-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Gimai Seikatsu Volume 5 Chapter 2

Chapter 2 – 19 Oktober (Senin) Ayase Saki


Tidak lama setelah waktu tengah malam, aku sekali lagi mendapati diriku tenggelam dalam pikiran. Hal utama yang ada di pikiranku secara alami adalah janji yang aku dan Asamura-kun buat pada hari Festival Budaya...janji bahwa kami akan pergi dan jalan-jalan ke suatu tempat.

Hanya kami berdua ....

Sejak itu, pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan seperti ke mana harus pergi, bagaimana mengundangnya dan apa yang harus kami lakukan.

Masalah terbesar dari semuanya adalah sikap Asamura-kun. Cara dia berinteraksi dan tingkahya di sekitarku membuatku cemas bahwa dia mungkin sudah melupakan janji kita. Itu sebabnya, aku menderita dalam diam.

Ini membuatku merasa seperti aku adalah satu-satunya yang terus-menerus memikirkannya, bahwa aku adalah satu-satunya yang benar-benar menantikannya dan ini menyebabkanku berguling-guling di tempat tidurku berulang-ulang.

Astaga, ayolah kalau aku terus seperti ini..  aku akan kehilangan waktu tidurku yang berharga...

Meskipun aku mengatakan hal seperti itu pada diriku sendiri, tapi...

Sekarang ini sudah memasuki hari Senin. Begitu aku bangun, aku harus berangkat ke sekolah.

Dengan pemikiran ini, aku menarik selimutku hingga menutupi kepalaku dan mencoba memejamkan mataku.

Aku perlu tidur. Sudah waktunya untuk tidur…..

Aku terus berkata pada diriku sendiri. Aku masih mengatakan ini pada diriku sendiri ketika sampai-sampai nada dering smartphoneku menembus kesunyian.

“Astaga, siapa lagi sih?…”

Aku meraih smartphoneku untuk memeriksa siapa yang menggangguku selarut ini dan ternyata orang itu adalah Maaya. Aku mendapat pesan LINE darinya.

“Menurutmu sekarang jam berapa?” Aku menggerutu pada diriku sendiri saat aku melihat pesannya.

> (Maaya): Aku tidak bisa tidur, tolong aku!

Kamu juga? Aku menghela nafas pada diriku sendiri dan mengetik balasan.

> (Saki): Cepat tidur sana.

> (Maaya): Aku sudah memikirkannya
selama berjam-jam sekarang! Aku baru saja menonton video dan orang di dalam video itu mengatakan sesuatu yang sangat aneh!

> (Saki): Emang, orang itu ngomong apa

> (Maaya): Dia bilang "kami sudah mengkonfirmasi semuanya secara menyeluruh!", yah, mungkin itu bukan masalah. Tapi, coba pikirkan! Saat kita akan sesuatu, kita menggunakan kanji 確 diikuti oleh kata kerja menyusun sesuatu dengan kanji 認 untuk membentuk kata 'konfirmasi' dan kanji確認. Nah, dari dulu juga bentuknya seperti ini.. Tapi, jatuh dari kuda 馬adalah apa yang kita kumpulkan 落馬. Kanji untuk kata kerjanya diganti dan itu membuatku gila!

Lagian, siapa juga yang peduli tentang itu?

> (Maaya): Jadi, aku berpikir; bagaimana jika kita mengubahnya? Tapi, semakin dalam aku masuk ke lubang kelinci, kepalaku semakin kacau! Itu membuatku ingin berhenti menggunakan frasa itu!

Itu bahkan lebih penting daripada dilema sebelumnya.

> (Saki): Sudah, tidur sana.

> (Maaya): Nggak mau! Ayo kita pikirkan ini bersama-sama!

> (Saki): Lagipula, ngapain kamu nonton video pada jam segini?

Tanpa pikir panjang, aku menanyakan hal itu padanya. Dan, Maaya langsung membalas pesan panjang yang menjelaskan alasannya. Maaya akan selalu mengirim pesan yang padat isinya. Aku selalu sedikit terkejut dengan betapa cepatnya dia mengetik pesan. Untuk meringkas apa yang dia katakan padaku dalam beberapa kata, dia baru saja menonton anime larut malam yang tidak bisa dia lewatkan. Itu sebabnya, dia masih bangun.

Dalam upaya untuk membuatnya mengantuk lagi, dia mulai menonton live streaming seseorang, yang malah membuat efek sebaliknya.

Komentar pertamaku tentang itu adalah: Jangan libatkan temanmu dalam masalahmu sendiri. Kedua, aku cukup yakin ada layanan streaming yang memungkinkanmu menonton episode anime sesuai permintaan. Tidak ada alasan apapun untuk begadang hanya demi menonton anime. Dan Maaya sendiri telah membuat argumen itu belum lama ini.

Jadi, kenapa dia begitu keras kepala menonton episode itu secara real-time?

> (Maaya): Aku memang menggunakan layanan streaming seperti itu. Tapi, itu tidak dapat menggantikan perasaan menontonnya secara real-time! Perasaan terhubung dengan semua jenis orang di seluruh dunia saat mereka menonton episode anime yang sama sepertimu dan merasakan emosi yang sama pada saat itu adalah sesuatu yang tidak bisa kamu tiru dengan mudah!

> (Saki): Mana mungkin kamu bisa mengetahui bahwa mereka memiliki emosi yang sama sepertimu, kan?

> (Maaya): Bla bla bla! Jangan merusak kesenanganku, Sakinosuke! Aku dengan rendah hati harus mengakui bahwa aku kecewa padamu!

Sakinosuke? Apakah itu aku? Sejak kapan percakapan ini berubah menjadi drama sejarah?

> (Maaya): …Ah, jariku mulai lelah sekarang. Aku mulai kram.

Bagaimana bisa kamu mendapatkan kram hanya karena mengirim pesan?

> (Maaya): Saki, kamu masih bangun 'kan? Ayo temani aku... telponan?

Sekali lagi, jangan seret aku ke dalam kekacauan yang kamu buat… Huhh. Aku benar-benar berharap bisa tidur cepat.

Tapi, kebetulan aku mengingat sesuatu yang ingin aku tanyakan. Jadi, aku setuju. Begitu aku mengiriminya tanggapanku, pemberitahuan untuk panggilan masuk muncul dilayar smartphoneku.

Cepat sekali... Dia mungkin meletakkan jarinya di tombol panggil.

'Aloha, Saki~'

"Apa kamu sekarang pindah ke Hawaii?"

'Aku merasa kesepian. Jadi, aku ingin menghangatkan suasana hatiku yang sepi ini dengan beberapa getaran yang baik.'

“…Aku akan menutup telepon.”

'Ahhh, tungguuu! Perhatikan akuu! …Oh, ya.'

“Apa lagi?"

Aku terkejut dengan perubahan nada suara Maaya yang tiba-tiba.

'Saki, ada yang ingin kamu tanyakan padaku, kan?'

"…Hah? Tidak, tidak sama sekali."

'Benarkah? Kamu biasanya menjalani hidup dengan tempomu sendiri. Jadi, biasanya kamu tidak akan setuju untuk panggilan telepon selarut ini, kan?'

“Ugh.”

'Dan, kupikir kamu mengatakan 'Ya' karena kamu membutuhkan saranku tentang sesuatu, bukan?'

“Serius… terkadang kamu terlalu peka dalam hal aneh.” Aku menghela nafas dalam kekalahan.

Aku berpikir untuk mengarahkan percakapan ke arah yang memungkinkanku untuk menanyakannya secara alami. Tapi, sepertinya itu tidak akan mempan untuk teman baikku ini.

'Sudah kuduga.'

"Yah, seperti yang kamu tahu ... Sebagai contoh, mari kita ambil perumpaan di mana kamu pergi ke suatu tempat dengan laki-laki."

'Pergi kemana?'

“Um, tempat itu tidak terlalu penting. Kamu hanya ingin pergi ke mana pun dengan laki-laki itu."

'Oke, aku mengerti.'

“Bagaimana caramu mengundangnya secara alami?”

'Apa kamu mau pergi ke suatu tempat bersama Asamura-kun?'

.... Apa!?

“A-Aku tidak pernah menyebut nama Asamura-kun, kan?”

'Saki, kamu tidak pernah memperdulikan orang random, kan? Jika bukan seseorang yang dekat denganmu, kamu akan bertindak seperti penembak jitu terhebat di dunia dan menjaga jarak dari semua orang dengan sikap dingin seperti zaman es kedua menimpa seluruh umat manusia.'

“…Begitukah caramu melihatku, Maaya?”

'Maksudku, Asamura-kun adalah satu-satunya orang yang membuatmu cemas dan khawatir saat mengajak seseorang.'

Itu bukan seperti itu .…

'Pendeketan Shinjou akhir-akhir sudah agak mereda. Nah, siapa lagi kalau bukan Asamura-kun?'

“Maya. Sebelum kamu mendapatkan ide aneh, bahkan jika kita berasumsi bahwa laki-laki ini adalah Asamura-kun, alasan kita pergi bersama jelas bukan apa yang kamu pikirkan.”

'Ah, yang bener?'

Kurasa aku belum pernah mendengar komentar tidak percaya seperti itu dari siapa pun sepanjang hidupku. Tanpa sadar aku mencengkeram smartphoneou lebih keras dari sebelumnya. Maaya terus berbicara dengan nada suara yang meragukan.

'Alasan sangat penting di sini. Kalau kamu tidak memiliki alasan yang terdengar tulus untuk mengundangnya, itu akan membuatnya terdengar seperti kamu memiliki motif tersembunyi dan itu akan membuat pihak lain lebih berhati-hati.'

"Aku tidak punya motif tersembunyi."

'Hmmmm…'

"Sekali lagi, ini bukan—”

'Kalau begitu, itu akan menjadi alasan yang bagus. Kamu tidak mau dia menolakmu, kan?'

“Yah… aku…”

Aku bahkan tidak mempertimbangkan kemungkinan itu. Tapi, Mayaa ada benarnya juga.

Kenapa aku tidak pernah mempertimbangkannya? Mungkin Asamura-kun sebenarnya tidak ingin pergi ke suatu tempat bersamaku. Lagipula, dia tidak pernah mengungkit janji kita setelah hari itu. Apa yang harus aku lakukan jika dia benar-benar mengatakan tidak?

'Misalnya…… Hei, kamu mendengarkanku 'kan, Saki?'

“Ah, ya, tentu saja.”

'Dua hari dari sekarang, temanmu bernama Narasaka Maaya akan merayakan ulang tahunnya.'

“Oh, selamat.”

'Sangat ceroboh! Dan terlalu cepat!'

"Apa kamu ingin aku mengucapkannya di hari itu?"

'Aku tidak keberatan. Bagaimanapun, kamu bisa menggunakan ini sebagai alasan untuk mengundangnya. Katakan bahwa kamu ingin membeli hadiah untuk pesta ulang tahun Narasaka Maaya, tahu?'

"Kamu berencana mengadakan pesta ulang tahun?"

'Nggak juga. Atau lebih tepatnya, aku pikir jika aku mengadakan pesta semacam itu.. itu bisa menjadi alasan kamu mengajaknya.' 

"Apa itu tidak terlalu berlebihan"

'Jangan khawatir. Lagipula, hanya kamu dan Asamura-kun yang akan datang.'

Bisakah kamu benar-benar menyebutnya pesta ulang tahun? Apa bedanya dengan hanya mengunjungi rumahnya seperti yang kadang-kadang kita lakukan?

'Itulah yang membuatnya hebat. Kamu tidak perlu gugup, begitu juga dia. Dan kami punya alasan yang tepat untuk mengundangnya!'

Jadi begitu, ya..

Sebelumnya, Asamura-kun pernah berkunjung ke rumah Maaya. Jika ini tentang pesta ulang tahun Maaya, Asamura-kun pasti tidak akan ragu-ragu.

"Tapi apakah kamu yakin?"

'Apanya?'

Berbeda denganku, Maaya populer di sekolah. Jika dia mengatakan dia mengadakan pesta ulang tahun, dia akan mengumpulkan peserta tidak hanya dari kelas kami, tetapi di seluruh sekolah. Aku tidak akan terkejut jika dia mengadakan pesta setiap tahun, jujur. Jadi, saat aku bertanya kepadanya tentang hal itu, dia menjelaskan bahwa dengan banyaknya kemungkinan peserta, dia bahkan tidak akan mampu menampung mereka semua di bawah satu atap, sehingga memaksanya untuk menolak orang-orang yang ingin hadir. Baginya secara pribadi, dia lebih suka tidak mengadakan pesta sama sekali daripada menyakiti orang seperti itu.

Serius, seberapa sempurnanya gadis ini? Dia peduli pada semua orang secara setara.

'Tapi kali ini, satu-satunya tujuanku adalah untuk mendukung cinta yang mekar antara kamu dan Asamura-kun. Jadi, ini seharusnya baik-baik saja~'

"Sekali lagi, ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

'Ngomong-ngomong, aku akan mengirimkan undangan kepada Asamura-kun setelah ini. Lalu, rahasiakan bahwa aku hanya mengundang kalian berdua. Ini akan menjadi kejutan untuknya, tee hee.'

Aku mendengarnya cekikikan dari seberang telepon ketika aku memeriksa waktu. Sudah lewat jam 2 dini hari dan bahuku yang menyembul dari balik selimutku mulai terasa sedikit dingin.

“Ya ampun, sudah selarut ini… Bagaimana jika aku bangun kesiangan…”

'Aku dapat pulih sepenuhnya dengan minimal tiga jam tidur!'

"Apa kamu cukup bugar setelah itu?"

'Apa kamu mengkhawatirkanku? Tenang saja, aku dapat tidur selama 6 jam.'

Kapan kamu mendapatkan enam jam itu?

“Aku nggak mau itu … Aku ingin bangun sebelum Asamura-kun datang membangunkanku.”

'Terlihat sempurna 24/7 tidak akan memberimu poin lebih. Kamu harus menunjukkan sedikit kecerobohanmu dan aku yakin dia akan menganggapnya imut.'

"Itu bukan…"

Kalau dipikir-pikir selama Festival Budaya, aku menyadari bahwa aku tidak terlalu ahli dalam menunjukkan kelucuan semacam itu.

"Yah, aku mengerti maksudmu, tapi …"

'Ohh!! Kamu akhirnya mau jujur padaku, Sakppe!?'

Sekali lagi, siapa yang kamu maksud itu?

"Anak laki-laki diam-diam menyukai hal-hal semacam itu atau begitulah kata orang."

'Oh, oh, oh! Sekilas Info! Dari siapa kamu mendengarnya? Oh, benar. Maka kamu harus mengambil jalan memutar saat pulang ke rumah untuk berganti pakaian sebelum kamu datang ke pesta.'

“Meskipun hanya kita bertiga?”

'Bagaimanapun juga, kejutan adalah bumbu terbaik! Dan itu akan memungkinkan kalian pergi kencan dua hari berturut-turut, kan?'

Ini hanya pesta ulang tahun acak, tidak ada alasan untuk pergi jauh-jauh, ya ampun.

“…Sudah dulu, aku mau tidur.”

'Okaay. Selamat tidur!'

Kami mengucapkan selamat malam satu sama lain dan mengakhiri panggilan. 

Saat aku berhadapan dengan Maaya, yang aku terima hanyalah kejahilan dan godaanya, ya, ampun .... Tapi… menunjukkan beberapa celah, ya? Apakah itu perlu agar dia memanggilku imut? Tidak, tidak mungkin. Pikirkan tentang itu, Ayase Saki. Kamu seharusnya tidak terlalu percaya pada kata-kata Maaya. Sengaja menunjukkan kecerobohan hanya akan menjadi bumerang. Menurutku.

Aku menarik selimutku ke atas kepalaku sekali lagi, memaksa mataku terpejam—Ya, tidak mungkin.

* * *

Tidak mengherankan kalau aku bangun kesingan keesokan paginya. 

Dan, lebih parahnya lagi.. Aku bertemu dengan Asamura-kun dalam perjalanan ke kamar mandi.. masih memakai piyamaku. Astaga, ini sangat memalukan.

Saat aku  melihat penampilanku di cermin, aku melihat rambutku agak berantakan. 

Rasanya aku ingin mati karena rasa malu.. Bagaimana aku bisa menunjukkan sisi cerobohku seperti ini?

Adapun pesta ulang tahun Maaya, Asamura-kun mengungkitnya sendiri saat sarapan. Dia bertanya apa yang harus kita lakukan tentang hal itu. Semua kata yang sudah aku susun sebelumnya direduksi menjadi atom. Jantungku berdetak sangat kencang hingga aku khawatir dia akan mendengarnya dari seberang meja. Aku sangat fokus untuk menjaga ketenangan dan merespons.

“Aku sedang berpikir untuk merayakannya bersamanya. Bagaimana denganmu?" Aku mengembalikan sebuah pertanyaan.

Aku sudah merencanakan untuk dengan acuh tak acuh membicarakan pembicaraan tentang membeli hadiah. Tapi, Asamura-kun membuatku jantungku berdetak kencang. Aku sangat gelisah. Aku benar-benar berpikir dia bisa membaca pikiranku. Dia kemudian berkomentar bahwa ini adalah pertama kalinya dia memberi seorang gadis hadiah.

Begitu, ya. Jadi, dia tidak pernah memberikan hadiah kepada seorang gadis.. Tunggu, kenapa aku merasa lega mendengarnya? Yah, Ibu satu-satunya orang yang pernah mendapat hadiah dariku. Jadi, aku tidak berhak membicarakan ini.

Aku menguatkan tekadku dan mengajukan pertanyaan yang ingin aku tanyakan.

"Apa kamu ingin pergi membeli hadiah bersama?"

Kupikir suaraku bergetar ketika aku menanyakan itu. Pada awalnya, Asamura-kun menjawab dengan blak-blakan “Tapi,” yang membuat dadaku sesak hingga terasa sakit. Namun, dia tidak mengatakan tidak. Sebaliknya, dia tampaknya khawatir orang-orang dari sekolah akan melihat kami jika kami pergi berbelanja di suatu tempat di dekat sini. Aku merasakan hal yang sama. Setelah memikirkannya sejenak, Asamura-kun mengusulkan agar kami pergi ke suatu tempat yang agak jauh untuk menikmati perjalanan belanja kami. Aku menjawab dengan anggukan lemah.

"Apa kamu masih ingat yang kita bicarakan selama Festival Budaya?" Aku bertanya dengan hati-hati.

Asamura-kun adalah orang yang baik, dia mungkin mau menemaniku membeli hadiah ulang tahun temanku.. Tapi dia menjawab dengan—

"Tentu saja."

Aku sangat bahagia. Aku senang aku menanyakan ini padanya dan mengkonfirmasinya secara menyeluruh.

* * *

Saat ini, aku masih bekerja paruh waktu di toko buku. Akhir-akhir ini, aku berada di shift yang sama dengan Asamura-kun. Hari ini, kami bertiga. Yomiuri-senpai dan aku ditugaskan untuk menjaga kasir, sedangkan Asamura-kun pergi untuk mengatur rak majalah yang baru datang. Saat antian di depan kasir mulai berkurang, aku mendapati diriku melirik ke arah Asamura-kun. Yomiuri-senpai secara alami memanggilku tentang itu dan mulai menggodaku, mengatakan bahwa aku pasti tertarik pada "Kouhai-kun". Aku dengan keras menyangkal tuduhannya, mengatakan bahwa itu hanya kebetulan.

"Beneran nih~?"

Sekali lagi, orang lain yang hampir tidak percaya pada apa yang aku katakan padanya. Karena hampir tidak ada orang di sana yang ingin membeli sesuatu dan karena kami cukup bosan, dia mungkin memutuskan untuk memulai percakapan.

"Halloween cukup dekat, bukan?"

“Itu tanggal 31, kan?”

“Yup, akhir bulan Oktober. Karena Halloween adalah festival kecil sebelum acara besar—Hari Raya Orang Kudus.”

“Hari Raya Orang Kudus... apa itu?"

“Hari Semua Orang Kudus, yaitu 1 November. Itu adalah hari perayaan untuk menghormati semua orang kudus di dunia. Sedangkan, hari yang dikhususkan untuk orang bodoh adalah 1 April."

“Ah, April Mop, maksudmu?”

“Tepat. Untuk semua April Mop. Tapi, kami tidak menyebut 1 November sebagai Hari Orang Kudus, kan? Atau emang ada? Apa kamu tahu sesuatu tentang itu?"

“Tidak, sayangnya tidak.”

“Ngomong-ngomong, Halloween adalah hal besar di Shibuya.”

Topiknya berjatuhan dan berguling-guling di seluruh lantai. Tapi, ini bukan hal baru ketika berbicara dengan Yomiuri-senpai. Aku akhirnya terbiasa mengikuti jalan pikirannya yang aneh. Proses berpikirnya sangat cepat, sebenarnya.

Yah, dia selalu berurusan dengan Asisten Profesor Kudou. Jadi, aku tidak terkejut lagi. 

Aku teringat kembali pada hari dimana aku menghadiri acara kampus terbuka universitasnya dan aku mendapati diriku merasa sedikit berkecil hati.

“Halloween adalah acara yang mengubah Shibuya menjadi kota yang tidak pernah tidur.”

"Kamu tidak salah. Akhir-akhir ini terasa seperti Tanah Suci dengan semua kostumnya.”

Terutama pusat kota Shibuya, yang selalu mengumpulkan cukup banyak orang berkostum berjalan di jalanan untuk menjamin siaran tentang hal itu. Kerumunan selalu begitu padat sehingga kau akan selalu menabrak seseorang.

“Kerumunan benar-benar menyebalkan. Aku pasti ingin menghindari pusat kota selama waktu itu.”

“Saki-chan, ada alasan kenapa kita manusia yang malang harus memaksa melewati pusat kota terlepas dari semua itu.”

“Tunggu, benarkah?”

“Karena kita punya pekerjaan.”

Ah. Aku ingat sekarang. Baik Asamura-kun dan aku memiliki shift pada tanggal 31. Kurasa korban lainnya adalah Yomiuri-senpai...

“Bagaimana kalau kita setidaknya bersenang-senang dan mengenakan kostum selama shift di hari itu?” Dia bertanya.

Meskipun masih di tempat kerja, aku menggelengkan kepala sekuat yang kubisa. Betapa tidak masuk akal.

“Aku yakin kamu akan terlihat imut saat berdandan seperti penyihir dengan topi segitiga, tahu?”

"Imut…?"

"Ah, mata banteng?"

"Tidak sama sekali," aku mencoba bersikap tenang, tetapi kata-kataku tidak memiliki kekuatan sama sekali.

Yomiuri-senpai sekali lagi menggunakan kesempatan ini untuk menggodaku, mengatakan "Aku tahu kamu sedang memikirkan Kouhai-kun," yang membuat darahku mengalir deras ke kepalaku. Seolah itu belum cukup buruk, Asamura-kun kembali dari pekerjaannya di rak buku.

"Aku akan mengambil alih untuk pemeliharaan," kataku pergi meninggalkan kasir.

…Dia tidak berpikir itu aneh bagiku, kan?

* * *

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan pulang. Udaranya dingin, yang membuatnya terasa seperti musim dingin telah tiba. Aku menggosok kedua tanganku agar tetap hangat dan saat ini Asamura-kun sedang berjalan di sampingku, mendorong sepedanya. Saat-saat seperti ini benar-benar menunjukkan betapa kurangnya rasa kemanusiaanku. Aku bahkan tidak bisa menemukan topik untuk dibicarakan.

Aku gagal membuat percakapan yang dia sukai. Sebaliknya, aku hanya mencari cara untuk membuatnya berpikir aku tidak sepenuhnya melamun. Yang terbaik yang bisa aku lakukan adalah meniupkan napas hangat ke tanganku yang menggigil.

Asamura-kun memujiku, mengatakan bahwa pakaian ini sangat cocok denganku... Dia mungkin berusaha untuk tidak membuatku merasa canggung, kan?

Aku memasukkan tanganku ke dalam saku, mencengkeramnya erat-erat. Akhirnya aku berhasil memaksa kata-kata itu keluar dari tenggorokanku.

"Aku sangat menantikan untuk pergi belanja besok."

Ah, aku benar-benar ingin menangis. Kenapa aku seperti ini?

Tapi sebaliknya, Asamura-kun—

"Aku juga."

—Menjawab dengan itu. Aku merasa malu, mengira aku satu-satunya yang terbawa suasana, tetapi dia langsung setuju. Aku melirik profilnya saat dia berjalan di sampingku, membuatku senang. Aku sedikit membuka dan menutup tanganku di dalam saku. Menemukan topik percakapan yang bekerja dua arah sangat sulit. Sebaliknya, kami akhirnya berjalan pulang dalam diam. Tapi, kurasa ini juga tidak terlalu buruk.

Ketika kami membuka pintu apartemen kami dan menjauhkan diri satu sama lain, aku dilanda gelombang penyesalan




|| Previous || Next Chapter ||
11 comments

11 comments

  • Nama
    Nama
    9/5/22 14:49
    saki mabuk cinta
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    2/5/22 23:56
    Wuoahhhhaugeiebsjsbosheishsj Saki♡♡♡♡
    Reply
  • N0 Name
    N0 Name
    1/5/22 09:29
    Makin imut aje waifu ane
    Reply
  • Lana
    Lana
    29/4/22 22:19
    Nice. Ditunggu kelanjutan nya
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    29/4/22 11:07
    Semangat min nge TLnya
    Reply
  • Tayo
    Tayo
    29/4/22 08:58
    Lanjut min
    Reply
  • Danurendra
    Danurendra
    29/4/22 00:00
    Semangat nge tlnya min
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    28/4/22 21:48
    Gak nyangka saki juga punya perasaan yang dalem buat asamura
    • Anonymous
      Anonymous
      29/4/22 17:41
      udah dari vol 2 bro
    • Anonymous
      Anonymous
      30/4/22 12:44
      Iya, tapi kali ini lebih greget lagi
    Reply
  • Ryusan
    Ryusan
    28/4/22 20:09
    Nice
    Reply
close