-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 Interlude 1

Interlude 1 - Rumor Yang Tidak Menyenangkan Dan Air Mataku

Penerjemah: One Day




Mengapa ini bisa terjadi. Berapa kali seseorang mengucapkan kata-kata ini sepanjang hidup mereka?

Hari ini, aku tidak tahu sudah berapa kali aku mengucapkan kata-kata tersebut dalam hidupku. 

"......Yah, setidaknya Yoshin merasa senang, jadi kurasa tidak apa-apa."

Pekerjaan paruh waktu yang diperkenalkan oleh kakak laki-lakiku, Oto-nii, adalah di sebuah acara seni bela diri... Pada awalnya, aku seharusnya bekerja sebagai staf penjual barang dagangan di sana. Barang-barang seperti merchandise dan sebagainya.

Dan sekarang ini aku berjalan di atas ring, itu sungguh sebuah keanehan. 

Ada seorang gadis yang mengundurkan diri dan aku diberitahu bahwa gaji yang ditawarkan cukup menggiurkan, jadi dengan berat hati aku menerima tawaran itu.

Sepertinya, hanya orang yang memakai kostum itu yang bisa mendapatkannya. Meskipun sudah terlambat untuk mengatakan ini, sebenarnya mereka tidak perlu bersusah payah untuk memiliki 6 gadis ring, bukankah sudah cukup dengan 5 orang saja meskipun ada satu yang absen...? 

Saat mengambil foto atlet, mereka ingin menyertakan gadis ring di kedua sisi untuk keseimbangan dan penampilan saat itu, sehingga mereka memutuskan untuk membuatnya menjadi 6 orang... Tapi, bukankah sudah cukup dengan 5 orang saja? 

Berada di bawah sorotan lampu yang meriah, aku berjalan perlahan di atas ring sambil memegang papan yang bertuliskan round. Selama itu, aku merasakan pandangan dari sekelilingku yang menatap ke seluruh tubuhku.

Sambil menerima pandangan itu, aku berpikir secara samar bahwa jika aku tidak bertemu dengan Yoshin, mungkin aku tidak akan pernah menerima pekerjaan paruh waktu seperti ini.

Perasaan ini... Rasanya seperti pandangan yang pernah aku rasakan saat berangkat sekolah atau di SMA, tapi ini terasa jauh lebih intens… membuat punggungku terasa sedikit merinding. Meskipun begitu, aku bisa melakukan pekerjaanku dengan baik meskipun mendapatkan banyak pandangan seperti itu, ini berarti aku juga sudah berkembang. 

Ya, ini adalah pujian untuk diri sendiri. Meskipun tidak terasa begitu menyenangkan, tapi begitulah carku untuk membangkitkan semangatku.

Tapi sekarang, hanya untuk saat ini, aku berpikir aku bisa melakukan semuanya dengan baik tanpa harus memuji diri sendiri.

Karena... sambil berjalan, aku sesekali melihat ke arah sebuah kursi tertentu. 
Di sana, ada seorang pria... Yoshin yang sedang duduk di kursi dan menatapku.

Dengan pipi yang sedikit merona, dia menatap ke arah ring dan memfokuskan pandangannya padaku. Hanya fokus pada satu titik... menatapku.

Hanya dengan pandangannya saja, aku bisa mengabaikan ratusan pandangan lainnya. Hanya dengan keberadaannya, suasana hatiku berubah begitu banyak. Aku ingin dia melihatku lebih banyak lagi.

Aku berterima kasih kepada Oto-nii yang sudah menahan Yoshin untuk tetap di sini. Dia menyuruh Yoshin untuk melihat sebentar dan diam-diam menyiapkan tempat duduk untuk Yoshin yang tadinya ragu-ragu.

Dia bilang mungkin akan dimarahi nanti. Yah, itu aku serahkan pada Oto-nii. Yang penting, aku harus membuat Yoshin melihat bagaimana aku bekerja.

Tanpa diketahui siapa pun, aku mengirimkan kedipan mata hanya untuknya.

Aku merasa sekitarnya sedikit gempar, tetapi Yoshin yang menerima kedipan mata dariku, wajahnya menjadi semakin merah. Meskipun begitu, dia tetap tersenyum padaku tanpa berubah.

Perasaan hangat di dadaku... bahkan bisa dibilang panas, yang muncul ke permukaan.

Suatu hari nanti, aku pasti akan menyampaikan perasaan itu, perasaan yang terasa begitu panas seolah bisa membakarku jika tidak aku ungkapkan. Suatu hari, aku akan membuatnya terbakar dengan perasaan itu…memberikan luka bakar yang tidak bisa disembuhkan.

Aku akan bersikap lembut padanya ketika dia terluka, menyembuhkannya, mengobatinya sambil menyayangi bekas luka yang tersisa dan mengelusnya... dan aku pasti akan membuatnya terpukau lagi. Aku akan menumpahkan perasaanku yang begitu dalam padanya.

Ada semacam perasaan yang mirip dengan keyakinan itu di dalam diriku.

Meskipun ini terdengar seperti puisi. Yah, aku tidak bisa bertahan jika tidak menyamarkan perasaanku seperti itu. Aku tidak menunjukkannya ke luar, tapi perasaan seperti itu berputar di dalam diriku. Jika aku tidak mengungkapkannya dengan kata-kata, aku sendiri akan kehilangan arah dan mungkin akan kehilangan kendali.

Baru-baru ini aku menyadari bahwa... aku termasuk wanita yang memiliki perasaan yang cukup rumit. Mungkin, alasanku kesulitan dengan pria adalah karena aku takut jika perasaan ini akan ditolak.

Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, itu mungkin saja salah. Mungkin aku hanya ingin penjelasan tentang apa sebenarnya perasaan yang tidak bisa dihindari tapi juga tidak bisa dipisahkan ini. 

Aku tidak pernah berpikir bahwa aku adalah wanita yang begitu rumit... Aku berpikir bahwa aku adalah tipe wanita yang sedikit lebih santai, meskipun tidak sepenuhnya santai. 

Aku tidak tahu mana yang lebih baik atau lebih buruk. 

Setidaknya Yoshin menerimaku seperti ini... Jika tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Aku merasa mungkin aku akan menjadi berantakan dalam berbagai hal. Yah, ada berbagai alasan mengapa aku merasa seperti ini. Itulah sebabnya aku punya keberanian untuk duduk di atas Yoshin baru-baru ini.

Mungkin ini terdengar sedikit nakal. Tapi, kami tidak melakukan hal-hal yang nakal. Aku hanya duduk di pangkuannya, berhadapan dengan Yoshin.

Ya, mungkin pakaian ini sedikit tidak tepat. 

Sudah tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Mungkin lain kali aku akan lebih berhati-hati dan memikirkan segala sesuatunya dengan lebih cermat.

Alasan, itu dia. Mengapa aku melakukan itu,... aku belum bisa mengatakannya kepada Yoshin.

Meskipun dia selalu menceritakan segalanya kepadaku, rasanya sedikit tidak adil jika aku tidak mengatakan kepadanya, tapi perasaan ini agak sulit untuk diungkapkan.

Bagaimanapun juga, aku yakin kekhawatiranku itu berlebihan.

Pemicu perasaan ini, pasti surat itu. Surat yang dikirim oleh Ketua kelas kepadaku, menanyakan apakah Batsu Game itu belum selesai. Namun, aku pikir aku tidak akan merasa seperti ini hanya karena dia mengirimkan surat itu kepadaku.

Masalahnya adalah apa yang terjadi setelah itu. Setelah itu... apa yang dikatakan Ketua kelas kepada Yoshin. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia tahu mengapa aku menyatakan perasaanku kepadanya.

Yoshin bersikap seolah-olah itu bukan masalah sama sekali karena dia mengetahui segalanya. Tapi pada saat itu, muncul sebuah keraguan dalam diriku. 
Aku bertanya-tanya mengapa dia memberitahuku dan Yoshin.

Seharusnya, cukup dengan memberitahuku saja. Atau cukup memberitahu Yoshin saja. Alasan dia sengaja tidak melakukan itu... mungkin... membuatku sampai pada satu pemikiran.

Mungkinkah Ketua kelas juga menyukai Yoshin?

Itulah keraguannya.

Aku biasanya tidak akan mempertimbangkannya, itu bukan lelucon dan bahkan itu tidak akan dianggap sebagai suatu kemungkinan. Lagipula, Yoshin bahkan tidak mengetahui nama Ketua kelas, jadi tidak mungkin hal seperti itu terjadi.

... itulah yang aku pikirkan.

Tapi, aku sudah mengenal diriku sendiri. Meskipun aku tidak terlalu tahu tentang Yoshin, aku sudah bersamanya dan menyukainya... aku sangat mencintainya. 

Bagaimana aku bisa mengatakan orang lain tidak seperti itu, padahal aku sendiri seperti itu?

...Yah, aku tidak menyangkal bahwa aku mungkin memang mudah terpengaruh, itu sangat mungkin... tetapi itu juga tidak menjamin bahwa orang lain tidak seperti itu. 

Setelah aku merasa ragu, kemungkinan-kemungkinan itu saja sudah cukup. Tidak ada bukti, aku juga tidak melihat sesuatu yang mengarah ke sana. Namun, hanya dengan merasa ragu, semua tindakan Ketua kelas sebelumnya mulai terlihat mencurigakan.

Mungkin alasan dia mengikuti pelajaran tambahan adalah untuk bisa bersama dengan Yoshin atau mungkin alasan dia tidak ingin makan siang bersama karena dia tidak suka bersamaku.

Tidak ada bukti yang mendukung atau menyangkal, jadi situasinya menjadi rumit. Keraguan muncul satu per satu lalu menghilang. Andai saja situasinya bisa condong ke salah satu sisi...

Saat aku memikirkan hal itu, aku sudah selesai mengelilingi ring. Aku sedikit panik dan turun dari ring, kembali ke ruang tunggu. 

Sayangnya, itu tidak berada dekat dengan Yoshin.

Tentu saja Yoshin sudah menyelinap ke tempat duduk biasa, jadi jika aku masuk ke sana dengan penampilan ini, pasti akan menimbulkan keributan. Oleh karena itu, aku harus bersabar.

Karena kebetulan ada kursi yang kosong... bukan berarti Yoshin akan selalu ada di sana.

"Hei, hei... Barato-chan, Barato-chan."

Tidak lama setelah kami turun dari ring, pertandingan dimulai lagi. Oto-nii masih belum tampil karena dia akan tampil di acara utama, tapi pertandingan ini juga sangat seru. 

Aku sesekali mengalihkan pandanganku dari ring ke arah Yoshin. Awalnya dia tampak bingung dengan pertandingan, tapi mungkin karena pertandingannya seru, dia melihatnya yang serius.

Imut sekali.

Tanpa sadar tubuhnya bergerak, dia pun ikut bersorak bersama orang-orang di sekitar dan dia sangat berusaha keras meski belum terbiasa, itu terlihat sangat imut.
 
Mungkin pria tidak suka disebut menggemaskan, tapi aku masih ingin mengatakannya dengan lantang.

Yoshin itu imut. 

Tentu saja, dia juga memiliki banyak sisi yang keren dan bisa membuat hatiku berdebar... 

"Hei... Barato-chan... Dengar nggak?"

"Hah? Eh? Oh, ada apa?"

Aku terlalu asyik menyaksikannya sampai-sampai aku tidak menyadari ada seseorang yang berbicara kepadaku dengan suara pelan. Aku diajak berbicara oleh seorang gadis ring yang berada di sebelahku. Kalau tidak salah... namanya Rina-san. 

"Kamu terlihat sangat antusias, apa pertandingannya menarik?"

"Ah, tidak itu... um..."

"Atau... kamu sedang melihat ke arah pacarmu?"

Ugh, ketahuan...

Rina-san melihatku sambil tersenyum.

Tapi, orang ini tadi bilang kalau Yoshin itu menarik...

Saat aku masih bingung bagaimana harus menyikapinya, Rina-san entah mengapa menyilangkan kakinya yang seksi sambil mengangkat bahunya, mungkin karena sikapku itu.

"Apa kamu menjadi waspada karena aku bilang pacarmu itu menarik? Tenang saja, aku... tidak akan merebut pacar orang lain kok. Aku hanya bercanda."

"Ah, begitu ya. Tapi, jangan suka bercanda seperti itu."

"Ah, tapi kalau kalian putus. Aku akan langsung mengambilnya~"

"Kami tidak akan putus!"

Rina-san tertawa kecil-kecil. Aku merasa lega, tetapi pada saat yang sama rasa waspadaku juga semakin meningkat. Wanita yang terlalu seksi... Itu mengingatkanku pada seseorang yang bekerja paruh waktu bersama Yoshin.

Sekali lagi, aku merasa sedikit cemas.

"Ngomong-ngomong... pacarmu itu menarik ya. Sepertinya dia benar-benar tergila-gila padamu Barato-chan... dia bahkan sama sekali tidak memandang ke arahku... harga diriku sedikit terluka."

"Begitu?"

"Di ruang tunggu tadi... dia sama sekali tidak melirik ke arahku... Biasanya kalau sudah berdandan seperti ini, setidaknya akan ada yang melihat ke arahku. Ah, kalau dipikir-pikir lagi, itu membuatku sedih..."

Aku sedikit senang mendengarnya. Saat itu, di ruang tunggu, semua orang lebih cantik dan menarik daripada diriku... Jadi aku pikir wajar saja jika pandangan Yoshin tertuju pada mereka.

Tapi, entah itu disengaja atau tidak. Yoshin tidak memandang mereka..

Selain aku.

Gimana nih? Aku seneng banget ....

Aku sadar bahwa sudut mulutku terangkat dan tersenyum... Aku merasakan tatapan Yoshin….dia benar-benar hanya memandangku... Aku sempat berpikir itu sedikit memalukan, tapi aku juga merasa senang karena berdandan seperti ini. Ya, aku berencana untuk membawanya pulang dan menunjukkannya nanti.

Tapi, ada perbedaan antara dia yang memandangku saat aku sendirian dan dia yang hanya memandangku di tengah banyak orang.

Aku sedikit mengerti perasaan senang saat diperhatikan. 

...gawat, tidak baik. Aku tidak boleh merasa superior hanya karena hal seperti ini. Ya, Yoshin hanya memperhatikanku karena aku adalah pacarnya. Aku harus menyadari itu.

Ehehe, tapi tetap saja itu membuatku bahagia...

"...Melihat Barato-chan itu tidak pernah membosankan... Ekspresinya yang selalu berubah-ubah itu lucu. Ya, itu bagus." 

Tiba-tiba, aku merasa merinding di punggungku.

...Eh, apa? Kenapa?

Aku melihat ke sekeliling, tapi sepertinya tidak ada tatapan yang aneh... setidaknya untuk saat ini.
 
"Rina-san, apa kamu mengatakan sesuatu?"

"Nnn, nggak kok."

Aku merasa dia mengatakan sesuatu dengan suara rendah... mungkin hanya perasaanku saja? Ah, terserahlah.

Hari ini adalah hari yang baik. Berkat itu, perasaaan gelisah yang ada di dalam diriku hilang. Hari ini... mungkin sulit untuk pulang bersama, tapi aku sudah tidak sabar untuk berkencan dengan Yoshin. 

Aku akan berusaha keras di pekerjaan paruh waktu dari sekarang juga. Periode pekerjaaanya... karena periode acaranya itu 3 hari, jadi aku bisa berkencan 3 hari lagi.

Aku bisa langsung mendapatkan gaji dari pekerjaan paruh waktu dan juga mendapatkan pakaian... Semuanya terasa begitu menyenangkan. Jika sudah mendapatkan gaji, mungkin aku dan Yoshin bisa pergi berlibur... berdua saja... 

Membawa pakaian ini untuk pergi liburan... destinasi liburan... menginap...

"Btw, pacarmu kerja di sebuah restoran ya?"

Saat aku tenggelam dalam duniaku, Rina-san terlihat sedikit tersenyum pahit seolah berkata, "Ya ampun". Ya, mengingat ini adalah tempat umum dan ada pelanggan di sekitar, sebaiknya aku tidak terlalu bertindak aneh.

Sambil menahan hatiku yang berdebar-debar, aku memutuskan untuk menunda khayalanku untuk sementara waktu.

"Benar, sepertinya dia datang ke sini setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu pertamanya hari ini..."

"Ohh, pekerjaan paruh waktu pertamanya ya. Kamu tidak ingin melihatnya saat dia bekerja? Melihat seseorang dalam kondisi yang berbeda dari biasanya bisa memberikan kesan yang mengejutkan karena perbedaan itu..."

"Aku ingin melihatnya, dia sudah mengirimkan fotonya tapi itu bukan saat dia sedang bekerja... Fotonya yang memakai celemek itu memang terlihat lucu dan bagus..."

"Apa kamu bersemangat dengan penampilannya yang memakai celemek?"

"Kenapa pembicaraanmu mengarah ke sana?!"

Aku rasa aku tidak terlalu bersemangat. Ya, aku hanya berpikir dia lucu. Itu saja. 

"Kalau dia memang begitu lucu, tunjukkan fotonya lah. Mana lihat fotonya."

Tanpa merasa bersalah, Rina-san menyatukan tangannya yang kecil dan meminta dengan manja.

Sial, setelah melemparkan bom seperti itu, apa yang harus kulakukan dengan wanita seksi yang agresif ini? 

Entah bagaimana, kenyataan bahwa aku membiarkan pernyataan seperti itu terjadi mungkin karena aku terlalu baik atau terlalu mudah dipengaruhi.

Saat aku mengatakan nanti karena kami sedang dalam pertandingan, Rina-san tampak sedikit cemberut. Tentu saja, ini bukan di ruang ganti.

Rina-san juga tampak cemberut dalam posenya. Dia segera mengalihkan pandangannya kembali ke pertandingan.

Sungguh, dia cantik sekali jika diam saja... 
meskipun tidak perlu bersikap nakal…. 
Ah, aku juga harus benar-benar menonton pertandingan.

Tidak lama kemudian, giliran kami berakhir dan saatnya untuk berganti. Akhirnya waktu istirahat... meskipun hanya berjalan, aku merasa sangat lelah mungkin karena dilihat.

Setelah kembali ke ruang ganti, dia langsung meminta foto... Yah, mungkin sekilas saja tidak apa-apa... Jadi, aku menampilkan foto yang dikirimkan Yoshin ke smartphoneku dan menunjukkannya kepada Rina-san.

Aku merasa sedikit bangga terhadap pacarku. Setelah ini, aku akan meminta maaf kepada Yoshin karena telah menunjukkannya tanpa izin. Meminta maaf untuk hal seperti ini penting.

Rina-san dengan ceria melihat layar smartphoneku, tapi suaranya perlahan mereda.

Hm? Ada apa? 

Dia melihat wanita yang ada di foto bersama di smartphoneku... dan menunjuknya sambil bergumam.

"Wanita ini..."

"Ah, orang itu sepertinya adalah Senpai Yoshin di tempat kerjanya, apa kamu mengenalnya?"

"Um... ya... um... ya... lebih tepatnya, aku hanya sedikit tahu tentangnya... hmm..." 

Tiba-tiba, Rina-san menjadi ragu-ragu, dan pandangannya mulai berkeliling. Aku memiringkan kepalaku.

Apa sih? Apa itu sesuatu yang sulit untuk diucapkan?

"......Ini hanya sekedar rumor......"

Dengan ragu-ragu, Rina-san bertanya-tanya apakah dia boleh mengatakannya atau tidak… dia melihat ke sekeliling dan dengan hati-hati membuka mulutnya.

Sambil memiringkan kepalanya seolah-olah dia sedang memilih kata-kata, aku menunggu apa yang akan dia katakan.

Kemudian, aku mendengarkan.

Meskipun suaranya kecil, tapi kata-katanya terasa seperti bergema dengan aneh... 
begitulah yang aku rasakan.

"Wanita ini... saat di SMA dia terkenal karena selalu mengejar laki-laki yang sudah memiliki pacar... dan... ya... berhasil merebut mereka..."

Itu hanya rumor. Ya, hanya rumor....

Aku sama sekali tidak bisa mengerti maksud dari kata-kata Rina-san yang menekankan hal itu.

* * *

Setelah berhasil menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku di hari pertama, aku kembali ke kamarku.

Setelah itu, Yoshin menungguku sampai akhir. Aku sudah memberitahu padanya bahwa tidak apa-apa jika dia ingin pulang lebih dulu, tapi Oto-nii berkata bahwa dia bisa menunggu di ruang tunggu.

Jadi, kami pulang bersama. Di antar dengan mobil Oto-nii.

Meskipun dia bilang kami boleh bermesraan di kursi belakang, tentu saja kami tidak bisa terlalu berlebihan di depan Oto-nii, jadi kami menahan diri.

Sebagai gantinya, aku mengobrol santai dengan Yoshin.

Tanpa sempat bertanya tentang hal yang aku dengar dari Rina-san.

Hal itu memang terlintas di pikiranku, tapi entah mengapa, saat berhadapan dengan Yoshin, aku merasa kesulitan untuk bertanya... atau lebih tepatnya, aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

Ini aneh bagiku, aku benar-benar tidak bisa bertanya dengan baik. 

"Haa..."

Aku menghela nafas.

Betapa pengecutnya aku. Jika aku menanyakannya sejak tadi, mungkin aku tidak akan merasa seperti ini.

Aku seharusnya merasa senang karena baru saja bersama Yoshin... Tapi, setelah berpisah dengannya, perasaanku menjadi murung atau lebih tepatnya aku merasa gelisah.

Sekarang, aku bahkan tidak suka menggunakan kata 'berpisah'. Tidak, itu ekspresi yang biasa, tapi hanya mendengar kata 'berpisah' saja sudah membuatku tidak nyaman. Sebaiknya jangan terlalu sering menggunakannya.

Rina-san segera meminta maaf setelah dia mengatakan itu kepadaku. Dia mengatakan bahwa dia tidak menyangka aku akan begitu terkejut, dia memelukku sambil meminta maaf.

Apakah aku terlihat sangat terkejut? 

Aku merasa nyaman saat dipeluk, rasanya sangat lembut dan baunya yang enak membuatku merasa lebih baik, tapi perasaanku tidak terlalu membaik. Aku menghela nafas lagi.

"Rumor… ya..."

Rumor itu memang sangat menyusahkan. Tidak ada cara untuk memastikan apakah itu benar atau tidak. Yoshin pernah mengatakan sebelumnya bahwa ada pepatah yang mengatakan "tidak ada asap tanpa api".

Yoshin, anehnya dia tahu banyak tentang pepatah. Mungkin dia menyukai hal-hal seperti itu.

Bagaimanapun, itu menunjukkan bahwa mempercayai rumor begitu saja itu berbahaya.

Berbahaya... aku tahu itu...

"Ugh..."

Aku melihat wanita yang ada di dalam smartphoneku. Foto dari semua orang di tempat pekerjaan paruh waktunya yang dikirim oleh Yoshin. Ada dua wanita yang lebih tua, satu pria yang lebih tua dan satu lagi, pacarku, total ada empat orang di dalam foto.

Aku berpikir, aku juga ingin berada di sana. Seandainya aku juga bisa diperkenalkan untuk bekerja paruh waktu di sana juga.

Ketika aku menyentuh Yoshin di dalam foto dengan ujung jariku, jariku juga menyentuh wanita yang di sebelahnya.

Dia terlihat seperti seorang Gal, tapi pada saat yang sama juga terlihat sangat dewasa. Dia orang yang sangat cantik. Orang seperti itu terlihat begitu polos saat tertawa bersama dengannya.

Yu-senpai..

Yoshin memanggilnya begitu. Sangat jarang Yoshin memanggil seseorang dengan nama panggilannya sejak awal, mungkin dia merasa dekat dengannya? Seperti seorang Senpai yang dapat diandalkan...

...Atau jangan-jangan, dia dipaksa oleh Senpai itu untuk memanggilnya seperti itu? Tidak mungkin . Aku yakin Yoshin adalah tipe orang yang dapat menyatakan pendapatnya dengan jelas. Dia adalah siswa SMA yang bisa menolaknya.
 
Jadi, mungkin dia tidak memiliki perasaan buruk terhadap Senpai itu. Aku tahu itu, tapi perasaan manusia itu aneh dan... perasaan gelisah itu tidak bisa hilang.

Rasa gelisah ini mungkin disebabkan karena foto ini terlihat dekat. Tidak, ini memang terlihat dekat. Bukankah ini terlihat terlalu dekat?

Rumor... mungkin itu memang benar ya…. 

Untuk sementara waktu, pikiranku terus berputar-putar. Terus berputar-putar di dalam kepalaku. Ini seperti tersesat di dalam labirin atau semacamnya.

Ah, bodo amatlah!
 
Seolah-olah ingin melarikan diri dari labirin di dalam kepalaku, aku melompat ke tempat tidur setelah mandi dengan kondisi hampir telanjang. Aku hanya mengenakan pakaian dalam. Aku akan mengenakan piyamaku nanti.

Mungkin karena aku sudah memakai pakaian yang serupa di siang hari, aku tidak merasa terlalu malu. Mungkin ini cara orang-orang agar terbiasa dengan sesuatu. 

Tidak, ini mungkin semacam tindakan putus asa. Baiklah, aku akan menelepon Yoshin dengan penampilan seperti ini.

Dengan perasaan seperti ingin melakukan perbuatan yang nakal, aku mengoperasikan smartphoneku. Aku meneleponnya..

Eh? Tidak diangkat? 

Biasanya dia langsung mengangkat saat aku menelepon, tapi hari ini sepertinya dia lambat sekali mengangkatnya.

Mungkin dia sedang mandi... atau mungkin dia sudah tidur? Pertama kali bekerja bisa membuat sesorang lelah. Mungkin saja... 

Saat aku berpikir demikian, tiba-tiba panggilan teleponku terhubung... dan aku mendengar suara mesin yang mengatakan bahwa penerima tidak dapat menjawab panggilan.

Mungkin dia benar-benar sudah tidur ya? 

Sambil berpikir bahwa belum pernah terjadi sebelumnya dimana dia tidak menjawab panggilanku, aku sedikit merasa kecewa saat memutuskan panggilan.

Tidak lam kemudian, dia meneleponku kembali. 

Ini mungkin pertama kalinya hal seperti ini terjadi. Melihat namanya muncul di layar, aku langsung mengangkat panggilannya. 

"Halo? Yoshin, maaf menelpon malam-malam begini. Um, apa kamu mau tidur?"

'Tidak, aku masih belum tidur. Maaf tadi nggak langsung ngangkat teleponnya.'

"Nggak apa-apa kok. Lagipula, hari ini kami baru selesai dengan pekerjaan paruh waktu, jadi kamu pasti lelah."

'Iya, agak lelah.. Tadi Yu-senpai menghubungiku...'

Tiba-tiba, aku merasa jantungku berdebar kencang. Mungkin karena baru saja mandi, aku mulai berkeringat. Seharusnya aku memakai piyama.

Yoshin yang sedang berbicara di telepon. Entah mengapa, suaranya terdengar sangat jauh. Seharusnya aku bisa mendengarnya tepat di telinga, tapi sepertinya kata-katanya tidak sepenuhnya masuk ke dalam pikiranku.

Aku hanya bisa mengerti sedikit dari apa yang dia katakan.

"...Oh, begitu ya, soal pekerjaan paruh waktu... menghubungimu..."

'Iya, jadi besok aku diminta untuk lembur sedikit...'

Jika itu hanya tentang pekerjaan paruh waktu, itu hal yang biasa. Sesuatu yang biasa. Aku pun juga kadang-kadang mendapatkan panggilan dari tempat kerjaku dan itu akan lebih baik jika diberitahu terlebih dahulu daripada tiba-tiba.

Tunggu, bukankah hal seperti itu biasanya datang dari pengelola atau manager? 
Kenapa malah Senpai nya...? Tidak, pertama-tama... 

"Kontak…kalian sudah bertukar ya?"

'Oh, iya. Foto yang aku kirim ke padamu juga diambil oleh Yu-senpai. Aku memintanya untuk mengirimkannya, tapi sepertinya ada juga tentang pekerjaan paruh waktu... Ah, aku belum memberitahumu ya?'

"Tidak, aku sudah mendengarnya. Mm, aku sudah mendengarnya."

Benar, Yoshin sengaja meminta konfirmasi dariku. Dia bertanya apakah boleh bertukar kontak dengan Senpainya. Aku juga mengizinkannya, karena aku merasa itu tidak masalah.

Padahal aku yang mengizinkannya... tapi aku melupakannya. Tidak, mungkin aku pura-pura lupa secara tidak sadar. Itu membuatku merasa... jijik pada diriku sendiri.

Perasaan murungku itu membuatku mengucapkan kata-kata selanjutnya.

"Tidak mau," Aku mengatakannya dengan jelas. Hanya itu saja yang aku katakan padanya. 

Kadang-kadang, perasaan itu mirip seperti bendungan. Biasanya bisa ditahan, tapi jika melewati batas tertentu... tidak bisa ditahan lagi.

Meskipun aku mencoba menghentikannya sendiri, aku tidak bisa. Itulah yang... 
terjadi padaku.

"Tidak mau, tidak mau... aku tidak mau... Yoshin, kerja paruh waktu... aku tidak mau kamu pergi... tidak mau..."

'Eh, eh? Nanami, ada apa?'

"Nggak mau, aku nggak pengin kamu pergi kerja paruh waktu... Aku tidak suka..."

'Tunggu, tenang dulu Nanami. Ada apa?'

Aku bahkan tidak tahu apa yang aku katakan. Kalimat-kalimat yang tidak tersambung dan tidak konsisten, hanya perasaan penolakan yang terus muncul satu demi satu.

Apakah aku selemah ini secara emosional? 

Perasaanku berantakan dan kata-kata yang tidak bisa dimengerti terus keluar dari mulutku... tapi di dalam kepalaku, aku merasa aneh aku bisa mengamati itu semua dengan tenang.

Rasanya seperti ada orang lain yang berbicara menggunakan mulutku. Sangat, sangat... menyakitkan.

Air mataku mulai jatuh. Padahal aku baru saja mandi, sepertinya aku harus mandi lagi. Semoga besok mataku tidak terlihat merah atau aku harus menutupinya dengan makeup.

Aku tidak menangis dengan keras, bukan juga sedang menangis terisak-isak, tapi air mataku ini terus mengalir. Aku tidak mengerti perasaanku sendiri. Yoshin yang mencoba menenangkanku, dia terus mengucapkan kata-kata lembut kepadaku. Itu membuatku merasa sangat bersalah dan semakin sedih.

"Maaf, maaf... Aku akan menenangkan diri... Sampai jumpa lagi, Yoshin."

Hanya itu yang aku katakan, aku menutup panggilannya seolah-olah mengabaikan dia yang masih terus berbicara. Ini adalah pertama kalinya aku bertindak seperti ini.

...Sepertinya aku harus mandi lagi untuk mengalihkan perasaanku. Besok, aku juga harus bekerja paruh waktu. Aku harus berusaha keras di pekerjaanku. Aku tidak ingin menjadi beban bagi orang lain... tapi, tubuhku tidak bisa bergerak.

Setelah menutup panggilannya, aku menatap smartphoneku tanpa bergerak dengan mata yang basah oleh air mata. Setelah diam beberapa saat, ada sebuah pesan masuk ke smartphoneku.

> (Yoshin): Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu saat ini. Aku tidak akan melanjutkan pekerjaan paruh waktu ini jika hal ini membuatmu sedih. Tapi, secara pribadi, aku ingin melanjutkannya.

Pesan yang sangat lembut itu membuatku merasa bersalah. Aku hanya mengirim pesan kembali, mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan memintanya untuk berusaha keras di pekerjaannya.

Benar, jika dia tiba-tiba berhenti dari pekerjaan paruh waktunya... itu akan merepotkan orang lain, jadi itu harus ditangani dengan benar. Ini adalah tentang pekerjaan.

Dengan menepuk kedua pipiku, aku mencoba mengalihkan perasaanku.

Saat itu, aku sama sekali tidak pernah membayangkannya.

Ini pertama kalinya sejak aku berpacaran dengan Yoshin... aku akan menghabiskan hari-hariku tanpa mendengar suaranya.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close