NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Eroge no Hakushaku Reijo V1 Chapter 5

 Penerjemah: Flykitty

Proffreader: Flykitty


Chapter 5

Gadis Bangsawan yang Runtuh, Menjadi Maid yang Menguntit Masuk


────【Sudut Pandang Elise】


"Eh!? Rin, apa itu benar?"


"Ya… mulai hari ini, aku mendapat izin untuk pergi dari tuanku."


Aku hanya bisa bingung mendengar laporan mendadak dari Rin, maid kami.


"Tapi… Ayah pasti sangat mempercayai Serikat Dagang, sampai berinvestasi besar pada mereka… kenapa bisa begini…?"


"Mereka mungkin sudah berniat menipu sejak awal. Sayangnya, setelah dia menjaminkan wilayah dan rumah, lalu berinvestasi pada serikat dagang itu, mereka malah kabur di tengah malam. Tidak ada yang bisa dilakukan…"


Ayahku, yang baik hatinya sampai berlebihan… Aku menyayangi beliau karena itu, tapi mungkin sifat tidak curiganya dimanfaatkan oleh mereka…


"Rin… lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?"


"Aku? Hmm, mungkin aku akan pulang kampung dan membantu orang tuaku."


Pada hari perpisahan itu, Rin membungkuk dalam kepadaku.


"Elise ojou-sama, terima kasih atas semua kebaikanmu. Hari-hari bersamamu sangat menyenangkan. Andaikan aku bisa terus berada di sisimu… betapa bahagianya…"


"Itu juga perasaanku. Aku selalu menganggapmu seperti kakak kok."


"Ojou-sama…"


"Rin…"


Kami saling berpelukan tanpa sadar, seolah ini adalah perpisahan terakhir.


Melihat Rin berpakaian maid, hanya membawa koper kecil berisi sehelai pakaian, datang hanya untuk berpamitan… rasanya benar-benar menyayat hati.


"Tunggu, Rin!"


Aku memberikan semua uang yang aku miliki.


"Ojou-sama!? Sebanyak ini… tapi aku tak bisa menerimanya… Maaf mengatakannya, tapi bahkan ojou-sama pun pasti akan kesulitan hidup mulai besok…"


"Tidak apa-apa! Aku akan bertahan dengan caraku. Selain itu… ini adalah kesempatan untuk berada di sisi pria takdirku."


────【Sudut Pandang Nord】


"…begitu ceritanya."


"Dan kau ingin aku mempekerjakanmu."


"Ya…"


"Baiklah, aku sudah mengerti situasinya."


Aku membalikkan badan dan memegangi kepala. Elise ini terlalu cepat bertindak. Padahal aku belum bilang aku mau mempekerjakannya, tapi dia sudah menyiapkan seragam maid.


"Benarkah!? Jadi aku akan menjadi maid pribadi Nord-sama!?"


Dalam game eroge, Elise selalu memandang Nord seperti sampah dan membencinya seperti ular berbisa. Tapi sekarang, meski hidupnya sedang jatuh sedalam-dalamnya, ia malah menatapku dengan mata berbinar menunggu jawabanku.


"Elise, aku ingin tanya satu hal. Kenapa harus bekerja padaku? Keluarga seorang count pasti punya kerabat kaya atau bangsawan lain yang bisa menampungmu."


"Aku ingin bekerja dan hidup dengan usahaku sendiri! Tolong… kabulkan permintaanku…ya…"


Keputusan sangat mulia untuk gadis bangsawan 15 tahun… tapi kenapa dia menatapku dengan mata meleleh begitu sambil meneteskan liur!?


Tunggu! Ini pasti jebakan Elise! Dia bisa saja pura-pura akrab denganku, lalu menusukku saat aku tidur… tidak mustahil!


"Tidak. Tidak bisa. Kau pasti bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik. Kalau perlu, aku bisa mengenalkanmu ke guild yang kukenal."


"Eh!? Jadi… aku tidak boleh bekerja di bawah Nord-sama? Padahal kakakku bisa berada di sisi Nord-sama… apa mungkin Nord-sama dan kakakku punya hubungan… seperti itu? Nord-sama yang ‘atas’ dan kakakku yang ‘bawah’? Atau… kebalikannya… fufufu…"


Apa ini anak sudah berubah jadi fujoshi!?


Kalau dibiarkan, Elise bisa menyebarkan rumor BL tidak masuk akal di seluruh akademi. Jadi aku terpaksa mendengarkannya.


"Tentu saja tidak! Apa semua gadis bangsawan pikirannya sejahat itu? Lagipula, walaupun kau sudah jatuh miskin, kau tetap bangsawan. Kalau aku mempekerjakan putri keluarga count sebagai maid, nama keluarga duke akan rusak dan rumor buruk pasti menyebar."


"Aku sama sekali tidak keberatan! Bahkan… itu mungkin menguntungkan bagiku…"


"Aku yang keberatan! Ugh… baiklah! Aku akan bicara ke Lilian supaya kau bisa tetap bersekolah. Tunggu saja!"


"Ahh… Nord-sama tetap baik hati seperti biasa. Tapi sebenarnya aku lebih ingin melayani Nord-sama daripada lulus… atau mungkin… setelah lulus aku bisa bekerja permanen…"


"Kau bilang apa barusan?"


"Tidak… tidak apa-apa…"


Ini bukan karena aku baik hati! Aku hanya tidak mau hidup dengan ancaman Elise yang bisa menikam leherku kapan saja!


──── Ruang Kepala Akademi


"Jadi, kau ingin menjadikan Elise murid beasiswa."


"Betul. Kalau sudah mengerti, cepat setujui."


"Elise memang murid yang sempurna: pintar, berperilaku baik, berwajah cantik. Tapi ada masalah. Murid beasiswa hanya satu tiap angkatan. Saat ini yang menjabat adalah Cain. Kalau Elise dijadikan beasiswa, Cain akan tergeser."


APA!?


"Kalau begitu, kenapa tidak kau pekerjakan saja dia? Dengan kekayaan keluarga Vilance, mempekerjakan satu atau dua pelayan itu seperti membuang ingus saja."


"Grhhh…Terima kasih banyak, Kepala Akademi Lilian!"


"Tentu saja. Elise murid kesayanganku."


Sial! Lilian itu pasti tahu aku tidak mau berurusan dengan Elise, makanya dia sengaja memojokkanku!


"Kalau begitu, secara khusus aku akan izinkan Elise pindah dari asrama putri ke asrama putra. Kebetulan kamar di sebelah Nord kosong."


"Apa!?"


"Waah! Kepala Akademi Lilian, aku sangat menyukai Anda!"


Jangan-jangan Elise dan Lilian satu geng!?


Lilian memeluk Elise sambil menatapku dan menyeringai — benar-benar menjengkelkan!


────【Sudut Pandang Elise】


Akhirnya!! Bisa melayani Nord-sama dari dekat… mimpi yang jadi kenyataan!


Aku benar-benar tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Nord-sama, apalagi berada di akademi yang sama.


Sikapnya yang sebenarnya baik, tapi selalu berusaha terlihat jahat, itu sangat menggemaskan dan membangkitkan naluri keibuanku.


Keluarga Mandadaria dan keluarga Vilance adalah musuh politik. Biasanya, menolong putri bangsawan akan membuat pihak lain menuntut balasan. Tapi Nord-sama tidak meminta apa pun.


Mungkin… dia tahu bahwa hubungan kami adalah hubungan terlarang.


Saat aku menanyakannya pada Ayah dan Ibu, begitu kusebut nama keluarga Vilance, wajah Ayah yang biasanya lembut langsung mengerut marah.


"Sebelum menyerahkan putriku ke keluarga Vilance… lebih baik kita mati sekeluarga!"


Bahkan Ayah sampai berkata begitu… berarti hubungan kedua keluarga memang sangat buruk. Tapi sekarang… keluargaku telah jatuh.


Tidak ada lagi yang bisa menentang aku berada di sisi Nord-sama!


Aahh… akhirnya cinta terlarang ini diizinkan… Setiap kali memikirkan Nord-sama, tubuhku terasa melayang…


Ah, tidak… ternyata tubuhku benar-benar melayang di udara.


────【Sudut Pandang Nord】


Elise membungkuk dalam dengan sopan kepadaku.


"Memang aku masih belum berpengalaman, tapi mohon bimbingannya."


Sikapnya benar-benar seperti seorang putri bangsawan sebelum menikah… selain itu, pakaiannya jelas-jelas aneh.


"Aku sudah bilang, kau tidak perlu mengganti pakaian menjadi seragam maid, kan?"


"Soalnya seragam maid ini sangat mudah dipakai dan membuat pekerjaan jadi lebih lancar."


Astaga…Entah karena kekuatan dunia yang berusaha ‘meluruskan cerita’, Elise sekarang sedang memakai seragam maid super erotis yang dulu kupakaikan ketika Nord merebutnya dari Cain.


Tanpa sadar aku menelan ludah. Antara takut dan… terlalu erotis…Melihatnya di CG dan melihatnya langsung dengan mata sendiri itu beda jauh. Rasanya justru pekerjaan lain yang bakal ‘lancar’.


Kain frill di bagian dada tidak berfungsi menutupi, malah menonjolkan. Belahan dadanya seolah bukan hanya memperlihatkan belahan, bahkan seperti memperlihatkan seluruh garis sampai ‘ekuator’-nya. Roknya terlalu pendek, sampai-sampai kalau dia membungkuk, hanya sedikit gerakan untuk menyembunyikan celananya.


Ada satu hal berbeda dari CG-nya: rambut perak kembar dua yang seperti dibuat khusus mengikuti seleraku—benar-benar imut… ditambah lagi pangkal kuncirnya dihias pita hitam. Kombinasinya dengan rambut perak itu seindah telur-kecap-nasi yang sempurna.


Padahal waktu ia ‘direbut’ oleh Nord, gaya rambutnya tidak seperti ini. Walaupun panjang pakaiannya pas, tapi karena dadanya terlalu besar, blusnya sampai terasa mau robek.


Dan meski memakai stocking putih, sama sekali tidak membuat kakinya terlihat tebal—justru memperlihatkan bentuk kaki indahnya dengan keempukan yang pas.


Lalu lace di bagian mulut stocking dan belt garternya… itu keterlaluan erotisnya. Saat memakai garter belt, celana dalam itu dipakai di atas atau di bawah belt…? Masalah yang sangat penting.


Ngomong-ngomong, sebelum Elise direbut oleh Nord, dia memakai celana dalam di atas garter beltnya. Karena dengan itu, dia bisa membuka celana dalam tanpa melepas garter belt dan stocking.


Aku tidak bisa berhenti mengingat ekspresi Elise waktu itu—menatap Nord dengan mata meremehkan, pipi merah, dan perlahan melepas celana dalamnya.


Tak heran para penggemar game menjulukinya ‘wanita berjalan penuh nafsu’. Tubuhnya memang luar biasa. Dan sekarang dia tersenyum polos sambil mendekat ke arahku.


Sial! Dia menyerang mentalku… akibatnya bahkan bagian bawahku sampai bereaksi. Kalau ini semua hanya aktingnya untuk menipu aku… dia pemain yang sangat hebat.


"Nord-sama, apakah ada pekerjaan?"


"Dan satu hal lagi yang menggangguku. Berhentilah memanggil Nord-sama. Kita sama-sama bangsawan. Kau tidak perlu bersikap begitu."


"Tapi Nord-sama adalah tuanku… mana mungkin aku memanggil tuanku tanpa kehormatan."


"Ya ya… terserah kau."


"Baik, Nord-sama!"


Elise menatapku dengan senyum penuh.


Wajah jatuh ke kegelapan yang dia tunjukkan ke Nord, dan senyum lembut yang ditunjukkannya ke Cain…


Tatapannya pada Cain setelah membunuh Nord dan menuju ke happy ending benar-benar mirip, sampai aku tidak bisa membalas senyumnya.


Aku duduk di kursi besar, tapi Elise mendekat, jadi aku bergeser menjauh.


"Kenapa kau duduk di situ?"


"Supaya aku bisa langsung menjawab panggilan Nord-sama kapan pun."


Saat aku menjauh dan duduk di tepi ranjang, dia malah mengikuti dan duduk tepat di sampingku.


"Aku izinkan kau duduk… tapi kau terlalu dekat."


"Memang lebih dekat itu lebih mudah merasakan apa yang sedang Nord-sama pikirkan."


Kalau begini terus, aku pasti akan diawasi nonstop, lalu saat aku lengah sedikit saja… ssstab—dia bisa saja menusukku. Aku waspada penuh.


"Kalau begitu, akan kuberitahu! Aku akan memberimu tugas yang mustahil, coba jawab!"


"Ya! Dengan senang hati!"


Jawabannya bahkan lebih ceria daripada pramusaji izakaya.


"Aku ingin sekali menidurimu! Kalau kau terus berada di sini, kau akan kehilangan kehormatan dan tidak bisa menikah dengan pria lain. Menyeramkan, kan!? Kalau tidak ingin begitu, cepat pergi dari kamarku…"


"Jadi maksudnya Nord-sama bersedia menghabiskan malam bersamaku? Meskipun aku sudah jatuh miskin dan tidak punya kelebihan apa pun, Nord-sama tetap melihatku sebagai seorang wanita. Aku selalu mengagumi wajah Nord-sama, sikap percaya diri Anda, kekuatan Anda yang tidak tunduk pada siapa pun… semua hal yang tidak kumiliki, Nord-sama punya semuanya…"


(…ampun… hentikan ini…)


Penilaian Elise tentang diriku melonjak begitu tinggi sampai apa pun yang kukatakan berubah jadi hal positif…


Tidak ada cara lain. Aku harus melakukan ‘tes fisik’!


"Kalau begitu, buka pakaianmu dan telanjang di sini!"


"Eh!?"


Elise menutup mulut, wajahnya terlihat bingung oleh permintaanku yang kelewat.


Kalau aku bilang "telanjang saja!", wajar dia akan jijik dan tidak mau datang lagi.


Itu bagus. Hidupku bisa kembali damai.


"Benarkah Nord-sama ingin melihat tubuhku? U-um… dadaku sudah membesar… rasanya malu sekali kalau dilihat… tapi kalau Nord-sama ingin melihatnya… aku akan sangat senang…"


"Apa?"


Ini tidak normal! Aneh banget! Biasanya, di situasi seperti ini, harusnya muncul garis-garis gelap di wajah dengan ekspresi jijik seolah melihat sampah.


Tapi ini? Tidak hanya wajahnya merah, kulit seputih salju ikut merona, tubuh indahnya bergetar malu…


"Anak laki-laki lain saja belum pernah aku tunjukkan… bahkan kakak pun belum pernah melihat… tolong lihat tubuh perawanku…"


Aku tidak merasa dia menggoda… tapi mungkin karena malu, gerakannya melepas apron tampak ragu-ragu.


Haa… haa…Licik sekali… glup…


Dia menyibakkan frill pakaian maid di dadanya, memerah, dan menutupi dada dengan tangan. Dia terlihat seperti gadis yang sedang membuka pakaian di love hotel sebelum ronde pertama.


"Pakai lagi!"


"Eh!?"


"Aku hanya mengujimu."


"Berarti aku lulus?"


"Anggap saja baru ‘pra-penerimaan’. Kalau kau macam-macam, langsung kupecat."


"Terima kasih banyak!"


"Jangan memelukku!"


Elise malah memelukku erat seperti memeluk boneka beruang besar sambil tertawa polos.


Beberapa hari setelah aku terpaksa mempekerjakan Elise.


"Nord-sama, selamat pagi."


"Ahh… hari ini kau datang lebih pagi lagi."


Seperti posisi teman masa kecil yang tiap hari datang menjemput, Elise selalu datang di jam yang kuminta untuk membangunkanku. Biasanya aku susah bangun, tapi kalau dia yang membangunkan, entah kenapa aku langsung segar.


Tatapan lembutnya tertuju padaku.


Ya, sebagaimana layaknya calon saint.


Tapi kenapa!? Kenapa Elise datang padaku, bukan ke Cain?


Oh… benar. Cain itu terlalu lemah.


Aku mengingat kata-kata yang pernah Elise ucapkan.


[Emm… wajah Nord-sama, sikapmu yang selalu penuh percaya diri, kekuatanmu yang tidak pernah tunduk bahkan pada orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi… aku mengagumi semuanya. Nord-sama memiliki semua hal yang tidak aku punya……]


"Nord-sama, tehnya sudah siap. Perlu aku cicipi dulu untuk memastikan tidak beracun?"


"Tidak, tak perlu."


Aroma herbal yang harum menggelitik hidungku, membuatku sangat ingin meminum teh yang ia buatkan khusus untukku, jadi aku menyesapnya.


Bukan karena aku terbujuk oleh Elise. Aku hanya kebetulan haus, begitu aku meyakinkan diriku sendiri.


Pokoknya… kalau Cain tidak diperkuat, Elise akan terus datang ke tempatku, dan pada akhirnya…


Brrr… Padahal tubuhku hangat berkat teh yang ia seduh dengan tangan yang masih canggung, tapi yang terlintas justru wajah Elise saat ia terjerumus ke kegelapan setelah membunuh Nord. Seluruh tubuhku merinding ketakutan.


Ngomong-ngomong, setelah aku gunakan [Deteksi Racun], tidak ada reaksi sama sekali…


Apa ini strategi "melemahkan perlahan lalu memberi pukulan terakhir"…?


Yah, biarlah. Cepat atau lambat, ia pasti menunjukkan taringnya. Saat itu tiba…


"Apakah rasanya cocok untukmu?"


"Ya… lumayan. Rasanya tidak buruk."


"Syukurlah! Aku senang sekali Nord-sama menyukainya."


Begitu aku meletakkan cangkir kosong ke atas piringnya, Elise memeluk nampan ke dadanya dan bertanya dengan wajah cemas. Aku menjawab dengan aman, dan senyumnya langsung mekar seperti bunga dandelion yang baru terbuka.


Setiap kali ia tersenyum padaku memang lucu, tapi aku tidak mudah tertipu hanya karena hal kecil begitu. Berbeda dengan Nord aslinya!


Sebentar lagi aku dan Cain akan menghadapi pertarungan pertama. Agar aku bisa kalah dengan pasti, Cain harus mendapatkan pedang suci Excalibur.


Kalau aku kalah dengan cara yang terlalu dibuat-buat, Elise pasti bilang aku tidak sungguh-sungguh atau sengaja menahan diri…


Dia pasti ingin melihat kami bertarung sampai akhir, melihat Nord mati dengan menyedihkan. Supaya itu tidak terjadi, Cain harus menaklukkan Elise dan membawanya pergi.


Sebentar lagi, sesuai usulan Elise, Cain akan menjalani ritual pencabutan pedang suci.


Soalnya, mendapat pedang suci itu seperti acara kuis konyol yang nilai poinnya tiba-tiba jadi dua kali lipat di soal terakhir—semua usaha sebelumnya langsung tidak berarti.


Biasanya orang akan bilang "Ini apaan sih!?" … tapi bagiku itu justru alasan yang sempurna untuk kalah secara meyakinkan.


"Aku tinggal bilang: ‘Cain! Yang kuat bukan kau, tapi pedang sucinya!’"—aku sudah memikirkan kalimat khas penjahat itu. Rencana ini, kalau boleh jujur, sempurna.


Sambil menyeruput teh yang ia buat dengan penuh usaha meski belum terbiasa, aku memberi tahu Elise.


"Elise, aku harus pergi ke suatu tempat. Tempatnya berbahaya, jadi jangan ikut."


"Ah… baik… tapi kalau tempat itu berbahaya bahkan untuk Nord-sama, bukankah lebih baik kita pergi berdua?"


Ugh, argumen yang sangat tepat…


"Tempatnya tidak terlalu berbahaya. Tapi kalau aku harus menjaga langkahmu, yang seharusnya bisa berhasil malah bisa gagal."


"Baik. Aku tidak ingin mengganggumu. Aku akan diam di sini."


Biasanya dia selalu membantah atau rewel, tapi hari ini Elise terlalu patuh.


Keesokan harinya


Di belakang akademi ada sebuah bukit tempat pedang suci legendaris tertancap. Konon pasangan yang menyatakan cinta di sana akan terikat selamanya—salah satu dari tujuh misteri akademi.


Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, aku melihat pemandangan seperti legenda Raja Arthur: sebilah pedang raksasa tertancap di batu besar.


Ngomong-ngomong, ini juga tempat kematian Nord…


Cain itu pengecut. Dia pasti tidak bisa menarik pedangnya hanya dengan sedikit usaha. Jadi aku berniat membantunya agar lebih mudah dicabut.


Aku sendiri adalah ksatria kegelapan, jadi tentu saja aku tidak mungkin bisa mencabut pedang suci itu.


Dalam cerita, pedang itu tidak pernah tercabut selama sekitar dua ratus tahun. Tapi entah kenapa, meski begitu lama, bilahnya sama sekali tidak berkarat dan tetap memancarkan cahaya.


Aku menggenggam gagangnya, dan dengan kedua tangan, aku menarik sekuat tenaga.


Ggghhh!


Ada sensasi kuat terasa di telapak tangan. Tapi pedangnya tidak bergerak sama sekali. Sepertinya aku kurang serius, jadi kali ini aku mengeluarkan tenaga penuh.


Hah?


"Ini… boleh terjadi!?"


Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat di depan mata.


Te-tercabut… Tidak. Lebih tepatnya aku mencabut seluruh batu raksasa tempat pedang itu tertancap, mengangkatnya dari tanah…


Sebelum ada yang melihat, aku harus mengembalikannya!


Saat aku buru-buru menancapkan kembali batu raksasa itu ke tanah—


Mungkin karena terlalu panik, saat menurunkannya, pedang suci itu terayun seperti gada atau palu raksasa dan menghantam tanah dengan keras…


Piki! Piki! Cret! Cret! … Krakk!!


"Haahhh!?"


Sampai akhir, meski tidak bisa ditarik keluar dari batu besar itu, karena aku mengembalikannya dengan terlalu keras, batu raksasa itu membentur tanah, dan dari bagian tempat pedang itu menancap, retakan muncul dan batu itu terbelah menjadi dua.


Aku tanpa sengaja mendapatkan pedang suci itu dalam bentuk yang sama sekali berbeda…


Gimana ini, serius.


Aku sudah benar-benar melakukan pose "Aku… kayaknya barusan mencabutnya, deh".


Ini bukan waktunya bercanda dengan gaya "Aku mengupas kacang manis, ehe♡" yang norak begitu!


Aku harus mengembalikannya sebelum ada yang melihat…


"Nord-samaaa──! Kau ada di mana──!?"


Hah!? Itu suara Elise!? 


Kalau dia melihat aku memegang Excalibur yang tercabut karena kejadian tak terduga ini, Elise pasti akan bilang, "Kyaa! Nord-sama ternyata memang pahlawan sejati!"


Kalau itu terjadi, Cain bakal gugur dari rencana ini!


Aku buru-buru menyembunyikan pedang suci itu di belakangku.


Tapi bahkan saat aku memikirkannya, Elise—orang yang paling tidak ingin melihatku dalam keadaan begini—tiba-tiba sudah berdiri tepat di depanku secepat orang yang menguasai teknik teleportasi jarak pendek.


Dalam situasi normal, ini saatnya mengelus kepala maid yang setia mengejarku tanpa peduli bahaya, tapi aku tidak boleh menunjukkan kelembutan macam Nord.


"Aku sudah bilang jangan ikut karena bahaya… apa yang kau pikirkan sebenarnya…"


"Ya, yang kupikirkan hanyalah Nord-sama saja… pagi, siang, malam… bahkan saat aku tidur…"


Hah?


"Nord-sama… aku merasa sendirian dan kesepian… jadi aku datang…"


"Kau sok jadi pacarku itu bikin aku kehabisan kata."


"Pacar? Mana pantas aku. Apa sebutannya ya… aku ini maid yang bertugas melayani Nord-sama secara… seksual. Kalau perlu… hukum aku yang nakal ini…"


Elise merapatkan kedua pahanya sambil menggeliat malu. Pipinya merah.


"Aku tidak akan sampai membiarkan seorang perempuan mengatur nafsu seksualku!"


Walaupun… sejak menjadi Nord, aku baru punya pengalaman dengan satu orang.


Aku mencoba berkata hal menjijikkan supaya Elise gak enak, tapi sepertinya dia salah tangkap.


"Kalau begitu… saat aku menemani Nord-sama di malam hari… bolehkah aku… berharap sesuatu? Haa haa♡"


Berharap apa sih…Yang berhubungan dengan teknik karena pengalaman? Memang benar Nord langsung membuat Elise klimaks saat itu…


"Lalu Nord-sama… apa yang kau sembunyikan di belakangmu?"


"Ti-tidak ada apa-apa."


Sial, nama ‘pedang suci’ memang bukan isapan jempol. Kabut hitam dari sihir penyembunyianku langsung hancur.


"M-mungkinkah itu pedang suci legendaris Excalibur!? Kakakku saja tidak bisa mencabutnya… Nord-sama memang pahlawan paling hebat…"


"Bukan apa-apa. Hanya ranting kayu yang jatuh."


Meski dia kelihatan polos, Elise tetap langsung sadar bahwa itu pedang suci—atau lebih tepatnya pedang suci yang hampir berubah jadi sexcalibur gara-gara aku salah ucap.


"Ah!"


"Bahaya!"


Saat Elise berusaha mengitari belakangku untuk melihatnya, ia tersandung dan hampir jatuh.


Bruk! Kami berdua terjatuh sambil saling terkait.


Meski aku ksatria kegelapan, aku tetap ksatria. Bahkan kalau gadis ini mungkin suatu hari akan membunuhku, aku tetap harus melindunginya.


Saat kusadari, tangan kiriku memeluk kepala Elise agar tidak membentur tanah, dan tangan kananku menahan pinggulnya.


Wajah Elise sangat dekat. Napas kami saling menyentuh, detak jantungnya terasa dari tubuh yang melekat padaku.


Rambut peraknya berkilau diterpa cahaya matahari, aroma lembut yang bukan parfum menyelimuti udara.


Mata biru bening itu memancarkan kekuatan batin, kulit putih sehalus buah persik yang merona karena kedekatan ini, dan bibirnya—tanpa lip gloss sekalipun—berkilau seperti ceri yang lembut dan lentur.


"Nord-sama… begitu berani…"


"Sa-salah! Aku tidak menjatuhkanmu. Kau hanya tersandung…"


Mungkin Elise mengira aku sengaja menjatuhkannya dengan sapuan kaki.


"Tidak apa… meski kata-kata Nord-sama keras, aku tahu kamu yang paling lembut…"


Tidak, justru kaulah yang paling tidak mengerti diriku!


"Jangan sok tahu. Apa yang bisa kau pahami dariku?"


"Maafkan aku… kalau begitu, aku ingin Nord-sama memahami diriku."


"Memahami?"


Masih dalam pelukanku, Elise mengangguk kecil.


"…Aku belajar sesuatu dari perpustakaan akademi."


"Apa itu?"


"Ya… bahwa kalau laki-laki dan perempuan melakukan hubungan di luar ruangan… itu disebut seks luar ruangan…"


Sialan, apa-apaan sih anak-anak di akademi kami───!


Beneran deh, pengetahuan yang nggak penting banget────! Kenapa kalian malah ngasih pengetahuan super cabul ke Elise yang dipandang sebagai calon Saintess berikutnya!?


Benar-benar akademi tak tahu malu… ya meskipun ini dunia eroge sih, jadi tidak aneh… Elise jadi seperti anak SMP laki-laki yang lagi puber, lihatin kata-kata cabul dan berkhayal yang aneh-aneh.


"Nama bukunya itu apa?"


"Apakah Nord-sama ingin membacanya juga?"


"Bukan. Aku akan menjadikannya buku terlarang!"


"Mengerti! Jadi itu rahasia kita berdua, ya. Seperti yang diharapkan dari Nord-sama, pemikiran yang luar biasa♡"


Kenapa jadi begitu…?


Saat kami masih terbaring di tanah sambil saling berpelukan, hal itu terjadi.


"Hah!?"


"Eh!?"


"Ah, nggak apa-apa, nggak apa-apa. Lanjut aja begitu. Sudah dua ratus tahun sejak terakhir kali aku lihat adegan mesum kayak gini, jadi aku bersemangat banget."


"Siapa!? Kau siapa!?"


"Hah? Aku? Aku X. Roh suci pedang itu. Semua orang memanggilku dari Saber X jadi Sex○."


Pedang suci Excalibur yang ada di tanganku tiba-tiba menghilang.


Hei, siapa!? Siapa yang membebaskan gadis mesum ini dari segelnya!?


Ah. Aku sendiri yang melakukannya…


"Eh───!? Kalian belum nge-seks? Masih muda padahal? Aneh banget. Kalian berdua cakep, stamina penuh, kayak Vtuber yang pernah nyiarin gambar endoskopi lambung itu."


Belum eh—ehh apa apa juga, woy! Kau bakal dimarahi kantor manajemen, tahu!!


"V… Vtuber? Apa itu…?"


Tuh kan! Elise yang orang dunia sini jadi tertarik sama hal-hal aneh lagi!


"Jangan ajari hal-hal nggak perlu pada gadis polos!"


Aku mengunci kepala roh pedang itu dan mendorong jariku ke pelipisnya sambil menginterogasi.


"Sakit! Sakit! Sakit!!"


"Kau ini benar-benar orang dari dunia lain!?"


"Aku bukan orang. Aku roh~"


"Dasar!"


X tersenyum sambil membalas. Sumpah, pengin kutonjok rasanya!


"Pokoknya hentikan omonganmu yang aneh itu. Elise jadi bingung."


"Lho? Padahal tadi bilang jangan bersikap seperti pacar, tapi Nord ternyata suka banget sama dia~ hahaha."


"Aku bisa melelehkanmu pakai [Api Neraka] dan mengubahmu kembali jadi bongkahan orichalcum, tahu."


Di tanganku muncul api hitam, dan aku menakut-nakuti X yang terus bercanda.


"Hiiiii───! Jangan dong! Aku baru saja terbebas setelah dua ratus tahun disegel, akhirnya bisa hirup udara dunia luar, terus mau dilelehkan!? Dasar kejam, kecil, ngebut, nggak subur!!"


Sumpah aku beneran pengen melelehkan dia dan ubah jadi dildo orichalcum sebagai hukuman.


"Sudah cukup… jangan bicara lagi. [Silence]."


"Mgggh!? Mmgghh!?"


Aku menjepit pipinya dan membungkamnya dengan sihir kegelapan. Benar-benar… pedang atau mesin ngomong cabul sih ini?


"Nord-sama, apakah itu benar?"


"Benar apanya?"


"Itu… soal katanya tidak punya benih…"


"Mana mungkin! Aku ini pria yang disebut pejantan keluarga Duke. Jangan asal menyebutku impoten."


Pipinya memerah.


"Senang sekali aku…"


Begitu aku menjawab dengan gaya khas Nord, Elise langsung memerah dan mulai gemetar manja.


Apa… dia berharap sesuatu?


"Aduh… kalau malam ini sampai Nord-sama benar-benar membuahi aku, gimana ya♡ Astaga… aku ini mikir apa sih~♡♡♡"


Saat Elise melayang ke dunia khayalan, roh pedang itu menepuk bahuku, memaksaku menghapus segel keheningan itu. X melihat Elise dan menaruh tangan di dagu, seperti sedang bernostalgia.


"Hmm~ aku merasa pernah lihat dia sebelumnya. Oh, ternyata dia keturunan Emira."


"Ya…"


"Benar-benar mirip Emira."


"Dia bukan tipe petarung."


"Yang kumaksud bukan itu, tapi wajah imut—dan rasa ingin tahunya yang besar soal hal-hal mesum."


…Sekarang aku mengerti kenapa setelah perang pendirian negara dulu, Emira menyegelnya.


Tapi yang lebih penting…


"Jangan-jangan… sekarang pemilikmu itu aku ya?"


"Yup, benar."


Dia menjawab santai, tapi aku langsung panik.


"Apa!? Kalau orang lain memegangmu, kepemilikanmu bisa berpindah, kan? Harusnya bisa!"


Rencanaku, tinggal taruh saja pedang itu di depan Cain sebagai barang hilangan, dan dia pasti ambil dan jadi pemiliknya. Tapi…


"Kenapa panik? Pemiliknya adalah orang pertama yang membebaskanku dari segel. Aku bukan tipe yang selingkuh cuma karena dipegang orang lain. Lagian, aku gadis cantik yang sudah mengakui Nord sebagai tuanku. Harusnya kau senang dong."


Ia menyenggolku dengan sikut seperti playboy, tapi aku sedang tidak mood.


"Kalau kupinjamkan ke orang lain, kemampuanmu tetap bisa dipakai, kan? Kan!?"


"Mustahil~"


"Pindah kepemilikan lewat guild pasti bisa, kan? Pasti bisa, kan!?"


"Nggak bisa. Dan jangan samakan aku dengan cewek murahan gitu dong. Aku setia pada Nord♡"


Aku menutup wajah dan menatap langit.


Seumur hidup sebagai gamer, belum pernah aku menemukan senjata terkuat yang membuatku sengsara seperti ini.


"Ada apa, Nord? Senang ya bisa memiliki aku? Ya dong! Aku ini X-chan yang terkuat di dunia~"


Sumpah… menyebalkan banget. Dan yang lebih mengganggu lagi…


"Bisakah kau berhenti berjalan dalam keadaan telanjang?"


"Eh? Apa Nord mau beliin aku baju?"


"Katanya sarung pedangmu bisa berubah jadi pakaian, kan?"


"Iya! Betul!"


Karena X ngotot tidak mau dipegang siapa pun, aku akhirnya membuatkan sarung—sekalian menancapkan replika palsu Excalibur pada batu besar di dekat situ…


Sisanya tinggal memancing Cain datang.


Segera aku menulis surat.


───────────────────────

Kepada Cain-sama


Sejak pertama kali melihat Anda saat awal masuk sekolah, dada saya terasa sesak.


Meski terasa menyakitkan, setiap gerakan Anda membuat saya tidak bisa tidur memikirkannya.


Saya tak sanggup lagi hanya mengagumi Anda dari kejauhan dalam bayang-bayang.


Walau saya hanyalah gadis yang berusaha menarik perhatian Anda lewat surat ini, saya memohon dengan sepenuh hati agar Anda berkenan datang ke bawah pedang suci legendaris di dalam akademi.


Dari Norn, yang mendambakan kembalinya sang Pahlawan sejati.

───────────────────────


Cain itu tipe protagonis eroge yang libido-nya kuat, jadi kalau Elise sedang menjauh karena mencoba merayuku, ini kesempatan emas!


Anak itu pasti langsung terpancing begitu menerima surat cinta dari cewek.


Setelah selesai menulis, aku selipkan surat itu lewat celah pintu kamarnya.


Tapi… masalahnya adalah…


Apa aku punya skill dua pedang?


Ah, ya. Ada.


Saat aku memeriksa statusnya,


───────────────────────

【Teknik Dua Pedang Ukiran Kegelapan】

Izinkan aku menjelaskan.

Ini adalah skill ilmu pedang milik Ksatria Kegelapan.

Terutama dalam kombinasi pedang suci dan pedang iblis, efeknya akan jauh lebih kuat!

───────────────────────


Padahal gaya penulisannya menyebalkan, tapi penjelasannya lebih buruk daripada gim gacha zaman sekarang, jadi sama sekali nggak jelas apakah ini bakal berguna atau tidak.


Skill yang kedengarannya penuh gaya chuunibyou begini malah bikin aku ragu menggunakannya…


────【Sudut pandang Cain】


Kenapa begini!?


Seharusnya aku yang menyelamatkan Elise-tan, tapi Nord malah menyelamatkan dia!


Saat aku datang dari kampung ke daerah kumuh di ibu kota, pertama kali aku bertemu Elise-tan, aku sungguh mengira mungkin dewi itu benar-benar ada.


Elise-tan yang seharusnya hanya untuk aku itu justru direbut Nord dengan menipuku. Dia itu jelas-jelas tipe cowok yang populer di kalangan cewek, manusia hina yang selalu mengambil gadis yang sudah kuincar!!


Aaaghh!


Memang aku bisa tetap tinggal di Akademi Pahlawan sebagai murid istimewa, tapi Elise-tan tidak mampu bayar biaya sekolah, dan… dan… malah dibeli oleh Nord!!


Sial… andai aku punya uang untuk membeli kembali Elise-tan, aku bisa minta dia memperlihatkan celana dalam, memperlihatkan dada, bahkan membiarkanku melakukannya sampai habis────!!


Haa… haa…


Sekarang pasti Elise-tan dipaksa Nord, pakaiannya dilucuti, tubuhnya dijilat, dan bahkan kesuciannya sudah direnggut!

Padahal Elise-tan itu milikku…..!


Jika aku merebutnya kembali dari Nord, semua hal buruk yang dilakukan Nord padanya akan aku timpa dengan kenikmatan yang jauh lebih hebat!


Dan apa pula itu tadi soal error di alat pengukur kekuatan!?


Pasti keluarga Duke menggunakan uang mereka untuk membuat alatnya rusak sejak awal.


Aaahhh───!


Sekarang pasti Elise-tan dibuat tampil tak senonoh dan dipaksa berkata, "Ohoh! Ohoh! Ohoooon!" begitu!


Kalau saja aku bisa masuk Akademi Pahlawan, aku bisa menjadikan Elise-tan sebagai istri sahku, lalu berhubungan dengan para gadis lainnya sesuai rencana!!


Haa… haa…


Sial! Air liurku menetes di lukisan potret Elise-tan yang kubuat dengan biaya besar!


Pa-parah banget.


Saat kuusap sekuat tenaga, gambar Elise-tan malah robek.


Ini semua salah Nord!


Sial, kalau sudah begini, aku harus merebut kembali Elise-tan dari Nord dan menandai tubuh Elise-tan yang asli sendiri!!


Saat aku sedang mengalami titik terburuk dalam hidupku, ada secarik surat yang didorong lewat celah pintu.


────Ohooooooo─────!


Waktu aku buru-buru ingin mengambil surat itu, kakiku malah tersangkut tempat sampah dan aku jatuh menubrukkan selangkangan ke meja.


Setelah terbebas dari siksaan neraka itu, aku mengintip ke luar pintu, tapi tidak ada siapa pun.


Saat kulihat isi suratnya…


S-sungguh!? Norn-chan!


Tunggu sebentar! Aku, pahlawan masa depan, akan segera datang menemuimu〜!


──── Di bawah pedang suci legendaris di dalam akademi.


Sepertinya bentuk batu itu sedikit berubah sejak awal masuk sekolah, tapi pedang sucinya tetap tidak bisa dicabut.


Aku pasti yang akan mencabutnya dan membuat para bangsawan sombong yang sebenarnya lebih lemah dariku itu berlutut memohon ampun.


Aku pun melupakan rasa sakit di selangkangan dan datang ke bukit kecil di belakang akademi tempat pedang suci Excalibur tertancap.


Di depan pedang itu berdiri seorang gadis berambut hitam panjang yang berkilau.


Eh? Ada gadis seperti itu?


Karena dia membelakangiku, aku tidak melihat wajahnya. Tapi tubuh tinggi dengan lengan dan kaki jenjang, pinggang ramping, dari belakang saja jelas dia memiliki postur luar biasa bagus.


Rasanya aku tak sabar ingin melihat wajahnya.


"Apakah kau Norn-chan?"


"Ah, Cain-kun. Kau benar-benar datang〜 aku senang sekali."


Imut sekali〜!


Saat dia menoleh, rok pendeknya berkibar, memperlihatkan paha sehat yang menggoda.


Akhirnya aku melihat wajah Norn-chan yang mengirim surat cinta itu!


Mata biru panjang yang tajam, hidung mancung, wajah yang tampak sedikit dingin tapi suara dan sikapnya justru sangat ramah.


Ini pasti bisa aku tiduri!


Aku menggenggam tangannya dan mulai merayunya.


"Hei, boleh ya? Kau suka aku, kan? Kalau begitu, ciuman saja pasti boleh, kan?"


"Eh!?"


Norn-chan tampak terkejut dengan seranganku, tapi ini adalah efek jembatan gantung seperti yang tertulis dalam buku perpustakaan yang kubaca: Seratus Teknik Merayu Gadis untuk Para Perjaka.


Ini momen terbaik.


"Aku akan memberikan benih dari pria masa depan sepertiku padamu, jadi boleh kan! Ya kan!?"


Norn-chan menempelkan jari ke bibirnya dan berpikir sejenak, lalu menunjuk pedang suci itu.


"Baiklah. Kalau Cain-kun bisa mencabut pedang suci itu, aku akan mau melakukan hal nakal denganmu."


Sungguh!? Ternyata heroine gampang dipancing itu benar-benar ada!


Nord memang selalu berbohong padaku, tapi yang satu ini… aku mau percaya saja.


"Benar!? Aku cabut! Aku cabut sekarang! Langsung cabut!"


Dengan Norn-chan mengawasiku dari belakang, aku menggenggam gagang pedang dengan kedua tangan dan menarik sekuat tenaga.


Tarararara───────♪


Akhirnya aku mendapatkan pedang suci itu!


"Dengan ini aku bisa menang dari Nord! Eh? Eh? Norn-chan? Ke mana kau? Hei, jangan sembunyi〜 lihatlah pedang suciku yang asli〜!"


Saat aku mengangkat pedang yang telah dicabut itu ke langit dan berbalik, gadis yang tadi mendukungku sudah tidak ada di mana pun.


────【Sudut pandang Nord】


"Karena aku memberikan benih pahlawan masa depan sepertiku padamu, boleh kan! Ya kan!"


Bajingan perjaka ini… ingin kupukul rasanya────!


Ugh!?


Faaon♪ Faaon♪ Faaon♪ Alarm berbunyi keras di dalam kepalaku.


───────────────────────

Status abnormal terjadi!

【Sakit kepala】【Mual】【Demam dingin】【Pusing】

【Halusinasi】【Racun】【Mati rasa】【Gemetar】

【Kehampaan】【Keluar-raga】

───────────────────────


Aku hampir saja kehilangan jiwa dari tubuhku karena kelakuan Cain yang sebegitu menjijikkannya.


Tanpa sadar, Cain terus mendekat padaku—yang sedang menyamar sebagai Norn—tanpa tahu siapa aku sebenarnya, dan rasa jijiknya begitu parah sampai aku hampir muntah pelangi di tempat.


"Ini akan membuatku menang dari Nord! Eh? Eh? Norn-chan? Ke mana kau? Hei, jangan sembunyi〜 lihat pedang suciku yang asli〜!"


Sementara Cain berjuang mencabut Excalibur palsu yang kupasang, aku selesai memuntahkan seluruh isi perutku di balik pohon.


Hampir bersamaan dengan itu, penyamaranku pun hilang.


"Haaa… tetap saja, sihir Transformasi pada laki-laki itu berat…"


Perubahan wujud itu semacam hak istimewa khusus gadis penyihir, dan bahkan penyihir kelas S sekali pun—kalau laki-laki—tidak bisa mempertahankannya lebih dari sepuluh detik.


Ya, aku sendiri masih bisa bertahan sekitar lima menit, jadi mengumpan Cain keluar sih masih bisa…….


Tapi, Cain memang punya kebiasaan terhadap perempuan seburuk itu?


Norn—tidak tahu kalau itu aku—berusaha memaksa ciuman sambil menjulurkan lidah seperti itu, bahkan sebagai sesama laki-laki saja aku merasa itu kelewatan menjijikkan.


Nord itu memang jahat, tapi dulu dia masih lebih elegan waktu menggoda perempuan.


Kalau ada gadis lain yang kebetulan melihat kejadian barusan, kehidupan Cain di akademi pasti langsung hancur……


Ya, mungkin cuma kekhawatiranku saja.


Setelah ini, selama aku kalah dalam pertandingan ujian tengah semester melawan Cain, Elise akan pergi ke pihak Cain. Lalu aku bisa tidur nyenyak tanpa beban.


Walau aku tetap harus melakukan sesuatu terhadap tingkat kejijikan yang bahkan bisa mendinginkan cinta seratus tahun ke suhu nitrogen cair itu……


Dan setelah itu aku akan lulus sebagai pahlawan peringkat kelima—satu tingkat di atas Wald—lalu pergi ke perbatasan untuk melakukan perjalanan pembangunan wilayah. Menjalani hidup santai di sana.


Benar-benar rencana yang sempurna!


──── Beberapa hari kemudian.


Menjelang liburan musim panas, kami menghadapi latihan praktik sebagai ujian.


Seperti yang sudah kuduga, Cain—meski itu pedang suci palsu—berjalan dengan wajah sombong sambil pamer ke semua teman sekelas.


Dari sudut pandangku yang tahu kenyataan di balik itu, pemandangannya benar-benar lucu sekaligus menggemaskan…….


"Nord! Aku menantangmu dalam pertandingan. Hari ini aku akan mengalahkanmu dan merebut kembali Elise dengan tanganku sendiri!"


"Kukuku…… lucu sekali. Dapat pedang suci lalu salah paham, ya? Baiklah. Kalau aku, Nord Vilance, kalah darimu hari ini, aku akan keluar dari Akademi Pahlawan."


Oh! Alurnya berjalan sempurna.


Aku akan berpura-pura kalah memalukan dari Cain yang memegang pedang suci, lalu hidup tenang jauh dari keramaian di perbatasan.


Tapi semua rencanaku hancur pada hari pertandingan……


Dan tentu saja, penyebabnya adalah Cain di depanku.


Aku menempelkan jari telunjuk ke dahiku dan memprovokasinya.


"Kalau kau mampu, tembak aku dengan pedang suci yang kau pegang itu. Di sini, nih! Ayo bidik yang benar, dasar pengecut."


【Teknik Pedang Suci! Grand Cain Attack!】


Jangan pakai nama sendiri untuk jurus pamungkas, bodoh!

Tunggu, hey, kau itu ngincer bagian mana────!?


Cain, yang bahkan tidak bisa mengendalikan pedang suci dengan benar, menantangku sambil berdiri di tengah arena—posisi ideal mengenai sasaran—tapi tetap saja dia meleset parah.


Gelombang serangan itu malah lari ke arah Elise yang duduk di tribun penonton.


【Dark Barrier】


Aku membangun penghalang di depan Elise agar serangan itu tidak mengenainya.


Dengan mental selemah Cain, kalau dia menyakiti Elise sedikit saja, dia bisa-bisa jatuh ke kegelapan sendirian.


──── Dasar brengsek! Jangan seenaknya memakai pertandingan untuk membunuh karena dendam pada bangsawan!


──── Iya! Dan bahkan hampir melukai Elise-sama juga, sungguh keterlaluan!


──── Cain, terburuk!


──── Parah banget, Cain!


Para siswa yang menonton pertandingan kami langsung meneriakkan hujan celaan dan bahkan melempar sampah ke arah Cain……


"Semuanya, mohon tenang!"


Memang pantas disebut sebagai kandidat utama Saint. Saat Elise berdiri, suara booing sebesar gemuruh tanah langsung lenyap seketika.


"Apa yang kalian katakan memang benar."


Oh, jadi ini saatnya Elise membela Cain, ya! Ayo cepat katakan. Lalu hina aku.


"Seperti yang kalian bilang, Cain itu terburuk."


"Hah?"


"Tanpa bertarung secara adil dengan Nord-sama, dia malah menembakkan serangan ke bangku penonton, lalu berencana menyerang Nord-sama dari celah itu…… tindakan sebegitu keji layak disebut lebih rendah dari iblis—tidak, dari monster! Sensei! Segera nyatakan dia kalah karena pelanggaran!"


"Elise! Aku hanya…… aku tidak bisa memaafkan Nord yang memaksamu menjadi pelayan……"


"Kejam! Padahal Nord-sama menjaga kehormatanku dan tidak pernah menyebarkan kalau aku menjadi pelayan, tapi kau mempermalukanku di depan semua orang……"


"Ah, tidak, itu… aku rasa Cain hanya salah perhitungan, dia tidak bermaksud begitu. Lagipula semua orang sudah tahu Elise bekerja padaku."


Karena terlalu kasihan, aku malah membela Cain.


"Cain! Inilah perbedaan kelas antara dirimu dan Nord-sama. Nord-sama tidak hanya melindungiku saja, tapi bahkan membelamu juga. Ah…… betapa mulianya Nord-sama."


──── Uooooooh─!


──── Elise-sama benar!


──── Aku… jadi terharu……


──── Ini bukti kepercayaan dan reputasi Nord-sama dan Elise-sama!


Hei, jangan lebay begitu cuma karena omongan segitu! 


Doan yang melihat sekeliling tanpa mempedulikan keinginanku……


"Aku menyatakan Cain didiskualifikasi karena membahayakan penonton!"


""Hah?""


Aku dan Cain sama-sama terkejut karena pertandingan diputuskan sepihak.


Haa…… sial bener. Mencoba tetap tenang, aku turun dari arena, tapi sorakan penonton malah semakin ramai.


──── Nord-sama bersedih karena penonton dalam bahaya……


──── Betapa penuh belas kasih……


Bukan! Aku sedih karena rencana hidup santai di perbatasan jadi gagal!


Tapi sesuatu yang tak terduga terjadi.


Setelah pertandingan selesai dan kami keluar dari arena, Elise justru berlari ke arah Cain, bukan ke arahku.


Ah, jadi dia sengaja berkata keras tadi agar Cain belajar kerasnya dunia bangsawan dan memperkuat mentalnya. Begitu rupanya.


Aku merasa lega dan hendak pergi tanpa menanggapi standing ovation dari para penonton ketika tiba-tiba—


Plakkk!!


"Cain…… aku benar-benar kecewa padamu. Sudah mengejarku dengan memanggilku Elise, Elise, tapi mencoba mencium paksa gadis lain! Bahkan mengucapkan hal-hal yang tak pantas didengar…… Kau benar-benar kandidat pahlawan terendah! Belajarlah dari sikap Nord-sama yang sopan dan penuh pengendalian diri!"


Eh!? 


Hah…… padahal saat aku berubah jadi gadis dan Cain mencoba menciumku, Elise melihat semuanya dengan jelas…….


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close