-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Gimai Seikatsu Volume 6 Chapter 5

Chapter 5 - 19 Desember (Sabtu) Asamura Yuuta


Tepat di samping bantalku, jam menunjukkan pukul 6:30 pagi. Bahkan gerakan sekecil apapun memungkinkan angin dingin masuk ke bawah selimutku, membuatku menggigil ketakutan. Di luar jendela, aku tidak bisa melihat apa-apa selain kegelapan. Karena kita sudah dekat dengan titik balik matahari musim dingin, mungkin masih 15 menit lagi sebelum matahari mulai terbit.

Ngomong-ngomong, titik balik matahari musim dingin mengacu pada hari saat matahari berada pada titik terendah ketika mencapai selatan yang dalam. Biasanya muncul sebentar di timur dan tenggelam kembali ke bawah seperti sedang bermain petak umpet. Berkat itu, malam hari jauh lebih panjang dan matahari terbit lebih lama, terutama di Jepang.

"Dan aku benci bangun ketika di luar masih gelap." Aku menarik selimut di atas kepalaku dan sekali lagi memikirkan rencanaku untuk hari ini.

Besok, akan menjadi satu minggu sejak ulang tahunku. Dengan kata lain, ini adalah giliran Ayase-san. Dan hadiah yang diinginkannya adalah "Sabun yang bisa kugunakan di kamar mandi." Saat aku melakukan pencarian cepat secara online, aku menemukan sebuah toko khusus di daerah Shibuya yang berfokus pada perlengkapan mandi secara khusus. Di situlah aku memutuskan untuk membeli sabun tersebut. Karena rencanaku dipenuhi dengan sekolah persiapan dan kerja paruh waktu, aku tidak punya waktu untuk berbelanja sebelum hari ini. Karena toko perlengkapan mandi dekat dengan sekolah persiapan, aku akan menggunakan waktu di sela-sela pelajaran untuk membelinya.

Dalam benakku, aku membuat jadwal yang rinci. Dan sementara aku merenungkan hal itu, sebuah pikiran tertentu yang ada di benakku meminta perhatian. 

Setelah menerima hadiah yang tak terduga dari Fujinami-san, Yomiuri-senpai dan menyadari kegembiraan mengalami kejutan seperti itu, aku mulai merasa ingin memberi Ayase-san sedikit kejutan juga. Lagipula, kejutan adalah bumbu terbaik dalam hal cinta atau begitulah yang dikatakan dalam "Tujuh Aturan Untuk Diikuti Yang Akan Membuatmu Berhasil dalam Cinta," buku yang diberikan Narasaka-san kepadaku. Meskipun aku masih tidak tahu apakah aku harus mempercayai apa pun yang dikatakan di sana atau tidak.

Tentu saja, aku tidak ingin mengganggunya, seperti semacam lelucon. Kejutan yang kumaksud adalah membuatnya terkejut sekaligus bahagia, sesuatu seperti itu. Misalnya, menambahkan bahan tambahan di atas hadiah awal.

Karena aku tidak harus bangun pagi, aku menghabiskan waktu lebih lama berguling-guling di tempat tidurku daripada biasanya ketika tiba-tiba alarmku berbunyi. Karena terkejut, aku melemparkan selimut ke udara. Saat aku melihat ke luar, hari sudah mulai terang.

Aku mengganti piyamaku dan menuju ke ruang tamu, di sana aku melihat Ayahku yang sedang duduk santuy. Ngomong-ngomong, dia tidak ada pekerjaan hari ini. Juga, ada Akiko-san yang sedang duduk di sofa. Karena dia baru saja pulang kerja, dia mungkin akan segera tidur.

"Ah, kalau kamu mencari Saki. Dia baru saja selesai sarapan dan sudah kembali ke kamarnya.."

Mengatakan itu, Akiko-san hendak berdiri. Tapi, aku mengatakan padanya bahwa aku bisa mengurus sarapanku sendiri dan menyuruhnya duduk lagi. Aku bisa melihat sarapanku sudah berada di atas meja. Nasinya ada di dalam penanak nasi dan sup miso mungkin ada di dalam panci. Aku menghangatkan sup miso dan mengambil nasi untuk diriku sendiri. Untuk hidangan utama pagi ini, kami punya salmon munière dan ketika aku membuka aluminium foil, aku disambut oleh daging merah muda yang masih hangat. Saat aku meraih kecap asin, aku teringat percakapanku dengan Ayase-san saat kami makan gyoza bersama. Aku memutuskan untuk mencoba ikan tanpa menambahkan apa pun dan memasukkannya ke dalam mulutku-Mhm, manis.

Itulah kesan pertama yang kudapatkan. Dan itu bukan hanya rasa manis dari mentega. Lemon di atas munière yang dibumbui dengan garam dan merica memiliki rasa yang cukup kuat bagiku untuk dapat merasakannya sendiri.

Mungkinkah dia sedikit menahan bumbu?

Mencicipi ikan seperti ini terasa seperti dunia baru yang terbuka di depanku. Aku sudah terbiasa dengan preferensiku sendiri. Dan fakta bahwa rasanya benar-benar enak membuatku merasa frustrasi.

Sepertinya menjaga bumbu garam & merica seminimal mungkin adalah standar untuk Keluarga Ayase. Jadi, jika aku menginginkan lebih dari itu, aku harus pergi ke rak bumbu di dapur dan mengambil apa yang kuinginkan. Ini hanyalah cara lain untuk menyesuaikan diri satu sama lain. Kami tidak ingin memaksakan preferensi keluarga kami satu sama lain. Aku mengambil kecap asin kesukaanku dari rak bumbu. Aku menuangkan sedikit di piring kecil dan mencoba gigitan keduaku dengan itu. Rasanya sama seperti biasanya dan itu lezat.

"Hmm... Jadi, ini seperti..."

...Aku penggemar kecap asin?

Aku merasa seperti baru saja menjalani semacam tes psikologi yang menebak kepribadianku berdasarkan preferensi makananku.

"......ta."

Pikiranku maju mundur, berputar-putar, ketika sebuah suara membawaku kembali ke kenyataan. Suara itu berasal dari Ayahku. Aku memalingkan wajah dari makananku dan menatapnya.

"Maaf, apa kau memanggilku?"

"Tentu saja. Di sini yang namanya 'Yuuta' cuma kau saja. Kau sedang ngelamuni apa sih?"

"Yah... Sedikit, ya. Lebih penting lagi, ada apa tiba-tiba memanggilku?"

Aku menyingkirkan pikiran filosofi makananku. Bagaimanapun juga, tidak sopan bagiku untuk mengabaikannya.

"Tahun ini kita akan pergi mengunjungi keluargaku. Apa kau tidak keberatan?"

"Ah, itu toh. Yah, aku tidak keberatan."

Aku secara refleks melihat ke arah Akiko-san, tetapi dia hanya tersenyum padaku.

"Aku sudah memberitahu Saki tentang hal ini. Kamu yang terakhir, Yuuta-kun. Apa kamu memiliki rencana lain?"

"Tidak, aku tidak memiliki rencana apapun." Aku sedikit panik dan mengangguk.

Keluarga Ayahku tinggal di Nagano. Dia rupanya kuliah di sebuah universitas di Tokyo, itulah sebabnya dia pindah ke sini. Dan dia tinggal di sini setelah lulus. Keluarga kami di Nagano memiliki tradisi bertemu setiap tahun untuk Tahun Baru dan aku telah berpartisipasi dalam acara itu berkali-kali. Saat aku masih di sekolah dasar, Ibu kandungku juga ikut serta. Tapi, kurasa dia tidak pernah benar-benar terbuka kepada kerabat kami. Dalam perjalanan pulang, dia terus mengeluh tentang mereka dan aku terpaksa mendengarkannya meskipun memiliki perasaan yang rumit tentang hal itu. Karena aku bergaul dengan mereka dengan cukup baik, rasanya seperti dia menyiramkan air pada paradeku.

"Syukurlah. Kalau begitu, kita semua bisa pergi ke sana bersama," kata Akiko-san sambil tersenyum.

Itu berarti Ayase-san juga tidak masalah dengan hal itu. Tapi, itu membuatku punya pertanyaan lain.

"Bagaimana dengan keluargamu, Akiko-san? Apa kau baik-baik saja tidak mengunjungi mereka?"

Secara pribadi, aku berpikir bahwa ide untuk kembali mengunjungi keluargamu untuk Tahun Baru adalah tradisi kuno yang sudah ketinggalan zaman, tetapi aku juga bisa memahami keinginan untuk melihat anak-anakmu setidaknya sekali setahun. Dan untuk pertanyaanku, Akiko-san menjawab dengan senyum masam.

"Semua kerabatku suka hidup bebas. Mereka bukan tipe orang yang berkumpul untuk acara seperti ini."

Karena itu, dia berpikir untuk mengunjungi mereka tahun depan untuk Obon pada bulan Agustus. Karena pernikahan dan segala sesuatu yang mengelilinginya, akan terlalu menegangkan untuk mengunjungi mereka pada akhir tahun juga.

"Yah, pada dasarnya aku telah bekerja setiap tahun sampai saat ini. Jadi, aku akan santai saja untuk sekali ini."

"Dan aku punya lima hari libur mulai tanggal 29."

Mengingat Akiko-san bekerja di bar lokal di Shibuya, aku merasa tempat itu akan ramai dengan orang-orang selama Tahun Baru... Tapi, tampaknya keraguanku pasti terlihat di wajahku.

"Aku selalu membantu di tempat kerja. Jadi, aku punya waktu libur khusus setidaknya untuk tahun ini."

"Baguslah."

Ayahku praktis menjadi budak koporat ketika perusahaannya memasuki masa sibuk, tetapi jadwal Akiko-san tampaknya tidak jauh lebih ringan juga. Apalagi, tidak ada jaminan dia bisa mendapatkan libur pada hari Sabtu dan Minggu. Makanya, aku ingin dia beristirahat dengan baik setidaknya selama liburan. Namun, dia punya kebiasaan buruk untuk mengurus masalah keluarga selama waktu yang jarang dia tidak harus bekerja dan dia sudah mulai mengatakan hal-hal seperti "Aku ingin membiarkan Saki menikmati liburannya. Jadi, aku yang akan memasak. Aku akan membuat makanan favorit kalia!"

"Jika ada, aku yakin Ayase-san ingin Ibunya istirahat dari pekerjaannya. Aku dengan senang hati akan membantu memasak jika diperlukan."

"Ibu, ya..."

"Hah?"

Oh, apakah dia salah dengar? Aku sebenarnya berbicara tentang Ayase-san ... Tapi, anehnya dia tampak senang mendengar kata 'Ibu' dariku.

"Aku juga setuju dengan Yuuta. Kupikir kau diperbolehkan untuk beristirahat setidaknya selama liburan musim dingin kita. Juga, Yuuta dan Saki-chan sudah dewasa. Mereka sudah bukan anak kecil yang perlu kau jaga. Selain itu, aku juga tahu kau selalu membuat hidangan kecil disela-sela waktu luang.."

"Eh? Sungguh?"

"Tentu saja. Gratin yang kau buat minggu lalu sangat lezat."

"Aku akan membuat lagi, kalau begitu."

"Terima kasih." Ayahku tersenyum dan Akiko-san melakukan hal yang sama.

Terima kasih atas makanananya. Aku sudah kenyang...

"Ah, kalau dipikir-pikir.."

Kata-kata Akiko-san barusan memicu pemikiran lain dalam benakku.

"Makanan apa yang disukai Ayase-san?"

Akiko-san menatapku.

"Maksudmu makanan kesukaannya?"

"Ya. Kau baru saja menyebutkan makanan favorit anak-anak. Jadi, aku penasaran makanan kesukaannya."

"Hmmm..." Akiko-san meletakkan satu jari ke rahang bawahnya dan mulai berpikir. "Saat dia masih kecil dan aku sibuk dengan pekerjaanku, aku tidak bisa memberinya makanan yang paling mewah. Kuppikir dia mungkin menyukai hidangan yang membutuhkan waktu lebih lama untuk disiapkan, seperti kubis gulung isi atau sup daging sapi."

Begitu. Jadi, pada dasarnya makanan yang direbus...

"Tapi, kupikir dia lebih menyukai sup daging sapi jika itu dari restoran."

"Eh? Benarkah?"

Aku tidak melihat Ayase-san sebagai tipe orang yang akan makan di luar, itulah sebabnya aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku.

"Ada restoran tertentu yang terkadang kami kunjungi. Dan, dia sangat menyukai sup daging sapi dari sana."

"Begitukah?"

"Aku pernah mencoba membuatnya di rumah.."

Rupanya, dia tidak bisa memadukan rasanya. Dia tampak bingung mengapa daging biasa dari supermarket tidak cukup enak.

"Ngomongin tentang makanan, kalian berdua akan makan di luar setelah pulang kerja besok, kan?"

"Ya. Kami akan makan bersama... dengan orang-orang dari pekerjaan paruh waktu kami."

Ayase-san dan aku sudah memberitahu orang tua kami bahwa kami akan makan di luar besok setelah shift kami selesai. Lagipula, kami tidak bisa pulang larut malam tanpa memberitahu mereka berdua. Karena itu, fakta bahwa kami akan bersama dengan orang-orang dari tempat kerja adalah sebuah kebohongan. Aku tidak suka membohongi orang tua kami seperti ini, tetapi ini diperlukan untuk menyembunyikan rahasia besar kami sebagai balasannya. Aku hanya berharap ini tidak lepas kendali seperti drama TV klise pada umumnya.

"Hmm, jadi begitu. Yuuta-kun, kamu ingin mengetahui makanan kesukaan Saki karena ini adalah hari ulang tahunnya?"

"Yah, um...ini bagian dari itu juga sih. Ah, tapi.. tolong jangan bilang ke dia bahwa aku bertanya.."

"Fufu, sebagai Kakak kamu sangat baik sekali.."

"Ahaha, ini hal yang normal, kau tahu.."

Tepat sekali, ini sangat normal. Seorang Kakak laki-laki yang baik akan mencoba untuk membuat ulang tahun adik perempuannya sedikit lebih meriah. Hal semacam ini normal untuk saudara kandung biasa. Kami berdua makan di luar seharusnya tidak terlalu aneh. Pada dasarnya, kami menjaga hubungan yang erat dengan cara yang memungkinkan kami menyembunyikan hubungan kami di balik fakta bahwa kami adalah saudara tiri. Dan setelah menyelesaikan sarapan yang sekarang sudah dingin, aku pergi ke sekolah persiapan seperti biasanya.

* * *

Setelah kelas pagi berakhir, istirahat 50 menit kami dimulai. Jika aku ingin membeli hadiah untuk Ayase-san, sekarang atau tidak sama sekali.

Aku harus punya cukup waktu untuk membawanya pulang dan kembali tepat waktu untuk kelas siang. Dengan keputusan itu, aku segera mengemasi barang-barangku dan meninggalkan ruang kelas. Saat aku berjalan menyusuri lorong menuju pintu masuk gedung, kebetulan aku bertemu dengan seseorang yang cukup aku kenal.

"Ara, apa kamu sudah mau pulang?"

Itu tak lain adalah gadis jangkung Fujinami.

"Lebih tepatnya, ada sesuatu yang harus dilakukan. Jadi, aku akan pergi keluar selama jam istirahat..."

"Begitu? Kalau begitu, silakan pergi saja."

Setelah percakapan singkat, kami dengan cepat berjalan melewati satu sama lain. Setelah meninggalkan gedung utama, aku segera melihat langit musim dingin yang kelabu di atasku. Angin yang bertiup melalui jalanan membuat kabel listrik bergetar, menciptakan suara bernada tinggi. Aku mengancingkan kemejaku dan sedikit mempercepat langkah kakiku. Toko perlengkapan mandi yang kutuju terletak di gedung bisnis serba guna di dekat stasiun kereta Shibuya. Sebenarnya, gedung itu memiliki beberapa toko, tetapi setelah pencarian cepat secara online, aku memutuskan untuk hanya memeriksa satu toko karena keterbatasan waktu. Oleh karenarena itu, setelah mencapai bagian depan toko, aku sedikit ragu-ragu.

Sangat sulit untuk masuk begitu saja ke sana. Mungkin karena hari ini adalah hari Sabtu, tetapi beberapa pelanggan wanita berada di dalam toko dan tidak ada seorang pria pun yang terlihat. Kupikir akan ada sedikit atau tidak ada kesenjangan antara gender dalam hal perlengkapan mandi, tetapi kurasa aku salah besar. Belum lagi, meskipun toko berwarna dasar coklat-putih itu sendiri tidak terlalu besar, mereka menawarkan berbagai macam barang. Ayase-san hanya mengatakan bahwa dia menginginkan sabun yang bisa digunakannya dengan nyaman saat mandi.

Pada akhirnya, aku mengambil keputusan dan melangkah masuk ke dalam. Aku tidak merasa terlalu nyaman dikelilingi oleh wanita di toko seperti ini. Tapi, Ini semua demi hadiah Ayase-san atau begitulah yang kukatakan pada diriku sendiri.

Daripada itu, dimana mereka meletakkan sabun mandi?

Aku mulai sedikit panik ketika aku tidak menemukan apa pun yang tampak sama sekali tidak asing dengan kemasan sabun yang kukenal.

"Apa Anda sedang mencari sesuatu yang khusus?"

Seseorang tiba-tiba memanggilku, yang membuat jantungku berdebar-debar. Ketika aku berbalik, aku disambut oleh seorang wanita yang mengenakan celemek dan senyum lebar di wajahnya. Dia mungkin seorang karyawan yang bekerja di sini.

"Ah, ya..."

"Bolehkah saya membantumu, Tuan?"

Dia memastikan untuk berbicara dengan nuansa yang berarti dia hanya akan melakukannya jika aku benar-benar membutuhkannya, semua untuk memastikan dia tidak terlalu menekanku... Dia seorang profesional. Karena aku bekerja di toko buku dan berurusan dengan pelanggan, aku bisa tahu. Beberapa pelanggan mungkin mengalami kesulitan berbicara dengan orang asing secara acak, terutama jika menyangkut seorang karyawan. Dan tak perlu dikatakan lagi, aku adalah salah satu pelanggan seperti itu.

"Um, aku sedang mencari sabun mandi..."

"Ah, sabun mandi. Itu ada di sebelah sini."

"Ah, terima kasih banyak."

Dia segera beranjak pergi setelah percakapan singkat. Kurasa dia menyadari bahwa aku tidak terlalu nyaman berbicara dengan karyawan. Setidaknya dia tidak menekanku dengan memberitahukan rekomendasinya dan yang lainnya. Ketika memikirkan sabun, aku hanya bisa memikirkan kotak persegi panjang yang diisi dengan sabun berbentuk sederhana, tetapi sabun mandi yang memenuhi pandanganku sekarang benar-benar berbeda dari apa yang kubayangkan. Segala sesuatu yang terlihat penuh dengan warna. Beberapa kotak bahkan tembus pandang, bersinar terang seperti batu permata. Bukan sabun putih polos yang selama ini kupikirkan.

Mungkin dirancang seperti ini untuk memungkinkan pelanggan melihat ke dalam. Potongan-potongan sabun tunggal dikemas ke dalam kemasan vinil yang pada dasarnya tembus pandang dan segel barang untuk pengujian juga terbuka. Aku penasaran dan mengambil satu potong. Pada labelnya, tertulis "Camomile," yang memiliki aroma yang sama dengan teh herbal tertentu dan sabun lavender juga berbau seperti lavender. Bahkan ada aroma dari makanan atau barang nabati lainnya. Mempertimbangkan harga penghangat leher, aku mungkin mampu membeli dua hingga tiga dari ini. Tetapi pertanyaannya adalah... yang mana?

"Mana yang cocok dengan preferensi Ayase-san...?"

Seperti yang kau duga, aku tidak familiar dalam hal aroma dan wewangian. Hal yang sama berlaku untuk selera Ayase-san. Namun, aku bisa menggunakan saran Maru hari ini.

'Jika itu untuk orang yang kau minati, carilah sesuatu yang membuatmu terlihat perhatian padanya.'

Penting untuk membeli hadiah dengan pemikiran bahwa orang tersebut akan menyimpannya. Tapi tetap saja, kita masih hampir menjadi orang asing. Tidak ada cara untuk menebak secara akurat selera dan minat orang lain. Itulah mengapa Ayase-san dan aku membicarakan tentang hadiah mana yang kami sukai. Meskipun begitu, pada dasarnya itu adalah informasi yang sangat minim. Kami telah memenuhi syarat yang diperlukan untuk sukses, tetapi kami belum menyelesaikan misi.

Tanpa sadar aku menyentuh kerah bajuku dengan tangan kiriku. Di leherku ada penghangat leher yang kuterima dari Ayase-san sekitar seminggu yang lalu. Aku yakin, ketika Ayase-san membelikan ini untukku, dia tidak hanya berpikir 'Penghangat leher apa pun bisa digunakan'. Dia mungkin memikirkan tentang warna, bentuk atau tekstur untuk waktu yang lama.

Dengan kata lain, dia masih memikirkanku ketika memilih hadiah. Sangat mudah dipahami jika kau melihat warnanya. Ini cocok dengan pakaian yang biasanya aku kenakan pada hari libur. Atau lebih tepatnya, warna ini sangat cocok jika dikombinasikan dengan baju yang kami beli terakhir kali kami berdua keluar bersama. Alasan mengapa tidak ada pola tertentu di atasnya atau kain gila apa pun dijelaskan oleh apa yang dia katakan kepadaku. Bahwa jika aku akan memakainya secara teratur, polos lebih baik daripada mencolok.

Dan karena dia sudah memikirkan semua ini, aku bisa tahu betapa dia sangat perhatian padaku. Itu sebabnya, aku harus melakukan hal yang sama ketika memilih sabun mandi. Dan tidak hanya memilih apa saja yang terlihat paling bagus dan paling bergaya.

Biarkan aku berpikir sejenak. Pakaian apa yang biasanya dia kenakan dan aksesoris apa?

Aku mungkin harus memilih sesuatu yang sedikit lebih berwarna dan elegan. Aku melihat sabun berbentuk bunga mawar, tetapi menghentikan tanganku ketika aku hendak mengambilnya. Gagasan untuk tampil gaya seperti sebuah persenjataan bagi Ayase-san, begitu juga dengan kebijakannya.

... Kapan dia akan menggunakan sabun ini?

Dia selalu menjadi orang yang mandi terakhir. Sesuatu yang bisa membuatnya menyingkirkan semua stres yang telah menumpuk sepanjang hari dan bisa membuatnya lebih santai.

Apakah dia benar-benar membutuhkan sesuatu yang mencolok atau bergaya, mengingat hal itu?

Saat aku melihat sekeliling, aku melihat sabun mandi yang memiliki gambar kelopak bunga yang terukir di dalamnya, tetapi juga potongan sabun lainnya yang agak sederhana.

Setelah berpikir lebih lama, aku memutuskan untuk memilih sabun chamomile, lavender, dan serai (semuanya adalah herbal yang memiliki efek relaksasi), serta kantong sabun gelembung yang tergantung di sisi rak. Kupikir kantong itu akan menjadi seperti tas kecil untuk menyimpan sabun. Tapi ternyata, itu adalah sesuatu yang kau gunakan ketika sabun menghasilkan busa... yang baru aku ketahui setelah membaca manualnya.

Setelah aku mendapatkan semua yang kuinginkan, aku membawa barang-barang itu ke kasir, meminta bungkus kado. Ternyata karyawan yang melayaniku adalah orang yang awalnya memanduku ke rak sabun. Setelah mendengar permintaanku, dia menanggapi dengan ramah, "Tentu saja." Dia tidak menggunakan kertas kado Natal biasa, melainkan kertas kado khusus untuk hadiah, kupikir yang bermotif bunga di atasnya. Dia menunjukkannya kepadaku dan bertanya apakah aku setuju dengan itu.

Aku mengangguk dan dia segera mulai membungkus, dengan hati-hati melipatnya di sekitar kotak-kotak kecil. Saat aku mengamatinya, aku teringat betapa sulitnya bagiku untuk mempelajari seluruh cobaan ini. Dan pada saat yang sama, aku teringat dengan menyakitkan tentang betapa stresnya pekerjaan yang akan terjadi lagi hari ini, saat aku menyaksikan seorang profesional dalam pekerjaannya. Aku tidak melakukannya secara verbal, tetapi aku tetap berterima kasih kepadanya karena telah melakukannya dengan indah. Dan setelah aku selesai membayar, aku segera meninggalkan tempat itu.

* * *

Setelah itu, kelas di sekolah persiapanku berakhir. Jadi, aku memutuskan untuk pergi ke pekerjaan paruh waktuku. Aku sudah selesai berganti seragam dan memasuki kantor ketika aku menyadari bahwa cukup banyak rekan kerjaku yang hadir, semua bagian dari shift yang sama denganku. Kurasa kami semua hadir hari ini. Selain Ayase-san, Yomiuri-senpai dan aku, ada tiga karyawan lainnya. Kurasa ini adalah hal yang wajar terjadi begitu kita mendekati Natal. Toko itu juga tampak ramai. Dan seperti yang sudah diduga, kami tidak punya banyak waktu untuk mengobrol. Malahan, kami langsung bekerja di kasir. Setelah kami akhirnya diberi waktu untuk bernafas, aku menunggu waktu ketika hanya Yomiuri-senpai dan aku di kantor.

"Um, Senpai, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?"

"Jika kita membuat kesepakatan. 100 yen untuk tiga menit."

"....Aku akan mentraktirmu kopi kaleng suatu hari nanti."

"Kamu benar-benar pengertian, Kouhai-kun! Jadi, apa ini tentang Saki-chan?"

Denyut jantungku berdegup kencang. Bagaimana dia bisa tahu?

"Seorang wanita dewasa sepertiku bisa memahami apa yang dipikirkan oleh anak muda sepertimu. Jadi katakan saja, nak. Apa yang kamu inginkan? Ingin tahu bagaimana cara menyewa kamar hotel? Nak, bukankah itu terlalu cepat bagi kalian? Tapi, kalau kalian ingin melakukannya, maka lakukanlah dengan kecepatan penuh."

"Seperti biasa, kau menaruh lelucon kotor di setiap kata-katamu.."

Otaknya benar-benar seperti orang tua yang sesat. Dan aku yakin kita sudah jelas-jelas mencapai wilayah pelecehan seksual pada titik ini.

Tunggu, tidak... Aku akan kehabisan waktu 3 menit yang diberikan padaku kalau begini terus. Akankah dua kaleng kopi bisa melewatinya, aku bertanya-tanya...

"Yang ingin aku tanyakan itu.. Senpai, apa kau tahu restoran barat yang rekomendasi di sekitar sini yang menawarkan sup daging sapi?"

"Sup daging sapi? Oho, oho, kamu sudah lulus dari menjadi anak yang pasif, ya? Sekarang kamu akan makan daging yang besar, biarkan aku berpikir."

"Bisakah kau berhenti menafsirkan pernyataanku sampai tingkat yang tidak masuk akal?"

Butuh tatapan tajam dariku untuk membuat Yomiuri-senpai menanggapi pertanyaanku dengan serius.

"Restoran Barat, ya? Yah, aku tahu beberapa tempat yang direkomendasikan. Dari tempat mahal dimana Kudou-sensei membawaku ke tempat yang lebih kecil yang sedikit lebih bagus di dompetmu. Tapi, tunggu dulu, Kouhai-kun. Kamu repot-repot mencari tempat rekomendasi bukan untuk makan sup daging sapi, kan?"

"Pertanyaan yang bagus... Karena aku masih SMA, seharusnya tidak terlalu mahal, tapi..."

"Oho, oho?"

"Tapi, aku akan senang jika itu adalah restoran yang terdengar berbeda dari yang lain. Sebuah tempat yang bisa menjadi kejutan yang bagus."

"Umu, ternyata banyak juga permintaanmu itu, Kouhai-kun. Itu berarti kamu sedang memikirkan sebuah kejutan, bukan?" Yomiuri-senpai menyeringai padaku. "Nee, Kouhai-kun. Kamu ingin mengajak Saki-chan kencan pada hari ulang tahunnya, bukan? Itu besok, kan?"

"Yah, begitulah."

"Enak banget, ya. Pergi kencan di tempat yang menyajikan makanan lezat. Aku sangat iri pada Saki-chan!"

"Daripada kencan, ini seperti Kakak-adik yang makan bersama. Makanya, aku minta saran darimu.."

"Dasar Kouhai-kun yang membosankan... Yah, apa boleh buat. Ini seperti dirimu saja. Hmm, tunggu... Ah, jadi itu sebabnya shift-mu besok berakhir jam 6 sore? Dan mengingat waktu yang kamu butuhkan untuk sampai ke sana, kamu mungkin akan makan malam sekitar pukul 6:30 sampai 8 malam...."

Bagaimana dia bisa tahu jadwalku yang sebenarnya?

Kadang-kadang, aku benar-benar ingin melihat sekilas ke dalam kepala wanita ini untuk mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis universitas yang sopan dan baik ini.

"Kapan kau menjadi Sherlock Holmes, Yomiuri-senpai?"

"Ini dasar, Watson sayangku! Dan tahukah kamu bahwa Sherlock sebenarnya tidak secara kanonik mengatakan itu?"

Benarkah? Itu adalah frasa yang sangat terkenal, bahkan aku pernah mendengarnya....

"Ungkapan yang berasal dari ide yang mungkin dikatakan oleh karakter yang meninggalkan kesan yang jauh lebih besar daripada kata-kata yang sebenarnya dikutip. Begitulah cara meme lahir juga."

"Begitu...?"

"Pokoknya, kembali ke topik awal. Aku akan memeriksanya dan mengirimkan beberapa lokasi melalui LINE nanti. Jadi, serahkan padaku~ Sparkle~" Dia berkata dan melambaikan tangannya padaku, segera membalikkan punggungnya ke arahku.

Aku belum pernah bertemu dengan orang yang menyuarakan efek suara seperti ini.

"Terima kasih banyak!" kataku, saat dia meninggalkan ruangan.

Aku bertanya-tanya mengapa dia begitu terburu-buru, tetapi sekilas waktu menjelaskan semuanya. 3 menit sudah berlalu dan istirahat kami telah berakhir. Aku harus mengatakan, dia adalah salah satu Senpai yang luar biasa dalam banyak hal. Tapi, aku tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Jadi, aku bergegas kembali bekerja. Segera setelah itu, aku bertemu dengan jumlah pelanggan yang lebih banyak dari sebelumnya, yang membuatku merasa sedikit berkecil hati. Dengan betapa sulitnya keadaan saat ini, aku sudah mulai takut akan hari Natal yang sebenarnya.

* * *

Langit di atas kami sehitam layar dengan listrik yang mati. Sebaliknya, lampu-lampu distrik hiburan menerangi dunia di sekitar kami. Kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, Ayase-san berjalan di sampingku.

"Ah, kamu memakainya, ya?" Ayase-san bertanya sambil memandangi leherku.

Berkat cahaya lampu di sekitar kami, aku bisa melihat ekspresinya yang senang.

"Tentu saja. Ini sangat hangat. Makasih atas hadiahnya."

"Senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah memutuskan restoran mana yang akan kita kunjungi besok?" Ayase-san bertanya kepadaku sambil rambutnya bergoyang lembut.

"Belum. Tapi, aku akan memastikan untuk melakukan reservasi tepat waktu."

Aku sudah bertanya pada Maru dan Yomiuri-senpai tentang hal itu, tetapi belum ada satupun dari mereka yang menanggapiku. Aku akan mencari tahu sendiri lagi setelah aku sampai di rumah. Meskipun aku sedikit khawatir bahwa di mana-mana mungkin sudah cukup padat. Lagipula, besok adalah hari Minggu yang paling dekat dengan Natal. Mungkin orang-orang sudah membuat reservasi dengan mempertimbangkan hal itu... dan bagaimana jika aku tidak dapat menemukan tempat? Nah, mengkhawatirkan hal itu sama sekali tidak akan membantuku. Aku hanya harus menemukan sesuatu.

"Nantikan saja."

Karena itu, aku melontarkan kata-kata ini di saat yang panas yang membuatku meneteskan air mata secara internal. Sekarang aku pasti tidak bisa mengacaukannya.

"Hm...? Yah, aku akan menantikannya." Ayase-san memang terlihat sedikit bingung setelah mendengar pernyataanku.

Mungkin karena aku mengatakan sesuatu yang biasanya tidak akan kukatakan.
Ayase-san benar-benar tajam dalam hal ini. Jadi, dia mungkin mengetahui kalau aku merencanakan sesuatu yang lain selain saat ini. Dan karena aku tidak yakin bahwa aku akan bisa memberikan alasan yang tepat, aku memilih untuk diam. Untungnya, kami segera sampai di apartemen setelah itu dan kami makan malam bersama seperti biasa.

"Sampai jumpa besok."

"Ya, selamat malam."

Aku melihat Ayase-san kembali ke kamarnya saat aku melakukan hal yang sama. Setelah masuk ke kamar mandi, aku mencari restoran sekali lagi dan aku mendapat notifikasi pesan. Pratinjau menunjukkan nama Yomiuri-senpai. Aku dengan cepat membuka aplikasinya. Aku langsung disambut dengan daftar URL ke berbagai restoran barat yang dia temukan. Aku mengiriminya pesan ucapan terima kasih ketika pesan lain masuk.

> (Yomiuri-senpai): Yang di atas adalah rekomendasi dari Kudou-sensei, tetapi mereka mungkin sudah penuh dengan reservasi (Meskipun aku bisa menjamin rasanya luar biasa!). Itulah mengapa aku mencari beberapa lagi yang mungkin masih ada tempat. Lakukan yang terbaik~

Membaca sampai akhir, aku tidak bisa menahan senyum masam.

Apa sebenarnya yang dia harapkan dariku sampai dia begitu bersemangat seperti itu?

Aku mengiriminya pesan terima kasih lagi dan melihat-lihat berbagai restoran. Seperti yang dia katakan, restoran yang berada di atas sudah penuh dipesan. Dan harganya agak terlalu mahal untuk anak SMA. Karena sudah larut malam, tidak ada satupun yang buka lagi, tetapi untungnya mereka menawarkan pendaftaran online untuk reservasi. Mungkin itu sebabnya dia memilih mereka. Aku menemukan restoran yang menawarkan sup daging sapi dan terjangkau untuk siswa SMA seperti kami dan kemudian melihat slot waktu buka mereka. Salah satu restoran adalah bagian dari kompleks bisnis yang dekat dengan distrik hiburan dan stasiun kereta api, yang terletak di lantai atas.

Situs tersebut memberitahuku bahwa banyak yang membuat reservasi. Jadi, aku segera melakukan reservasi atas namaku untuk dua orang. Ini benar-benar membuatku gugup, mungkin karena ini pertama kalinya aku membuat reservasi. Aku menghela napas lega ketika aku mendapat pesan lain dari Yomiuri-senpai.

> (Yomiuri-senpai): Nee, nee. Apakah ada film bagus yang rilis akhir-akhir ini? Salah satu yang ingin kamu tonton?

Sebuah film? Itu tiba-tiba sekali...

Aku pergi ke situs film yang biasa aku gunakan dan memeriksa film yang sudahku bookmark. Aku menelusuri film-film yang akan di rilis.

"Ah, benar juga. Akhir pekan ini."

Aku benar-benar lupa, tetapi ada film baru yang akan di rilis dari seorang sutradara terkenal. Ini adalah karya terbarunya setelah 3 tahun. Aku sudah menantikannya. Jadi, aku menghindari segala jenis materi yang berhubungan dengan film tersebut. Itu sebabnya aku hanya tahu namanya. Tapi karena karya sebelumnya dari sutradara film ini semuanya bagus, aku yakin yang satu ini juga akan berakhir dengan baik. Aku suka bagaimana sutradara itu menyampaikan kehidupan sehari-hari para karakter yang tidak pernah berubah. Film ini baru diputar sehari, tetapi aku yakin media sosial penuh dengan ulasan positif. Tentu saja, aku tidak akan melihatnya karena aku tidak ingin dimanjakan. Aku menyalin judulnya ke chatku dengan Yomiuri-senpai dan berkata 'Mungkin yang ini?'

> (Yomiuri-senpai): Ohh, yang itu. Begitu, aku mengerti. Mungkin saja itu film yang bagus!

Sepertinya dia sudah tahu tentang film ini. Lalu, mengapa dia bahkan bertanya padaku? Mungkin dia ingin menonton film bersamaku?  Tapi, maaf.. karena aku sudah memiliki gadis lain di pikiranku. Aku tidak akan pergi menonton film dengan gadis lain.

> (Yuuta): Kalau kau sudah tahu, kenapa kau bertanya padaku?

Aku bertanya dengan iseng ketika Yomiuri-senpai menjawab seperti dia telah menungguku untuk menanyakan hal itu.

> (Yomiuri-senpai): Tentu saja, aku ingin menspoiler ceritanya padamu~!'

Dia masih Yomiuri-senpai yang sama seperti biasanya, terima kasih Tuhan.

> (Yuuta): Jangan tebar spoiler oi...

Aku sudah menunggu 3 tahun untuk ini. Aku sangat berharap dia hanya bercanda, tetapi aku lebih suka tidak mengambil risiko. Terlebih lagi, dia mungkin hanya ingin menonton film yang bagus. Aku merasa sedikit malu sekarang karena berasumsi aneh-aneh. Aku mencoba melupakan kesalahan ini dan mengiriminya ucapan terima kasih lagi karena sudah membantuku, ditambah pesan selamat malam. Besok adalah hari ulang tahun Ayase-san. Setelah memeriksa bahwa reservasi sudah selesai, aku membiarkan diriku tertidur dengan tenang.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close