan Yuuka menggema ke seluruh rumah. 


Nayu…… kalau nanti kita bertemu, sungguh-sungguh kau akan kuberi pelajaran.



『Maaf ya, Yuuka-chan… aku benar-benar menyesal, kok』


"Dasar Nayu-chan bodoh! Ada hal yang boleh dilakukan, dan ada juga yang tidak boleh dilakukan, tahu nggak!?"


『E-ehm, itu…』


"Pokoknya, kamu sama sekali tidak boleh melakukan keisengan seperti ini lagi, ya? Mengerti, Nayu-chan!?"


『……Iya. Maaf……』


Nayu yang biasanya semena-mena dan sebebas angin, sekarang jadi benar-benar patuh. Memang luar biasa Yuuka. 

Aku atau ayah pun tidak bisa membuatnya seperti itu.


Sementara aku sedang kagum, Yuuka justru jadi muram. Seperti anak anjing dengan telinga yang terkulai.


"…Maaf ya, Yuu-kun. Tebakanku tadi benar-benar meleset. Aku jadi cemburuan, maaf…"


"Yah, memang sih tebakannya agak asal… tapi tidak apa-apa, selama kamu mengerti."


Kami saling menunduk pelan. Lalu saling bertatap,dan tersenyum tipis.


『…Semua ini salahnya Nonohana Raimu』


Dari ponsel yang masih tersetel speaker, suara jahat Nayu terdengar.


『Aku cuma berpikir, kan di Jepang sekarang Tanabata, jadi ya sudah, aku telepon saja. Tapi gara-gara si wanita brengsek itu… aku malah dimarahi Yuuka-chan』


"Kamu dimarahi Yuuka karena kamu sendiri yang iseng, kan?"


Padahal sudah kukasih komentar paling masuk akal, tapi Nayu malah mengabaikannya.


"Hei, Yuu-kun. Tentang orang yang namanya Raimu-san itu. Kamu… benar-benar sudah tidak merasa apa-apa lagi?"


"Iya. Jujur saja, aku bahkan tidak teringat apa pun sebelum Nihara-san menyinggung soal itu."


『Ya jelas lah. perempuan iblis seperti itu lebih baik dihapus saja dari ingatan』

Dengan suara masam, Nayu berkeluh kesah. Yuuka lalu menyapanya.


"Nayu-chan. Kalau kamu sampai membencinya sejauh itu… apa, hubungan Yuu-kun dengan Raimu-san dulu benar-benar separah itu? Maksudku, kan katanya karena itu Yuu-kun jadi membenci cinta di dunia nyata."


『──Itu terjadi saat Nii-san kelas tiga SMP』


"Tunggu sebentar!? Kenapa kamu mulai menceritakan masa laluku dengan gaya seolah-olah ini adegan kilas balik!?"


『Soalnya masalah hari ini juga membesar gara-gara Nii-san tidak menjelaskannya dengan benar pada Yuuka-chan, kan? Sudah waktunya Nii-san menghadapi masa lalu kelam itu』


Ya, aku mengerti maksudmu, Nayu? Tapi bisakah kamu mempertimbangkan perasaan orang yang aibnya dibongkar di depan umum? Serius.


『Jadi, waktu Nii-san kelas tiga SMP──』


Dan Nayu sama sekali mengabaikan protesku, lalu mulai menceritakan masa laluku yang memalukan pada Yuuka.



Keluarga kami, orang tua kami bercerai. Setelah perceraian, ibu pergi entah ke mana, ayah jatuh dalam depresi yang parah. 


Sejak itu, baik Nii-san maupun aku merasa, "pernikahan itu benar-benar tidak ada artinya." Tapi──itu lain soal. Nii-san punya masalahnya sendiri.


Waktu SMP, Nii-san itu… ya bisa dibilang sok keren? Benar, dia menyebut dirinya sendiri "otaku tapi gaul." 

Dari situ saja sudah menyedihkan, bikin ketawa.


Nii-san merasa dirinya oke dengan gaya seperti itu. Dan yang memperburuk semuanya adalah… orang yang bahkan aku malas sebut namanya. "Nonohana Raimu," iblis penggoda pria. Sampai musim dingin kelas tiga SMP, Nii-san dan dia masih cukup akrab, kurasa. Raimu itu… kalau dibilang baik, ramah. Kalau dibilang buruk, penjilat ke semua orang.


Saat itu Nii-san sering mengajak teman-temannya main ke rumah. Raimu pun dengan seenaknya ikut-ikutan, lalu berpura-pura jadi "gadis ceria ramah semua orang" di depan Nii-san, Kuramasa──oh, maksudnya Kurai──dan siapa pun. Apalagi dengan Nii-san, jaraknya terasa sangat dekat. Buatku, itu menjijikkan.


Lalu, bulan Desember yang takkan kulupakan. Nii-san mungkin merasa punya kesempatan. Dia menyatakan cinta pada Raimu.


Yah, bisa dimaklumi. Soalnya gadis itu kelihatan jelas seakan memberi harapan. Tapi si iblis itu──menolak Nii-san dengan kejam. Itu saja sudah keterlaluan. Tapi keesokan harinya, kabar bahwa Nii-san ditolak langsung menyebar ke seluruh kelas. Aku tidak punya bukti. Tapi aku yakin, itu ulah perempuan itu. Makanya, aku tidak akan pernah memaafkannya. Sampai mati pun tidak.


Setelah itu, sekitar seminggu, Nii-san mengurung diri di kamar. Aku sampai berpikir, "Jangan-jangan dia tidak akan pernah keluar lagi?" …Tapi, entah bagaimana dia bisa bangkit kembali.


Alasannya──Yuuka-chan pasti tahu, kan? Tokoh yang kamu perankan itu. Nii-san terobsesi dengan karakter itu, lalu berkata, "Aku hanya akan mencintai dua dimensi." Dengan cara yang aneh itu, dia akhirnya bisa kembali ke kehidupan sosial.


Selesai.

"Guooooo……"


Aku menutupi wajahku dengan kedua tangan, lalu berguling-guling di karpet. 


Apa-apaan "selesai" itu. Semua aibku dibongkar habis-habisan… aku benar-benar ingin mati.


『…Yah, begitulah kejadian waktu itu. Jadi jelas kan? Nii-san tidak mungkin masih ada rasa pada Nonohana Raimu. Kalau sampai ada──aku sendiri yang bakal mukul pakai pipa besi biar sadar』


Dengan nada penuh benci sekaligus marah, Nayu melontarkan ancaman mengerikan. Sementara aku terengah-engah, menumpukan tangan di meja untuk bangkit berdiri.


"Haa… haa… ya, memang begitu. Masa laluku persis seperti yang diceritakan Nayu. Jadi, soal yang terjadi di sekolah tadi, itu semua hanya khayalan Nihara-san. Jadi, Yuuka, kamu jangan──"


────Lalu tiba-tiba. Sebuah kelembutan, kehangatan, dan wangi manis sekaligus menyelimutiku.


"Yu… Yuuka?"


"Maaf yaa… Yuu-kuun… aku nggak tahu sama sekali hal itu…"


Sambil memelukku erat, Yuuka menangis tersedu-sedu. Kalau dia sudah mengerti, sebenarnya aku tidak keberatan.


"Aku berjanji… akan selalu menjaga Yuu-kun seumur hidupku, ya? Aku akan mencintaimu terus, sampai kamu sendiri bilang ‘berhenti’ karena sudah tidak tahan lagi!"


Begitulah Yuuka, terseret emosi dan terus berteriak.

Aku hanya bisa menahan dan memeluknya sambil bingung harus bagaimana. Dan Nayu──


『Kalau mau mesra-mesraan, bisa nggak teleponnya diputus dulu? …Cih』


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close