NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 6 Chapter 6 - 10

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 6 

【Kejutan】

Saat Aku Memberi Salam kepada Ayah Tunanganku, Hal yang Tak Terduga Terjadi


"…Pagi sudah datang."


Melihat sinar matahari yang menyelinap melalui celah gorden, aku mengembuskan napas panjang, sangat panjang.


Semalam, Yuuka menguatkan hatinya dan menelpon teman lamanya dari SMP untuk menyemangati mereka. Melihat Yuuka yang begitu tegar itu terasa begitu menggemaskan, hingga aku memeluknya erat-erat, lalu kami tertidur begitu saja berdua… dan saat kusadari, pagi sudah tiba. Sejak tadi, aku tidak bisa menghentikan helaan napas yang terus keluar.


"Kurasa tidak apa-apa, tapi… tetap saja aku gugup."


Sambil memandang Yuuka yang masih terbungkus selimut dan tertidur dengan tenang, aku bergumam seorang diri.


──Ya. Hari ini adalah hari yang bisa dibilang sebagai titik penting dalam hidupku. Hari ini aku akan bertemu langsung dengan ayah Yuuka, yang kemarin tidak ada di rumah karena pekerjaan.



"Yuu nii-san, apa kau baik-baik saja?"


Isami, yang tampaknya menyadari langkahku yang berat, menoleh dan bertanya.

Aku sedang berjalan menuju kamar ayah Yuuka, ditemani Yuuka dan Isami. Jujur saja, meski memalukan, aku benar-benar gugup.


"Yuu-kun, tidak apa-apa kok!"


Dengan suara ceria, Yuuka meraih lenganku dan menempel padaku. Lalu, dengan senyuman lebar bak anak kecil, ia berkata:


"Karena Yuu-kun itu orang yang begitu hebat. Jadi sudah pasti, ayah pun akan segera merasa tenang."


Itu memang kata-kata yang dimaksudkan untuk menenangkanku, tapi pada kenyataannya justru menaikkan standar dengan gila-gilaan, Yuuka?


Sementara kami begitu, Isami membuka pintu geser kamar ayah mereka dan masuk. Tak lama kemudian ia keluar kembali.


"Ayah bilang ingin berbicara berdua saja dengan Yuu nii-san… bagaimana?"


Eh, langsung berdua saja?


Aku benar-benar tidak menyangka. Kupikir awalnya kami akan bicara bersama dengan Yuuka atau Isami. Aku jadi agak gentar mendengar itu. Mungkin karena melihat wajahku yang jelas-jelas gugup, Yuuka menarik ujung pakaianku.


"Yuu-kun, kau baik-baik saja? Aku juga bisa ikut, kok? Aku pun belum memberi salam kepada ayah."


"…Tidak apa-apa, terima kasih, Yuuka. Tapi aku bisa melakukannya."


Aku sangat senang Yuuka mengkhawatirkanku. Namun jika ayah tunanganku mengajakku berbicara berdua, lalu aku lari dari itu… harga diriku sebagai pria pasti akan runtuh. Maka, dengan tekad yang bulat, aku melangkah masuk setelah diantar Yuuka dan Isami── perlahan membuka pintu geser kamar ayahnya.


"Pe… permisi."


"──Ah. Silakan duduk."


Dengan suara rendah, beliau menyuruhku duduk. Aku pun dengan hati-hati duduk bersimpuh di atas bantal yang disediakan.


Di depanku duduk seorang pria berambut pendek dengan uban di sana-sini. Kurasa usianya sebaya dengan ayahku. Namun dari balik kacamata hitam tebal itu, terpancar sorot mata yang sangat tajam. 


Dengan bersila dalam pakaian jinbei, sosoknya begitu berwibawa. Tidak ada satu pun kemiripan dengan ayahku yang selalu tampak santai. Orang inilah──ayah Yuuka.


"Maafkan saya untuk semalam. Setelah membuatmu menunggu, aku bahkan tidak sempat bertemu."


"T-tidak apa-apa. Saya justru yang merepotkan──"


"Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini. Aku adalah Watanae Rikushirou──ayah Yuuka."


Beliau sudah lebih dulu memperkenalkan diri. Aku buru-buru menundukkan kepala dalam-dalam.


"Saya yang seharusnya berterima kasih sudah dijamu dengan baik. Senang bertemu… Saya Sakata Yuuichi, yang selama ini selalu banyak ditolong oleh Yuuka-san."


"…Ah. Silakan duduk lebih santai saja."

"T-tidak apa-apa, saya begini saja sudah cukup."


Berbeda dengan Yuuka, Isami, maupun ibu mereka──ayahnya memberi kesan pendiam dan keras. Rasa tegang di dadaku semakin menjadi-jadi. Aku harus berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan sedikit pun.


"Yuuka… apakah ia baik-baik saja di sana?"


"Y-ya! Yuuka-san selalu ceria, baik di rumah maupun di sekolah. Dengan kelembutan dan kehangatan hatinya, ia selalu memberiku semangat… setiap hari aku selalu merasa bersyukur kepadanya."


"Yuuka memberimu semangat──katamu."


…Apa aku baru saja menginjak ranjau?


Ucapannya yang diulang itu membuatku gelisah setengah mati. Namun, tanpa menunjukkan perubahan ekspresi, beliau melanjutkan dengan tenang.


"Seperti yang mungkin sudah kau tahu. Waktu SMP dulu, Yuuka sempat berhenti sekolah. Saat itu… ia selalu menangis."


"…Ya, saya mendengarnya langsung dari Yuuka-san. Bahwa ia ingin mengubah dirinya, mengikuti audisi, lalu menjadi pengisi suara. Itu menjadi titik balik yang membuatnya merantau ke Tokyo sejak SMA."


"Benar. Sebagai ayah, tentu saja aku lebih banyak merasa khawatir… Tapi sekarang, ia benar-benar baik-baik saja, ya."


"Saya juga mendengar, bahwa Anda sering merasa cemas akan hidup sendiri yang dijalani Yuuka-san. Karena itu, ayah saya berbicara dengan Anda, dan akhirnya tercetuslah gagasan pernikahan kami──"


Begitu kalimat itu keluar dari mulutku… aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku menatap lurus ke arah ayah Yuuka yang duduk bersila dengan tangan terlipat.


Seorang relasi bisnis penting yang khawatir akan putrinya yang tinggal seorang diri, lalu menjalin kedekatan dengan ayahku. Lalu, entah bagaimana, mereka membuat kesepakatan aneh untuk menjodohkan aku dengan Yuuka. Dari cerita yang aneh itulah awal mula kehidupan bersama kami──


Ayah mertuaku yang pendiam dan keras ini…benarkah beliau akan mengatakan hal yang begitu mengejutkan?


"…Yang mengusulkan pernikahan ini sebenarnya adalah ayahmu, Yuuichi-kun."


──Brak!


Aku merasa seperti kepalaku dipukul keras, sebuah guncangan yang tak terduga menerpa diriku.


"Tentu saja, aku tidak bermaksud mengatakan bahwa itu sepenuhnya salahnya. Jika aku menolak usulannya sejak awal, perjodohan ini tidak akan pernah dimulai."


"…………"


Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutku. Kepalaku seakan-akan menjadi putih kosong, dunia terasa jungkir balik.


Ayah mertua menatapku lurus, lalu bertanya:


"Kau bilang, kau mendapat semangat dari Yuuka. Bahwa setiap hari penuh dengan rasa syukur, benar begitu?"


"…………Ya, benar."


"Kalau begitu, izinkan aku bertanya satu hal──Yuuichi-kun. Apa yang Yuuka dapatkan darimu?"


────Apa yang Yuuka dapatkan dariku?


Sejak aku mulai tinggal bersama Yuuka, aku sudah banyak menerima semangat──juga senyuman. Karena Yuuka selalu ada di sisiku dengan senyumannya, hari-hariku perlahan menjadi lebih cerah dan hangat. Bahkan saat Natal, kalau bukan karena dukungan Yuuka… aku pasti tidak akan bisa jujur dan berterus terang dengan Nayu. Tapi kalau begitu… apa yang bisa aku berikan kepada Yuuka?



"…Heeh. Jadi, Nii-san dipatahkan oleh ayahnya Yuuka lalu kabur pulang? Hebat juga ya,ternyata Nii-san itu benar-benar bodoh?"


Dari seberang telepon, suara dingin Nayu terdengar menusuk telinga.


Ah… sudah lama tidak kudengar nada ini. Itu suara khas Nayu ketika benar-benar marah. Sejak kecil, begitu benar-benar meledak, Nayu malah jadi dingin dan tenang.


Pertemuan pertamaku dengan ayah Yuuka ternyata membawa sebuah kenyataan mengejutkan──bahwa pernikahan ini adalah usulan dari ayahku sendiri. Lalu beliau menanyai aku: apa yang sebenarnya Yuuka dapatkan dariku? Tapi kepalaku dipenuhi berbagai pikiran bercampur aduk, dan memalukan sekali, aku tidak bisa langsung menjawab.


Melihat aku seperti itu──ayah mertua hanya berkata dengan tenang:


"…Itu memang pertanyaan mendadak. Untuk hari ini, tidak apa-apa jika kau tidak bisa menjawab. Tetapi, tidak lama lagi──aku ingin mendengar ‘jawaban’-mu."

────Begitulah. Setelah melalui pertemuan keluarga yang terasa seperti neraka itu, aku kembali ke rumah.


Aku berniat menghubungi ayah untuk menanyainya langsung, tapi entah kenapa ponselnya mati dan tidak bisa dihubungi.


Jadi, aku menelepon Nayu, berharap bisa diteruskan padanya── namun akhirnya aku malah dipaksa menceritakan semuanya, hingga sampailah aku pada keadaan sekarang.


"Nii-san kan sudah berjanji akan menikah dengan Yuuka-chan, bukan? Tapi cuma karena sedikit gugup, Nii-san tidak bisa jawab apa-apa? Jujur saja, bukankah lebih baik mati saja? Kasihan sekali Yuuka-chan."


"Eh, tunggu dulu, Nayu? Jangan salah paham. Fondasi pernikahan ini tiba-tiba diguncang, lalu aku ditodong dengan pertanyaan seperti itu. Tentu saja ada alasan meringankan…"


"Kalau begitu aku balikkan lagi kata-kata Nii-san. Sekalipun fondasi berubah, sekalipun ditanya mendadak, bukankah seorang laki-laki tetap harus bisa menjawab? Dengan sikap pengecut seperti itu, kalau pihak mereka bilang ‘pertunangan dibatalkan’, apa yang akan Nii-san lakukan? Lihat kan, Nii-san bahkan tidak bisa membantah. Nii-san ini benar-benar bodoh."


"…………Ugh."


Sungguh terlalu masuk akal, aku tidak punya lagi kata-kata untuk membela diri. Nayu menghela napas panjang, lalu berkata:


"…Yah, pokoknya. Lain kali Nii-san wajib balas dendam. Lagipula ayah bilang akhir bulan ini akan diadakan pertemuan keluarga resmi antara pihak kita dengan keluarga Yuuka-chan."


"…Apa? Tunggu, Nayu. Ayah ada di situ?"


"Iya."


"Berikan teleponnya pada ayah, Nayu! Aku harus dapat penjelasan langsung darinya soal pernikahan ini──"


"Ah, dia kabur."


"Astaga, dasar ayah sialan!!"


──Begitulah akhirnya, aku tidak berhasil mendengar penjelasan langsung dari ayah tentang pernikahan ini.


Satu-satunya hal yang jelas adalah, dalam waktu kurang dari sebulan… aku akan menghadapi ayah Yuuka sekali lagi untuk ‘pertarungan balasan’.


"Ah… apa yang harus kulakukan…?"


Setelah menutup telepon dengan Nayu, aku terkulai lemas di atas meja. 


Aku teringat malam Tahun Baru, saat Yuuka menelpon teman SMP-nya──untuk menutup lembaran masa lalunya. Padahal ia pasti memiliki masa lalu yang lebih menyakitkan dariku, tapi Yuuka berusaha keras membuat teman di sekolah, dan sebagai seorang pengisi suara, ia terus berusaha membuat banyak penggemar tersenyum. Aku selalu mendapat semangat dari senyum Yuuka itu.


──Kalau dibandingkan denganku, bagaimana jadinya? 


Waktu itu aku patah hati oleh Nonohana Raimu, lalu kabar itu tersebar ke seluruh kelas… ditambah luka batin akibat perceraian ayah dan ibu. Setelah bertemu dengan Yuuna-chan dan mulai mendukungnya sebagai ‘Shinigami yang jatuh cinta’, aku bersumpah dalam hati: Aku tidak akan lagi menjalin cinta dengan gadis tiga dimensi yang hanya akan saling menyakiti.


Beberapa saat setelah itu, aku bertemu Yuuka. Dan berkat itulah, aku bisa menjalani hari-hari yang menyenangkan sekarang.


Kalau ditanya apakah aku sudah bisa menghadapi masa lalu dan berusaha keras seperti Yuuka──aku sadar bahwa kenyataannya, aku sama sekali belum bisa menghadapinya. Aku tidak punya sesuatu yang bisa dengan yakin kukatakan sebagai hal yang kuberikan kepada Yuuka.


"…Benar-benar menyedihkan aku ini."


"──Unyaa!!"


Saat aku tenggelam dalam pusaran pikiranku sendiri, tiba-tiba Yuuka melompat dari belakang dan menubrukku. Dadanya yang lembut menempel erat di punggungku. Aroma samar sampo beraroma jeruk tercium dari rambutnya.


"U-umm… Yuuka? Kenapa tiba-tiba pakai bahasa kucing lalu melompat ke arahku?"


"…Soalnya Yuu-kun kelihatan nggak semangat."


Masih memelukku dari belakang, Yuuka menempelkan jarinya ke punggungku lalu mulai menggerakkannya pelan.


"T-tunggu, Yuuka!? Itu… benar-benar geli sekali!!"


"…Tertawalah~"


Meski aku bersuara keras, Yuuka tidak menghentikan gerak jarinya, 

malah berbisik pelan:


"Aku sudah bahagia hanya dengan Yuu-kun ada di sisiku. Karena Yuu-kun ada, aku bisa banyak tersenyum. Jadi… tertawalah~ Tertawa yang banyak ya, Yuu-kun~"


Ah, jadi begitu──ini maksudnya "membuatku tertawa (secara fisik)." Karena aku terlihat murung, dia jadi khawatir.…Maaf ya, Yuuka.


"Funya!?"


Aku segera memutar tubuhku dengan paksa, lalu berbalik dan memeluk Yuuka erat-erat. Mungkin karena terlalu mendadak, Yuuka langsung terkejut dengan wajah merah padam, tapi tidak lama kemudian tubuhnya mengendur dan ia menyandarkan diri kepadaku.


"──Yuu-kun."


"Terima kasih ya, Yuuka… Iya, aku baik-baik saja. Aku sudah semangat lagi sekarang."


"Benarkah~? Chira~ chira~"


Yuuka berkata dengan nada bercanda, menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan seperti anak nakal. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tertawa sungguhan.


"Ah, lihat kan. Yuu-kun tertawa lagi. Chira~ chira~"


Mungkin karena senang melihatku tertawa, bibirnya melengkung manis seperti kucing, lalu ia mulai menggerakkan kepalanya semakin cepat. Sungguh… dia memang cepat sekali larut dalam suasana.


"Iya iya, aku sudah baik-baik saja. Jadi, tenanglah?"


"…Munyuu."


Saat aku mengusap kepalanya dengan lembut, Yuuka pun menjadi tenang dan meringkuk manis dalam pelukanku.


"Ehehe~… Yuu-kun~ Aku tidak akan pernah jauh dari Yuu-kun, selamanya ya~…"


Melihat Yuuka yang begitu polos, aku jadi merasa masalah yang tadi kupikirkan hanyalah hal konyol.


Memang benar, aku yang belum bisa mengatasi masa laluku seperti Yuuka, tidak bisa langsung menjawab pertanyaan ayah mertuaku. Seperti yang tertulis di omikuji──"rintangan tak terduga." Benar-benar begitu. Tapi… supaya aku bisa terus tertawa bersama Yuuka. Sebelum bertemu lagi dengan ayah mertuaku, aku pasti akan menemukan ‘jawaban’-nya dengan sekuat tenaga.


Kalau tidak, aku tidak akan bisa dengan bangga menyebut diriku sebagai──"suami masa depan Yuuka."




☆Tahun Baru, Pekerjaan Pertama☆


"──Yuuna tidak akan pernah! Pergi dari sisimu!!"


"Ya, oke."


Begitu sutradara suara mengatakan itu, aku menarik napas dalam-dalam lalu membungkuk dengan penuh semangat.


"Terima kasih banyak! Tahun ini juga mohon bimbingannya!!"


Fuuuh… pekerjaan pertamaku di tahun baru, akhirnya selesai dengan lancar! Saat aku merasa lega begitu, dari belakang Kurumi-san memanggilku.


"Yuuna, kerja bagus. Aktingmu di awal tahun ini sangat baik."


"Ehehe~ Terima kasih, Kurumi-san!"


Hari ini, entah kenapa, riasan bibir Kurumi-san terlihat lebih pink dari biasanya. Rambut cokelat pendek model bob, ditambah setelan jaket hitam dengan rok ketat… benar-benar tampak dewasa dan menawan. 


Keren sekali. Aku juga ingin bisa seperti itu kalau sudah dewasa nanti.


"Kalau begitu, Yuuna. Sebentar lagi kita pindah ke kantor, ya."


"Baik~ Aku segera bersiap!"


Setelah selesai merekam suara baru untuk peran Yuuna di studio, aku dan Kurumi-san pun berangkat menuju kantor. Sesampainya di sana, kami bergabung dengan Ranmu-senpai yang sudah tiba lebih dulu.


"Selamat Tahun Baru, Ranmu-senpai!!"


"Ya. Tahun ini juga, mohon bimbingannya… Yuuna."


Kemudian aku dan Ranmu-senpai mengikuti Kurumi-san… sampai akhirnya kami berdiri di depan ruang direktur.


Ruang direktur, ya. Kayaknya ini pertama kalinya aku masuk ke sini. Menurut Kurumi-san, direktur sangat senang dengan keberhasilan grup Yurayura★Kakumei yang terbentuk tahun lalu──dan itulah sebabnya kami mendapat kesempatan memberi salam tahun baru langsung.


Aku merasa sangat berterima kasih… tapi di sisi lain, menghadiri salam resmi seperti ini membuatku gugup. Apa waktu Yuu-kun menyapa ayahku, dia juga merasa seperti ini ya?


"Direktur, permisi."


Mengikuti Kurumi-san, aku dan Ranmu-senpai pun melangkah masuk ke ruang direktur──.


"Se-selamat tahuu… ah!!"


Aku tergagap. Parah sekali. Aduh… aku benar-benar ceroboh.


"Ahahaha. Memang menyenangkan ya, Izumi Yuuna."


Di hadapanku yang salah tingkah, orang yang tertawa dengan gembira itu adalah direktur utama 60P Production. 


Orang yang memimpin kantor ini──Direktur Rokujou Reika. Rambut cokelat keemasan bergelombang indah. Tahi lalat kecil di dekat mata kanannya menambah pesona dewasa.


Sejujurnya, kalau beliau mengaku seorang artis pun, aku pasti percaya…


"Selamat Tahun Baru. Mohon maaf atas kecerobohan Yuuna, Direktur Rokujou."


"Shinomiya Ranmu──benar, sesuai kabar. Kau memang cool beauty. Ngomong-ngomong, aku dengar kau mengagumi Kei, bukan?"


"Ya. Bagi saya, cara hidup Matogi Kei-san──adalah penunjuk jalan. Saya ingin mempertaruhkan segalanya, dan seperti beliau, saya akan menargetkan puncak dunia seiyuu."


Dari punggung Ranmu-senpai seakan menyembur api membara… aku benar-benar merasakannya.


"──Begitu rupanya."


Direktur Rokujou menatap kami berdua bergantian, dengan sorot mata yang berkilauan.


"Shinomiya Ranmu dan Izumi Yuuna. Dua orang yang begitu bertolak belakang, tapi sekaligus begitu dekat. Sungguh… Yurayura★Kakumei benar-benar telah menciptakan reaksi kimia yang luar biasa."


Bertolak belakang tapi dekat? Aku dan Ranmu-senpai?


Sementara aku masih bingung, Direktur Rokujou menyandarkan kedua sikunya di meja──dan berkata:


"60P Production melihat potensi besar pada Yurayura★Kakumei. Aku berharap tahun ini pun kalian akan terus bersinar. Kalian berdua."



"Haaah… benar-benar menegangkan ya, Ranmu-senpai."

"Hal seperti ini tidak cukup untuk membuatku gugup. Aku tidak akan pernah kehilangan ‘peranku’, di situasi apa pun."


Ucap Ranmu-senpai dengan tenang… memang luar biasa. Sementara aku, baru saja duduk di bangku lounge kantor, langsung rasanya kehabisan tenaga dan terkulai lemas.


"Ngomong-ngomong, Yuuna──bagaimana Natalmu kemarin?"


"…Eh? Natal?"


Karena tiba-tiba ditanya begitu, aku sempat bengong.


Bukankah Ranmu-senpai pernah bilang──sebagai pengingat bagi dirinya sendiri, dan demi orang-orang yang ia korbankan demi mimpinya, ia tidak akan merayakan Natal? Makanya aku sama sekali tidak menyangka beliau menyinggung soal Natal di tahun baru ini.


"Rasanya… sangat menyenangkan! Natal terbaik dalam hidupku!!"


"Karena ada ‘adik’-mu, begitu?"


"Ya! ‘Adik’ku ada di sisiku, lalu aku juga dapat hadiah yang indah darinya!! Rasanya benar-benar Natal yang belum pernah kualami sebelumnya──"


…………Ah. Padahal aku melewati Natal bersama ‘adik’. Tapi aku bilang itu ‘belum pernah terjadi sebelumnya’. Itu jelas-jelas sebuah slip of the tongue… aduh, bodohnya aku.


"Begitu──syukurlah."


Aku kira aku sudah benar-benar membuat kesalahan… sampai langsung terpuruk. Tapi, entah kenapa, Ranmu-senpai sama sekali tidak menyinggung hal itu.


Dengan senyum lembut, ia berkata kepadaku.


"‘Adik’mu dan dirimu… aku bilang kan, aku berharap agar Natal kalian menjadi sesuatu yang indah? Jadi, jika bagimu dan juga baginya, Natal benar-benar menjadi hari peringatan yang luar biasa… maka tidak ada yang lebih baik dari itu."


"…Ranmu-senpai."


Senpai-ku yang selalu terlihat tegas, keras pada diri sendiri, dan entah kenapa misterius. Namun, sejak kami membentuk unit dan beraktivitas bersama, aku mulai merasakannya. Bahwa Ranmu-senpai sebenarnya sangat lembut hati—dan seorang yang penuh perhatian pada orang lain.


Itulah sebabnya aku begitu menghormatinya, menyayanginya,

dan merasa tak mau kalah darinya.


"Ranmu-senpai! Tahun ini juga, mari kita adakan konser yang luar biasa… bersama-sama!!"


Entah bagaimana, perasaanku yang meluap membuatku berteriak lantang begitu. Ranmu-senpai hanya tersenyum tipis, lalu menjawabku.


"Ya. Tahun ini juga, aku menantikannya—senang bekerja sama denganmu, Yuuna."




Chapter 7 

【Semester Tiga】 

Tentang tunanganku dan sahabat burukku yang memulai komedi salah paham


"Watanae-saaan! Selamat tahun baruuu!!"


"…Selamat tahun baru, Nihara-san."


Hari upacara pembukaan semester tiga. 


Dari percakapan pertama setelah tiba di sekolah, perbedaan suasana hati antara Nihara-san dan Yuuka begitu mencolok. Padahal saat teleponan tepat setelah tahun baru, Yuuka begitu ceria dan bersemangat… tapi begitu masuk sekolah, dia langsung berubah seperti ini.


Memakai kacamata, rambut hitam panjangnya diikat ekor kuda. Dengan sikap datar dan tenang menghadapi orang lain. Itulah Watanae Yuuka—versi sekolah.


Aku hanya duduk di kursiku sendiri, memandangi keduanya dengan samar.


"Sudah lama nggak ketemu. Gimana, sehat-sehat aja?"


"Ya, begitulah."


"Eh? Waktu pesta kelas kemarin kayaknya kamu lebih cair, deh? Ada apa?"


"Ini tahun baru."


"Eh, kalau tahun berganti langsung reset gitu? Seriusan? Kalau begitu, mulai sekarang aku bakal sering ngajak ngobrol lagi biar kita balik deket kayak dulu!"


"Silakan."


Yuuka, yang sejak awal tahun sudah menunjukkan keterampilan komunikasi buruk-nya, tetap saja terus didekati Nihara-san yang tak kenal menyerah. 


Luar biasa juga dia… kalau aku sih, pasti mental udah runtuh. 


Rambut panjang berwarna cokelat terang, blazer yang dipakai agak longgar dan santai, serta sifat ramah yang bisa menyapa siapa saja. Benar-benar cocok disebut "gyaru yang ceria", tapi sebenarnya dia juga seorang otaku berat tokusatsu. Itulah Nihara Momono—sahabat terbaik Yuuka.


"Eh, Momooo. Akeomee!"


"Yaho~ Akeome, Momono!"


TLN : Akeome itu Selamat Tahun Baru (CMIIW) tapi disingkat


Tak lama kemudian, beberapa siswi lain yang melihat Nihara-san pun berkumpul sambil ramai menyapanya.


Ah, Yuuka buru-buru menunduk. Mungkin dia sudah lupa bagaimana biasanya bersikap dengan teman-teman sekelas setelah cukup lama liburan… aku bisa mengerti perasaannya. Tapi teman-teman sekelas yang sudah berkumpul itu tak ambil pusing, malah mulai mengajak Yuuka ngobrol.


"Watanae-san juga, akeome!"


"Ya, tahun barunya sudah lewat."


"Tahun barunya lewat sih iya… tapi yang utama kan selamatnya, bukan bagian ‘sudah lewat’-nya?"


"…Memang selamat."


"Ahaha! Kayaknya karakter Watanae-san tuh lucu banget ya. Bikin adem gitu rasanya. Kamu ngerti kan, Momo?"


"Ngerti banget! Aku juga suka banget sama Watanae-san! Imut banget!! Tahun ini kita rame-rame seru-seruan lagi bareng ya, Watanae-san!"


"…Eh?"


Kenapa malah miringkan kepala segala. Sudah panik banget sih Yuuka, sampai otaknya nggak jalan──tapi. Walau begitu, di tengah dikerumuni teman-teman yang ramai mengajaknya bicara, Yuuka terlihat sedikit tersipu lalu tersenyum tipis.


Melihat itu saja, entah kenapa hatiku ikut terasa hangat.


"Yo, Yuuichi… Akeome de Alice."


Bahuku ditepuk dengan santai oleh orang yang sejak tahun baru langsung bawa-bawa Arisute. 


Dialah Masa—Kurai Masaharu. Rambut berdiri rapi dengan kacamata hitam tebal, sahabat burukku.


"Itu kan kalimat dari bonus login lima hari berturut-turut Arisute awal tahun baru, kan?"

"Iya… fitur dewa banget bisa pilih suara karakter favorit sendiri!"


"Jujur aja, itu gila sih. Waktu Yuuna-chan ngucapin itu ke aku, rasanya kayak telingaku lagi dengerin mimpi tahun baru."


"Ya kan! Aku juga waktu Ranmu-sama ngucapin selamat tahun baru, beneran ngerasa tahun ini boleh langsung selesai aja!!"


"Eh, itu sih kebangetan juga…"


Seperti biasa, obrolanku dengan Masa sejak SMP nggak pernah berubah. Isinya cuma hal-hal konyol, tapi justru hubungan semacam ini bikin nyaman. Dalam arti itu, aku benar-benar bersyukur punya Masa sebagai teman.


"Tapi──bukan itu! Aku lagi beneran marah sama kamu, Yuuichi!?"


"…Hah?"


Kenapa tiba-tiba dia malah melotot begitu. Lagian yang mulai bahas Arisute tadi juga dia, kan? Terlalu ekstrem banget perubahan mood Masa di awal tahun ini.


"Aku kan udah bilang di telepon kemarin… jangan sok-sok misterius, jelasin aja yang sebenarnya."


"Ah… jadi soal itu ya."


Begitu Masa bilang begitu, pikiranku langsung jadi tenang.


Pada hari Natal, kebetulan Masa melihatku bersama Yuuka di rumah. Waktu itu aku nggak bisa jelaskan apa-apa karena lagi harus buru-buru cari Nayu.


"Masa. Soal itu, aku nggak berniat menyembunyikannya. Aku bakal 

cerita semuanya."


Selama ini, aku selalu takut hubunganku dengan Yuuka ketahuan, lalu jadi bahan ejekan seluruh kelas seperti waktu SMP dulu. Kalau soal Nihara-san, ya memang kebetulan sudah terbongkar… tapi selain itu, bahkan pada Masa yang paling dekat denganku, aku tetap memilih untuk diam. Namun──setelah berbicara dengan ayah Yuuka, aku jadi sadar. Sama seperti Yuuka yang sudah berjuang menghadapi masa lalunya, aku pun harus bisa menghadapinya. Kalau tidak, aku tak akan pernah bisa melangkah maju.


"Begitu ya… makasih, Yuuichi."


"Tidak, justru aku yang harus minta maaf karena tidak segera menjelaskan. Kalau kuceritakan sekarang pasti akan panjang... bagaimana kalau nanti sepulang sekolah saja?"


"Baiklah. Asal kau benar-benar menjelaskan, aku tidak keberatan. Tapi... sebelumnya izinkan aku mengatakan ini dulu. Kalau tidak, perasaanku tidak akan tenang."


"Apa maksudmu?"


Karena wajah Masa terlihat jauh lebih serius dari biasanya, aku refleks bersiap diri, bertanya-tanya apa yang akan ia katakan. Namun, aku tidak boleh lari dari sini.


Aku menelan ludah dengan gugup, lalu menunggu kata-kata Masa. Kemudian Masa, dengan gerakan tubuh yang berlebihan, berkata:


"Aku kecewa padamu... bagaimana bisa kau berselingkuh padahal sudah punya seseorang yang kau tetapkan di hatimu!!"


"────Selingkuh? Apa maksudmu, Sakata-kun?"


Dan itu terjadi pada waktu yang benar-benar paling buruk. Entah sejak kapan, Yuuka sudah mendekat ke arah kami bersama Nihara-san, dan ia langsung menanggapi ucapan Masa.


"Selingkuh...? Meskipun sudah berjanji untuk berpacaran, kau justru tergoda pada wanita lain... apakah itu yang kau lakukan, Sakata-kun?"


Tunggu, tunggu, Yuuka!?


Karena ucapan Masa yang dipotong seenaknya, jadinya terdengar seperti bom besar baru saja dijatuhkan. Padahal, yang sebenarnya ingin ia katakan pasti begini:


Kau sudah punya (Yuuna-chan) sebagai satu-satunya yang ada di hatimu.

Namun kau malah "berselingkuh" dengan perempuan tiga dimensi.


Tetapi, sayangnya... sekali tombol kesalahpahaman Yuuka menyala, ia sulit dihentikan.


"Heh... bolehkah kau menjelaskan? Tentang perbuatan kotor yang kau lakukan di awal tahun ini──Sakata-kun."



Dengan tatapan sedingin es, Yuuka sekolah menatapku tajam.


Di sampingnya, Nihara-san tampak jelas gelisah, wajahnya seperti berkata "ini situasi pertarungan cinta, kan...".


Penyebab utama kekacauan ini, yakni Masa, yang mengucapkan kata-kata membingungkan di kelas. Dan aku sendiri, yang mulai merasa kesadaranku menjauh.


──Ya, perkenalkan, inilah anggota kelompok kacau ini.

"Kalau begitu, Kurai-kun. Coba ceritakan secara singkat dulu, bagaimana sebenarnya?"


"Baik... sebagai dasar, harus kau tahu. Yuuichi ini sudah memiliki seorang gadis cantik yang ia pacari sejak SMP."


Hei, tambahkan keterangan 'di dunia dua dimensi' di situ! Kalau kau bicara seperti itu, Yuuka dan Nihara pasti akan salah paham──


"Apa!? Dari SMP!? Sakata, kau bercanda, kan? Itu tidak mungkin..."


"Heh... begitu rupanya..."


Lihat kan!? 


Mereka jelas salah mengira bahwa yang dimaksud itu Raimu!


"Tapi waktu hari Natal, aku kebetulan bertemu dengannya di jalan. Di sampingnya ada seorang gadis──yang bukan 'pacar' yang kukenal!"


"Hei, kenapa dari tadi kau bicara setengah-setengah begitu!? Pacar yang kau kenal itu──"


"Sakata-kun, diam dulu."


"Sakata, berisik. Kalau mau beralasan, nanti saja."


Eh? Kenapa giliranku untuk menjelaskan tidak pernah datang? Kapan aku bisa meluruskan ini? Sekarang seharusnya waktunya!


"Tunggu, aku tidak bisa mengikutinya... Kurai, sejak kapan Sakata dan 'dia' mulai pacaran?"


"Musim dingin kelas tiga SMP."


"Apa!? Mustahil! Waktu itu Sakata jelas-jelas ditolak, kan!!"


"Ah... memang benar saat itu ada kejadian serius juga. Tapi, meski begitu, Yuuichi tetap mencintai 'dia', dan akhirnya mereka benar-benar bersatu...!!"


Nihara-san → mengingat kenyataan bahwa aku ditolak oleh Raimu.

Masa → mengingat event serius dalam game Arisute waktu itu.


"Kurai-kun. Apakah ada orang lain yang tahu bahwa Sakata punya pacar!?"


"Apa? Nihara tahu, kan? Kita bertiga pernah bertemu dengannya."


Itu kan waktu di panggung Yurayura★Kakumei! Mengapa ucapannya bisa menyesatkan begitu!?


"Hah!? Aku memang tahu 'dia', tapi aku tidak tahu kalau mereka pacaran!!"


"Hm? Jadi kau kira itu hanya cinta bertepuk sebelah tangan Yuuichi? Yah, wajar saja. Siapa juga yang akan menyangka bahwa Yuuichi setiap hari mendengar pacarnya membisikkan kata cinta lewat ponselnya."


"Setiap hari!? Kata cinta!?"


Itu kan cuma karena aku mendengarkan voice Yuuna-chan di Arisute!

Apa dia sengaja memperkeruh suasana? Bagaimana bisa mereka tetap berbicara tanpa sadar salah paham begini? Namun karena penjelasan Masa yang setengah-setengah itu...Yuuka dan Nihara kini sampai pada kesimpulan aneh: "Aku dan Raimu diam-diam berteleponan dan masih berpacaran hingga sekarang."


"Be... be... b-begitu ya. Jadi begitu, Sakata-kun... hiks."

Karena salah paham, Yuuka hampir menangis, sampai-sampai sisi "Yuuka rumah" mulai terlihat keluar.


"Sakata──aku benar-benar tidak bisa memaafkanmu! Aku akan bilang pada Nayu-chan dan Isami-kun juga!"


Karena salah paham, Nihara-san yang terbakar amarah demi Yuuka malah siap memicu bencana berikutnya.


Ini benar-benar terlalu gawat. Tadi giliranku terpotong, tapi aku tidak bisa terus diam. Aku juga ingin tetap hidup!


"Tunggu dulu, kalian berdua? Sebenarnya, 'pacar' yang dimaksud Masa itu──"


"Aku tidak mau dengar!"


Di luar dugaan, Yuuka tiba-tiba menutup telinganya. Ia berjongkok membelakangi kami, kedua telinganya ditutup rapat dengan tangannya.


"Cukup, Sakata. Watanae-san jelas tidak mau mendengarnya."


Melihat punggung Yuuka yang begitu menyedihkan, Nihara-san menegurku dengan suara tegas.


"Kami tidak perlu mendengarnya darimu. Aku sudah tahu, 'pacar' itu──Raimu, kan!!"


"...Hah? Raimu? Itu salah, maksudnya Yuuna-chan, Nihara."


"...Apa? Yuuna-chan? Eh, Kurai... apa?"


Seolah waktu berhenti sejenak. Masa dan Nihara saling menatap dengan wajah terkejut.

Lalu, setelah Nihara-san tampaknya menyadari semuanya──ia berteriak dengan wajah memerah:


"Ini semua gara-gara ucapanmu yang membingungkan, Kurai! Aku benar-benar tidak akan memaafkanmu!!"


────Akhirnya, dengan bantuan Nihara-san yang sudah memahami situasinya, aku berhasil meluruskan kesalahpahaman Yuuka.


"Haa... ya, benar juga. Tidak mungkin Raimu melakukan hal seperti itu..."


Sebagai tambahan, Masa yang menjadi dalang munculnya drama salah paham ini, sudah kuberi sebuah chop dengan sudut tertentu.


"Aduh... ya, kupikir ucapan yang membingungkan memang salahku juga, sih."


"Bukan 'juga'! Sembilan puluh persen lebih salahmu, Masa!!"


Di saat seperti ini, bagaimana bisa ia masih berkata seperti itu? Harusnya benar-benar menyesal! Namun Masa justru memiringkan kepala, lalu bertanya dengan nada polos:


"Tapi, serius. Mana mungkin aku mengira Watanae-san mengira yang kumaksud itu Raimu. Lebih penting──kenapa Watanae-san bisa tahu tentang Raimu?"


...Ya, dari sudut pandang Masa, wajar saja ia bingung.


Benar. Aku harus menjelaskan semuanya dengan baik padanya sepulang sekolah nanti. Agar kesalahpahaman konyol semacam ini──tidak pernah terjadi lagi.




Chapter 8 

【Berita Kilat】

Aku Memperkenalkan Tunanganku, Gadis Polos Itu, Kepada Sahabat Burukku


"Rasanya sudah lama sekali aku tidak main ke rumahmu, Yuuichi."


"Begitukah?"


"Ya jelaslah. Sejak naik kelas dua SMA, kau kelihatan tidak mau lagi mengundangku ke rumahmu. Jangan-jangan... itu ada hubungannya dengan si gadis cantik saat Natal itu, ya!?"


Sambil melempar candaan seperti itu, aku dan Masa berjalan menuju rumahku.


Setelah upacara pembukaan semester baru dan homeroom singkat selesai, kami pulang bersama. Hari pertama sekolah ini, aku sudah meminta Masa datang ke rumah.


Karena di sana, Yuuka yang lebih dulu pulang untuk bersiap, dan aku akan bersama-sama dengannya menyampaikan kebenaran pada Masa. Bahwa sebenarnya, aku dan Watanae Yuuka bukan hanya berpacaran... tapi sudah bertunangan.


"Ngomong-ngomong, kenapa kau kelihatan tegang sekali, Yuuichi?"


"Eh? Ah, tidak juga..."


"Dasar bodoh kau ini."


Bam! 


Masa menepuk punggungku dengan keras. Karena serangan mendadak itu, aku hampir tersungkur ke depan.


"Aku tidak tahu apa yang membuatmu segan bicara, tapi apa pun alasannya, tidak mungkin aku semudah itu menjauh darimu. Kalau kau sengaja diam-diam menyembunyikannya, aku tidak akan memaafkanmu."


"...Masa."


Sikapnya yang terkesan ketus itu ternyata justru ditujukan untuk meredakan keteganganku. Mendadak, mataku terasa panas. Terima kasih, Masa. Dan maaf... karena baru hari ini aku bisa menyampaikan semuanya padamu.


Benar, seperti yang kau bilang. Hubungan kita ini sudah seperti saudara sejak lama. Mendengar sebuah kebenaran mengejutkan pun, tidak mungkin membuat Masa sampai terguncang──


"Yang bisa membuatku terbakar semangat hanyalah kalau urusannya menyangkut Arisute! Kalau ini soal lain, aku pasti akan tetap tenang."


...Ah. Kalau begitu, sayangnya... bisa saja nanti kau tidak akan bisa tetap tenang seperti yang kau bilang.



"Yoohoo! Aku numpang, ya, Sakataaa."


Begitu masuk ruang tamu bersama Masa, kami mendapati seorang gadis gyaru sedang bersantai di sana. Masih dengan seragam sekolah, duduk di sofa seolah rumah sendiri, sambil menyeruput kopi──Gyaru populer, Nihara-san.

"...Hei, Yuuichi. Kenapa Nihara ada di sini?"


"Itu yang mau kutanyakan! Sungguh, Nihara-san, kenapa kau ada di sini?"


"Eh? Kok dingin banget sih, Sakata? Aku ini kan... istri kedua yang bertugas jadi penghibur kalau kau kangen payudara, kan? ♪ Jadi jelas dong, kalau kau mau memperkenalkan istri pertama, aku juga harus hadir di momen penting itu!"


"Yuuichiiiiiiiii!! Dasar brengsek, jadi benar kau menikmati hal semewah itu, yaaa!! Aku benar-benar kecewaaa!!"


Lihat, dia sudah tidak tenang lagi. Masa yang tampak seolah hendak menangis darah itu membuatku menarik napas panjang.


Sepertinya Yuuka memanggil Nihara-san sebagai bala bantuan, tapi gadis ini memang tipe yang bisa jadi racun sekaligus obat. Aku jadi semakin khawatir, entah akan ke mana arahnya nanti...


"Pe-permisi! Maaf membuat kalian menunggu, Kurai-kun!!"


Membelah suasana yang kacau itu, pintu ruang tamu tiba-tiba terbuka dengan semangat. 


Yang masuk adalah ‘gadis cantik saat Natal’ yang dimaksud Masa. Rambut hitam lurus yang berkilau, bergoyang hingga sebatas tulang belikat. Sepasang mata besar dan indah, dengan bentuk sedikit menurun ke bawah. Dan kali ini, ia tidak mengenakan seragam sekolah, melainkan pakaian musim dingin kasual.


Itu jelas Watanae Yuuka──tapi penampilannya berbeda jauh dari kesehariannya di sekolah. Tidak heran kalau Masa belum langsung mengenalinya.


"──Gadis cantik saat Natal itu..."


Masa bergumam seperti orang linglung.


"Eh-hehe... dibilang cantik begitu, aku jadi malu, tahu~"


Yuuka merespons sambil tersipu, bahkan sedikit berlagak manja ke arahku.


Hei, Yuuka, tolong sesuaikan diri dengan situasi, ya?


"Eh-hehe~ Momo-chan juga, terima kasih sudah menunggu, ya!"


"Ah, tidak masalah! Bagiku, momen saat seorang tokoh yang selama ini menyembunyikan identitasnya akhirnya mengungkapkan kebenaran... itu momen paling membakar semangat! Jelas aku harus menyaksikannya!!"


"Hah? Nihara, kau kenal dengan gadis cantik ini!?"


Nihara-san benar-benar harus berhenti membandingkan segala sesuatu dengan cerita pahlawan super.


Bagaimanapun, yang penting sekarang──Yuuka dengan penampilan rumahnya, Masa, dan Nihara-san. Semua tokoh sudah berkumpul.


Masa, maaf membuatmu menunggu... mulai sekarang, aku akan menjelaskan tentang "dia".


"Begini... kalau aku ceritakan dari awal akan panjang. Jadi aku mulai dari yang paling penting dulu. 'Dia' itu sebenarnya──"


"──Jangan-jangan. Kau ini... Yuuna-chan?"


"Eh? Ah,ya! Benar! Aku Yuuna!! Bagus sekali, bisa langsung menebak!?"

Saat itu juga──kejutan besar melanda rumahku...!


Gara-gara ucapan mendadak Masa yang menyebut "Yuuna-chan", lalu secara refleks Yuuka mengiyakannya──alur pembicaraan pun berubah total.


“Eh? Yuuna-chan… benarkah itu Yuuna-chan!? Yuuna-hime dari ‘Arisute’ yang sangat dicintai oleh Yuuichi itu… mewujud jadi nyata!?”


“Apa-apaan sih pemikiranmu!? Kalau tiba-tiba temanmu bilang, ‘Pacarku muncul dari dunia dua dimensi ke dunia nyata,’ itu jelas-jelas horor banget, tahu!?”


Lagipula, sekarang ini yang ada di rumah adalah versi sehari-harinya Yuuka. Dia bahkan tidak mengenakan wig, dan sama sekali tidak terlihat seperti Yuuna-chan. 


Tapi Masa, bukannya menerima kenyataan bahwa aku punya pacar di dunia nyata, dia malah mencoba mencari alasan aneh, sampai bilang Yuuna dari dunia dua dimensi jadi nyata. Itu sudah benar-benar kelewatan tidak masuk akal. Aku bahkan tidak tahu seberapa serius dia mengatakannya.


“Kalau begitu… bukan berarti ini Yuuna-chan versi tiga dimensi, ya?”


“Ah, eh. I-iya, betul. Lebih tepatnya sih… versi dua setengah dimensi, mungkin…”


Dan kemudian—begitu Yuuka mulai panik, dia tak bisa dihentikan.


“Dua setengah dimensi!? Kalau begitu itu artinya… Izumi Yuuna-chan, kan!!”


“Ah, eh? Aku barusan… tidak sadar menyebutkan ‘Izumi Yuuna’? Eh? Apa aku barusan tanpa sengaja bilang kalau aku itu Izumi Yuuna, 

Momo-chan?”


“Tidak! Sama sekali tidak bilang! Tapi baru saja kau benar-benar menggali lubang untuk dirimu sendiri, Yuu-chan!!”


“Eh, Izumi Yuuna-chan!? Jadi pacarnya Yuuichi!? Serius nih, Yuuichi!? Atau jangan-jangan aku ini sudah… masuk ke dunia ‘Arisute’!?”


───Begitulah. Karena ucapan absurd seorang Masa, yang merupakan pengguna berat ‘Arisute’, dan karena ucapan blunder panik Yuuka yang polos baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai pengisi suara, identitas pacarku sebagai “Izumi Yuuna” akhirnya terbongkar di awal sekali. Bahkan sebelum aku sempat menjelaskan bahwa sebenarnya dia adalah “Watanae Yuuka.”



Pacarku = Izumi Yuuna


Hanya dengan fakta itu diketahui oleh Masa, suasana langsung jadi ricuh, bahkan sebelum aku sempat menjelaskan bagaimana awal mula hubungan kami.


Yuuka panik, aku ikut panik setengah mati. Sementara Masa, dengan tensi anehnya, terus-terusan heboh. Dalam situasi begini, satu-satunya yang bisa diandalkan adalah si gadis populer sekaligus ‘hero’ kami—Nihara Momono.


“Hei, hei! Ayo semua, coba tenang dulu, ya!!”


Dia menepuk tangan dengan keras, membuat kami bertiga terdiam. Setelah berdeham kecil, ia menampilkan senyum percaya diri.


“Sekarang, yang akan mengubah jalannya pertunjukan ini, sang pengelana yang tiada duanya… datang! Nihara Momono-sama!! 

Aku akan memimpin… jadi, serahkan suasana ini padaku!!”


Dengan gaya slogan dari acara tokusatsu Kamen Runner Voice, dia berhasil meredakan suasana.


Setelah itu, Nihara-san menarik Yuuka keluar dari ruang tamu. Yang tersisa di ruangan hanya aku dan Masa.


“Haa… sungguh kaget aku. Kupikir Yuuichi yang selalu setia pada Yuuna-hime akhirnya punya pacar di dunia nyata, tapi ternyata orang itu adalah pengisi suara Yuuna sendiri… sekarang aku baru bisa mencerna.”


“Tidak, tidak. Kau terlalu cepat menerima kenyataan, kan? Kalau aku di posisimu, mungkin aku butuh satu hari penuh untuk bisa tenang.”


“Masa? Buatku malah sebaliknya—justru lebih masuk akal kalau pacarmu memang Izumi Yuuna-chan.”


…………Serius? Itu masuk akal? Pacar sahabatmu ternyata adalah pengisi suara dari karakter yang dia idolakan habis-habisan. Itu kan sama sekali tidak realistis, dan jelas penuh bahan olok-olok.


“Soalnya begini. Setelah kejadian dengan Raimu, kau kan selalu menghindari hubungan percintaan di dunia nyata. Tapi sekarang kau akhirnya punya pacar. Menurutku, itu pasti bukan perempuan biasa yang bisa menjalani hubungan denganmu.”


Tiba-tiba, Masa berbicara dengan nada tenang. Lalu dia tersenyum lebar, seolah benar-benar senang.


“Selain itu, kau kan ‘Shinigami yang jatuh cinta’… fans terkuat yang mencintai Yuuna-hime lebih dari siapa pun. Dan sekarang, shinigami itu berhasil menaklukkan hati orang yang menghidupkan Yuuna. Bukankah itu terdengar seperti sebuah mimpi indah?”

Melihat senyum Masa yang benar-benar tulus, aku merasa seolah beban berat di pundakku terangkat.


“…Sejak awal masuk kelas dua SMA, sebenarnya sudah mulai… tapi aku tidak pernah bisa jujur menceritakan hal ini padamu. Maaf, Masa.”


“Tidak perlu minta maaf. Aku sudah mengerti. Kita sudah berteman lama. Aku tahu setelah kejadian dengan Raimu, kau selalu menghindari bicara soal hal-hal pribadi yang mendalam.”


“Iya. Tapi mulai sekarang… aku ingin berani menghadapi masa laluku. Karena itu, hari ini, aku akan menjelaskan semuanya dengan jujur… Masa.”


“Bagus. Aku akan dengar dari awal sampai akhir. Karena sejauh ini, yang kuketahui cuma pacarmu adalah Izumi Yuuna-chan. Aku ingin tahu bagaimana awal mula kalian dan seterusnya—”


“──Jeng jeng! Maaf menunggu!! Semuanya… konnichialice!”


Ketika aku dan Masa sedang serius bicara sebagai dua lelaki…Pintu ruang tamu terbuka dengan keras, dan masuklah seorang gadis.


────Dia sungguh terlihat seperti malaikat.


Rambut cokelat yang diikat menjadi dua ekor di atas kepala. Senyum mungil di bibirnya yang mirip ekspresi seekor kucing. Gaun one-piece berwarna pink dipadukan dengan kaus kaki hitam setinggi paha, menampilkan ‘wilayah absolut’ dengan kekuatan mematikan…


“Eh!? Kenapa kau malah ganti baju jadi mode Izumi Yuuna!?”


“Sudah, sudah, Tuan… biarkan aku yang mengatur semuanya, oke?”


Masuk dengan penuh percaya diri setelah Yuuka yang kini berdandan sebagai Izumi Yuuna, adalah Nihara-san dengan wajah bangga. Apa lagi yang mau dia lakukan, si gadis tokusatsu ini?


“Oke, Yuuna-chan… ayo bacakan dialogmu!”


“Halo semuanya! Aku Izumi Yuuna—pengisi suara Yuuna di ‘Arisute’!! Dan sebenarnya… aku juga adalah ‘tunangan’ dari Sakata Yuuichi yang ada di sini!!”


Dengan nada yang sangat biasa, Yuuka menjatuhkan bom dengan daya hancur luar biasa.


“T… tu… tunangan…!? Itu kan yang terkenal sebagai ‘Gobunkatsu sareta Iinazuke’ itu…?”


“Iya betul! Aku bukan pacarnya Yuu-kun, melainkan… ehehe. Aku ini tunangannya Yuu-kun, kami sudah berjanji untuk masa depan!!”


“……………………serius…?”


Masa melongo, tubuhnya lemas seperti arwahnya terlepas dari badan.


Ya, tentu saja. Itu wajar.


“Stop, stop! Kalian berdua ini apa-apaan dah, tiba-tiba melempar bom begitu saja!? Apa maunya sih!?”


“Ck ck ck… kau terlalu naif, Sakata. Dalam produksi acara, ada yang namanya strategi kejutan. Bikin penonton terhentak dulu, biar langsung terpikat! Begitu caranya!”


“Hentikanlah, jangan samakan kenyataan dengan tokusatsu! Itu sudah penyakit tokusatsu tingkat akut!!”


Sementara aku dan Nihara-san ribut begitu…Izumi Yuuna alias Yuuka berdiri di depan Masa yang masih melongo.


──Dia mengeluarkan kacamata dari sakunya, memakainya. Lalu melepaskan wig, dan cepat-cepat mengikat rambut hitam aslinya menjadi ekor kuda. Dan dalam sekejap saja… Izumi Yuuna berubah kembali menjadi Watanae Yuuka yang pendiam dan serius di sekolah.


“Se-se-s-e-sebentar… Watanae-san!? Jadi Watanae-san itu Izumi Yuuna-chan!? Dan Izumi Yuuna-chan itu tunangannya Yuuichi!? Dan aku adalah dia, dan dia adalah aku… aku ini Ranmu-sama…!?”


Bukan begitu, oi. Persamaan matematis macam apa yang kau pakai, sih!?


Ah, kenapa jadi begini…Aku sebenarnya hanya ingin menjelaskan hubunganku dengan Yuuka secara runtut pada Masa. Tapi karena ulah tunanganku dan si gadis tokusatsu yang kelewat liar, pengungkapan kebenaran pada Masa pun… berakhir dalam kekacauan total.



Chapter 9

Adakah kombinasi yang lebih cocok dengan pakaian miko daripada kacamata dan ekor kuda?


Setelah upacara pembukaan semester tiga selesai, Nihara-san dan Masa datang ke rumahku.


Sempat terjadi sedikit kesalahpahaman yang membuat suasana agak kacau, tetapi pada akhirnya… aku berhasil menyampaikan pada Masa sebagian besar hal penting: bahwa tunanganku adalah Watanae Yuuka yang juga Izumi Yuuna, dan bahwa awal mula hubunganku dengan Yuuka adalah perjodohan yang diputuskan sepihak oleh orang tua kami.


“Heeh… jadi begitu, ya. Di sekolah Watanae-san yang kaku, tapi di rumah dia gadis ceria nan cantik. Selain itu, dia juga pengisi suara Izumi Yuuna-chan. Kau dan Watanae-san dijodohkan oleh orang tua, lalu menjadi tunangan. Dan sekarang kalian hidup serumah… begitu, kan?”


Setelah mengulang penjelasanku dengan kata-katanya sendiri, Masa tiba-tiba mencengkeram kerah bajuku dan mengguncangku keras-keras.


“Cerita macam apa itu!? Itu sudah seperti setting galge! Meski dibilang kenyataan lebih aneh daripada fiksi, tetap saja ada batasnya, tahu!!”


“Ya… aku juga berpikir begitu. Kalau posisinya terbalik, mungkin aku juga akan berkata begitu.”


Tubuhku yang diguncang ke depan dan ke belakang membuatku 

merasa seperti sedang mencapai pencerahan. Kalau dipikir ulang memang kisah ini terdengar tak masuk akal dan tidak wajar, tapi… inilah kenyataannya, jadi tak bisa dihindari.


“Sudahlah, Kurai. Hentikan saja. Mengguncang Sakata begitu tidak akan mengubah keadaan, kan?”


“Yah… memang sih.”


Mendengar Nihara-san berkata begitu, Masa akhirnya melepaskan kerah bajuku. Ia menghela napas panjang, lalu bergumam dengan nada kesal.


“Kau terlalu menutup diri, Yuuichi. Aku tahu ceritanya memang rumit, tapi… kalau Nihara sudah tahu, kenapa tidak sekalian beri tahu aku lebih cepat?”


“Untuk itu… maaf. Karena kau ‘Arisute’ mania sejati, justru itulah yang membuatku semakin sulit mengakui kalau aku bertunangan dengan Izumi Yuuna.”


“Bodoh sekali kau ini.”


Masa membalas dengan menepuk kepalaku ringan. Lalu ia mengulurkan tinjunya lurus ke depan dan—tok, menempelkan ke dadaku.


“Lebih percaya pada temanmu. Tidak peduli dengan siapa kau berpacaran, atau sejarah kelam apa yang kau punya, itu tidak ada hubungannya denganku. Hubungan kita tidak cetek sampai bisa putus hanya karena hal sepele, kan?”


“Ya… kau benar. Maafkan aku, Masa.”


Aku pun mengulurkan tinjuku, menempelkan pada dadanya dengan mantap.

“Mulai sekarang, aku tidak akan menyembunyikan apa pun lagi.”


“Itu sudah seharusnya. Dasar bodoh.”


Kata-katanya memang kasar, tetapi senyum puas tersungging di wajahnya. Melihat itu, aku ikut tersenyum tanpa sadar. Yuuka yang melihat adegan itu bertepuk tangan riang.


“Bagus ya, persahabatan lelaki… benar-benar bagus! Sampai yang melihat pun jadi ikutan terbakar semangat!”


“Eh… barusan kau bilang terbakar? Maksudmu dalam arti BL?”


“Ti… tidak kok! Maksudku terbakar dalam arti fire, api semangat gitu loh!”


Kena juga, kelihatannya.


Aku memang tahu Yuuka punya ketertarikan pada genre-genre seperti itu, tapi… tolong jangan tarik aku ke dunia BL, ya?


“Bagaimanapun… mengejutkan juga. Jadi Watanae-san ternyata otaku yang cukup serius.”


Melihat Yuuka dengan mata berbinar karena antusias, Masa bergumam begitu. Dengan agak gugup, Yuuka menjawab:


“U… iya. Aku suka ‘Gobunkatsu sareta Iinazuke’, lalu musim ini aku juga lumayan banyak menonton anime. BL juga… sedikit. Po-pokoknya, manga dan anime itu, aku… sangat suka!!”


“Kalau aku, aku suka sekali acara tokusatsu! Saat ini yang paling seru itu, menjelang pertarungan terakhir ‘Pasukan Hanami Mankaijaa’!!”


Ikut terbawa suasana, Nihara-san pun mengungkapkan kegemarannya.

Melihat wajah seriusnya, aku teringat pada prinsip hidup yang pernah dia ceritakan. Bahkan jika hanya bercanda, ia tidak bisa memaafkan siapa pun yang meremehkan tokusatsu kesayangannya.


Karena ingin menjaga baik tokusatsu maupun pertemanan, ia memilih merahasiakan hobinya. Itulah keyakinan Nihara-san. Jadi, jika ia berani terbuka kali ini, itu karena ia percaya bahwa Masa bukan tipe orang yang akan meremehkan kegemaran orang lain. Tapi kurasa bukan hanya itu. Karena Yuuka berani melangkah duluan, Nihara-san pun mendapat keberanian untuk ikut melangkah.


“Wah, sungguh ya! Kalian berdua semangatnya luar biasa! Kalau aku sih… ‘Love Idol Dream! Alice Stage☆’ adalah cintaku yang abadi! Dan aku akan terus mencintai Ranmu-sama untuk selamanya!!”


Masa pun sama sekali tidak merasa ilfil. Ia justru ikut menegaskan kecintaannya. Saling mengakui “hal yang disukai” satu sama lain dan benar-benar terbuka dari hati…


Hal yang sederhana tapi sebenarnya sulit. Dan akhirnya, kami berempat berhasil melakukannya.


“Itu dia, Kurai-kun kan memang penggemar Ranmu-senpai. Penampilannya, juga sikapnya sehari-hari… Ranmu-senpai memang sangat keren, ya!!”


“──!! B-benarkah… Watanae-san, berarti kau pernah satu unit dengan Ranmu-senpai dalam ‘YuraKaku’… itu luar biasa. Ng-ngomong-ngomong, apa aku bisa minta tanda tangan Ranmu-sama, ya!?”


“Tidak boleh! Lagipula, aku ini juga seorang pengisi suara, lho? Masa kau hanya minta tanda tangan Ranmu-senpai dan mengabaikanku, itu kan tidak sopan!!”


“Sudah, sudah, Yuu-chan. Memang benar Kurai punya idola berbeda. 

Tapi di sana ada seseorang yang sejak dulu selalu mendukungmu, kan?”


“…Ehehe! Yuu-kun, aku sangat mencintaimu!!”


“Hei… Yuuka! Jangan begitu! Jangan tiba-tiba memelukku hanya karena sedang bersemangat, apalagi di depan orang banyak──”


“Oi, Yuuichi… aku memang bilang percayalah pada teman, tapi aku tidak pernah bilang boleh pamer kemesraan di depan mata temanmu, tahu!! Dasar pasangan mesraaaa!!”


Dengan begitu, pada akhirnya aku berakhir dalam posisi terkunci kepala oleh Masa, tapi ya… meskipun sempat sedikit digoda oleh Nihara-san maupun Masa, berbeda dengan saat kelas tiga SMP dulu, kali ini kami bisa──tertawa bersama sambil bercakap-cakap.



Setelah kami berempat saling berbagi banyak hal, kami pergi ke kuil di dekat rumah.


Sebenarnya aku dan Yuuka sudah melakukan hatsumōde pada hari pertama tahun baru, tapi Yuuka bersikeras, "Aku mau pergi hatsumōde juga bersama Momo-chan dan yang lain!" Jadi meski ini sudah kali kedua kami berdoa, rasanya agak aneh menyebutnya hatsumōde lagi.


"Wah! Yuu-chan, cocok banget!! Serius, kamu kelihatan kayak miko sungguhan!"


"A-apa benar begitu…?"


Kuil di dekat rumah ini cukup sepi, mungkin karena tepat hari ini juga bertepatan dengan dimulainya semester baru.


Di pelataran kuil itu, Yuuka menatapku dengan wajah sedikit malu, matanya melirik ke atas. Karena ada kacamatanya, kesannya jadi seperti mata sipit, tapi mungkin karena ekspresinya manja, ia tidak terlihat sekaku biasanya.


"Gi… gimana menurutmu, Yuu-kun…? Penampilan miko-ku ini…"


Ditambah dengan gaya sekolahnya, yakni kacamata dan ekor kuda, Yuuka kali ini juga mengenakan pakaian miko yang dipakaikan langsung oleh miko kuil──versi “Shin–Sekolah Yuuka.”


"Hei, Yuuichi. Katakan sesuatu yang manis, dong. Kalau ini game, begitu kamu pilih diam, langsung saja flag-nya patah, tahu?"


"Jangan bercanda, bodoh."


Sambil menepis celetukan Masa yang ada di sebelahku, aku menjawab lirih, "Kamu cocok banget." Mendengarnya, Yuuka menyipitkan mata di balik kacamata, lalu dengan riang menggoyang-goyangkan tubuhnya. 


"Hehehe~ Yuu-kun memujiku♪"


"Eh tapi, Miko-san. Kenapa aku nggak dikasih kesempatan pakai baju miko juga, sih?"


"Maaf, di kuil kami, untuk pengalaman miko, rambut berwarna tidak diperbolehkan. Walaupun hanya pengalaman, tetap saja ada tata krama di hadapan dewa…"


"Serius…? Kalau aku pinjam wig dari Isami-kun, mungkin masih ada peluang, ya…"


Nihara-san mengeluh kecewa. Tapi bukan hanya soal warna rambut, tingkahnya yang sangat bergaya gyaru jelas-jelas tidak cocok dengan miko… ya, biasanya begitu.

Kuil ini memang rutin mengadakan acara “pengalaman menjadi miko.” Peserta akan mengenakan pakaian miko yang sama dengan miko sungguhan, lalu dibimbing langsung oleh miko kuil dalam melakukan tata cara.


Saat melihat acara ini, Yuuka dan Nihara-san langsung antusias. Kebetulan pengunjung kuil sepi, jadi miko sungguhan pun langsung membantu mengenakan pakaian──dan lahirlah Yuuka versi miko. Karena aturan rambut, Nihara-san hanya bisa menonton saja.


"Silakan."


Miko sungguhan memberikan tamagushi, dan Yuuka menerimanya dengan sikap khidmat.


Biasanya, ekspresi Yuuka pasti sudah penuh kepanikan, tapi kali ini ia mengenakan “mode sekolah”──kacamata dan ekor kuda. Seakan kacamata itu adalah “alat pengekang,” ia bisa menahan ekspresi dan tampak tenang.


…Apa kacamata itu punya kekuatan misterius? Rasanya baru kepikiran sekarang.


"Yuu-chan kelihatan sangat cantik… duh, jantungku berdebar, nih."


"Kalau pakai kacamata, benar-benar jadi Watanae-san yang biasa. Nanti kalau jadi seiyuu, ia berubah jadi Izumi Yuuna-chan, lalu di rumah jadi Watanae-san yang ceria… hebat juga, ya."


Nihara-san dan Masa mengutarakan apa yang mereka rasakan. Sementara itu, Yuuka sudah menerima lonceng khas kuil yang jarang sekali terlihat, lalu ia berjalan menghampiri kami bertiga yang duduk bersila. Dengan wajah datar, ia melirik ke arah kami dengan tatapan tajam.


"Uh… aku baru pertama kali lihat miko yang menatap galak begini."


"Ini di hadapan dewa. Harap tenang, Sakata-kun."


Menurutku justru agak aneh kalau miko menatap galak di depan dewa. Mungkin sebenarnya Yuuka hanya tegang, jadi ekspresinya jadi kaku.


──Syansyansyan.


Yuuka menggoyangkan lonceng di atas kepala kami.


"Semoga aku bisa menikah dengan Ranmu-sama, semoga aku bisa menikah dengan Ranmu-sama, semoga aku──"


"Itu bukan bintang jatuh! Kamu bakal kena kutuk, tahu!"


Aku menegur Masa yang asal bicara, lalu tanpa sengaja menoleh ke arah Nihara-san yang duduk di sisi satunya. Ia duduk bersila, tangannya di atas lutut, dengan mata terpejam dalam.


Sungguh sikap serius yang sulit dipercaya datang dari Nihara-san yang biasanya selalu ceria.


"…Bagaimana menurut kalian semua?"


Yuuka menurunkan lonceng pelan-pelan sambil sedikit memiringkan kepala.


"Iya. Kamu benar-benar seperti miko sungguhan, Yuuka."


"…Heheh… ehemm! Terima kasih, Sakata-kun."


Sepertinya ada miko yang tiba-tiba memasang wajah malas di hadapan dewa barusan. Saat kami bercakap begitu, Nihara-san membuka mata dan tersenyum ke arah Yuuka.

"Yuu-chan, kamu tadi luar biasa sekali! Pasti doa-doanya manjur, aku yakin banget!!"


"Fufuun♪ Membersihkan, membersihkan~♪"


"Maaf… kalau bisa, nyanyian saat sedang menyapu tolong ditahan."


"A-ah… maaf!!"


Mungkin karena tegangnya sudah lepas, Yuuka sampai bernyanyi riang saat menyapu di hadapan dewa, dan langsung ditegur.


Dengan kacamata masih terpasang, wajah “aduh” penuh penyesalan itu justru terlihat segar bagiku. Itu membuatku sadar, betapa Yuuka sudah bisa merasa nyaman bersama kami.


──Sejak pengalaman pahit di SMP, Yuuka selalu kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Tapi lewat festival budaya, karyawisata, hingga acara akhir semester──dengan usaha yang ia lakukan, sedikit demi sedikit ia bisa menunjukkan dirinya yang sebenarnya.


Melihat bagaimana Yuuka terus melangkah maju seperti itu… aku tanpa sadar teringat kembali pada kata-kata yang pernah dikatakan oleh ayah Yuuka.


────Yuuichi-kun. Apa yang sudah Yuuka dapatkan darimu?


…Benar. Agar aku bisa menjawab pertanyaan itu, aku pun bersumpah untuk menghadapi masa lalu dan mengatasinya. Sebagai seorang "suami," agar bisa maju bersama Yuuka.


"Ada apa, Sakata? Kelihatannya lesu banget. Apa ini waktunya 'payudara time'? Mau kubiarkan wajahmu tenggelam di dadaku?"


Dengan enteng seolah hal yang wajar, Nihara-san melontarkan celetukan yang keterlaluan. Tapi kali ini, aku tidak membalasnya dengan candaan seperti biasanya.


──Bagiku, masa lalu yang paling harus kuhadapi adalah hari itu, ketika aku kelas tiga SMP. Selama aku terus mengalihkan pandangan dari sana, aku tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan ayah Yuuka.

Karena itu, aku memberanikan diri dan berkata pada Nihara-san:


"Naa, Nihara-san. Kalau menurutmu… kenapa Raimu waktu itu menyebarkan rumor kalau dia menolakku?"


────Begitu mendengar kata-kataku, mata Nihara-san langsung melebar kaget. Dan senyum santainya barusan seolah lenyap begitu saja. Ia… tampak seperti akan menangis kapan saja.


"…Eh? Nihara-san?"


"Iya, benar juga. Dari sudut pandang Sakata… wajar kalau kamu berpikir begitu, dan pasti kamu sudah lama tersiksa karenanya."


"Hei. Kenapa sih kalian tiba-tiba bikin suasana jadi serius banget?"


Masa menghampiri kami dengan wajah heran. Di belakangnya, Yuuka dalam balutan pakaian miko yang sepertinya sudah selesai bersih-bersih, ikut mendekat.


"Momo-chan, kamu nggak apa-apa? Wajahmu… kelihatan sangat sedih."


"…Terima kasih, Yuu-chan. Ini karena aku sendiri yang seperti ini. Sakata tidak melakukan apa-apa kok… sungguh, sama sekali tidak."


Eh, apa maksudnya itu? Nihara-san, kalau mau jelasin ya jelasin dengan benar!

Lihat sendiri kan? Gara-gara penjelasan setengah-setengah itu, reaksi mereka jadi begini…


"…Yuuichi. Kamu, ada main di belakang, ya?"


"Apa maksudmu!? Aku nggak ngapa-ngapain!"


"…Atau jangan-jangan, ini ada hubungannya sama payudara? Iya kan, iya kan, Yuu-kun!!"


"Tidak ada hubungannya! Itu cuma tuduhan asal!! Jadi tolong, Yuuka, berhenti menekan dadamu sambil pasang wajah kesal! Ingat, ini di depan dewa!?"


Aku yang tiba-tiba dituduh macam-macam, sampai kena protes ramai-ramai dari Masa dan Yuuka.


──Dan saat aku sibuk digencet begitu, Nihara-san hanya menatap kami. Dengan alis yang tetap terkulai sedih, ia tersenyum tipis.


"…Sakata. Soal yang kamu tanyakan tadi… 'kenapa' itu, maksudmu kamu benar-benar ingin mendengar jawabannya, kan?"


Meski bingung melihat sikap Nihara-san yang tidak seperti biasanya, aku tetap mengangguk pelan.


"Iya. Aku rasa aku tidak bisa terus-terusan lari dari masa lalu itu."


"Begitu ya… baiklah, aku mengerti."


Lalu Nihara-san ikut mengangguk──dengan suara bergetar ia berkata:


"Yah, sebenarnya aku juga sudah mulai merasa… berat, kalau harus terus menyimpan 'rahasia' ini."




Chapter 10 

【Pembukaan】

Rahasia yang Selama Ini Disimpan Gadis Gal Penggemar Tokusatsu, Katanya Akan Diungkap


──Yah, kurasa aku juga sudah mulai merasa berat kalau harus terus menyimpannya "rahasia" ini.


Itu adalah keluhan langka dari Nihara-san, yang biasanya hanya ada dua pilihan: bersikap super ceria seperti Gyaru pada umumnya, atau membicarakan tokusatsu tanpa henti.


Menanggapi itu, aku, Yuuka, Nihara-san, dan Masa—kami berempat pun datang ke sebuah restoran cepat saji di dekat kuil setelah pengalaman Yuuka menjadi miko berakhir.


"Jadi begitu ya. Bukan karena Yuu-kun melakukan sesuatu, tapi karena mengingat kejadian waktu kelas tiga SMP, Momo-chan jadi merasa berat…"


Yuuka meletakkan kacamatanya di atas meja, lalu melepas ikatan rambut kuncir kudanya. Rambut hitam panjangnya terurai lurus, dan seketika berubah kembali menjadi sosok Yuuka di rumah.


Di sampingnya, Nihara-san menunduk sambil menyeruput milkshake hanya dengan mulut, tanpa bantuan tangan.


"Yuu-kun, maaf ya… aku salah paham, kupikir ada hubungannya dengan payudara terus jadi ribut sendiri… hiks."


"Tidak apa-apa, asal kamu sudah mengerti."

"…Payudara. Dari mulut Watanae-san keluar kata 'payudara'…"


Dan seketika itu juga, suasana yang lumayan tegang tadi dihancurkan bak dihantam bom TNT. Masa mulai mengoceh dengan kebodohannya.


"…Ya maksudku, bayangkan saja secara situasi, oke? Misalnya dalam game atau anime ada karakter perempuan berkacamata yang serius, kaku, dan tampak tegar. Kalau tipe serius itu tiba-tiba wajahnya merah padam dan mengucapkan kata 'payudara'… gimana menurutmu, Yuuichi?"


"Apa sih, kau ngomong apa dengan muka serius begitu?"


"Itu jelas bikin moe! Itu… itu bakal bikin orang jatuh cinta sama kontras karakternya!!"


"Masa, Masa. Kalau terus begitu, burger ini bakal mendarat di wajahmu, tahu?"


"Lagipula, ini pelecehan! Ini jelas pelecehan terhadapku!! Yuu-kun, tunanganmu sedang menjadi korban pelecehan, nih! Pak polisi, tolong tangkap orangnya, ada di sini!!"


"Eh!? Watanae-san, tenang dulu! Aku yang salah, maaf!! Kalau kau teriak sekencang itu, kita bakal benar-benar dilaporkan pengunjung lain!"


"Sudah kubilang kan! Satu-satunya yang boleh bilang hal mesum padaku hanyalah Yuu-kun! Kurai-kun dilarang keras!!"


"Kenapa Yuuichi boleh!? Hebat sekali ya punya tunangan!!"


Yuuka menunjuk Masa sambil ribut besar-besaran. Masa pun dengan mata melotot ikut ribut tak kalah heboh. Tertular suasana itu, Nihara-san akhirnya tertawa kecil.

"Ahaha! Kalian ini ngapain sih rame-rame begini. Kalau begini caranya, aku yang murung sendiri malah jadi terlihat bodoh, kan."


Setelah puas tertawa geli, ia mengusap sudut matanya yang sedikit berair, lalu kembali menampilkan senyum biasanya.


"Serius deh, maaf ya. Tadi aku cuma agak kebawa perasaan aja… jadi keluar sisi yang nggak seperti biasanya."


"Momo-chan…"


Yuuka menatap Nihara-san yang menjulurkan lidah seakan menutupi rasa malunya. Lalu tiba-tiba, Yuuka meletakkan tangannya di atas rambut cokelat milik Nihara-san. Dan—perlahan ia mengusapnya. Seperti menenangkan anak kecil, Yuuka mengelus kepala Nihara-san dengan lembut.


"Yuu-chan… ini agak memalukan."


"Ehhehe, nggak apa-apa. Soalnya aku tiba-tiba ingin mengelus Momo-chan."


Beberapa saat Nihara-san pasrah diusap begitu, lalu setelahnya ia menatap Yuuka yang kembali duduk manis di kursinya dan tersenyum. Kemudian dengan nada tenang, ia bertanya padaku:


"Sakata. Jadi waktu kelas tiga SMP musim dingin itu, kamu nembak Raimu, terus ditolak. Setelah itu… yang masih mengganjal di hatimu adalah kenapa Raimu sampai menyebarkan rumor itu, begitu kan?"


──Kenapa Raimu menyebarkan rumor itu?


Saat pertanyaan itu dilontarkan secara gamblang, rasanya seperti ada tangan yang meraih masuk ke tenggorokanku. Tapi… aku menahannya erat-erat.

"Iya. Kalau kamu tahu, tolong beri tahu aku, Nihara-san."


"Hei, Yuuichi. Kenapa sih kamu sengaja menggali luka lama? Untuk apa?"


Masa memotong pembicaraan kami dengan suara agak cepat. Untuk ukuran Masa yang biasanya selalu santai, wajahnya kali ini benar-benar serius.


"Dengar ya. Bukankah sekarang kamu sudah punya Watanae-san? Kamu sudah lama menghindari pembicaraan seperti ini supaya tidak makin terluka. Jadi kenapa sekarang malah ingin membongkar lagi soal Raimu? Tidak perlu lah."


"Masa. Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku."


Aku menepuk bahunya ringan.


"Seperti yang kamu tahu, sejak saat itu aku selalu menghindari jatuh cinta dengan gadis dunia nyata."


"…Tapi sekarang kamu sudah punya Watanae-san."


"Benar. Aku sudah bertunangan dengan Yuuka, kami tinggal bersama. Dia selalu tersenyum, selalu berusaha keras—dan aku memang menikmati hari-hari yang menyenangkan bersamanya."


Aku berhenti sejenak, mengatur napas. Lalu, seakan mengeluarkan semua isi hatiku, aku melanjutkan:


"Tapi jauh di dalam hati, masih ada diriku yang takut—bagaimana kalau aku terluka lagi. Diriku yang masih gentar mencintai gadis dunia nyata. Kalau terus begini, aku gagal sebagai tunangan, kan? Karena itu aku harus menghadapi masa laluku dengan benar. Supaya aku bisa maju bersama Yuuka."

"…Fu… fueh… fuhe… fuu…"


Entah kenapa, Yuuka menutup mulutnya rapat-rapat sambil bergetar. Ia jelas sedang berusaha menahan sesuatu, tapi suara aneh tetap bocor keluar. Sama sekali tidak berhasil menahan perasaan yang meluap itu.


"──Baiklah, aku sudah mengerti perasaan Sakata. Kamu ingin tahu kebenaran waktu itu, agar bisa menutup masa lalumu, kan? Seperti yang kubilang tadi, aku sendiri juga sudah merasa berat menyimpan 'rahasia' ini… mungkin memang sudah waktunya untuk mengungkapkannya."


"…Fuheii… fuh… fuu…"


Yuuka, Yuuka.Tolong deh, bisa nggak kamu berhenti bilang 'fuhee'? Itu bikin aku sangat terdistraksi.


"Ngomong-ngomong, Nihara-san. Dari tadi aku penasaran… 'rahasia' yang kamu maksud itu sebenarnya apa?"


"Untuk menceritakannya, ada satu hal yang harus aku minta dulu, tapi… ke Yuu-chan."


"………Fuhee!? A-aku?"


Bersamaan dengan rasa kaget, Yuuka akhirnya mengeluarkan "fuhee" yang sejak tadi ia tahan. Melihatnya begitu, Nihara-san tersenyum kecil, terlihat sedikit lebih rileks.


"Apa maksudnya minta sesuatu padaku, Momo-chan?"


"Begini ya… meski penampilanku begini, aku ini tipe orang yang memegang teguh janji dan tanggung jawab."


"Aku tahu itu! Momo-chan itu anak yang sangat baik, sangat perhatian sama orang lain, dan luar biasa. Tapi… apa hubungannya dengan aku?"


"Justru karena ada janji itu, aku nggak bisa sembarangan membongkar 'rahasia' ini dari pihakku. Kalau memang harus dibicarakan, orang yang menitipkan 'rahasia' itu padaku lah yang seharusnya menyampaikannya secara langsung."


"…Orang yang menitipkan 'rahasia' itu?"


Dengan gaya berputar-putar seperti itu, Nihara-san membuatku mengernyitkan dahi.


Setelah sekilas menatapku, Nihara-san akhirnya berkata:


"Ya. Soal kejadian waktu itu, aku memang diminta oleh Raimu untuk menyimpannya sebagai 'rahasia'."


────Raimu yang meminta Nihara-san menyimpan sebuah 'rahasia'?


Mendengar itu, bulu kudukku langsung meremang. Yuuka yang duduk di sampingku meremas tanganku erat-erat dengan cemas. Lalu Nihara-san menundukkan kepalanya dalam-dalam ke arah Yuuka.


"Itulah kenapa aku harus terlebih dahulu meminta izin pada tunangan Sakata, yaitu kamu, Yuu-chan. Aku ingin Raimu sendiri hadir saat 'rahasia' itu disampaikan."



『Cih. Ternyata benar Nihara-chan itu terhubung sama iblis mesum itu, kan.』


Sepulang dari restoran cepat saji, aku dan Yuuka kembali ke rumah. Aku merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil iseng mengetik pesan di RINE. Penerima pesannya tentu saja—adikku tersayang, Nayu.

『Dibilang terhubung sih agak menyesatkan. Katanya sejak masuk SMA, dia udah nggak pernah kontak lagi sama Raimu. 』

『Tapi kan selama ini dia tetap nurut sama perintah iblis mesum itu, kan? Jadi, tebakan pertamaku waktu itu terbukti benar. 』


Benar juga. Sebelum aku akrab dengan Nihara-san, Nayu memang pernah berspekulasi bahwa Nihara-san hanyalah kaki tangan Raimu. Katanya, nggak mungkin gadis gyaru yang super gaul tiba-tiba mendekatiku tanpa alasan tersembunyi. Tapi tetap saja…


『Oke, aku akui sebagian tebakanmu memang benar. Tapi kamu sendiri kan nggak benar-benar mengira Nihara-san selama ini sengaja berhubungan dengan Raimu untuk melakukan sesuatu yang jahat, kan? 』


『…Yah, iya sih. Aku juga suka Nihara-chan, jadi sekarang sudah nggak curiga lagi. Tapi tetap aja bikin risih. Hah, nyebelin banget… semua ini gara-gara Nonohana Raimu si biang masalah itu.』


"Yuu-kun! Unyaa~!!"


────Saat aku sedang asyik berbalas pesan itu, tiba-tiba Yuuka melompat menimpaku dengan penuh semangat. Karena kaget, ponselku terlepas dari tanganku dan jatuh ke karpet.


"Yuuka, ada apa—tunggu, kenapa bajumu begitu!?"


Begitu aku menoleh, aku langsung terkejut dan berteriak. Sebab Yuuka hanya melilitkan handuk mandi di tubuhnya—tanpa sehelai pakaian pun. Bahunya yang mulus, tulang selangka yang indah, lengannya yang ramping. Dan sedikit bagian dadanya yang tampak keluar dari lilitan handuk.…Ini benar-benar terlalu menggoda, mataku bisa rusak karenanya.


"U-untuk sekarang, kenapa kamu nggak pakai baju dulu, Yuuka?"


"Enggak mau."


"Kenapa!? Kenapa kamu menolak seketika gitu!?"


"Aku nggak mau~. Soalnya habis ini aku… aku mau mandi bareng sama Yuu-kun! Jadi ayo, Yuu-kun juga lepas bajunya!"


"Gyaaa!? Kenapa kamu malah maksa aku buka baju juga!? Hentikan, hentikan!!"


Yuuka mencoba mengangkat kaosku ke atas, dan aku langsung melawan dengan sekuat tenaga.


Merasa kesal, ia menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang ngambek.


"Aku nggak mau kalau Yuu-kun nggak ikut lepas baju! Kita harus mandi bareng, terus nempel berduaan!!"


"Ehm. Kamu sadar nggak sih dengan apa yang barusan kamu bilang, Yuuka?"


"…Nggak boleh ya?"


"Nggak boleh."


"…Kalau begitu, gimana kalau… kita melakukan hal yang mesum?"


"Apa kamu gila!?"


Ucapan-ucapan absurd keluar dari mulut Yuuka tanpa henti. Aku pun dengan susah payah melepaskan diri dari tubuhnya, lalu segera mendudukkannya di sofa. Masih hanya berbalut handuk, Yuuka menatapku dari bawah dengan mata sedikit mendongak.


"…Hmph. Ini penistaan, tahu. Aku bakal menuntutmu!"


"Hakim juga pasti bingung menghadapi kasus aneh kayak gini. Oke, buat memastikan… Yuuka, apa kamu baru saja sadar jadi semacam chijo (wanita mesum)?"


"Tentu saja nggak!? Baka Baka, Yuu-kun memang bodoh besar! Aku juga jelas-jelas malu, tahu! Aku malu dan sadar ini nggak pantas, tapi… aku cuma sedikit merasa cemas, jadi aku berusaha memberanikan diri."


Cemas?


Mendengar kata itu, barulah aku paham maksud di balik sikap Yuuka.


────‘Aku ingin Raimu sendiri hadir saat “rahasia” itu disampaikan.’


Tadi Yuuka memang dengan wajah tersenyum menjawab: 


"Iya! Aku percaya sama Yuu-kun, jadi nggak apa-apa!"


Tapi ternyata—


Iya… wajar saja kalau bagi Yuuka, itu bukan hal yang menyenangkan.


"Maaf ya, Yuuka. Kalau kamu tidak suka, sekarang juga aku bisa menghubungi Nihara-san untuk membatalkan…"


"Bukan begitu! Aku percaya pada Yuu-kun, dan aku juga tidak menentangmu bertemu dengan Raimu-san… kalau dengan itu Yuu-kun bisa membereskan masa lalu yang menyakitkan, aku sungguh berpikir lebih baik kamu bertemu dengannya."


Tapi ya…


Dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang membalut tubuhnya, Yuuka memelukku erat. Meski degup jantungku berpacu karena penampilannya yang begitu menantang, aku menerima pelukannya.


"…Aku cuma sedikit merasa cemas. Jadi aku ingin dimanja olehmu, Yuu-kun. Maaf ya… aku ini tunangan yang manja."


“Tidak apa-apa. Kamu boleh semaunya manja, boleh juga menyebutnya egois. Selama dengan itu Yuuka bisa tetap tersenyum seperti biasanya.”


"…Eheheh. Yuu-kun itu selalu baik ya. Terima kasih, Yuu-kun! Hari ini, besok, lusa, dan seterusnya… aku akan selalu mencintaimu."


Setelah itu, aku dan Yuuka menghabiskan waktu hingga larut malam. Kami menonton anime bersama, mengobrol sambil makan camilan, saling mengusap kepala, dan menikmati kebersamaan.


──Lalu, pada hari Sabtu minggu berikutnya. Aku dan Yuuka tiba di depan pintu tiket stasiun, sesuai janji dengan Nihara-san.


"Yoo, Yuuichi. Kau juga, Watanae-san."


Yang berdiri di depan pintu keluar stasiun dengan pakaian santai adalah Masa.


"Terima kasih ya, sudah mau repot-repot datang di hari libur, Masa."


"Bukan karena aku diminta. Aku sendiri yang minta ikut campur, jadi jangan khawatir. Ini yang namanya kapal sudah terlanjur berlayar."


Ia berkata dengan gaya sok keren sambil menebar senyum lebar. Membuatku refleks ikut tersenyum.


Tak lama, Nihara-san turun dari kereta berikutnya dan bergabung dengan kami. Ia mengenakan tunik putih yang disempitkan di bagian pinggang, dipadukan dengan celana pendek denim. Di lehernya tergantung kalung berhiaskan bunga lili.


Ah, aku pernah melihat pakaian ini sebelumnya──ini busana kasual yang biasa dipakai Mankai Lily dari kelompok cosplay ‘Hanami Gundan Mankaijaa’.


"Kalau begitu, ayo kita pergi. Raimu sudah menunggu."


Sekitar dua menit berjalan dari stasiun, kami bertiga sampai di depan sebuah kedai kopi lokal. Aku pernah datang ke sini sekali, sepulang berbelanja bersama Yuuka.


──Kedai Kopi Limelight. Kedai kecil yang dikelola orangtua Raimu.


"Kalau begitu, Yuu-kun. Selamat bertemu ya!"


Yuuka yang menemaniku sampai sini memilih menunggu di restoran keluarga dekat situ. Ia merasa canggung bertemu Raimu karena belum pernah berkenalan.


"Yuuka, aku pergi dulu. Tunggu sebentar saja, ya."

"Iya! Aku akan menunggumu, Yuu-kun!!"


Kami saling bertukar senyum dan sapaan, lalu aku pun membalikkan badan. Menahan perasaan sesak di dada… aku menatap lurus ke arah Kedai Kopi Limelight.


Sekarang, kami bertiga akan bertemu dengan Raimu. Bertemu, lalu mengungkapkan semuanya. Tentang peristiwa yang terjadi antara aku dan Raimu pada musim dingin di kelas tiga SMP──tentang kebenarannya.




☆Geranium Kuning Sedang Mekar☆


Sampai Yuu-kun dan yang lain benar-benar menghilang ke dalam toko, aku terus melambaikan tangan, mengantar mereka pergi. Lalu, tepat ketika pintu tertutup rapat dengan suara patan!...


“Haa~~…” aku menghembuskan napas panjang sekuat-kuatnya.


“…Kalau sudah pulang nanti, aku akan manja habis-habisan, tahu nggak. Dasar Yuu-kun Baka.”


Bukan berarti aku berpikir Yuu-kun itu salah, sedikit pun tidak. Bahkan aku berterima kasih pada Momo-chan juga, karena sudah memberi Yuu-kun kesempatan untuk bisa maju ke depan. Tapi entah bagaimana… aku malah jadi cemburu buta yang tidak masuk akal.


Mungkin aku memang punya sifat posesif yang kuat. Tapi, kalau nanti dia mau memanjakanku, aku masih bisa menahan diri. Dan—kalau hanya cemburu kecil seperti ini, bukankah tidak apa-apa?


Dengan cara seperti itu, aku merapikan perasaan di dalam diriku. Setelah mengirimkan doa, “Yuu-kun, semangat ya!”, dengan perasaan unyaaa ke arah kafe itu, aku berbalik, berniat menghabiskan waktu di restoran keluarga.


“Eh? Tidak mampir minum teh dulu?”


──Yang berdiri di sana adalah, seorang gadis berambut bob pendek berwarna cokelat kastanye, dengan aura lembut menyelimuti dirinya. Mungkin sebaya denganku? Matanya bulat besar, dan ia terlihat sangat manis sekali…


“Ah. Maaf ya tiba-tiba langsung menyapa? Tapi, kopi di kafe ini enak sekali lho. Kalau pergi ke tempat lain, rasanya sayang sekali~.”

“Eh, e-eh begitu ya. A-aku jadi bingung nih…”


Uuh, aku lemah kalau sampai disarankan begini… tapi di dalam sana Yuu-kun dan yang lain sedang berbicara dengan Raimu-san. Kalau aku masuk, rasanya agak canggung…


“Eh? Sepertinya aku salah bicara ya? Soalnya tadi kulihat kamu melambaikan tangan pada orang yang masuk barusan, jadi kukira mereka temanmu.”


“T-tidak kok. Mereka memang temanku, tapi… rasanya agak sulit untuk ikut masuk.”


“Hmm, kalau begitu… lelaki yang tidak berkacamata tadi, dia pacarmu kan?”


“Iya, betul sekali!”


Ah… aku keceplosan. Komunikasiku yang buruk sering kali membuat lidahku terpeleset begini… padahal tidak baik mengaku begitu cepat pada orang yang baru kukenal.


“Tahu kok. Kalian terlihat serasi sekali, jadi aku sudah menduga begitu~.”


“K-kami terlihat serasi!?”


Ah… aku keceplosan lagi. Sambil aku merunduk lesu di dalam hati, gadis itu malah tertawa riang, “Ahaha~.”


“Kamu pasti sangat menyukai pacarmu, ya. Memangnya apa yang kamu sukai darinya?”


“Eh, itu… dia orang yang sangat baik. Saat aku sedang sedih atau hampir menangis, dia akan mengusap kepalaku tanpa berkata apa-

apa… lalu saat aku senang, dia ikut tertawa bersamaku.”


“Iya, iya.”


“…Dia memang orang yang sangat baik, tapi di lubuk hatinya, aku merasa ada ‘anak kecil yang kesepian’.“


“Anak kecil yang kesepian?”


“Iya. Karena dia sudah banyak mengalami hal-hal pahit, tapi tetap berusaha sekuat tenaga—aku merasa ada dirinya yang kecil, yang ingin sekali dimanja, sedang menangis di dalam sana.”


──Luka hati Yuu-kun bukan hanya soal Raimu-san.


Saat Natal, ketika Yuu-kun menenggelamkan wajahnya di dadaku lalu tertidur…Saat itu aku sadar. Di dalam diri Yuu-kun, masih ada anak kecil yang ingin dimanja oleh ibunya yang telah tiada.


“Jadi, kamu ingin menyembuhkan hati kesepian itu?”


Dengan nada yang sama seperti tadi, gadis bob pendek itu bertanya padaku.


…………Entah kenapa terasa aneh. Padahal ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Dia terlihat seperti gadis SMA biasa. Tapi kenapa ya—aku bisa begitu mudah menceritakan perasaanku padanya?


“Iya, aku ingin menyembuhkan hatinya. Lalu kalau bisa terus tertawa bersama, aku akan sangat bahagia… begitu yang kuinginkan.”


“Kamu baik sekali. Aku sendiri sibuk dengan urusanku, jadi aku benar-benar kagum padamu.”


Begitu ucapnya sambil tersenyum cerah, lalu ia meraih tanganku.

Aku pun, terbawa oleh tarikan tangannya, berputar ringan──dan akhirnya menghadap kembali ke arah kafe Limelight.


“Hei, kalau mau, ayo kita minum teh bersama? Aku ingin dengar lebih banyak ceritamu~.”


“Eh, tapi…”


“Nanti aku traktir kopi, deh. Dan ditambah kue enak sebagai bonusnya.”


“U-uhmm…”


Kalau sudah didesak sampai sejauh ini, aku memang lemah. Lagipula, entah kenapa… aku juga ingin mengobrol sedikit lebih lama dengan orang ini.


“Baiklah, hanya sebentar… t-tapi! Aku maunya duduk agak jauh dari dia, soalnya kalau terlalu dekat, aku jadi sulit bicara.”


“Baik, mengerti~. Kalau begitu, ayo kita masuk.”


Dan ketika hendak masuk ke dalam, aku melihat di sudut kafe, ada bunga geranium kuning yang sedang mekar diam-diam.


…Eh, itu dari manga apa ya? Ada adegan di mana arti bunga geranium kuning menjadi kunci cerita. Makanya aku masih ingat. Benar, arti bunganya adalah──────“Pertemuan yang Tak Terduga.”


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close